You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Nn. W DENGAN DIAGNOSA MEDIK HEPATITIS DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK.I RADEN SAID SUKANTO JAKARTA TIMUR

Disusun Oleh: D. ELIZABETH SITINJAK 091.0711.079

PROGRAM STUDI SI - ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA 2012

BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahanbahan kimia. (Sujono Hadi, 1999). Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)

B. Anatomi Fisiologi Hati terletak di bawah diafragma kanan, dilindungi bagian bawah tulang iga kanan. Hati normal kenyal dengan permukaannya yang licin (Chandrasoma, 2006). Hati merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dengan berat 1000-1500 gram. Hati terdiri dari dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior, lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum Falsiformis (Noer, 2002). Setiap lobus dibagi menjadi lobuli. Setiap lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus mengelilingi vena sentralis. Diantara lempengan terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang dibatasi sel kupffer. Sel kupffer berfungsi sebagai pertahanan hati (Price, 2006). Sistem biliaris dimulai dari kanalikulus biliaris, yang merupakan saluran kecil dilapisi oleh mikrovili kompleks di sekililing sel hati. Kanalikulus biliaris membentuk duktus biliaris intralobular, yang mengalirkan empedu ke duktus biliaris di dalam traktus porta (Chandrasoma, 2006) Fungsi dasar hati dibagi menjadi : 1. Fungsi vaskular untuk menyimpan dan menyaring darah. Ada dua macam aliran darah pada hati, yaitu darah portal dari usus dan darah arterial, yang keduanya akan bertemu dalam sinusoid. Darah yang masuk sinusoid akan difilter oleh sel Kupffer. 2. Fungsi metabolik. Hati memegang peran penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, vitamin (Guyton, 1997). 3. Fungsi ekskretorik. Banyak bahan diekskresi hati di dalam empedu, seperti bilirubin, kolesterol, asam empedu, dan lain-lain.

4. Fungsi sintesis. Hati merupakan sumber albumin plasma; banyak globulin plasma, dan banyak protein yang berperan dalam hemostasis (Chandrasoma, 2006). C. Etiologi
Pemeriksaan Virus Agen Cara penularan Masa inkubasi laboratorium

Infeksi akut IgM anti Virus RNA HAV rantai tunggal parenteral (jaranga) rata 30 hari Infeksi lama IgG. Fekal oral, makanan, air, 15-45 hari, rataHAV

Virus DNA HBV berselubung ganda Parenteral, seksual, darah

60-180 hari, rata-rata 60-90 hari

HbsAg (infeksi akut), HbeAg (infeksius), anti Hbs, HbcAg, anti Hbc.

Virus RNA HCV untai tunggal Darah, hubungan seksual

15-160 hari, Anti HCV rata-rata 50 hari

Virus RNA HDV untai tunggal Darah, hubungan seksual

30-60 hari, ratarata 35 hari

Anti HDV, HdAg, HbsAg

Virus RNA 15-60 hari, rataHEV untai tunggal tak berkapsul Fekal oral, air rata 40 hari dengan PCR. Anti HEV, RNA HEV

Hepatitis Alkohol Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis. Obat-obatan Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut

D. Patofisiologi Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati. Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hepatoceluler jaundice. Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan
gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan

lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati

E. Manifestasi Klinik 1. Masa tunas a. Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari) b. Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari) c. Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari) 2. Fase Pre Ikterik Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B. 3. Fase Ikterik Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.

4. Fase penyembuhan Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

F. Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi adalah : 1. Komplikasi akut : Kern Ikterik pada bayi dan anak, coma hepatikum. 2. Komplikasi yang menahun : Serosis Hepatis, Hepatoma, Hematemesis Melena

G. Pemeriksaan Diagnostik 1. Laboratorium a. Pemeriksaan pigmen 1) Urobilirubin direct 2) Bilirubun serum total 3) Bilirubin urine 4) Urobilinogen urine 5) Urobilinogen feses b. Pemeriksaan protein 1) Protein totel serum 2) Albumin serum 3) Globulin serum 4) HbsAG c. Waktu protombin 1) Respon waktu protombin terhadap vitamin K d. Pemeriksaan serum transferase dan transaminase 1) AST atau SGOT 2) ALT atau SGPT 3) LDH 4) Amonia serum e. Radiologi 1) Foto rontgen abdomen

2) Pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif 3) Kolestogram dan kalangiogram 4) Arteriografi pembuluh darah seliaka f. Pemeriksaan tambahan 1) Laparoskopi 2) Biopsi hati

