You are on page 1of 24

BAB I Deskripsi Tanaman Jeruk Bali

1.1. Jeruk Secara Umum Jeruk bali berasal dari Cina dan merupakan salah satu jenis buah-buahan yang sudah dikenal sejak lama di Indonesia. Beberapa ahli menduga bahwa tanaman jeruk bali merupakan salah satu jenis tanaman asli Indonesia. Populasi tanaman jeruk bali di Indonesia tersebar secara luas di seluruh pelosok nusantara, khususnya di daerah Jawa Timur dan Bali. Jeruk dapat tumbuh di sembarang tempat. Namun, tanaman ini akan memberikan hasil optimum bila ditanam di lokasi yang sesuai. Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini yaitu dataran rendah sampai 700 m di atas permukaan laut. Sedangkan yang ditanam di atas ketinggian tersebut rasa buahnya lebih asam. Suhu optimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya berkisar antara 25-30 C. Sedangkan sinar matahari harus penuh agar produksinya optimum. Tanah yang disukai tanaman jeruk ialah jenis tanah gembur, dan subur. Kedalaman air tanahnya tidak lebih dari 1,5 m pada musim kemarau dan tidak kurang dari 0,5 m pada musim hujan. Tanah tidak boleh tergenang air karena akar akan mudah terserang penyakit. Curah hujan yang cocok berkisar antara 1.000-1.200 mm per tahun dengan kelembapan udara 50-85% (Anonim 2, 2008). Untuk memenuhi kebutuhan/permintaan akan buah jeruk manis segar, Indonesia di samping mengupayakan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut dari hasil propduksi dalam negeri, tetapi juga sampai dengan batas-batas tertentu masih harus mendatangkan jeruk dari luar negeri. Pertumbuhan permintaan terhadap jeruk manis segar disamping sangat dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan perkapita (sebagai dampak keberhasilan pembangunan). Perubahan perilaku masyarakat untuk mendapatkan buah segar yang bermutu, menyebabkan impor jeruk masih terus naik, pada tahun 1990 hanya sejumlah 178,53 ton dengan nilai US$ 217.70, tetapi pada tahun 1996 impor tersebut melonjak s/d 14.952.32 ton dengan nilai sebesar US$ 8.739.62. Bahkan impor jeruk yang tertinggi terjadi pada tahun 1994 sebesar 18.447.22 ton dengan nilai sebesar US$ 11.411.73.

Kecenderungan meningkatnya impor buah jeruk segar tersebut telah mendorong pemerintah untuk membatasi impor. Sejalan dengan itu telah dilaksanakan pula kebijakan yang diharapkan dapat meningkatkan produksi/ produktivitas aneka ragam buah-buahan asli Indonesia. Peningkatan produksi dalam negeri yang diharapkan mampu memicu penawaran, dan dapat menciptakan perbaikan kondisi kesejahteraan masyarakat Indonesia. Indikatornya adalah bahwa pilihan konsumen terhadap buahbuahan segar yang ada semakin beragam dengan mutu yang semakin baik, serta dengan tingkat harga yang masih dapat dijangkau oleh daya beli sebagian besar masyarakat. Jeruk besar Bali (citrus maxima. Merr) yang lazim disebut dengan nama jeruk Bali merupakan salah satu buah yang hampir dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat Bali dan sebagian besar masyarakat di luar Bali. Prospek pemasarannya cukup baik dan yang perlu mendapatkan perhatian adalah bagaimana meningkatkan produksinya. Penanaman jeruk Bali, baik yang berskala kecil maupun besar (berorientasi agribisnis), harus diawali dengan pembibitan. Keberhasilan pengusahaan tanaman jeruk ditentukan oleh tersedianya bibit bermutu, yaitu bibit yang bebas penyakit, murni, identik dengan induknya, tidak cacat serta penangkarannya telah dilakukan dengan benar dan tepat melalui program sertifikasi bibit. Bibit yang baik adalah bibit yang berasal dari okulasi dan sambung pucuk. Bibit tersebut merupakan gabungan bibit semai dan cabang entris dari varietas unggul, yang produksi dan mutu buahnya baik. Dengan bibit asal okulasi dan sambung pucuk akan diperoleh tanaman yang berakar kuat, tumbuhnya subur, buahnya banyak dan mutu buahnya tinggi, mengenai bagaimana cara okulasi tanaman jeruk akan dibahas lebih lanjut dalam artikel ini. Tanaman jeruk yang banyak dibudidayakan orang tergolong salah satu anggota suku jeruk-jerukan (Rutaceae), yang beranggotakan tidak kurang dari 1300 jenis tanaman. Suku Rutaceae dibagi dalam tujuh sub famili (anak suku) dan 130 genus (marga). Yang menjadi induk tanaman jeruk adalah sub famili Aurantioideae yang beranggotakan 33 genus (Sarwono, 1995). Anak suku Aurantioideae masih dibagibagi lagi dalam beberapa kelompok tribe (rumpun) dan sub tribe (anak rumpun).

