You are on page 1of 21

CARA PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

A. Syarat Penulisan Karya Tulis Ilmiah Secara umum, penulisan karya tulis ilmiah harus memenuhi beberapa syarat tertentu. Syarat tersebut adalah : prinsip ilmiah dan tata tulis baku. Prinsip-prinsip yang menjadi syarat penulisan karya tulis ilmiahtersebut mencakup: A.1. Objektifitas Prinsip ini berhubungan dengan sikap penulis. Dalam hal ini, penulis harus bersikap objektif dalam mengemukakan pendapatnya. Sehingga hasil tulisannya dapat dipertanggumg jawabkan berdasarkan data yang ada. A.2. Pola berfikir dedukatif-induktif Dalam mengemukakan atau menarik kesimpialan, penulis harus menggunakan pola pikir yang logis (runtut dan nalar). Ada dua pola berpikir logis yaitu : deduktif dan induktif. Pola berpikir deduktif betolak dari teori atau hal yang umum untuk menarik kesimpulan yang khusus. Sebaliknya, pola berpikir induktif bertolak dari hal yang khusus untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum (menghasilkan suatu teori). A.3. Sistematika Karaya tulis ilmiah harus disusun secara sistematis, artinya menuruti alur pemahaman yang runtut dari masalah sampai pada kesimpulannya. Tata tulis baku berhubungan dengan sistematika penulisan karya tulis ilmiah. Biasanya, masingmasing lembaga mempunyai peraturan tata tulis yang berbeda. Akan tetapi, pada dasarnya peraturan tersebut mempunyai patokan yang sama. Tata tulis baku ini diperlukan karena : Dapat memperlancar komunikasi hasil penelitian. Memudahkan penilaian atu pertanggungjawabannya, dan Mempercepat penyebarluasan tanpa membutuhkan penyusunan kembali. 2. Petunjuk umum Penulisan karya tulis ilmiah Ada beberapa petunjuk umum yang dapat digunakan dalam perumusan judul, kutipan ,sumber kutipan, catatan kaki, dan daftar kepustakaan. 2.1 Judul Judul harus dapat memberikan gambaran tentang isi tulisan yang disajikan. Oleh karena itu, judul harus mencakup masalah pokok serta hal-hal penting yang ingin ditonjolkan. Meskipun demikian, judul tetap dirumuskan dengan kalimat yang singkat dan jelas. Apabila ternyata judul terlalu panjang, dapat dibagi dua kalimat : bagian prtama menunjukan pokok persoalan, dan bagian kedua berupa anak judul yang menerangkan pokok persoalan. Kata-kata inti harus dipilih,

sehingga keseluruhan isi terwakili. 2.2. Kutipan Kutipan merupakan penulisan kembali pendapat atau hasil karya penulis lain, baik langsung atau tidak langsung. Kutipan harus ditulis sesuai aslinya beserta sumbernya. Pada umumnya, kutpan dibedakan menjadi dua, yaitu : kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.

2.2.1. Kutipan langsung Kutipan langsung ditulis persis sama dengan aslinya (baik kata, ejaan,maupun tanda bacanya). Kutipan semacam ini biasanya diperlukan untuk mengutip : rumus, peraturan hukum , surat keputusan, peribahasa, definisi, dan lain-lain. Secara umum kutipan langsung dibedakan menjadi dua yaitu : kutipan langsung pendek dan kutipan langsung panjang. Kutipan langsung yang pendek tidak lebih dari tiga baris, dituliskan langsung dalam kalimat penulis diantara tanda petik () dan perubahan spasi. Contoh kutipan langsung pendek: Dalam memperkirakan distribusi pendapatan usaha tani akan digunakan pendekatan akuntansi, yakni menghitung distribusi penadapatan usaha tani diantara para penerima pendapatan dan diantara faktor-faktor produksi. Sedangkan kutipan langsung yang panjang, lebih dari tiga baris, dituliskan tersendiri dalam alinea baru dengan perubahan spasi. Baris pertama kutipan dituliskan pada ketukan ke delapan dari margin kiri, baris berikutnya dimulai pada ketukan ke-lima dari margin kiri. Usahakan agar kutipan tidak melebihi setengah halaman. Apabila kutipan langsung panjangnya lebih dari setengah halaman, sebaiknya dimasukan kedalam lampiran. Untuk mmengadakan koreksi kutipan langsung, penulis dapat mencantumkan koreksianya langsung dibelakang kata yang dikoreksi dalam tanda kurung siku []. 2.2.2. Kutipan tak langsung Kutipan tak langsung ini merupakan uraian penulis (dengan kata-kata sendiri) berdasarkan pendapat atau hasil karya penulis lain. Meskipun kutipan tak langsung ini memenggunakan uraian kata penulis sendiri, tetapi pendapat pribadi tidak boleh dikemukakan didalamnya.Penulisan kutipan tak langsung ini dilakukan tanpa menggunakan tanda ptikdan spasi. Jadi, dapat langsung dimasukan dalam tulisan penulis. Sebaiknya, kutipan tak langsung diambil dari suatu sumber saja. Akan tetapi, apabila pengambilan dari dua sumber atau lebuh tidak dapat dihindari, Penulis harus menyelaraskan kedalam satu alinea sehingga terjadi kutipan tunggal nada. Sumber asal kutipan dapat dituliskan langsung dengan mencantumkan nama penulis, tahun terbit buku, dan halaman bukunya. Akan tetapi dapat juga ditulisakan nomor urut kutipan yang dicantumkan setelah kutipan selesai dan nama buku, pengarang, tahun terbit buku, serta halaman bukunya dituliskan pada catatan kaki.

