You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN I.

1Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam perilaku dan lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.(1) UU Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 pasal 23 tentang kerja menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan. Peraturran Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men.1996 juga mengatur bahwa setiap perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 100 orang atau lebih dan atau yang mengandung potensi bahaya wajib menerapkan system manajemen K3. (1) Upaya K3 sendiri sudah diperkenalkan dengan mengacu pada peraturan yang diterbitkan sebagai landasannya. Di samping UU No, 1/1970 tentang Keselamatan Kerja, upaya K3 telah dimantapkan dengan UU No. 23/1992 tentang Kesehatan, yang secara eksplisit mengatur kesehatan kerja. Dalam peraturan perundangan tersebut ditegaskan bahwa dalam setiap tempat kerja wajib diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Hal itu mengatur pula sanksi hokum bila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan tersebut.(1) Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat, dengan kegioatan pokok berupa pelayanan medis, baik preventif, kuratif, maupun rehabilitative. Sudah menjadi kewajiban institusi rumah sakit untuk memberikan pelayanan bagi penderita sebagai konsumen beserta pengunjung lainnya. Sebagai upaya meningkatkan
1

pelayanan kesehatan kepada masyarakat, rumah sakit perlu mempunyai pegawai atau karyawan yang perilakunya termotivasi secara baik, mengarah kepada tujuan organisasi dan aktivitas-aktivitasnya tidak mudah terganggu oleh gangguan-gangguan kecil.(2) Potensi bahaya di rumah sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di rumah sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik dan sumber-sumber cedera ringan lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial, dan ergonomic. Semua potensi bahay tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan rumah sakit.(2) Kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit sampai saat ini belum menjadi prioritas penting bagi rumah sakit. Rumah sakit masih lebih mementingkan kelangsungan usaha, keuntungan, pemenuhan kebutuhan logistic, sumber daya manusida dan (bila kondisi memungkinkan) pengembangan jenis pelayanan baru. Sementara itu karyawan rumah sakit, terutama mereka yang sebenarnya berisiko tinggi mengalami penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja seperti dokter, perawatn, radiolog, petugas laboratorium, dan lain-lain belum mendapatkan perhatian yang cukup.(2) Banyak penyakit yang timbul berhubungan dengan pekerjaan, baik karena kondisi lingkungan tempat kerja maupun jenis aktivitas dalam pekerjaan. Lingkungan tempat kerja yang bersuhu terlalu panas atau dingin dan penuh dengan polusi udara sangat tidak kondusif bagi kesehatan pekerja. Aktifitas pekerjaan yang memaksa pekerja untuk berposisi menetap dalam jangka waktu yang lama, baik posisi duduk atau berdiri dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan. Tetapi
2

seringkali orang mengabaikan tentang pentingnya menciptakan kondisi lingkungan kerja dan posisi pekerja sehingga selama dapat melakukan aktifitas atau pekerjaannya agar kondusif menghindari

memperkecil timbulnya penyakit akibat pekerjaan.(2) I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami ingin mengetahui faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja bagi teknisi di Rumah Sakit Ibnu Sina. I.3 Tujuan Penelitian I.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja bagi teknisi di Rumah Sakit Ibnu Sina. I.3.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja bagi teknisi di Rumah Sakit Ibnu Sina dalam proses kerjanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Tinjauan Umum Mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau khronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. (3) Tujuan kesehatan kerja adalah: (3) 1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun kesehatan sosial. 2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya. 3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan

yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya. Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan
4

lingkungan kerja yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu: (3) 1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain. 2. Beban kerja: fisik maupun mental.
3. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising,

panas, debu, parasit, dan lain-lain. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu kesehatan kerja yang optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan produktifitas kerja. (3) Sasaran kesehatan kerja khususnya Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dapat diberikan batasan sebagai berikut : SMK3 adalah merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab pelaksanaan prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya kerja yang aman, efisien dan produktif. (3) II.2 Tinjauan Pustaka tentang Lift Lift adalah angkutan transportasi vertikal yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang. Lift umumnya digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi maupun di rumah sakit biasanya lebih dari tiga atau empat
5