Jeruk tergolong dalam rumpun Citriae dan anak rumpun Citrinae. Dari anak rumpun Citrinae inilah asal berbagai jenis anggota tanaman jeruk (Sarwono, 1995).

1.2. Morfologi Tanaman Jeruk bali merupakan jenis tanaman jeruk yang memiliki tinggi sampai lebih dari 5 meter, cabang-cabangnya banyak. Letak daun tersebar (folia sparsa). Daun merupakan daun tunggal, tangkai daun bersayap sempit. Letak bunga terdapat pada ketiak daun, memiliki bau yang harum. Jumlah bunga untuk setiap tandanya antara 515, serta tajuk bunga 5 sampai 7 lembar berwarna putih. Jenis buah buni, berbentuk bulat, diameter sampai 10-20 cm, berkulit tipis, berwarna hijau yang akan menjadi kuning jika matang, rasanya manis sedikit asam dan kelat. Bentuk bijinya agak pipih, bulat telur sungsang (Anonim 3, 2008).

1.3. Klasifikasi Sistematika tumbuhan jeruk bali adalah sebagai berikut : Divisi Anak divisi Kelas Bangsa Suku Marga Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Rutales : Rutaceae : Citrus : Citrus mxima (Burm.) Merr

1.4. Jenis Tanaman Klasifikasi botani tanaman jeruk adalah sebagai berikut: Divisi Subdivisi Kelas Ordo Keluarga : : : : : Spermatophyta Angiospermae Dicotyledonae Rutales Rutaceae

Genus Spesies

: :

Citrus Citrus sp.

Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jeruk Siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut, Siem Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.) yang terdiri atas jeruk Nambangan-Madium dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yangterdiri atas jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk Purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C. hystix ABC). Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon dan Grapefruit. Sedangkan varitas lokal adalah jeruk siem, jeruk baby, keprok medan, bali, nipis dan purut.

1.5. Iklim 1. Kecepatan angin yang lebih dari 40-48% akan merontokkan bunga dan buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin. 2. Temperatur optimal antara 25-30 derajat C namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada 38 derajat C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20 derajat C. 3. 4. 5. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70-80%. Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari. Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5-6, 6-7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus

1.6. Ketinggian Tempat yang Ideal Untuk Bertanam Jeruk Sesuai Dengan Jenisnya. Jeruk dapat tumbuh di dataran rendah (lahan basah) dan datarn tinggi. Jeruk dapat tumbuh dengan baik pada elevasi 800-1500 meter dpl. Pada ketinggian di atas 900 m dpl rasanya asam. Namun jenis jeruk siam tertentu seperti jeruk tebas tumbuh dengan baik di kalimantan pada elevasi 100 m dpl. Tinggi tempat dimana jeruk dapat dibudidayakan bervariasi dari dataran rendah sampai tinggi tergantung pada spesies: 1) Jenis Keprok Batu 55, Keprok Garut: 700-1.200 m dpl. 2) Jenis Jepun Kasturi, Kumkuat: 1-1.000 m dpl. 3) Jenis Keprok Madura, Keprok Tejakula: 1900 m dpl. 4) Jenis Manis Punten, Waturejo, WNO, VLO: 300800 m dpl. 5) Jenis Siem: 1700 m dpl. 6) Jenis Besar Nambangan-Madiun, Bali, Gulung: 1700 m dpl. 7) Jenis Purut: 1400 m dpl.

1.7. Manfaat Tanaman 1. Manfaat tanaman jeruk sebagai makanan buah segar atau makanan olahan, dimana kandungan vitamin C yang tinggi. 2. Di Beberapa negara telah diproduksi minyak dari kulit dan biji jeruk, gula tetes, alkohol dan pektin dari buah jeruk yang terbuang. Minyak kulit jeruk dipakai untuk membuat minyak wangi, sabun wangi, esens minuman dan untuk campuran kue. 3. Beberapa jenis jeruk seperti jeruk nipis dimanfaatkan sebagai obat tradisional penurun panas, pereda nyeri saluran napas bagian atas dan penyembuh radang mata.