2.3. Catatan kaki Catatan kaki dapat berisi : sumber kutipan atau penjelasan yang membantu memperjelas tulisan. Penjelasan tambahan ini hendaknya ditulis selengkap mungkin, tetapi tidak terlalu panjang. Catatan kaki dituliskan di bagian bawah halaman, dengan garis pemisah antara tulisan dengan garis pemisah juga diberi jarak 2 x 2 spasi. Kemudian penulisan catatan kaki dimulai pada ketukan ke delapan dati margin kiri dengan jarak spasi satu. Sumber kutipan dapat berasal dari : buku, majalah, jurnal, surat kabar, makalah maupun pernyataan langsung. Cara penulisannya dalam catatan kaki pada umumnya sama, yaitu harus dicantumkan nama pengarang, judul karangan, kota dan nama penerbit tahun terbit , serta halaman kutipan. Penulisan sumber kutipan yang muncul berulang kali dapat disingkat dengan beberapa istilah, seperti : ibid, op.cit., loc.cit., dengan catatan, penulisan sumber tersebut dilakukan secara lengkap pada pemunculannya petama kali. 2.3.1. Ibid Ibid merupakan singkatan dari kata ibidem, yang berarti pada tempat yang sama. Singkatan ini dipergunakan jika pada halaman yang sama terdapat dua kutipan atau lebih, dari sumber yang sama dan penulisannya tidak diselingi oleh sumber kutipan yang lain. Penulisan ibid diikuti dengan dengan nomor halaman bila kutipan berasal dari halaman yang berbeda. 2.3.2. op.cit. Op.cit merupakan singkatan dari kata latin opere citato, yang berarti dalam karya yang telah dikuitp terdahulu. Singkatan ini digunakan apabila pada halaman yang sama terdapat dua kutipan atau lebi, dari sumber yang sama tetapi penulisannya diselingi oleh kutipan yang lain. Penulisan op.cit. dilakukan dengan mencantumkan : nama pengarang , op.cit., dan nomor halaman. 2.3.3. loc.cit Loc.cit merupakan singkatan dari kata latin loco citato, yangberarti pada tempat yang telah disebut. Singktan ini digunakan apabila dalam halamanterdapat kutipan yang telah pernah dikutip, dengan nomor halaman kutipan yang sama. Penulisan loc.cit. dilakukan dengan mencantumkan : nama pengarang, loc.cit.

2.4. Daftar Kepustakaan Daftar kepustakaan berisi semua sumber bacaan yang digunakan dalam penulisan. Daftar ini berguna sebagai petunjuk sumber ilmiah lain yang dikutp oleh penulis.selain itu, daftar kepustakaan dapat dijadikan pendukung pendapat penulis dan bahan rujukan yang digunakan pembaca untuk pendalaman. Cara penulisan daftar kepustakaan yaitu sebagai berikut : disusun satu spasi, dengan baris pertama dimulai dari margin kiri dan baris berikutnya (untuk kepustakaan yang sama) diketik mulai pada ketukan kelima. dicantumkan: nama pengarang, judul kepustakaan, kota dan nama penerbit, serta tahu terbit.

a. Dari Bahan Buku: a.1. Oleh Satu Pengarang Budiono, Teori Pertumbubuhan Ekonomi, Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, 1982. a.2. Dua Pengarang Nasoetion, A.H., dan Barizi, Metoda Statistika, Jakarta: PT. Gramedia, 1975. a.3. Tiga Pengarang Heiddjrahman R., Sukanto R., dan Irawan, Pengantar Ekonomi Perusahaan, Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, 1980. a.4. Lebih dari Tiga Pengarang Selltiz, Claire et. Al., Research Methods in Social Relations, New York: Holt, Rinehart, Winston, 1959.

a.5. Pengarang Sama Djarwanto Ps., Statistik Sosial Ekonomi, Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, 1982. -----------------, Pengantar Akuntansi, Yogyakarta: Penerbit Ananda, 1982. a.6. Tanpa Pengarang Authors Guid, Englewood Cliffs, H.J., Prentice-Hall, 1975. a.7. Buku Berseri dan Berjilid Kroef, Van der, Indonesia in the Modern World, Part I, Bandung: Rasa Baru, 1954. a.8. Buku Terjemahan, Saduran atau Suntingan Faried Wijaya (Penerjemah), Teori dan Soal-soal Teori Ekonomi Makro, Bagian I, Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM, 1978. 2. Bahan dari Penerbitan Pemerintah, Lembaga, dan Organisasi lainnya R.I., Departemen Penerangan, Masalah Pertanian, Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi, Penjelasan Pemerintah di depan Sidang Komisi IV DPR, Seri Siaran Khusus, Jakarta: Percetakan Negara, 1976.

3. Surat Kabar Adil, Surakarta, 25 April 1973. Kompas, Jakarta, 14 November 1983. 4. Jurnal, Buletin, Majalah, dan Penerbitan Berkala

Slamet Soeseno, Para Wisatawan Berbulu, Intisari, 222 (Januari 1982), hlm. 84-91. 5. Hasil Penelitian Mubyarto, Irawan, dan Djamasri Adenan, Identifikasi Sektor-sektor Strategi dalam Pembangunan Jawa Tengah, Kerjasama Bappemda Propinsi Jawa Tengah dengan Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1973. 6. Kertas Kerja Diskusi Panel, Seminar, dan Lokakarya Faried Wijaya, Survey Identifikasi Masalah-masalah Industri Kecil dan Industri Kerajinan Rakyat di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, makalah pada Seminar Industrialisasi Pedesaan, Yogyakarta, 22 24 Desember 1977. 7. Bahan tak diterbitkan (Mimeographed) Perkembangan Sektor Pertanian 1971/1972, Jakarta: Departemen Pertanian, 1972. (Miemeographed) 8. Bahan dari Skripsi, Tesis dan Disertasi Djarwanto, Masalah Distribusi dan Pengangkutan Gula, pada Pabrik Gula Mojo-Solo Timur, Skripsi sarjana tak diterbitkan, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 1967. 9. Artikel dalam Ensiklopedia Banta, Richard E., New Harmony, Encyclopedia Britanica, 1968, ed., vol. 15, hlm.305. Catatan: Sumber Bacaan dari Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian (Buku Panduan Mahasiswa), Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pstaka, 1995. Posted by A. Kuswandi at 1:49 AM 0 comments

ANALISIS DATA DAN PENAFSIRAN HASIL ANALISIS


Analisa Data Proses selanjutnya setelah pengolahan data adalah analisa data . Tujuan analisa data ini adalah untuk menyederhanakan, sehingga mudah ditafsirkan. Ada dua cara yang dipergunakan dalam analisa data, yaitu: analisa nonstatistik dan analisa statistik. Analisa nonstatistik sesuai untuk data kualitatif. Analisa ini tidak dilakukan perhitungan statistik. Kegiatan analisa data dengan cara ini dilakukan dengan membaca data. Analisa statistik sesuai untuk data kuantitatif. Dalam analisa statistik ini dipergunakan perhitungan statistik untuk membaca data yang telah diolah. Sesuai dengan pembagian statistik, analisa statistik dibagi menjadi dua, yaitu: analisa statistik deskriptif dan analisa statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif memberikan fakta mengenai objek penelitian tanpa memberi penilaian. Jadi, analisa deskriptif ini hanya bersifat memaparkan saja. Sebaliknya, analisa statistik inferensial memberikan penilaian terhadap objek yang diteliti.