II. 2.1 Lift

lantai. Gedung-gedung yang lebih rendah biasanya hanya mempunyai tangga atau eskalator. Lift-lift pada zaman modern mempunyai tombol-tombol yang dapat dipilih penumpangnya sesuai lantai tujuan mereka, terdapat tiga jenis mesin, yaitu hidraulik, traxon atau katrol tetap, dan hoist atau katrol ganda, jenis hoist dapat dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu hoist dorong dan hoist tarik. (4) Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah hak setiap tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan serta setiap orang lainnya yang berada dalam lingkungan kerja seperti tertuang sepenuhnya dalam Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Khusus untuk lingkungan kerja yang berhubungan dengan lift, UU No.1 tahun 1970 dalam hal ini menyebutkan pada Bab II pasal 2 ayat (2) huruf f "dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air, maupun di udara;". Kemudian syarat-syarat keselamatan lift pengangkut orang dan barang diatur dalam Permen No.3/Men/1999. (4) Berikut

ini

Undang-Undang

dan

peraturan

yang

mengatur

penyelenggaraan lift: (4) UU No.1 tahun 1970, tentang persyaratan keselamatan kerja PP No.23 tahun 2004, tentang Badan Nasional Sertifikasi Profesi Permen No.03/MEN/1978, tentang penunjukan dan kewenangan Ahli K3

SNI-1718-1989, tentang pemeriksaan dan pengujian lift Permen No.03/MEN/1995, tentang syarat-syarat penunjukan Perusahaan jasa K3 (PJK3)

Permen No.03/MEN/1998, tentang tata cara pelaporan kecelakaan kerja Permen No.03/MEN/1999, tentang syarat-syarat keselamatan lift pengangkut orang dan barang Permen No.407/BW/1999, tentang persyaratan teknisi lift
6

Permen No.07/MEN/2006, tentang ijin mempekerjakan tenaga kerja Asing (IMTA) Hal-hal yang perlu diperhatikan keselamatan dan kesehatan dalam

lingkungan kerja lift adalah: (4) 1. Perencanaan Dalam tahap perencanaan, pengawasan dilakukan pada saat penyerahan gambar rencana. lebih ditekankan pada fungsi dan kegunaan lift tersebut sesuai dengan perhitungan traffic analysis yaitu perhitungan jumlah, kapasitas dan kecepatan lift dalam suatu gedung yang disesuaikan dengan jumlah dan populasi pengguna. sedangkan gambar rencana meliputi gambar konstruksi lengkap dengan detailnya, perhitungan konstruksi, spesifikasi dan sertifikasi material (Permen No.03/MEN/1999 Bab III Pasal 24 ayat (2)dan (4)). 2. Pemasangan Tahap pemasangan, tahap assembling dari semua peralatan yang telah direncanakan dan diproduksi sesuai gambar rencana. Yang perlu diperhatikan dalam tahapan ini adalah:

Dipasang oleh perusahaan yang memiliki surat ijin instalatur Memiliki surat ijin pemasangan Pemasangan diawasi oleh supervisor yang kompeten dan memiliki SIO (Surat Ijin Operasi) penyelia pengawas pemasangan lift Pemasangan dilaksanakan oleh teknisi yang memiliki SIO adjuster. Dilaksanakan pemeriksaan dan pengujian oleh perusahaan riksa uji (PJK3 Riksa Uji) dan disahkan oleh pengawas yang ditunjuk sebelum pesawat tersebut dipakai.

3. Pengoperasian Setelah pesawat lift selesai dipasang dan telah memiliki surat ijin pemakaian lewat serangkaian riksa uji, maka pesawat lift tersebut layak untuk digunakan. berikut ini hal-hal yang perlu dilaksanakan agar
7

pengoperasian pesawat lift dapat berjalan dengan baik dan aman (setiap saat).

