You are on page 1of 8

TELAAH IDEOLOGI LOUIS ALTHUSSER DIBANDINGKAN DENGAN PEMIKIRAN PEMIKIRAN SEBELUM DAN SESUDAHNYA

disusun guna memenuhi tugas UAS mata kuliah Sejarah Filsafat Kontemporer

oleh :

Bernard Immanuel Marampa - 1006691856 Filsafat 2010

PROGRAM STUDI FILSAFAT FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2012

Perkembangan pemikiran pemikiran seputar konsep ideologi sangat menarik untuk diperhatikan.Perbedaan pandangan mulai dari marxisme ortodoks sampai teori kritis menyajikan pembahasan luar biasa terhadapa suatu kajian filosofis terhadap aspek ekonomi, politik, sosial, dan bahkan psikologi masyarakat dari setiap masa yang tergambarkan dari tiap pemikiran para pemikir ideologi ini. Paper ini mencoba untuk fokus pada telaah ideologi dari Louis Althusser, namun agar terlihat bagaimana sebenarnya pemikiran ideologi Althusser, saya akan mendeskripsikan beberapa gagasan besar teori ideologi sebelum dan sesudah Althusser sebagai pembeda yang jelas terhadap pemikiran Althusser. Pemikir ideologi dengan gagasan besar pertama adalah Karl Marx yang juga adalah seorang penggagas pemikiran pemikiran tentang ideologi. Karl Marx berpendapat bahwa ideologi merupakan suatu kesadaran palsu yang dipalsukan oleh kelas dominan, dimana menurutnya kelas yang dominan adalah kelas yang memiliki sarana produksi, yaitu kaum proletar. Ideologi bagi orang yang memiliki kepentingan, dapat membuat suatu hal yang tidak wajar seakan akan menjadi wajar dan menghasilkan suatu kesadaran palsu yang seolah olah wajar. Lukacs mencoba menggabungkan fetisisme komoditas Marx dan rasionalitas modern dan menciptakan konsep reifikasi. Mirip dengan fetisisme komoditas, reifikasi adalah suatu pereduksian relasi antar manusia menjadi relasi antar komoditas, interaksi antar manusia semakin dipersempit sehingga yang ada sebenarnya hanya relasi antar komoditas. Gramsci berpendapat lain, menurutnya ideologi bukanlah permasalahan kelas dominan seperti yang digagas pemikir pemikir ideologi sebelumnya. Gramsci mengganti fokus dari persoalan dominant class menjadi ruling class. Ia menggagas teori Ideeologinya dengan konsep sebuah konsep yang disebutnya hegemoni. Hegemoni ini bisa dilakukan siapa saja tidak tebatas hanya pada orang orang berkuasa saja, namun tetap menggagas satu kesamaan, yaitu orang orang berkepentingan. Jadi sama seperti pemikiran pemikiran sebelumnya, hegemoni ini dilatarbelakangi oleh kepentingan kepentingan terselubung. Hegemoni bisa dilakukan oleh kelompok atau bahkan perorangan dengan kepentingan kepentingan tertentu. Mereka yang menjadi

ruling class menundukkan kelompok lain lewat suatu hegemoni yang sebenarnya diajukan lewat suatu konsensus yang ada dalam masyarakat, dibandingkan lewat suatu tindakan koersif. Teori kritis mengacu kepada mazhab Frankfurt. Teori kritis sendiri sebenarnya adalah suatu frase untuk membedakan pendekatan marxisme ortodoks dengan pendekatan yang ada dalam mazhab Frankfurt. Teori kritis mencoba bersikap kritis terhadap realitas aktual sosial. Setelah kegagalan revolusi kaum proleta, mazhab Frankfurt mencoba memperbaiki gagasan gagasan Marx. Teori kritis memiliki empat ciri, yang pertama teori kritis berasumsi historis, artinya bertolak dari asumsi asumsi aktual pada masa tersebut. Kedua, kritis terhadap dirinya sendiri, maksudnya bersikap kritis terhadap dirinya sendiri dan menghindari kemungkinan untuk jatuh pada satu bentuk ideologi. Ketiga, kritis terhadap masyarakat. Teori Kritis mempertanyakan penyebab dari penyimpangan yang terjadi di dalam masyarakat. Ciri terakhir, teori dengan maksud praksis, maksudnya teori tersebut memfasilitasi transformasi praktek praktek material dalam masyarakat. Berbeda dengan neo-marxis, mazhab Frankfurt hanya memakai teori teori marxisme sebagai alat analisis tidak lagi sebagai norma. Sejalan dengan pernyataan ini, Horkheimer mencoba mengilmiahkan marxisme sehingga tidak saja bermuatan filosofis, namun juga memiliki prosedur rigoris dari ilmu pengetahuan. Teori kritis Adorno adalah hubungan saling keterpengaruhan antara pertentanganpertentangan dalam masyarakat sebagai sebuah totalitas dan bentuk konkrit kehidupan subjek-subjek dalam masyarakat.