1.8. Sentra Penanaman Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi: Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan (Sumatera Utara). Karena adanya serangan

virus CVPD (Citrus Vein Phloen Degeneration), beberapa sentra penanaman mengalami penurunan produksi yang diperparah lagi oleh sistem monopoli tata niaga jeruk yang saat ini tidak berlaku lagi.

BAB II Teknik Budidaya Tanaman Jeruk

2.1

Media Tanam Kebun jeruk tidak boleh tertutup oleh genangan air. Karenanya kebun jeruk untuk lahan basah perlu dibuat drainase. Untuk daerah pasang surut dibuat baluran (bedengan) dengan ukuran tinggi 0,5 meter dan lebar 3 meter dan panjangnya menurut petakan lahan. Setiap 1 ha lahan dengan sistem bedengan dapat ditanami jeruk sebanyak 278 pohon. Di areal sawah bisa ditanami jeruk dengan cara membuat gundukan seluas 1 m2 dengan tinggi 50 - 60 cm. 1. Tanah yang baik adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 727%, debu 25-50% dan pasir <50%, cukup humus, tata air dan udara baik. 2. Air tanah yang optimal berada pada kedalaman 150200 cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman

jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%. 3. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok untuk budidaya jeruk. 4. Derajat keasaman tanah (pH tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5 6,5 dengan pH optimum 6. 5. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 300.

2.2

Pembibitan

2.2.1 Persyaratan Bibit Bibit jeruk yang biasa ditanam berasal dari perbanyakan vegetatif berupa penyambungan tunas pucuk. Bibit yang baik adalah yang bebas penyakit, mirip dengan induknya (true to type), subur, berdiameter batang 2-3 cm, permukaan batang halus, akar serabut banyak, akar tunggang berukuran sedang dan memiliki sertifikasi penangkaran bibit.

2.2.2 Penyiapan Bibit Bibit yang biasa digunakan untuk

budidaya jeruk didapatkan dengan cara generatif dan vegetatif.

2.2.3 Teknik Penyemaian Bibit a) Cara generative

(sumber: epetani.deptan.go.id)

Biji diambil dari buah dengan cara memeras buah yang telah dipotong. Biji dikeringanginkan di tempat yang tidak disinari selama 2-3 hari hingga lendirnya hilang. Areal persemaian memiliki tanah yang subur. Tanah diolah sedalam 30-4- cm dan dibuat petakan persemaian berukuran 1,15-1,20 m membujur dari utara ke selatan. Jarak petakan 0,5-1 m. Sebelum ditanami, tambahkan pupuk kandang 1 kg/m2. Biji ditanam dalam alur dengan jarak tanam 1-1,5 x 2 cm dan langsung disiram. Setelah tanam, persemaian diberi atap. Bibit dipindahtanam ke dalam polibag 15 x 35 cm setelah tingginya 20 cm pada umur 3-5 bulan. Media tumbuh dalam polibag adalah campuran pupuk kandang dan sekam (2:1) atau pupuk kandang, sekam, pasir (1:1:1). b) Cara Vegetatif Metode yang lazim dilakukan adalah penyambungan tunas pucuk dan penempelan mata tempel. Untuk kedua cara ini perlu dipersiapkan batang bawah

(onderstam/rootstock) yang dipilih dari jenis jeruk dengan perakaran kuat dan luas, daya adaptasi lingkungan tinggi, tahan kekeringan, tahan/toleran terhadap penyakit virus, busuk akar dan nematoda. Varietas batang bawah yang biasa digunakan oleh penangkar adalah Japanese citroen, Rough lemon, Cleopatra, Troyer Citrange dan Carizzo citrange.

2.3. Pengolahan Media Tanam Tanaman jeruk ditanam di tegalan tanah sawah/di lahan berlereng. Jika ditanam di suatu bukit perlu dibuat sengkedan/teras. Lahan yang akan ditamani dibersihkan dari

tanaman lain atau sisa-sisa tanaman. Jarak tanam bervariasi untuk setiap jenis jeruk dapat dilihat pada data berikut ini: 1) Keprok dan Siem : jarak tanam 5 x 5 m 2) Manis : jarak tanam 7 x 7 m 3) Sitrun (Citroen) : jarak tanam 6 x 7 m 4) Nipis : jarak tanam 4 x 4 m 5) Grape fruit : jarak tanam 8 x 8 m 6) Besar : jarak tanam (10-12) x (10-12) m Lubang tanam hanya dibuat pada tanah yang belum diolah dan dibuat 2 minggu sebelum tanah. Tanah bagian dalam dipisahkan dengan tanah dari lapisan atas tanah (25 cm). Tanah berasal dari lapisan atas dicampur dengan 20 kg pupuk kandang. Setelah penanaman tanah dikembalikan lagi ke tempat asalnya. Bedengan (guludan) berukuran 1 x 1 x 1 m hanya dibuat jika jeruk ditanam di tanah sawah.

