You are on page 1of 6

Limbah Pembuatan Tempe Benguk Pencemaran adalah suatu penyimpangan dari keadaan normalnya.

Jadi pencemaran air adalah suatu keadaan air tersebut telah mengalami penyimpangan dari keadaan normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air (Wardhana, 1995). Mendengar kata limbah, bayangan orang tertuju pada barang sisa, buangan, kotor, dan mencemari lingkungan. Karenanya, wajar jika kita selalu berusaha menjauhkan limbah dari rumah dan lingkungan kita. Namun, ini bukan berarti bahwa kita semua telah melakukan pengelolaan lingkungan dengan baik dan benar. Masih banyak orang bahkan industri yang membuang limbahnya sembarangan. Secara garis besar, limbah dapat dibedakan menjadi tiga jenis, pertama limbah organik, terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, peternakan, rumah tangga, industri dll., yang secara alami mudah terurai (oleh aktivitas mikroorganisme). Kedua, limbah anorganik, berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau hasil samping proses industri. Limbah anorganik tidak mudah hancur/lapuk. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan bahkan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Ketiga, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), merupakan sisa suatu usaha yang mengandung bahan berbahaya/beracun, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan dan membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia, serta makhluk hidup lainnya.

(http://www.sinarharapan.co.id) Limbah cair yang berasal dari proses pembuatan tempe apabila tidak dikelola dengan baik dan hanya langsung dibuang diperairan akan sangat mengganggu lingkungan disekitarnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan terciumnya bau busuk disekitar lokasi pembuatan tempe. Pemahaman akan bahan pencemar yang terdapat dalam limbah cair yang berasal dari proses pengolahan benguk menjadi tempe merupakan suatu hal yang penting. Pemahaman diperlukan untuk mengetahui tingkat pencemarannya serta mengkaji cara-cara pengelolaan limbah yang tepat. Limbah cair dari proses perebusan dan perendaman benguk, mempunyai nilai TDS dan TSS yang jauh melewati standart baku mutu limbah cair. Pengaruh Padatan tersuspensi (TSS) maupun padatan terlarut (TDS) sangat beragam, tergantung dari sifat kimia alamiah

bahan tersuspensi tersebut. Pengaruh yang berbahaya pada ikan, zooplankton maupun makhluk hidup yang lain pada prinsipnya adalah terjadinya penyumbatan insang oleh partikel-partikel yang menyebabkan afiksiasi. Disamping itu juga adanya pengaruh pada perilaku ikan dan yang paling sering terjadi adalah penolakan terhadap air yang keruh, adanya hambatan makan serta peningkatan pencarian tempat berlindung . Pola yang ditemukan pada sungai yang menerima sebagian besar padatan tersuspensi , secara umum adalah berkurangnya jumlah spesies dan jumlah individu makhluk hidup. (Connel dan Miller, 1995).

Pembuatan Tempe Benguk Air Bersih


PEREBUSAN

Air Limbah

PERENDAMAN

PENCUCIAN

Air Limbah

PEMECAHAN

PEMISAHAN KULIT

Air Limbah + Kulit

PENCUCIAN

Air Limbah

PEREBUSAN

Air Limbah

PENIRISAN

PERAGIAN

PEMBUNGKUSAN

Tempe Benguk

Berdasarkan bagan tersebut diatas nampak bahwa hampir disetiap tahap pembuatan tempe menghasilkan, biasanya perebusan dilakukan dipagi hari. Pembuangan limbah dari perebusan berkisar 1 jam setiap paginya sedangkan limbah perendaman dan pencucian berkisar 2 jam setiap sorenya. Komposisi benguk yang sebagian besar terdiri dari protein, karbohidrat dan lemak, maka dalam limbahnya pun dapat diduga akan terkandung unsur-unsur tersebut. Sasaran dari limbah tersebut yaitu organisme-organisme yang berada di dalam air sungai dan hewan di sekitar sungai. Dalam banyak hal, akibat nyata dari polutan organik adalah penurunan konsentrasi oksigen terlarut dalam air karena dibutuhkan untuk proses penguraian zat zat organik. Pada perairan yang tercemar oleh bahan organik dalam jumlah yang besar, kebutuhan oksigen untuk proses penguraiannya lebih banyak dari pada pemasukan oksigen keperairan, sehingga kandungan oksigen terlarut sangat rendah. Hal ini sangat membahayakan kehidupan organisme perairan tersebut. Sisa bahan organik tidak terurai secara aerob akan diuraikan oleh bakteri anaerob, sehingga akan tercium bau busuk.

Cara Pengendalian Secara umum, pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan cara pengurangan sumber (source reduction), penggunaan kembali, pemanfaatan (recycling), pengolahan (treatment) dan pembuangan. Banyak jenis limbah dapat dimanfaatkan kembali melalui daur ulang atau dikonversikan ke produk lain yang berguna. Limbah yang dapat dikonversikan ke produk lain, misalnya limbah dari industri pangan. Limbah tersebut biasanya masih mengandung: serat, karbohidrat, protein, lemak, asam organik, dan mineral, sehingga dapat mengalami perubahan secara biologis dan dapat dikonversikan ke produk lain seperti: energi, pangan, pakan, dll. Untuk pengendalian limbah tempe benguk sendiri bisa dibuatkan bak penampungan + penyaring air untuk limbah air sedangkan untuk limbah ampas/kulitnya bisa digunakan untuk pakan ternak, misalnya sapi atau kerbau. (http://www.menlh.go.id)

Daftar Pustaka Connell, D.W. dan G.J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi lingkungan. UIPress. Jakarta Wardhana, W.A., 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset Yogyakarta, Jakarta.

LAMPIRAN

Benguk

Tempe Benguk

Perendaman benguk

limbah benguk

Limbah benguk yang akan dialirkan Ke sungai

Air yang tercemar

Air Yang tercemar

Tugas Ilmu Lingkungan


Pencemaran Air Sungai Akibat Limbah Tempe Benguk

Dosen Pengampu: Dra. Trikinasih Handayani, M.Si

Disusun Oleh: Nur Fauzizah AH Sri Yatiningsih (09008160) (09008166)

Sari Kusuma Asih (09008176)

PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN 2012

You might also like