Louis Althusser
Biografi Louis Althusser adalah seorang filsuf beraliran Marxis yang paling berpengaruh pada dekade 1960-an dan 1970-an. Althusser lahir pada tahun 1918 dan meninggal pada tahun 1990. Karyanya yang berjudul "Untuk Marx" (dalam bahasa Perancis Pour Marx) dan "Membaca Modal" (dalam bahasa Perancis Lire le Capital) membuat Althusser menjadi terkenal di kalangan intelektual Perancis dan menarik perhatian pembaca di

luar negeri. Terjemahan dalam bahasa Inggris atas kedua karya tersebut pada tahun 1969 dan 1970, mendorong berkembangnya pemikiran Marxis di tempat-tempat yang memakai bahasa Inggris selama tahun 1970-an. Althusser lahir di Aljazair dan menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan mengajar di Perancis. Pandangan Althusser tentang Marxisme amat berbeda dengan penafsiran kaum Hegelian dan kaum humanis atas Marx yang berkembang selama dua dekade pasca-Perang Dunia II. Althusser melihat bahwa ada perbedaan epistemologis di dalam diri Marx ketika ia masih muda dan ketika ia lebih tua. Tulisan-tulisan Marx muda yang bernada humanis dipengaruhi oleh Feuerbach dan, terutama, Hegel. Sedangkan tulisan Marx yang belakangan merupakan teori Marx sendiri tentang filsafat sejarah. Dasar Pemikiran Althusser adalah seorang filsuf perancis yang juga adalah seorang filsuf marxisstrukturalis. Pemikirannya tentang ideologi banyak dipengarui seorang Karl Marx, berangkat pada titik tolak yang sama, Althusser memiliki beberapa perbedaan dengan filsuf filsuf marxis ortodoks. Perbedaan terletak pada gagasan gagasan barunya terhadap teori teori ideology, dimana menurutnya ideologi bukanlah suatu ide dan tidak juga melibatkan kesadaran, melainkan suatu hubungan antara power dan action yang mewujud dalam suatu praktek praktek material, yang sebenarnya tertanam dalam rutinitas. Sebagai seorang strukturalis, Althusser melihat basis dan supra struktur marxisme ortodoks hanya sebagai suatu kiasan terhadap suatu bangunan saja. Basis struktur hannyalah fondasi supra struktur dan belum tentu dapat menentukan suprastruktur. Dengan pemikirannya ini, Althusser mulai melawan determinisme material terhadap kesadaran yang menjadi cirri khas marxis ortodoks. Selanjutnya, ia menyatakan jikalau basis struktur dan supra struktur sama sama saling membutuhkan yang lain, jadi bukan yang satu menentukan yang lain. Pemikirannya ini ia lanjutkan dengan anggapan bahwa ada tindakan timbal balik antar basis dan suprastruktur. Untuk memperkuat pemikiran ini, ia menyampaikan satu