Pengoperasian dikelola dan diawasi oleh teknisi yang kompeten dan memiliki SIO sebagai penyelia pengawas operasi lift. Dipergunakan dan dioperasikan dengan benar Dirawat dan diperbaiki secara benar oleh teknisi yang kompeten dan memiliki SIO perawatan dan perbaikan Memiliki manajemen kondisi darurat

II.2.2 Petir Petir adalah proses gejala alam yang selalu terjadi di muka bumi, terjadinya seringkali pada bersamaan dengan terjadi hujan air seperti di Indonesia atau hujan es seperti di Negara Eropah. Seringkali petir ini dimulai dengan munculnya lidah api listrik yang bercahaya terang yang terus memanjang kearah permukaan bumi dan kemudian diikuti suara yang menggelegar dan efeknya akan fatal bila mengenai semua benda fisik dan mahluk hidup dimuka bumi. Oleh karena itu efeknya dari bahaya petir cendrung menghancurkan, maka sudah tidak ada pilihan lain selain menangkal bahaya petir tersebut dengan alat penangkal petir yang sering dipasang diseluruh dunia, baik dengan sistim instalasi penangkal petir konvensional maupun sistim instalasi penangkal petir radius, dan akan jauh lebih baik lagi jika dipasang juga alat pendeteksi datangnya petir seperti lightning counter. (5) II.2.2.i Penangkal Petir Konvensional dan Radius ( Active Early Streamer ) Jika kita perhatikan pada tiap-tiap gedung maupun pabrik biasanya sudah terpasang penangkal petir tipe pasif maupun aktif. Minimal ada satu penangkal petir yang biasanya terpasang disetiap gedung atau pabrik baik penangkal petir pasif maupun aktif. Karena untuk bangunan-bangunan
8

seperti itu sangat membutuhkan sistem penangkal petir yang memiliki nilai ohm yang cukup baik atau sesuai dengan standard yang berlaku. Untuk sebuah sitem penangkal petir yang baik harus mempunyai nilai standard harus di bawah 3 ohm, sedangkan penangkal petir untuk data harus dibawah 1 ohm. Banyak orang yang sudah tahu tentang kegunaan penangkal petir. Karena penangkal petir di jaman sekarang bisa kita jumpai di berbagai tempat, terutama penangkal petir yang biasanya dipasang untuk bangunanbangunan yang tinggi. Penangkal petir juga bisa kita jumpai di pabrik, diperkantoran juga sudah banyak yang memasang penangkal petir, bahkan diperumahanpun sudah memakai sistem penangkal petir. Dari jenis penangkal petir ini, pabrikan mengklaim bahwa satu titik produk penangkal petir mereka, mampu memberikan penangkal petir dengan radius proteksi yang luas, hingga radius ratusan meter. Penangkal petir untuk setiap pabrikan memiliki model yang berbeda dan klaim radius proteksi yang bervariasi pula. Berbeda dengan sistem penangkal petir aktif, sistem penangkal petir konvensional dibuat dari banyak tombak terminal petir (air terminal) yang dikombinasikan dengan konduktor pembumian yang membentuk jaring-jaring (Faraday Cage). Mengacu kepada standard penangkal petir yaitu : IEC, BS, NFPA, JIS dan SPLN dan disarankan oleh banyak ahli, penggunaan sistem penangkal petir konvensional adalah pilihan terbaik, sedangkan sistem penangkal petir aktif masih diragukan dari berbagai aspek. Sayangnya, kepentingan akan estetika penangkal petir, kemudahan instalasi penangkal petir dan biaya murah membuat para instalatir lebih memilih penangkal petir tipe aktif yang tidak memiliki standar baku. (5) II.2.2.ii Cara Kerja Sistem Proteksi Penangkal Petir Cara kerja sistem proteksi penangkal petir sebetulnya sangat sederhana. Penangkal petir ini adalah rangkaian jalur yang digunakan untuk
9