2.4. Teknik Penanaman Jarak tanam yang digunakan bervariasi dari satu lokasi yang lainnya. Kebun jeruk di dataran rendah (lahan basah) jarak tanamnya relatif lebih jarang dibanding kebun jeruk di dataran tinggi, karena 40% dari lahan basah terpakai untuk keperluan pembuatan drainase dan pembuatan jalan. Di Jawa biasa digunakan jarak tanam 7 x 7 meter atau 8 x 8 meter. Tetapi jarak tanam yang dianjurkan untuk jeruk keprok adalah 6 x 6 meter. Jarak tanam yang lebih besar umumnya tidak memberi pengaruh terhadap tanaman kecuali rendahnya populasi tanaman per hektarnya. Jika usaha perkebunan jeruk dirancang untuk periode 10 tahun maka cukup menggunakan jarak tanam yang pendek misalnya 5 x 5 meter. Jika umur lebih dari 10 tahun produksi masih baik dan jika kebun masih dipertahankan sebaiknya dilakukan penjarangan dengan menebang pohon-pohon yang kurang produktif. Dengan jarak tanam 5 x 5 meter maka dalam 1 hektar akan terdapat 400 pohon. Sebelum penanaman, lubang tanam yang sudah dibuat diisi dengan pupuk kandang/kompos yang dicampur tanah lapisan atas.

Jarak tanam jeruk dataran rendah 5,2 x 5,2 m atau 364 batang pohon perhektar. Sedangkan di dataran tinggi 5 x 4 m atau 500 pohon per hektar. Tanaman jeruk baru menghasilkan setelah umur 3 - 4 tahun dan puncak produksi pada umur tahun ke 8-9. Bibit jeruk dapat ditanam pada musim hujan atau musim kemarau jika tersedia air untuk menyirami, tetapi sebaiknya ditanam diawal musim hujan. Sebelum ditanam, perlu dilakukan: 1) Pengurangan daun dan cabang yang berlebihan. 2) Pengurangan akar. 3) Pengaturan posisi akar agar jangan ada yang terlipat. Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami, daun kelapa atau daun-daun yang bebas penyakit di sekitarnya. Letakkan mulsa sedemikian rupa agar tidak menyentuh batang untuk menghindari kebusukan batang. Sebelum tanaman berproduksi dan tajuknya saling menaungi, dapat ditanam tanaman sela baik kacang-kacangan/sayuran atau tanaman sela berupa padi. Jika tanaman sela berupa padi maka harus dibuat guludan sehingga posisi tanaman jeruk berada di atas tanaman padi. Maksudnya supaya akar tanaman jeruk tidak tergenang air.Setelah tajuk saling menutupi, tanaman sela diganti oleh rumput/tanaman legum penutup tanah yang sekaligus berfungsi sebagai penambah nitrogen bagi tanaman jeruk.

2.5. Pemeliharaan Tanaman Rangkaian kegiatan pemeliharaan mulai dari penyiangan, pemupukan,

pemangkasan, pembuatan tiang penyangga, penjarangan buah dan pemberantasan hama dan penyakit. Kegiatan pemeliharaan ini merupakan kegiatan utama dalam perkebunan jeruk. 1. Penyulaman Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.

10

2. Penyiangan Penyiangan dimaksudkan agar pohon jeruk tumbuh tanpa gangguan yang berarti baik gangguan gulma/peredu, benalu maupun tanaman liar lainnya. Pembersihan atau penyiangan paling tidak harus dilakukan dua kali dalam satu tahun, diantaranya satu kali bersamaan dengan pemupukan, lainnya menjelang panen. Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya, pada saat pemupukan juga dilakukan penyiangan.Dengan penyiangan yang baik diharapkan pupuk yang diberikan efektif termanfaatkan untuk pohon jeruk.

3. Pembubunan Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah ada tanah di sekitar perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu dilakukan jika pangkal akar sudah mulai terlihat.