keadaan abad pertengahan dimana agama yang adalah bagian dari supra struktur dapat menciptakan suasana bahkan realitas sosial dalam masyarakat, sehingga agama tidak dapat dilepaskan dari masyarakat, dan pemikirannya ini sekaligus tampil sebagai kritik atas determinisme material dari marxisme ortodoks yang lebih cenderung menekankan pada problem yang terjadi di basis struktur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang menjadi supra struktur sangat dibutuhkan untuk kelangsungan eksistensi basis struktur, seperti juga negara dan sistem politiknya sangat berpengaruh dalam pembentukan realitas sosial dan struktur sosial masyarakat. Tentang Negara Berbeda dengan kalangan marxis ortodoks yang hanya melihat sistem politik sebagai suatu hal yang dogmatis, Althusser melihat politik bukan hanya sebagai suatu hal yang dogmatis, namun juga juga menjadi suatu praktek praktek material (material practices) yang terjadi dalam kehidupan sehari hari. Althusser melihat negara sebagai suatu perangkat perepresi yang merupakan wujud dari dominasi politik. Dalam pembahasan negara sebagai suatu mekanisme represi, di dalamnya terdapat perangkat kenegaraan yang disebutnya state apparatus. Ia membedakan dua perangkat kenegaraan yaitu perangkat kenegaraan yang bersifat represif yaitu repressive state apparatus (RSA) dan perangkat kenegaraan yang ideologis yaitu ideological state apparatus (ISA). Disini juga althusser berpendapat bahwa perlu diadakan pembedaan antara kekuasaan negara dengan perangkat kenegaraan. Dan untuk menghindari situasi penindasan, kaum proletar harus bisa mengendalikan perangkat perangkat kenegaraan yang dapat menguntungkan mereka. Kedua dimensi perangkat perangkat kenegaraan yang represif dan ideologis ini erat kaitannya dengan keberlangsungan intervensi negara sebagai suatu alat untuk intervensi perjuangan kelas, dengan kata lain kedua perangkat ini berfungsi untuk melanggengkan penindasan dalam relasi produksi yang ada dalam masyarakat. RSA pertama tama menindas lalu baru setelahnya diberi arti ideologis. Dibawahi langsung oleh kelas penguasa menjadikan RSA terstruktur, sistematis, sentralistis, dan keabsahannya sebagai penyangga kekuasaan memnungkinkan RSA masuk ke area

publik terdalam. ISA menurutnya selalu bergerak dengan ideologis dan bermaksud memanipulasi kesadaran. Namun tidak seperti RSA yang dikendalikan para penguasa, ISA ini dapat dijadikan sarana pencapaian kekuasaan bagi kelompok di luar kekuasaan. RSA dan ISA bekerja sama seperti ini; RSA mengamankan kondisi politik (yang telah diciptakan ISA) dengan tindakan represif yang justru karena terjaminnya kondisi politik ini dengan tindakan represif RSA, ISA dapat menyusun suatu kerangka yang dapat melegitimasi tindakan RSA sehingga masyarakat tidak akan melawan tindakan represif dari RSA. Berbeda dengan pendekatan marxis ortodoks yang negatif, Althusser mencoba mendekati ideologi dari sisi yang lebih positif dan menyejarah dengan melihat struktur dan fungsi ideologi. Isi Ideologi Dalam menjelaskan tentang isi dari ideologi, Althusser menampilkan dua tesis, yaitu tesis negatif dan tesis positif. Dalam tesis negating, ia menjelaskan bahwa kehadiran ideologi bersifat imaginer. Maksudnya ideologi hadir tapi tidak mampu menjawab realitas realitas. Hal ini disebabkan karena ideologi terlalu sibuk dengan proses menemukan realitas dunia dan kesesuaian realitas tersebut dengan bentuk imajiner dari dunia yang ada di dalam ideology sehingga dapat dikatakan bahwa bahwa bentuk imajiner yang dibentuk ideologi adalah kondisi yang sebenarnya dari keadaan masyarakat. Kondisi real yang dibentuk ideologi di atas pun bukanlah kondisi masyarakat yang sebenar-benarnya melainkan hanya menggambarkan situasi relasi produksi, relaksi prosuksi ini bukan hanya relasi produksi antar kelas seperti yang digambarkan oleh marxis-ortodoks, melainkan juga relasi produksi antar individu. Kembali pada pemikiran di atas, Althusser mengatakan relasi ini pun sebenarnya adalah hal yang imajiner bentunya, maksudnya relasi relasi ini sebenarnya adalah suatu utopia yang dibuat oleh kelompok yang teralienasi dari dunia nyata dan mencoba mengatasinya seperti yang dilakukan para proletariat ataupun mempertahankannya seperti yang dilakukan oleh penguasa.