memperlancar jalannya petir menuju ke permukaan perut bumi, tanpa merusak bangunan dan peralatan yang dilewatinya. Ketika sebuah bangunan terpasang sistem proteksi penangkal petir, maka sumber bahaya petir tersebut akan yang akan disalurkan langsung ke perut bumi dan tentunya akan mencegah petir membakar bangunan tersebut dan akan menyelamatkan semua jiwa manusia yang ada didalamnya. Untuk itu sangat diwajibkan dilakukan instalasi penangkal disetiap bangunan, baik instalasi penangkal petir untuk rumah, kantor maupun pabrik. Dan yang sangat penting harus diperhatikan aldah semua kabel yang digunakan harus dibuat khusus untuk proteksi penangkal petir dan harus memenuhi standar sistem penangkal petir. Hal ini untuk memastikan agar hasil instalasi petir tersebut bekerja dan benar-benar dapat meredam petir. Instalasi penangkal petir yang sering di aplikasikan di dunia ini umumnya terbagi 2 macam, yaitu instalasi penangkal petir konvensional dan instalasi penangkal petir sistem radius. Kedua sistem penangkal petir ini memepunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing dan tentu juga harus disesuaikan dengan kondisi medan masing-masing lokasi. (5) II.2.2.iii Komponen Utama Instalasi Penangkal Petir Konvensional Sistem proteksi instalasi penangkal petir konvensional lebih cocok diterapkan pada daerah yang bangunannya padat dan tidak dari bahan logam semua. Misalnya untuk daerah pemukiman penduduk yang padat dan jarak antar bagunan sangat rapat. Sistem instalasi penangkal petir konvensional ini terdiri dari sejumlah elemen, yang bekerja bersama-sama untuk mencegah bahaya petir. Untuk sistem instalasi penangkal petir konvensional ini diperlukan komponen pokok sebagai berikut : (5)

Air Konvensional Terminal khusus sistem instalasi penangkal petir Kabel BC Grounding khusus sistem instalasi penangkal petir Spit Grounding khusus sistem instalasi penangkal petir
10

Metal Grounding khusus sistem instalasi penangkal petir

II.2.2.iv Penangkal Petir Instalasi Penangkal Petir Sistem Radius Komponen Utama Instalasi Penangkal Petir Sistem Radius(5) Sistem proteksi instalasi penangkal petir sistem radius lebih cocok diterapkan pada daerah yang bangunannya agak jarang, baik dari bahan logam maupun bukan logam. Misalnya untuk daerah yang jarang ada pemukiman penduduk dan jarak antar bagunan cukup jauh. Instalasi penangkal petir sistem radius dapat melindungi sambaran langsung petir terhadap bangunan dan dapat memproteksi wilayah yang jauh lebih luas akibat serangan peitr. Instalasi penangkal petir sistem radius ini terdiri dari sejumlah elemen, yang bekerja bersama-sama untuk mencegah bahaya petir. Untuk instalasi penangkal petir sistem radius ini diperlukan komponen pokok sebagai berikut :

Air Lightning Terminal khusus sistem instalasi penangkal petir Kabel BC Grounding khusus sistem instalasi penangkal petir Spit Grounding khusus sistem instalasi penangkal petir Metal Grounding khusus sistem instalasi penangkal petir Cara kerja instalasi penangkal petir sistem radius adalah sebagai

beikut : Muatan listrik di atmosfir merupakan peristiwa alam yang menyebabkan timbulnya petir. Badai yang terjadi diawan adalah merupakan kumpulan muatan listrik yang bergantungan di atmosfir. Udara sebagai isolator akan memisahkan muatan listrik diawan dari awan yang lain. Selama terjadi badai diatmosfir, muatan listrik akan terus terus terbentuk yang akan menimbulkan petensial muatan listrik berlawanan yang serupa ke bumi dan akan mengumpul dibawah permukaan awan yang nanti nya akan menimulkan petir.