Penafsiran hasil Analisis Setelah data seselsai dianalisis, kegiatan yang harus dilakukan adalah menafsirkan hasil analisis tersebut. Penafsiran hasil analisis ini bertujuan untuk menarik kesimpulan penelitian yang telah dilaksanakan. Penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan cara membandingkan hipotesis yang telah dirumuskan dengan hasil analisis yang didapat. Dengan demikian, peneliti akhirnya memperoleh kesimpulan pokok, yaitu menerima atau menolak hipotesis yang telah dirumuskan. Dalam melaksanakan penafsiran ini, peneliti juga perlu memeriksa kembali langkah-langkah yang telah dilaksanakan dalam penelitian. Langkah ini berguna untuk melihat kesahihan hasil penafsiran. Apabila semua langkah penelitian telah dilakukan dengan tepat, kesahihan hasil penafsiran dapat dijamin dan hasil penelitian dapat digunakan untuk keperluan pemecahan masalah praktis yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Sebaliknya, jika ternyata langkah penelitian tidak dilakukan dengan tepat, hasil penelitian tidak dijamin kesahihannya. Dalam hal ini, peneliti harus bersikap terbuka dengan menjelaskan semua langkah yang telah dilakukan sehubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh. Posted by A. Kuswandi at 1:30 AM 0 comments

PENGOLAHAN DATA
Data yang terkumpul dalam tahap pengumpulan data, perlu diolah dahulu. Tujuannya adalah menyederhanakan seluruh data yang terkumpul, menyajikannya dalam susunan yang baik dan rapi, untuk kemudian dianalisis. Dalam tahap pengolahan data ini, ada tiga kegiatan yang dilakukan, Yaitu : Penyuntingan, (editing), Pengkodean (Coding), dan tabulasi (tabulating). Ketiga kegiatan ini diuraikan dengan singkat sbb: Penyuntingan. Kegiatan yang dilakukan dalam kegitan ini adalah memeriksa seluruh daftar pertanyaan yang dikembalikan responden. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan ini, yaitu : 1) Kesesuaian jawaban responden dengan pertanyaan yang diajukan. 2) Kelengkapan pengisian daftar pertanyaan, dan 3) Keajegan (consistency) jawaban responden. Dalam menyunting, Penyunting (peneliti) tidak diperbolehkan mengganti atau menafsirkan jawaban responden. Dengan demikian, kebenaran jawaban dapat terjaga. Pengkodean Setelah penyuntingan diselesailkan, kegiatan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pemberian kode (pengkodean). Pengkodean dilakukan dengan memberi tanda (simbol) yang berupa angka pada jawaban responden yang diterima. Tujuan pengkodean ini adalah untuk menyederhankan jawaban responden. Dalam pengkodean harus diperhatikan pemberian kode pada jenis pertanyaan yang diajukan

(pertanyaan terbuka atau pertanyaan tertutup). Untuk pertanyaan tertutup, ditentukan dengan mudah, misalnya : 1 untuk jawaban ya/ setuju dan kode 0 untuk tidak/tidak setuju ; atau ditambah kode 99 untuk jawaban yang kosong (responden tidak memberi jawaban). Sedangkan pemberian kode untuk pertanyaan terbuka dilakukan dengan tahapan tertentu. Pertama, jawaban responden diperiksa untuk dibuat kategari jawaban tertentu. Apabila jawaban perlu dikategorikan, dilihat kategori jawaban yang sesuai. Setelah itu, kategori diberi kode. Seluruh kode yang ditentukan untuk tiap jawaban, disusun dalam buku kode. Buku kode ini selain diperlukan dalam pengkodean juga sebagai pedoman untuk analisis data dan penulisan laporan. Tabulasi Kegiatan yang dilakukan dalam tabulasi adalah menyusun dan menghitung data hasil pengkodean, untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Tabel ini dapat berupa tabel frekuensi, tabel korelasi, tabel silang. Posted by A. Kuswandi at 1:30 AM 0 comments

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN


A. Populasi dalam Penelitian 1. Pengertian Populasi Penelitian selalu berhadapan dengan masalah sumber data yang disebut dengan istilah populasi dan sample penelitian. Penentuan sumber data tersebut bergantung pada masalah yang akan diteliti, serta hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Dalam hal ini, tampak bahwa masalah popolasi dan sample sebagai sumber data mempunyai peranan yang cukup penting. Secara singkat Hermawan Wasito (1995:49) menguraikan populasi sebagai : a. sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian dan elemen populasi itu merupakan satua analisis; b. sekumpulan objek, baik manusia, gejala, nilai tes, benda atau peristiwa; c. semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sample itu hendak digeneralisasikan (Sutrisno Hadi,1983); d. jumlah keseluruhan unit analisis yang cirri-cirinya akan diduga. e. himpunan semua hal yang ingin diketahui, dan biasanya disebut sebagai universum ( Manase Malo, 1986:149). Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan. Tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawai, 1983). Menurut Manase Mallo (1986:149). Populasi bisa berupa lembaga, individu, kelompok, dokumen, atau konsep. Dalam penentuan populasi kita dibantu oleh empat faktor untuk mendefinisikan dengan tepat (Manase Mallo,1986:150), yaitu: isi, satuan, cakupan (skop) dan waktu. Contoh: Dalam suatu penelitian mengenai Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten

Bekasi pada tahun 2002, penelitian dapat menetapkan populasi penelitiannya sebagai berikut: 1. Semua PNS (Isi) 2. yang bukan sebagai tenaga honorer maupun kontrak (Satuan) 3. Di Kabupaten Bekasi (Cakupan) 4. Pada tahun 2002 (Waktu) 2. Jenis Populasi Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan di atas, populasi dapat dibedakan berdasarkan beberapa aspek: a. Berdasarkan jumlahnya, populasi dapat dibedakan menjadi populasi terbatas dan populasi tak etrbatas. Populasi terbatas adalah sumber data yang jelas batasannya secara kuantitatif , sehingga relatif dapat dihitung jumlahnya. Populasi ini memiliki cirri terbatas. Contoh: Tiga juta wanita Indonesia pada tahun 1985; dengan karakteristik: mengikuti program KB. Populasi tak terbatas adalah sumber data yang tidak dapat ditentukan batasnya sehingga relatif tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah. Contoh: Narapidana di Indonesia, Pengangguran di Indonesia. b. Berdasarkan sifat populasi, dapat dibedakan menjadi populasi homogen dan populasi heterogen. Dua jenis ini dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud populasi homogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif. Contoh: Buruh tani penggarap, PNS golongan III A, Dosen Ilmu Pemerintahan dan lain-lain. Populasi heterogen adalah sumber data yang unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi sehingga perlu ditetapkan batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pada umumnya, populasi yang heterogen terjadi pada penelitian di bidang sosial dan objeknya manusia atau gejala-gejala dalam kehidupan manusia. Contoh: Masyarakat Pedesaan di Kabupaten Garut. c. Berdasarkan pembedaan lain, dapat dibedakan menjadi populasi target dan populasi survei . Populasi target adalah merupakan populasi yang telah ditentukan sesuai dengan masalah penelitian sebelum penelitian dilakukan. Populasi target ini tidak sepenuhnya dapat dipenuhi di lapangan. Bisa saja salah satu cirri-ciri populasi yang kita tentukan tidak kita temukan dalam kenyataannya di lapangan. Sehingga kita hanya mendasari pada beberapa cirri saja dari populasi yang sudah kita tentukan untuk kemudian dijadikan populasi penelitian (populasi survei).Dengan demikian dapat dikatkan bahwa Populasi survei merupakan populasi yang terliput dalam penelitian yang dilakukan. Contoh: Seseorang ingin mengadakan penelitian tentang sikap terhadap Keluarga Berencana (KB). Dalam penelitian tersebut ia ingin mendapat informasi dari masyarakat di suatu Kabupaten (populasi target). Tetapi setelah turun ke lapangan , ia menemukan kenyataan ada satu kecamatan yang masyarakatnya tidak mau memberikan jawaban (menolak). Hal ini terjadi mungkin karena masih ada kepercayaan masyarakat dalam kecamatan tersebut yang tidak menyetujui adanya KB. Kini populasi penelitiannya yang sudah ditetapkan menjadi berkurang, maka ia hanya berhasil mengumpulkan informasi dari beberapa kecamatan saja, ini mewrupakan populasi survei. B. Sampel Penelitian