4. Pemangkasan Untuk dapat menghasilkan pohon yang baik disamping dilakukan dengan pemberian pupuk juga harus dilakukan pemangkasan yang baik. Pemangkasan sampai umur tanaman tiga tahun dimaksudkan untuk pembentukan cabang dan ranting yang baik, dengan cara menseleksi cabang dan ranting yang ada dan memilih yang sehat dan kuat. Setelah berumur tiga tahun lebih,kegiatan pemangkasan ini dilakukan pada setiap awal musim hujan. Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan menghilangkan cabang yang sakit, kering dan tidak produktif/tidak diinginkan. Dari tunas-tunas awal yang tumbuh biarkan 3-4 tunas pada jarak seragam yang kelak akan membentuk tajuk pohon. Pada pertumbuhan selanjutnya, setiap cabang memiliki 3-4 ranting atau kelipatannya Sedangkan pemangkasan pucuk untuk mendapatkan buah yang lebih bagus, pemangkasan puncuk dilakukan pada akhir musim hujan, dengan harapan pohon akan berbunga pada musim kemarau. Pohon yang berbunga pada musim kemarau akan menghasilkan buah lebih banyak karena perpindahan serbuk sari tidak

11

mengalami gangguan. Dan sebaliknya bila pucuk dipangkas pada musim kemarau pohon akan berbunga pada musim hujan berikutnya. Karena berbunga pada musim hujan umumnya bunga akan gugur, yang akan menngakibatkan rendahnya produksi buah. Bekas luka pangkasan ditutup dengan fungisida atau lilin untuk mencegah penyakit. Sebaiknya celupkan dulu gunting pangkas ke dalam Klorox/alkohol. Ranting yang sakit dibakar atau dikubur dalam tanah.

5. Pemupukan Pemberian jenis pupuk dan dosis (gram/tanaman) setelah penanaman adalah sebagai berikut: a) 1 bulan: Urea=100; ZA=200; TSP=25; ZK=100; Dolomit=20; P.kandang=20 kg/tan. b) 2 bulan: Urea=200; ZA=400; TSP=50; ZK=200; Dolomit=40; P.kandang=40 kg/tan. c) 3 bulan: Urea=300; ZA=600; TSP=75; ZK=300; Dolomit=60; P.kandang=60 kg/tan. d) 4 bulan: Urea=400; ZA=800; TSP=100; ZK=400; Dolomit=80; P.kandang=80 kg/tan. e) 5 bulan: Urea=500; ZA=1000; TSP=125; ZK=500; Dolomit=100;

P.kandang=100 kg/tan. f) 6 bulan: Urea=600; ZA=1200; TSP=150; ZK=600; Dolomit=120;

P.kandang=120 kg/tan. g) 7 bulan: Urea=700; ZA=1400; TSP=175; ZK=700; Dolomit=140;

P.kandang=140 kg/tan. h) 8 bulan: Urea=800; ZA=1600; TSP=200; ZK=800; Dolomit=160;

P.kandang=160 kg/tan. i) >8 bulan: Urea >1000; ZA=2000; TSP=200; ZK=800; Dolomit=200; P.kandang=200 kg/tan.

12

6. Pengairan dan Penyiraman Penyiraman jangan menggenangi batang akar. Tanaman diairi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman digemburkan dan ditutup mulsa.

7. Penjarangan Buah Pada tahun di mana pohon jeruk berbuah lebat, perlu dilakukan penjarangan supaya pohon mampu mendukung pertumbuhan dan bobot buah serta kualitas buah terjaga. buah yang terlalu lebat akan mempengaruhi hasil produksi akhir, disamping itu buah yang terlalu lebat juga akan mempengaruhi kondisi buah pada musim berikutnya. Bahkan pohon jeruk yang umurnya di bawah 4 tahun, bila berbuah terlalu lebat akan sangat dan

mempengaruhi

kesehatan

produktivitas pohon jeruk pada masa selanjutnya. Oleh karena itu perlu ada penjarangan buah. Pada masa produksi awal (umur 3 tahun) sebaiknya buah hanya ditinggalkan pada cabang-cabang yang benar-benarkuat dan jumlahnya tidak terlalu banyak.Buah yang dibuang meliputi buah yang sakit, yang tidak terkena sinar matahari (di dalam kerimbunan daun) dan kelebihan buah di dalam satu tangkai. Hilangkan buah di ujung kelompok buah dalam satu tangkai utama terdapat dan sisakan hanya 2-3 buah. Buah yang baik adalah buah yang tumbuhnya normal, buah yang posisinya mudah terkena sinar matahari, oleh karena itu buah yang terdapat pada cabang yang terlindungi perlu dijarangkan/dibuang, agar tidak memboroskan energi/unsur hara yang diserap oleh pohon jeruk.