Dalam tesis positif, Althusser mencoba menerangkan bahwa ideologi selalu mempunyai eksistensi material, contohnya ketika seseorang mendapatkan suatu idea, idea ini menggerakkan orang tersebut sehingga orang tersebut menganggap idea ini sebagai hal yang baik, lalu si penerima ideologi ini akan mencoba untuk merealisasikannya dalam tindakan konkret. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa menurut Althusser material adalah yang tampak. Subjek Ideologi dan Interpelasi Sebenarnya bagian ini masih berkaitan dengan tesis positif yang telah dijelaskan pada bagian di atas. Selama tindakan (yang digerakkan oleh ideologi) tersebut masih dilakukan oleh individu, individu tersebut akan selalu merasakan dirinya sebagai objek yang bebas dari tindakannya. Dari pemikiran ini kita bisa melihat bahwa ada kaitan yang jelas antara ideology dan subjek. Ideologi memerlukan sebuah subjek dan begitu juga dengan subjek yang senantiasa memerlukan sebuah ideologi. Sehingga untuk meneruskan eksistensinya, ideologi berusaha menciptakan subjek. Usaha untuk menjadikan seseorang sebagai subjek ideologi ini dinamakan yang disebut proses interpelasi. Seperti ketika polisi di jalan raya memanggil orang lain. Orang yang dipanggil tersebut akan menoleh. Dalam konteks ini, orang yang dipanggil menjadi subjek. Hal ini disebabkan individu tersebut meyakini bahwa panggilan tersebut memang ditujukan kepada dirinya, dan hanya kepada dirinya. Bagi Althusser, seorang individu dapat dengan mudah terpengaruh ideologi karena individu menganggap bahwa ideologi mampu membantu mereka memahami dunia Dan untuk mendukung proses interpelasi ini, ISA sangat berperan dalam menciptakan subjek subjek ideologi. Dalam proses interpelasi ini, individu individu konkret direkrut menjadi subjek subjek ideologi. Pada saat itu hakikat manusia pun memudar seiring dengan memudarnya sebagai individu memudar dalam batas batas ideologi. Individual is always a subject, istilah Althusser ini menjelaskan bahwa sebagaimana rumusan ideologi yang bersifat kekal, subjek ideology pun adalah subjek yang kekal. Artinya saat kita masuk, apalagi menyetujui sebuah ideologi, kita akan dikenakan kategori ideologi.

Kendati seringkali merasa sebagai subjek yang bebas, kebebasan atau kesadarannya hanyalah hasil interpelasi dan diciptakan oleh perangkat perangkat kenegaraan, yaitu RSA dan ISA. Tanggapan Seperti yang kita lihat pemikiran pemikiran Althusser merepresentasikan posisinya sebagai seorang marxis-strukturalis. Posisinya sebagai seorang strukturalis tergambarkan dalam ide idenya yang menonjolkan sebuah struktur seperti yang terlihat dalam penjabarannya tentang apparatus negara, pada pemikiran ini ia menjelaskan posisi apparatus apparatus ini dikaitkan dengan struktur kekuasaan. Karena seperti yang kita tahu, strukturalisme mempercayai bahwa kehidupan manusia sangat bergantung pada struktur yang ada dalam kehidupannya, seperti RSA dan ISA yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia seperti yang seharusnya bahwa struktur menentukan kehidupan manusia. Sedangkan posisinya sebagai seorang marxis tergambarkan pada penjabarannya bagaimana struktur struktur tadi diciptakan oleh kelas tertentu dalam masyarakat dalam kaitannya dengan tema besar marxis yaitu perjuangan kelas. Dan posisinya sebagai marxis-strukturalis tergambar pada idenya dimana kehidupan manusia sebagai subjek identik dengan subjek dari struktur, dimana subjek dari struktur sebenarnya adalah kiasan lain dari pelayanan kepentingan dari kelas tertentu yang menciptakan struktur tersebut.

Daftar Pustaka During, Simon. 1999. The Cultural Studies Reader. New York: Routledge Tim Redaksi Driyarkara. 1993. Diskursus Kemasyarakatan dan Kemanusiaan. Jakarta: Gramedia Pustaka

You might also like