Setelah populasi ditentukan dengan jelas, barulah dapat ditetapkan apakah mungkin untuk meneneliti seluruh elemen populasi atau perlu mengambil sebagian dari populasi saja yang disebut sample. Suatu penelitian tidak selalu perlu meneliti semua anggota dalam populasi , karena disamping memakan biayayang besar juga membutuhkan waktu yang lama. Dengan meneliti sebagian dari populasi (sample) dapat diharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan memberikan gambaran sesuai dengan sifat populasi yang bersangkutan. Ada beberapa pengertian dari sample dalam penelitian, yaitu: 1. Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Artinya, sample adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi (Nawawi;1983). 2. Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki (Sutrisno Hadi, 1983) 3. Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki. Jadi, penelitian hanya dilakukan terhadap sample, tidak terhadap populasi, tetapi kesimpulan penelitian mengenai sample itu akan digeneralisasikan terhadap populasi. 1. Penentuan Sampel Teknik penentuan sample dalam penelitian sangat penting peranannya dalam penelitian. Berbagai teknik penentuan sample pada hakikatnya adalah untuk memperkecil kesalahan generalisasi dari sample ke populasi. Hal ini dapat dicapai apabila diperoleh sample penelitian yang representatif. Artinya, sample yang benar-benar mencerminkan populasinya. Ada empat faktor yang harus dipertimbangkan untuk menentukan besarnya sample yang harus diambil dalam penelitian, sehingga dapat diperoleh gambaran yang representatif dari populasinya. Keempat faktor itu adalah: a.Tingkat keseragaman dari populasi. Semakin homogen populasi itu, makin kecil sample yang perlu diambil; b. Tingkat presisi (keterandalan) yang dikehendaki dalam penelitian. Makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki dalam penelitian makin besar anggota sample yang harus diambil. Semakin besar sample akan semakin kecil penyimpangan terhadap nilai populasi yang didapat; c. Rencana analisis yang dikaitkan dengan kebutuhan untuk analisis. Kadang-kadang besarnya sample masih belum mencukupi kebutuhan analisis, sehingga mungkin diperlukan sample yang lebih besar. d. Penentuan ukuran sample dipengaruhi oleh teknik penentuan sample yang digunakan. Jika teknik yang digunakan tepat/sesuai kerepresentatifan maka sample akan terjaga. Teknik ini juga tergantung pada biaya, tenaga, dan waktu yang disediakan. 2. Teknik Penentuan Sampel Teknik penetuan sample (sampling) adalah cara untuk menentukan sample yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sample yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sample yang representatif atau benar-benar mewakili populasi (Nawawi, 1983: 152). Dikenal dua jenis teknik penentuan sample, yaitu penentuan sample secara acak (random sampling), yang memiliki kemungkinan tinggi untuk menetapkan sample yang representatif dan teknik penentuan sample tak acak (Non Random sampling), yang lebih rendah kemungkinannyamenghasilkan sample yang representatif.

Sumber Bacaan : - Pengantar Metodologi Penelitian, 1995, Hermawan Wasito, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama. - Metode Penelitian Sosial, 1986, Manasse Mallo, dkk, Jakarta, Penerbit Karunia Utama. Posted by A. Kuswandi at 1:23 AM 0 comments

TEKNIK DAN ALAT PENGUMPUL DATA


A. Pengantar Pengumpulan data merupakan langkah yang cukup penting dalam penelitian. Data yang terkumpul akan digunakan sebagai bahan analisis dan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, pengumpulan data harus dilakukan dengan sistematis, terarah dan sesuai dengan masalah penelitian. Teknik pengumpulan data erat hubungannya dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan. Karena itu, pemilihan teknik dan alat pengumpulan data yang sesuai perlu diperhatikan. Dalam penelitian, penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat (sesuai) dapat membantu pencapaian hasil (pemecahan masalah) yang sahih (Valid ) dan andal (Reliable). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pengumpulan data dilakukan, yaitu : 1. jenis data yang diperoleh, 2. sumber data, 3. cara pengumpulan data, dan 4. jumlah data yang diperlukan. Berdasarkan sumber, data dapat dibedakan menjadi data primer dan sekunder. Data Primer adalah merupakan informasi yang dikumpulkan peneliti langsung dari sumbernya. Dalam hal ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data. Biasanya, pengumpulan data primer membutuhkan waktu yang cukup lama dan biaya yang tinggi. Keuntungan penggunaan data primer ini adalah dapat dipercaya. Data Sekunder, adalah informasi yang telah dikumpulkan pihak lain. Jadi dalam hal ini peneliti tidak langsung memperoleh data dari sumbernya. Peneliti bertindak sebagai pemakai data. Data sekunder dibagi menjadi dua kelompok menurut sumbernya, yaitu : 1) Data Internal, yang tersedia di tempat penelitian di lakukan, dan 2) Data eksternal, yaitu merupakan data perolehan dari pihak luar. Penggunaan data sekunder dapat menghemat waktu, biaya, dan tenaga. Akan tetapi, data yang diperoleh belum tentu sesuai dengan keinginan atau maksud peneliti, serta tidak diketahui dengan pasti kebenarannya.