11

Penangkal petir sistem radius dibuat untuk mencegah datangnya petir langsung menuju objek yang akan diproteksi. Untuk mencegah sambaran petir, penangkal petir sistem radius akan mencegah sambaran petir langsung ke objek yang dituju. Untuk mencegah sambaran petir langsung menuju ke objek yang dituju, penangkal petir sistem radius akan terus menerus mengurangi muatan listrik yang diciptakan oleh badai disekitar areal yang akan diproteksi. Petir yang timbul hanya terjadi luar areal yang diproteksi dan itupun akan langsung disalurkan ke bumi. Namun perlu diingat, bahwa jika kita mau memasang instalasi sistem penangkal petir, harus dipastikan bahwa alat penangkal petir nya harus benar-benar bekerja, karena jika tidak resiko dan kerusakan yang ditanggung akan jauh lebih besar. Hal ini karena cakupan wilayah yang diproteksi sangat luas. II.2.3 Generator dan Instalasi Listrik Generator menggunakan induksi listrik adalah sebuah Proses alat ini yang dikenal memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan elektromagnetik.

12

sebagai pembangkit listrik. Walau generator dan motor punya banyak kesamaan, tapi motor adalah alat yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Generator mendorong muatan listrik untuk bergerak melalui sebuah sirkuit listrik eksternal, tapi generator tidak menciptakan listrik yang sudah ada di dalam kabel lilitannya. Hal ini bisa dianalogikan dengan sebuah pompa air, yang menciptakan aliran air tapi tidak menciptakan air di dalamnya. air, mesin Sumber enegi mekanik bisa berupa resiprokat maupun turbin mesin uap, air yang jatuh melakui sebuah turbin maupun kincir pembakaran dalam, turbin angin,engkol tangan, energi surya atau matahari, udara yang dimampatkan, atau apa pun sumber energi mekanik yang lain. (5) Keselamatan listrik adalah topik bahasan untuk K3 karena pekerjaan listrik adalah pekerjaan yang memiliki resiko tinggi yang dapat menyebabkan fatality. Dalam pekerjaan listrik, banyak yang mengalami cedera bahan menginggal tersetrum listrik. Arti dari tersetrum adalah sensasi yang mengejutkan atau kontaksi otot dimana seseorang mengalami aliran listrik menjalar ditubuhnya. Tersetrum dapat mengakibatkan luka bakar yang serius bahkan membunuh jika kontraksi otot cukup parah hingga menghentikan detak jantung. Dari banyak kasus yang terjadi kontraksi otot ini dapat menyebabkan korban tetap tertahan pada sumber listrik khususnya ketika perkakas listrik sedang digunakan. (5) Tubuh manusia termasuk penghantar listrik. Walaupun tegangan listrik rendah dapat menyebabkan efek kesehatan yang parah dan jalur yang dilewati dan durasi paparan. (5) bahkan dapat mengakibatkan kematian tergantung dari arus listrik yang mengalir ke tubuh

Efek Sengatan Listrik

13

Effect Kematian Ventricular Fibrillation Paralysis of Diaphragm

DC Current (mA) 120+ 50-120 20-50

Membuat tangan lengket 16-20 Involuntary Reflexes Perception 4-9 1-4

Pada kejadian seorang karyawan mengalami sengatan listrik, hal yang vital adalah rekan karyawan tersebut bertindak langsung berusaha untuk mengurangi cidera pada korban. Hubungi penyedia tanggap darurat sesecepatnya sehingga mereka langsung ke lokasi kejadian untuk membantu korban. (5) Melepaskan Korban dari Sengatan Listrik Aktif(5) Ketika seseorang datang dan menyentuh tegangan listrik yang dengan voltase yang cukup besar shingga menyebabkan tersetrum prioritas utama yang harus lakukan adalah menyingkirkan aliran arus listrik. Tipikalnya tidak hanya mematikan mesin, alat atau perkakas. Seseorang harus memotong aliran dari sumbernya dengan memutuskan listrik atau mencabut soket perkakas listrik. Dalam beberapa keadaan mungkin hal ini tidak memungkinkan untuk melakukannya dengan cepat. Sampai sini mungkin pilihan hanya memutuskan kontak antara aliran listrik dan korban. Hal ini dapat dilakukan dengan memindahkan korban menjauh dari sumber listrik. Untuk melakukan hal ini dengan aman tanpa membahayakan diri maka Anda tidak boleh menjadi penghantar listrik lainnya. Netralkan diri dari listrik sebelum menolong korban kenakan sarung tangan yagng kering untuk menutupi