13

8. Penyangga Agar pohon jeruk tidak menerima beban terlalu berat dan rusak pada saat berbuah, maka sebaiknya pohon jeruk diberi tiang penyangga yang terbuat dari kayu atau bambu.Pemberian penyangga ini melihat kondisi jika cabang atau ranting ira kira tidak kuat untuk mendukung berat buah maka perlakuan ini diperlukan. Penyangga sebaiknya dibuat persegi empat sesuai dengan lingkaran dahan yang harus disangga. Artinya semakin besar pohon maka semakin besar pula penyangga yang diperlukan. Pembuatan penyangga ini tentunya memerlukan biaya, namun karena pembuatannya bisa dilakukan secara bertahap dapat dipenuhi dari bahan yang terdapat disekitar petani, tentu biaya yang diperhitungkan adalah biaya tenaga kerja saja. Namun bila bahan yang akan digunakan untuk penyangga harus dibeli tentunya ada tambahan biaya bahan penyangga.

2.6. HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JERUK (PHPT) 2.6.1. Hama 1. Kutu loncat (Diaphorina citri.) Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala: tunas keriting, tanaman mati. Pengendalian: menggunakan insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC) dan Monocrotophos (Azodrin 60 WSC). Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yang terserang.

2. Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.) Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga. Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa. Pengendalian: menggunakan insektisida dengan bahan aktif Malathion

(Gisonthion 50 EC), Methidathion (Supracide 40 EC), Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon).

14

3. Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.) Bagian yang diserang adalah daun muda. Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok. Pengendalian: semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC, Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP)< Diazinon (Basazinon 45/30 EC). Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.

4. Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp) Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah. Gejala: bercak keperakperakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun. Pengendalian: semprotkan insektisida Propargite (Omite), Cyhexation (Plictran), Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25 WP, Dicarbam 50 WP).

5. Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.) Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: lubang yang mengeluarkan getah. Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian menggunakan insektisida. Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC) yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.

6. Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.) Bagian yang diserang Helopeltis antonii. Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertaikeluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis. Pengendalian: semprotkan insektisida Fenitrotionmothion (Sumicidine 50 EC), Fenithion (Lebaycid), Metamidofos (Tamaron), Methomil (Lannate 25 WP).

15

7. Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.) Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes. Gejala: bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua. Pengendalian: gunakan insektisida dengan bahan aktif Methomyl (Lannate 25 WP) dan Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian buang bagian yang diserang.

8. Thrips (Scirtotfrips citri.) Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda. Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis. Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari measuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan insektisida berbahan aktif Difocol (Kelthane) atau Z-Propargite (Omite) pada masa bertunas.

9. Kutu dompolon (Planococcus citri.) Bagian yang diserang adalah tangkai buah. Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur. Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S), Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian cegah datangnya semut yang dapat memindahkan kutu.

10. Lalat buah (Dacus sp.) Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak. Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah.

16

Pengendalian: gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC), Dimethoathe (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC) dicampur dengan Feromon Methyl-Eugenol atau protein Hydrolisate.

11. Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.) Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai. Gejala: daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur. Pengendalian: gunakan pestisida Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G, Basazinon 45/30 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Dichlorophos (Nogos 50 EC), Methidhation (Supracide 40 EC).

12. Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.) Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah. Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati. Pengendalian: perbaiki sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).

2.6.2. Penyakit 1. CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration) Penyebab: Bacterium like organism dengan vektor kutu loncat Diaphorina citri. Bagian yang diserang: silinder pusat (phloem) batang. Gejala: daun sempit, kecil, lancip, buah kecil, asam, biji rusak dan pangkal buah oranye. Pengendalian: gunakan tanaman sehat dan bebas CVPD. Selain itu penempatan lokasi kebun minimal 5 km dari kebun jeruk yang terserang CVPD. Gunakan insektisida untuk vektor dan perhatikan sanitasi kebun yang baik.

2. Tristeza Penyebab: virus Citrus tristeza dengan vektor Toxoptera.

17

Bagian yang diserang: jeruk manis, nipis, besar dan batang bawah jeruk Japanese citroen. Gejala: lekuk batang , daun kaku pemucatan, vena daun, pertumbuhan terhambat Pengendalian: perhatikan sanitasi kebun, memusnahkan tanaman yang terserang, kemudian kendalikan vektor dengan insektisida Supracide atau Cascade.