B. Metode dalam Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data erat kaitannya dengan metode (cara) pengumpulan data penelitian

yang digunakan. Ada tiga metode penelitian yang sering digunakan, yaitu : Sensus, sampling dan studi kasus. 1. Metode Sensus Dalam metode sensus, pengumpulan data yang diperlukan dilakukan terhadap seluruh populasi yang cirinya hendak diketahui. Jadi, data yang diperoleh dapat menunjukkan ciri keseluruhan populasi yang sebenarnya. Penggunaan metode ini membutuhkan biaya tinggi, waktu dan tenaga yang relatif banyak. 2. Metode Sampling Metode sampling paling sering digunakan dalam penelitian. Dalam metode ini, pengumpulan data dilakukan dari sebagian populasi yang dianggap mewakili keseluruhan ciri populasi yang dikehendaki. 3. Metode Studi Kasus Dalam metode studi kasus, penelitian dilakukan terhadap satu aspek tertentu yang telah ditentukan. Pengumpulan datanya juga dilakukan terhadap sebagian populasi yang mewakili (yang hendak diteliti). Hasil penelitian (kesimpulan) yang diperoleh dengan metode ini tidak dapat digeneralisasikan, tetapi merupakan nilai khusus (specific value ) darin penelitian itu sendiri. C. Teknik Pengumpulan Data Sehubungan dengan metode penelitian di atas, ada beberapa teknik dan alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data. antara lain melalui observasi dan komunikasi. 1. Teknik Observasi (Pengamatan ) Dalam teknik ini peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan yang sistematik terhadap subyek penelitian. Berdasarkan pelaksanaannya, teknik pengamatan ini dibedakan menjadi : a. Teknik pengamatan langsung Dalam teknik pengamatan langsung, pengamatan dilakukan tanpa menggunakan peralatan khusus. Jadi, peneliti langsung mengamati dan mencatat segala sesuatu yang diperlukan pada saat terjadinya proses yang dilakukan oleh subyek penelitian. b. Teknik pengamatan tak langsung Dalam teknik ini, pengamatan dilakukan dengan menggunakan peralatan tertentu, mislanya tape recorder. Pengamatan dalam hal ini, dapat dilakukan dalam situasi sebenarnya maupun buatan, misalnya : permainan peran (roleplaying) yang direkam dengan kamera. c. Teknik pengamatan partisipasi Dalam teknik ini, peneliti turut mengambil bagian dalam situasi nyata objek penelitian. Jadi, peneliti masuk ke dalam situasi pengamatan dan ikut aktif melakukan kegiatan dalam sistem tersebut.

2. Teknik Komunikasi Teknik komunikasi digunakan untuk mendapatkan data primer maupun sekunder. Dalam hal ini, peneliti mengadakan hubungan (komunikasi) dengan subjek penelitian. Ada dua jenis teknik komunikasi : yaitu teknik komunikasi langsung dan teknik komunikasi tidak langsung. Dalam teknik komunikasi langsung, peneliti berhubungan langsung (tatap muka) dengan subjek penelitiannya. Sedaangkan pada teknik komunikasi tidak langsung, peneliti menggunakan media atau pranata tertentu untuk menghubungi subjek penelitiannya. Komunikasi langsung biasanya dilaksanakan dengan wawancara, dan komunikasi tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan angket (Questioner). 1. Wawancara Wawancara merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu : pewawancara (interviewer), responden (interviewee), pedoman wawancara dan situasi wawancara. a. Pewawancara adalah pengumpul informasi, oleh karena itu pewawancara diharapkan dapat menyampaikan semua pertanyaan dengan jelas, merangsang responden untuk menjawab semua pertanyaan, dan mencatat semua informasi yang dibutuhkan dengan benar. b. Responden merupakan pemberi informasi yang diharapkan dapat menjawab semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap. Untuk itu diperlukan motivasi atau kesediaan responden menjawab pertanyaan dan hubungan selaras antara responden dan pewawancara. c. Pedoman wawancara yang dipergunakaaan pewawancara, menguraikan masalah penelitian yang biasanya dituangkan dalam bentuk pedoman wawancara. d. Situasi wawancara berkaitan dengan waktu, tempat, kehadiran orang ketiga dan sikap masyarakat umumnya. Waktu dan tetap yang tidak sesuai dapat menjadikan pewawancara canggung dan responden enggan menjawab pertanyaan. Adanya orang ketiga, dapat mempengaruhi responden dalam menjawab, demikian pula dengan sikap masyarakat umum. 2. Angket Angket merupakan alat pengumpul data yang biasa digunakan dalam teknik komunikasi tidak langsung. Artinya, responden secara tidak langsung dihubungi melalui daftar pertanyaan tertulis yang dikirim dengan media tertentu atau dikirim langsung oleh si peneliti. Pada umumnya, angket ini digunakan dalam penelitian yang respondenya tersebar secara geografis. Dalam penelitian sosial, angket ini juga berfungsi sebagai pelengkap pengumpulan data yang diperoleh dengan cara lain. Tujuan dari penyebaran angket adalaaaah untuk mencari informasi yang lengkap mengenai sesuatu masalah. Hal ini penting agar responden yang menerimanya tidak merasa khawatir dalam mengisi. Responden tahu dengan jelas informasi tertentu yang diminta dan tidak merasa khawatir dirinya diuji bila mengisinya. Berdasarkan bentuknya, angket dapat dibedakan menjadi :

a. Angket berstruktur (Tertutup) Dalam angket ini, jawaban pertanyaan yang diajukan sudah disediakan. Responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan dirinya. Jadi, pertanyaannya bersifat tertutup. Contoh : 1. Apakah anda seorang karyawan pegawai negeri ? a. Ya b. Bukan 2. Jika Ya, sudah berapa lamakah anda menjadi pegawai negeri ? a. 1 tahun b. 2 tahun c. 3 tahun d. Lebih dari 3 tahun b. Angket tak berstruktur (Terbuka) Pada angket ini, pertanyaan diajukan dalam bentuk pertanyaan terbuka, pilihan jawaban tidak disediakan. Jadi responden diberi kebebasan untuk menjawab pertanyaan menurut pendapatnya sendiri. Contoh : 1. Bagaimana pendapat anda tentang sistem penggajian yang diberikan oleh Perusahaan kepada karyawannya di tempat anda bekerja ? ..................................................