14

tangan dengan kain, kayu atau pakaian. Pastikan memiliki pijakan yang bagus dan tidak terpeleset atau terjatuh ketika mencoba memindahkan korban. (5) Berikut ini beberapa item yang biasa digunakan: (5)

Professional non-conductive release hook (best option and relatively inexpensive) potogan kayu pangan (24, etc) Pegangan sapu Pendeng kulit (potong bagian besi ) Tali kering Selimut, pakaian atau material non konduktif yang kering lainnya Ketika korban telah dipindahkan dari aliran listrik, periksalah napas

dan detak jantung korbat tersebut. Jika pernafasan terhenti, tetapi denyut nadi korban masih ada, berikan nafas buatan dari mulut ke mulut (CPR). Jika detak jantuk telah berhenti, lakukan napas buatan (CPR). Jika kedua jantung dan nafas telah berhenti, lagnsung berikan nafas bantaun (CPR). Gunakan selimut untuk menjaga korban tetap hanyat dan angkat kaki korban sedikit diatas tangkat kepala untuk meringankan efek tersetrum. (5)

CHECK LIST PEMANTAUAN FAKTOR FISIK LINGKUNGAN KERJA TEKNISI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR

15

TEMPAT/WILAYAH : ......... HARI TANGGAL PENANGGUNGJAWAB

................................................................................ : :

......................................................................................... ......................................................................................... I. Bising NO PERIHAL 1 Apakah terdapat sumber bising di 2 3 4 tempat kerja Apakah sumber bising mempengaruhi komunikasi Apakah sumber bising mempengaruhi pelaksanaan tugas Apakah ditempat kerja memiliki alat proteksi diri YA TIDAK KET.

CHECK LIST PEMANTAUAN FAKTOR KIMIA LINGKUNGAN KERJA TEKNISI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR TEMPAT/WILAYAH : ......... ................................................................................

16

HARI TANGGAL PENANGGUNGJAWAB

: :

......................................................................................... ......................................................................................... I. Debu NO PERIHAL 1 Apakah ditempat kerja terus 2 3 menerus terpapar debu Apakah debu di udara berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas Apakah ditempat kerja memiliki sarana proteksi diri YA TIDAK KET.

CHECK LIST PEMANTAUAN FAKTOR ERGONOMI LINGKUNGAN KERJA TEKNISI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR TEMPAT/WILAYAH : ......... HARI TANGGAL : ......................................................................................... ................................................................................

17

PENANGGUNGJAWAB

......................................................................................... I. Posisi NO PERIHAL 1 Apakah dalam pelaksanaan tugas, 2 berada dalam posisi yang nyaman Apakah terdapat gejala gejala yang dirasakan akibat posisi saat bekerja YA TIDAK KET.

CHECK LIST PEMANTAUAN FAKTOR PSIKOSOSIAL LINGKUNGAN KERJA TEKNISI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR TEMPAT/WILAYAH : ......... HARI TANGGAL : ......................................................................................... ................................................................................

18

PENANGGUNGJAWAB

......................................................................................... NO PERIHAL 1 Apakah dalam pelaksanaan tugas di tempat kerja terdapat kendala dalam berhubungan dengan para 2 teknisi lainnya Apakah resiko pekerjaan memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan tugas YA TIDAK KET.

19

You might also like