H. Penatalaksanaan Medik Tidak ada terpi sfesifik untuk hepatitis virus. Tirah baring selama fase akut dengan diet yang cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim. Pemberian makanan intravena mungkin perlu selama fase akut bila pasienterus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati 1. Aktivitas: Kelemahan, Kelelahan, Malaise 2. Sirkulasi: Bradikardi ( hiperbilirubin berat ), Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa 3. Eliminasi: Urine gelap, Diare feses warna tanah liat 4. Makanan dan Cairan: Anoreksia, Berat badan menurun, Mual dan muntah,

Peningkatan oedema, Asites/Acites 5. Neurosensori: Peka terhadap rangsang, Cenderung tidur, Letargi, Asteriksis 6. Nyeri / Kenyamanan: Kram abdomen, Nyeri tekan pada kuadran kanan, Mialgia, Atralgia, Sakit kepala, Gatal ( pruritus ) 7. Keamanan: Demam, Urtikaria, Lesi makulopopuler, Eritema, Splenomegali, Pembesaran nodus servikal posterior 8. Seksualitas: Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan B. Diagnosa Keperawatan menurut Nanda 2009 Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita hepatitis : 1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah. 2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta. 3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar. 4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap hepatitis.

C. Intervensi Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk prilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Tindakan/intervensi keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai hasil pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangan. Harapannya adalah bahwa prilaku dipreskripsikan akan menguntungkan pasien dan keluarga dalam cara yang dapat diprediksi, yang berhubungan dengan masalah diidentifikasikan dan tujuan yang telah dipilih. Intervensi ini mempunyai maksud mengindividualkan perawatan dengan memenuhi kebutuhan spesifik pasien serta harus menyertakan kekuatan-kekuatan pasien yang telah diidentifikasikan bila memungkinkan. Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas, dimulai dengan kata kerja aksi. Pengkualifikasi seperti bagaimana, kapan, di mana, frekuensi dan besarnya memberikan isi dari aktifitas yang direncanakan. D. Implementasi Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2009). Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari. Dalam Implementasi tindakan keperawatan memerlukan beberapa pertimbangan, antara lain: 1. Individualitas klien, dengan mengkomunikasikan makna dasar dari suatu implementasi keperawatan yang akan dilakukan. 2. Melibatkan klien dengan mempertimbangkan energi yang dimiliki, penyakitnya, hakikat stressor, keadaan psiko-sosio-kultural, pengertian terhadap penyakit dan intervensi. 3. Pencegahan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi. 4. Mempertahankan kondisi tubuh agar penyakit tidak menjadi lebih parah serta upaya peningkatan kesehatan.

5. Upaya rasa aman dan bantuan kepada klien dalam memenuhi kebutuhannnya. 6. Penampilan perawat yang bijaksana dari segala kegiatan yang dilakukan kepada klien. Beberapa pedoman dalam pelaksanaan implementasi keperawatan (Kozier et al,. 1995) adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan respons klien. 2. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayanan professional, hukum dan kode etik keperawatan. 3. Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia. 4. Sesuai dengan tanggung jawab dan tanggung gugat profesi keperawatan. 5. Mengerti dengan jelas pesanan-pesanan yang ada dalam rencana intervensi keperawatan. 6. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan klien sebagai individu dalam upaya meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (Self Care) 7. Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan. 8. Dapat menjaga rasa aman, harga diri dan melindungi klien. 9. Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan. 10. Bersifat holistik 11. Kerjasama dengan profesi lain. 12. Melakukan dokumentasi

E. Evaluasi Tahap evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan

berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

Evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil.

Menurut Ziegler, Voughan Wrobel, & Erlen (1986, dalam Craven & Hirnle, 2000), evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Evaluasi struktur. Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, ratio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang diinginkan. 2. Evaluasi proses. Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan teknikal perawat. 3. Evaluasi hasil. Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil. Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi: 1. Masalah teratasi; jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. 2. Masalah sebagian teratasi;jika klien menunjukkan perubahan sebahagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan. 3. Masalah tidak teratasi; jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/ diagnosa keperawatan baru. Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Subjektif adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan diberikan. Objektif adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan. Analisis adalah membandingkan antara informasi subjektif

dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi sebahagian, atau tidak teratasi. Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.

DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilynn, et all. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC. Grace, A Pierce, et all. 2006. At a Glance ILMU BEDAH. Jakarta: EMS Baticaca, Franssisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Salemba Medika: Jakarta Hudak dan Gallo. 2010. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik Volume 2. EGC: Jakarta Martin, Susan Tucker, et all. 2008. Standar Perawatan Pasien Volume 2 Edisi 7. EGC: Jakarta Perry and Potter. 2009. Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7. Salemba Medika: Jakarta Nanda internasional. 2009. Diagnosa keperawatan 2009-2011. EGC : Jakarta

You might also like