2. Bagaimana saran anda untuk perbaikan sistem penggajian di perusahaan tempat anda bekerja ? .................................................. Posted by A. Kuswandi at 12:02 AM 0 comments

Wednesday, November 5, 2008


LANGKAH-LANGKAH DALAM PENELITIAN SOSIAL
LANGKAH :1: PENENTUAN ATAU PEMILIHAN MASALAH Pemilihan atau penentuan masalah adalah merupakan langkah paling awal dalam kegiatan penelitian. Untuk menentukan masalah dalam penelitian dapat ditinjau dari dua sudut pandangan, yaitu :

Dari Masalah Itu Sendiri Yaitu penentuan atau pemilihan masalah didasarkan pada pentingnya masalah (Significance of Topic), dan jenis masalah (Interesting Topic). Dalam hal ini biasanya masalah yang dipilih untuk diteliti adalah merupakan masalah yang penting dan menarik. Sehingga, hasil penelitian dapat berguna untuk menyumbangkan bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Dari Diri Peneliti Dalam hal ini masalah penelitian didasarkan pada peneliti, yaitu: peneliti harus melihat kemampuannya (Keilmuan), waktu, dana, dan tenaga yang tersedia untuk melakukan penelitian. Berkenaan dengan penentuan masalah tersebut maka ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu : 1) Data tersebut mudah untuk diperoleh (Obtainable Data) dan 2) Masalah tersebut dapat ditangani (Manageable Topic). Apabila masalah yang dipilih sesuai dengan kemampuan atau pengetahuan peneliti dan data yang diperlukan dapat diperoleh, maka penelitian dapat berjalan dengan lancar. LANGKAH : 2: PENETAPAN LATAR BELAKANG MASALAH Latar belakang masalah adalah merupakan uraian informasi sehubungan dengan timbulnya masalah penelitian. Informasi atau data mengenai timbulnya masalah penelitian tersebut perlu dicari untuk mengetahui kedudukan masalah dengan pasti. Hal yang melatarbelakangi timbulnya masalah penelitian maka perlu diuraikan apa adanya agar penelitian dapat berhasil secara berarti (Significant). Dalam uraian latar belakang masalah adalah ditulis menurut Piramida terbalik, artinya uraian informasi latar belakang masalah tersebut ditulis dari mulai hal yang bersifat umum ke hal yang bersifat khusus menyangkut kondisi obyektif permasalahan yang akan diteliti. LANGKAH : 3: PERUMUSAN/IDENTIFIKASI MASALAH Identifikasi masalah adalah penetapan/penentuan masalah yang akan diteliti berdasarkan dari latar belakang masalah. Rumusan/identifikasi masalah ini harus dibuat operasional dan jelas batasannya. Dalam uraian identifikasi masalah biasanya ditulis dalam bentuk kalimat pertanyaan, yang kemudian akan dijawab melalui penelitian. Contoh : 1. Bagaimana hubungan antara kepemimpinan Camat dengan efektivitas kerja di Kecamatan X ? 2. Adakah hubungan pengaruh antara Tingkat Pendidikan dengan Partisipasi Politik Masyarakat di Desa Y ? 3. Bagaimana pelaksanaan Komunikasi politik yang dijalankan oleh Pimpinan Partai Z ? LANGKAH :4: TELAAH/STUDI KEPUSTAKAAN

Telaah kepustakaan adalah merupakan studi pendahuluan yang bertujuan untuk mencari data tentang masalah penelitian. Tahapan ini sangat penting karena merupakan dasar dalam penyususnan kerangka teoritis, anggapan dasar atau tinjauan pustaka. Kerangka teoritis yang dibuat berdasarkan telaah kepustakaan ini berguna untuk menuntun peneliti dalam pemecahan masalah penelitian. Telaah kepustakaan ini dapat dilakukan dengan dua cara : 1. Mempelajari dokumen atau hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan. 2. Mempelajari berbagai buku dan tulisan sehubungan dengan masalah penelitian. LANGKAH :5: PENETAPAN TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1. TUJUAN Tujuan adalah merupakan arah pelaksanaan penelitian. Diuraikan apa yang akan dicapai melalui penelitian tersebut. Tujuan penelitian disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak lain yang ebrhubungan dengan penelitian tersebut. 2. KEGUNAAN PENELITIAN Dalam uraian tentang kegunaan penelitian dijelaskan manfaat dan sumbangan yang akan diberikan sehubungan dengan penelitian tersebut. Uraian kegunaan ini menjadi dasar informasi untuk mengajukan saran dan rekomendasi kepada pihak yang ingin mengadakan penelitian lanjutan. LANGKAH :6: PERUMUSAN HIPOTESIS Perumusan hipotesis adalah merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Perumusan hipotesis adalah merupakan langkah yang sangat penting, sebab hipotesis digunakan sebagai dasar pengumpulan data dan penarikan kesimpulan (hasil penelitian) Contoh : 1. Ada hubungan pengaruh kepemimpinan terhadap efektivitas kerja pegawai di Kecamatan X. 2. Jika Komunikasi Politik Ketua Partai X dilaksanakan berdasarkan syarat-syarat komunikasi maka perolehan suara pada pemilu Tahun 1997 di Kabupaten Z Akan Meningkat . LANGKAH :7: PENETAPAN METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah mencaakup prosedur dan alat yang akan digunakan dalam melaksanakan penelitian. Dalam prosedur penelitian ini diuraaikan tahapan atau urutan pelaksanaan penelitian. Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian merupakan alat yang dipergunakan untuk pengumpulan data. 1. Teknik penentuan sampel (Teknik sampling), dan 2. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan.

LANGKAH : 8: PENYUSUNAN JADWAL PENELITIAN Hal utama yang perlu diperhatikan dalam suatu penelitian, perlu dibuatkan jadwal perencanaan penelitian sebagai berikut: perencanaan penelitian, persiapan peralatan yang dibutuhkan, pengmpulan data, analisis data, dan interpretasi data serta penulisan laporan. Urutan kegiatan tersebut harus dibuat dalam bentuk jadwal kegiatan penelitian secara rinci. LANGKAH :9: PENGUMPULAN DATA Dalam suatu penelitian, data sangat dibutuhkan untuk menguji hipotessis yang telah dirumuskan sebelumnya. Pengumpulan data ini erat hubungannya dengan metodologi penelitian. Oleh kaarena itu, ada beragam teknik dan alat pengumpulan data. Kesahihan (Validitas) dan keterandalan (reliabilitas) data yang diperoleh akan terjamin apabilaa teknik dan alat pengumpulan data yang digunakan tepat. LANGKAH :10: PENGOLAHAN DATA Pengolahan data dilakukan apabila data telah terkumpul lengkap. Kegiatan pengolahan data yang perlu dilakukan adalah: a. Penyuntingan (editing) data, adalah pengelompokan dataa dan atau melakukan penulisan ulang dari data yang diperoleh berdasarkan kategori data yang diperoleh dari lapangan. Editinmg ini perlu dilakukan agar memudahkan dalam memasukan data ke dalam Coding Book (Buku kode data). b. Pengkodean data (Coding Data), adalah memasukan data ke dalam catatan/buku yang telah diberikan kode berdasarkan pengelompokan kategori sehingga mudah dalam membuat tabulasi data dan mudah dalam hal pengecekan bila terjadi kekeliruan waktu dilakukan analisis data. c. Tabulasi data ( Tabulating Data), adalah memasukan/mengelompokan data dari Coding Book ke dalam tabel-tabel sesuai dengan kebutuhan analisis. LANGKAH :11: ANALISIS DATA Analisis data ini dilakukaaan dengan tujuan untuk menyederhanakan hasil olahan data sehingga data tersebut mudah dibaca atau diinterpretasikan. Biasanya tabulasi yang paling sederhana adalah melalui Tabulasi Kecenderungan Prosentasi. Dalam menganalisis data, jenis data yang diperoleh harus diperhatikan (Kualitatif atau kuantitatif). Apabila data yang diperoleh berupa data kualitatif, maka analisis yang dipergunakan adalah analisis non statistik. Sebaliknya , data kuantitatif dianilisis dengan analisis statistik. LANGKAH :12 :