3. Woody gall (Vein Enation) Penyebab: virus Citrus Vein Enation dengan vektor Toxoptera citridus, Aphis gossypii. Bagian yang diserang: Jeruk nipis, manis, siem, Rough lemon dan Sour Orange. Gejala: Tonjolan tidak teratur yang tersebar pada tulang daun di permukaan daun. Pengendalian: gunaan mata tempel bebas virus dan perhatikan sanitasi lingkungan

4. Blendok Penyebab: jamur Diplodia natalensis. Bagian yang diserang adalah batang atau cabang. Gejala: kulit ketiak cabang menghasilkan gom yang menarik perhatian kumbang, warna kayu jadi keabu-abuan, kulit kering dan mengelupas.

Pengendalian: pemotongan cabang terinfeksi, bekas potongan diberi karbolineum atau fungisida Cu. dan fungisida Benomyl 2 kali dalam setahun.

5. Embun tepung Penyebab: jamur Odidium tingitanium. Bagian yang diserang adalah daun dan tangkai muda. Gejala: tepung berwarna putih di daun dan tangkai muda. Pengendalian: gunakan fungisida Pyrazophos (Afugan) dan Bupirimate (Nimrot 25 EC).

18

6. Kudis Penyebab: jamur Sphaceloma fawcetti. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai atau buah. Gejala: bercak kecil jernih yang berubah menjadi gabus berwarna kuning atau oranye. Pengendalian: pemangkasan teratur. Kemudian gunakan Fungisida

Dithiocarbamate /Benomyl (Benlate). 7. Busuk Buah Penyebab: Penicillium spp. Phytophtora citriphora, Botryodiplodia theobromae. Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: terdapat tepung-tepung padat berwarna hijau kebiruan pada permukaan kulit. Pengendalian: hindari kerusakan mekanis, celupkan buah ke dalam air panas/fungisida benpmyl, pelilinan buah dan pemangkasan bagian bawah pohon.

8. Busuk Akar dan Pangkal Batang Penyebab: jamur Phyrophthoranicotianae. Bagian yang diserang adalah akar dan pangkal batang serta daun di bagian ujung dahan berwarna kuning. Gejala: tunas tidak segar, tanaman kering. Pengendalian: pengolahan dan pengairan yang baik, sterilisasi tanah pada waktu penanaman, buat tinggi tempelan minimum 20 cm dari permukaan tanah.

9. Buah Gugur Prematur Penyebab: jamur Fusarium sp. Colletotrichum sp. Alternaria sp. Bagian yang diserang: buah dan bunga Gejala: dua-empat minggu sebelum panen buah gugur. Pengendalian: Fungisida Benomyl (Benlate) atau Caprafol.

19

10. Jamur Upas Penyebab: Upasia salmonicolor. Bagian yang diserang adalah batang. Gejala: retakan melintang pada batang dan keluarnya gom, batang kering dan sulit dikelupas. Pengendalian: kulit yang terinfeksi dikelupas dan disaput fungisida carbolineum. Kemudian potong cabang yang terinfeksi.

11. Kanker Penyebab: bakteri Xanthomonas campestris Cv. Citri. Bagian yang diserang adalah daun, tangkai, buah. Gejala: bercak kecil berwarna hijau-gelap atau kuning di sepanjang tepi, luka membesar dan tampak seperti gabus pecah dengan diameter 3-5 mm. Pengendalian: Fungisida Cu seperti Bubur Bordeaux, Copper oxychlorida. Selain itu untuk mencegah serangan ulat peliang daun adalah dengan mencelupkan mata tempel ke dalam 1.000 ppm Streptomycin selama 1 jam. Secara umum, beberapa cara pengendalian organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dapat dipadukan adalah : 1. Cara budidaya, yang meliputi ketahanan varietas, penghancuran tanaman yang terserang dan menjadi sumber penyakit, tanaman pinggir yang berfungsi sebagai perangkap hama dan sekaligus menjadi tempat berkembangnya musuh alami, sanitasi, pengairan dan drainase yang baik dan pemupukan yang sesuai. 2. Cara biologis, dengan memanfaatkan musuh alami yang banyak dapat ditemukan di alam. 3. Cara mekanis, dengan menangkap, menghancurkan OPT secara mekanis. 4. Cara peraturan, yaitu dengan karantina dan peraturan tentang lalu lintas tanaman. 5. Cara kimiawi, cara ini pilihan terakhir dalam pengendalian OPT karena beresiko buruk terhadap keamanan manusia dan kelestarian lingkungan.

20

2.7. Panen dan Pascapanen 2.7.1. Panen 1. Ciri dan Umur Panen Buah jeruk dipanen pada saat masak optimal, biasanya berumur antara 2836 minggu, tergantung jenis/varietasnya. Untuk Jeruk Siam dapat dipanen pada umur 6 - 8 bulan setelah bunganya mekar. Saat panen, ciri-ciri fisik : 1. 2. 3. Kulit buahnya kekuning-kuningan (orange) Buahnya tidak terlalu keras jika dipegang Bagian bawah buahnya agak empuk dan bila dijentik dengan jari bunyinya tidak nyaring lagi.