PENAFSIRAN HASIL STATISTIK Penafsiran hasil analisis ini sangat berkaitan dengan analisis data yang telah dilakukan. Dalam tahap ini, data yang telah diolah dan dianalisis, diberi arti. Dari hasil penaafsiran ini, diperoleh kesimpulan penelitian yang menyatakan hipotesis yang dirumuskan diterima atau ditolak (teruji atau tidak), bila dalam penelitian tersebut menggunakan hipotesis. Bila penelitian tersebut tidak menggunakan uji hipotesis, maka cukup disimpulkan saja. LANGKAH :13: PENYUSUNAN LAPORAN Tahap penyusunan/pembuatan laporan adalah merupakan kegiatan akhir untuk mempublikasikan dan mendokumentasikan hasil penelitian. Laporan penelitian dapat berbentuk: Makalah (paper), laporan, skripsi, atau disertasi. Dalam hal penulisan laporan ini, sistematika yang dipergunakan mengikuti format tertentu sesuai dengan ketentuan yang dipakai. Posted by A. Kuswandi at 11:57 PM 1 comments

TAHAPAN DALAM PENELITIAN ILMIAH


TAHAPAN PENELITIAN Dari uraian langkah-langkah penelitian terdahulu, maka sebetulnya dapat dikelompokan kedalam tiga tahapan penelitian sebagai berikut : Tahap Perencanaan (persiapan), Tahap Pelaksanaan Penelitian, dan Tahap Penulisan Laporan Penelitian. TAHAP PERENCANAAN (PERSIAPAN) Langkah-langkah penelitian yang masuk pada tahap ini adalah : a. Penentuan atau pemilihan masalah; b. Latar Belakang Masalah; c. Perumusan atau Identifikasi masalah; d. Telaah Kepustakaan; e. Tujuan dan kegunaan penelitian; f. Perumusan Hipotesisi g. Metode Penelitian; h. Penyusunan Administrasi Penelitian/Jadwal Penelitian. Langkah-langkah tersebut ditulis biasanya ditulis dalam proposal (Outline penelitian) atau rancangan penelitian. Pada tahap ini , sikap mental yang harus dimiliki oleh si peneliti adalah : aktif, kritis, dan skeptis. Aktif dalam mencari data, kritis dalam menimbang dan membandingkan data dengan masalah, serta skeptis karena masih ada yang diragukan. TAHAP PELAKSANAAN PENELITIAN

Dalam tahap ini, ada empat langkah penelitian yang harus dilakukan : a. Pengumpulan data; b. Pengolahan data; c. Analisis data; d. Penafsiran hasil analisis. Paaada tingkat langkah analisis, maka sikap mental yang perlu dimiliki oleh peneliti adalah : aktif, kritis, dan skeptis, artinya mencarai kenyataan yang terjadi di lapangan yang benar-benar ada. TAHAP PENULISAN LAPORAN PENELITIAN Dalam hal isi laporan, maka harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut : Berisi keseluruhan proses dan pengalaman penelitian didalam bentuk cerita/paparan/deskrisi naratif; Laporan diperinci dalam bab dan sub-bab dengan judul yang tepat dan jelas, sehingga memudahkan pembaca dalam mencari bagian tertentu; Kalimaat disusun dengan jelas daaan sederhana; Istilah ditulis dengan tepat untuk menghindari kesalahpahaman; Tata bahasa, ejaan, dan sistematika penulisan dilakukan menuruti peraturan yang ditentukan; Penomoran bab, sub-bab, tabel, dan diagram yang ada ditulis dengan ajeg (konsisten). Catatan kaki (footnote) digunakan untuk tiap kutipan yang ada. Posted by A. Kuswandi at 11:51 PM 0 comments

HASRAT INGIN TAHU MANUSIA


Berdasarkan kodratnya manusia dibekali dengan hasrat ingin tahu. Dengan adanya hasrat ingin tahu, selalu timbul berbagai pertanyaan dalam diri mansuia. Oleh karena itu, manusia selalu berusaha mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Berdasarkan akal budinya manusia manusia mengembangkan pengetahuan yang berguna untuk kelangsungan hidupnya. Hasrat ingin tahu dalam memenuhi kelangsungan hidupnya, manusia harus memperoleh pengetahuan baru, atau pemecahan masalah, sebagai jawaban atas pertanyaan. Pengetahuan yang diinginkan adalah pengetahuan yang benar, atau secara singkat disebut kebenaran.Untuk memperoleh pengetahuan yang benar (kebenaran) tersebut, maka dapat digunakan dua pendekatan, yaitu: pendekatan Non Ilmiah dan pendekatan Ilmiah. A. Pendekatan Non Ilmiah Pendekatan non ilmiah dilkukan tanpa mengikuti langkah-langkah yang sistematis dan tidak terkontrol. Cara menyimpulkan hasilnya pun bersifat subjektif, sehingga berbeda untuk masingmasing orang. Beberapa cara penemuan kebenaran dalam pendekatan non ilmiah antara lain: 1. Penemuan kebenaran secara kebbetulan: penemuan semacam ini diperoleh tanpa rencana ( tidak dapat didperhitungkan terlebih dahulu) Contoh: Penemuan kina untuk penyakit malaraia. Karena diperoleh secara kebetulan, penemuan tersebut tidak pasti dan tidak melalui langkah yang sistematik. 2. Penemuan kebenaran dengan Akal sehat: Akal Sehat (common sense) merupakan serangkaian konsep yang dapat digunakan untuk menyimpulkan hal yang benar. Hanya menggunakan logika