2. Cara Panen Buah dipetik dengan menggunakan gunting pangkas.

3. Perkiraan Produksi Rata-rata tiap pohon dapat menghasilkan 300-400 buah per tahun, kadangkadang sampai 500 buah per tahun. Produksi jeruk di Indonesia sekitar 5,1 ton/ha masih di bawah produksi di negara subtropis yang dapat mencapai 40 ton/ha.

2.7.2. Pasca Panen 1. Pengumpulan Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan buah yang mutunya rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi dilakukan berdasarkan diameter dan berat buah yang biasanya terdiri atas 4 kelas. Kelas A adalah buah dengan diameter dan berat terbesar sedangkan kelas D memiliki diameter dan berat terkecil.

21

2. Penyortiran dan Penggolongan Setelah buah dipetik dan dikumpulkan, selanjutnya buah disortasi/dipisahkan dari buah yang busuk. Kemudian buah jeruk digolongkan sesuai dengan ukuran dan jenisnya.

3. Penyimpanan Untuk menyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih dengan temperatur ruangan 8-10 derajat C.

4. Pengemasan Sebelum pengiriman, buah dikemas di dalam keranjang bambu/kayu tebal yang tidak terlalu berat untuk kebutuhan lokal dan kardus untuk ekspor. Pengepakan jangan terlalu padat agar buah tidak rusak. Buah disusun sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara bebas tetapi buah tidak dapat bergerak. Wadah untuk mengemas jeruk berkapasitas 50-60 kg.

2.8. Standar Produksi 1. Ruang Lingkup Standar produksi ini meliputi: syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.

2. Diskripsi Jeruk keprok adalah buah dari tanaman jeruk keprok (Citrus reticulata LOUR) yang berkulit mudah dikupas, dalam keadaan cukup tua, utuh segar dan bersih.

3. Klasifikasi dan Standar Mutu Jeruk keprok digolongkan dalam 4 (empat) ukuran yaitu kelas A, B, C dan D, berdasarkan berat tiap buah, yang masing-masing digolongkan dalam 2 (dua) jenis mutu, yaitu Mutu I dan Mutu II. Kelas A: diameter 7,1 cm atau 151 gram/buah.

22

Kelas B: diameter 6,17,0 cm atau 101150 gram/buah. Kelas C: diameter 5,16,0 cm atau 51100 gram/buah. Kelas D: diameter 4,05,0 cm atau 50 gram/buah. Adapun syarat mutu buah jeruk keprok adalah sebagai berikut : 1) Keasamaan sifat varietas: Seragam, cara uji organoleptic 2) Tingkat ketuaan: Tua, tidak terlalu matang, cara uji organoleptic 3) Kekerasan: Cukup keras, cara uji organoleptic 4) Ukuran: Kurang seragam, cara uji SP-SMP-309-1981 5) Kerusakan, % (jml/jml): maks 5-10, cara uji SP-SMP-310-1981 6) Kotoran: bebas, bebas, cara uji organoleptic 7) Busuk % (jml/jml): maks.1-2, cara uji SP-SMP-311-1981

23

REFERENSI
http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-jeruk.html http://id.wikipedia.org/wiki/Jeruk http://infopekalongan.com/content/view/63/1/ http://wongtaniku.wordpress.com/2009/01/09/budidaya-jeruk/ http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Pengusaha/Kalkulasi_Biaya/Tanaman_Pangan /jeruk_keprok.htm http://www.docstoc.com/docs/19431998/Budidaya-jeruk http://www.2dix.com/pdf/budidaya-jeruk-pdf.php http://go-organik-2010.blogspot.com/2008/08/teknis-budidaya-jeruk.html http://cetak.bangkapos.com/opini/read/691.html http://www.beritajatim.com/detailnews.php/1/Ekonomi/2010-07-16/70234/ http://www.agromedia.net/Info/teknik-tepat-budi-daya-jeruk.html http://flobamor.com/forum/hewan-dan-tumbuhan/9711-budidaya-perkebunantanaman-jeruk.html?langid=1 http://www.ristek.go.id ( Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Gedung II Lantai 6 BPP Teknologi, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340)

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Denpasar Jl. By Pass Ngurah Rai P.O Box 3480, Denpasar Bali

24

You might also like