berpikir saja: Misalnya: Kemacetan lalulintas di Lampu merah disebabkan oleh padatnya jumlah kendaran. Secara akal sehat benar, padahal belum tentu hanya oleh jumlah kendaraan yang banyak. Mungkin saja karena kesadaran pengendara mobil. 3. Penemuan kebenaran secara intuitif: Dalam hal ini kebenaran diperoleh melalui proses yang tidak dsadari atau tidak dipikirkan lebih dahulu (tanpa melalui suatu pemikiran). Hasilnya sukar dipercaya karena tidak menggunakan langkah yang sistematik dan terkendali. 4. Penemuan kebenaran melalui usaha coba-coba: penemuan ini merupakan hasil usaha percobaan yang dilakukan berulang-ulang (trial and error) tanpa petunjuk pemecahan yang jelas. Oleh karena itu, proses penemuan ini membutuhkan waktu yang lama, tidak efisien dan tidak terkontrol. 5. Penemuan Kebenaran Melalui Kewibawaan Dalam hal ini, kebenaran didasarkan pada reputasi kedudukan seseorang. Pendapat seseorang yang dianggap mempunyai kewibawaan dalam bidang tertentu, diterima tanpa diuji lagi. Padahal, kebenaran pendapat tersebut belum tentu terbukti. 6. Penemuan Kebenaran Secara Spekulatif: Ini merupakan trial and error yang lebih tinggi tarafnya. Dalam prosesnya, digunakan pertimbangan sebagai panduan, walaupun pertimbangannya kurang dipikirkan secara mendalam. Oleh karena itu, penemuann cara ini penuh resiko. B. Pendekatan Ilmiah Pendapat (kesimpulan ) yang diperoleh dengan menggunakan pendekatan ilmiah diperoleh melalui penelitian, yaitu penelitian yang sistematik dan terkontrol berdasarkan data empiris. Oleh karena itu, jika dilakukan penelitian ulang sesuai dengan langkah dan kondisi yang sama, akan diperoleh hasil yang ajeg (konsisten). Dengan pendekatan ilmiah, orang berusaha memperoleh kebenaran ilmiah yang obyektif. Pendekatan ilmiah dalam penelitian merupakan hasil perkembangan sejarah penelitian itu sendiri (dari yang tidak ilmiah menjadi ilmiah). Menurut Rummel, yang dikutif oleh Soetrisno Hadi (1985:4-5) sejarah perkembangan metodologi penelitian dibagi menjadi empat periode. Periode Trial and Error : dalam periode ini, pemecahan masalah dilakukan berulangkali dengan berbagai percobaan yang tidak terarah. Belum ada dalil tertentu, yang tersususn untuk dijadikan pedoman dalam mencari kebenaran. Periode Authority and Tradition: Dalam periode ini , otoritas pemimpin dan tradisi dijadikan pegangan tanpa dikritik meskipun belum tentu benar. Periode Speculation and Argumentation: Pada periode ini, orang mulai membentuk kelompok diskusi dan mempertanyakan kebenaran doktrin yang selama ini diturunkan oleh tokoh penguasa. Dasar yang digunakan kelompok untuk menentang adalah teori dialektika. Periode hypothesis and Experimentation: Pada periode ini, penelitian mulai diperhatikan. Dasar pemikiran dupergunakan adalah keadaan alam semesta yang meliputi pola tertentu. Dengan dasar pemikiran yang demikian, orang mulai berusaha menjelaskan sesuatu dengan cara mencari buktinya. Pertama-tama, dugaan dibuat dalam bentuk hipotesis, kemudian dikumpulkan fakta untuk menguji kebenaran dugaannya. C. Definisi Penelitian Penelitian adalah suatu usaha untuk memperoleh fakta atau prinsip (menemukan,

mengembangkan, menguji kebenaran) dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data (informasi) yang dilaksanakan dengan teliti, jelas, sistematik, dan dapat dipertanggungjawabkan (metode ilmiah). Berdasarkan definisi tersebut, maka penelitian mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Cara berpikir: untuk menjadi seorang peneliti yang baik diperlukan tiga cara berfikir, yaitu skeptis, analitis dan kritis. a. Berfikir skeptis, adalah bahwa peneliti selalu menanyakan bukti (fakta) yang dapat mendukung suatu pernyataan. b. Berfikir analitis, bahwa peneliti harus selalu menganalisa setiap pernyataan atau persoalan yang diteliti c. Berfikir kritis, peneliti harus mendasarkan pikiran dan pendapatnya pada logika, serts menimbang berbagai hal secara obyektif berdasarkan data dan analisis akal sehat ( common sense). 2. Kompeten ; seorang peneliti yang baik memiliki kompetensi (berkemampuan), artinya, ia mamapu menyelenggarakan penelitian dengan menggunakan metode dan teknik penelitian tertentu. 3. Objektif, dimana seorang peneliti yang baik bersikap objektif, artinya dapat memisahkan pendapat pribadi dengan kenyataan. 4. Jujur, maksudnya tidak memasukan keinginan sendiri ke dalam data. 5. Faktual, adalah bahwa peneliti bekerja dengan menggunakan data dan fakta. 6. Terbuka, peneliyi bersedia memberikan bukti penelitian dan siap menerima pendapat pihak lain tentang hasil penelitiannya. D. Fungsi Penelitian Pada hakikatnya, penelitian mempunyai fungsi menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Secara terinci, penelitian berfungsi sebagai berikut: Penjajagan: fungsi ini disebut dengan fungsi eksploratif, maksudnya bahwa penelitian berfungsi dalam menemukan sesuatu yang belum ada. Dengan demikian penelitian mengisi kekosongan atau kekurangan ilmu. Pengujian: fungsi ini disebut juga sebagai fungsi verifikatif. Maksudnya penelitian berfungsi untuk menguji kebenaran suatu pengetahuan yang sudah ada. Pengembangan, fungsi ini disebut fungsi developmental. Maksudnya penelitian berfungsi mengembangkan pengetahuan yang sudah ada. E. Jenis Penelitian 1. Berdasarkan hasil yang diperoleh : Penelitian Dasar dan penelitian terapan 2. Berdasarkan bidang yang diteliti: Penelitian bidang sosialPenelitian bidang eksakta 3. Berdasarkan tempat penelitian: penelitian laboratorium. Penelitian kepustakaan dan penelitian Lapangan. 4. Atas dasar Cara dan Tarap Pembahasan masalahnya: a. Penelitian deskriptif , penelitian ini terbatas pada usaha mengunngkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta. b. Penelitian inferensial, penelitian ini bermaksud mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa dengan memberikaan penilaian secara menyeluruh, luas dan mendalam dari sudut pandangan ilmu yang relevan.

5. Atas Dasar Tujuannya: a. Penelitian penjajagan, tujuannya menemukan masalah-masalah baru (exploratif). b. Penelitian Pengujian, disebut juga penelitian verifikatif yang bertujuan untuk menguji kebenaran atau pengetahuan. c. Penelitian Pengembangan, disebut juga penelitian developmental yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah ada.

You might also like