Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pengampu
: M. Haryanto S.pd
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PEKALONGAN 2011
yang terjadi dalam pembelajaran bahasa pertama ini adalah pemerolehan dan belajar. Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua terjadi apabila Bahasa Indonesia mempunyai fungsi komunikatif dalam masyarakat di mana penutur tinggal. Dalam hal ini, komunikasi dalam masyarakat dipilah-pilah menurut konteksnya. Dalam konteks keluarga, bahasa yang dipakai oleh siswa adalah bahasa pertama dan dalam konteks lingkungan bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia. Sementara pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing apabila Bahasa Indonesia tidak memiliki fungsi komunikatif yang mantab dalam lingkungan masyarakat yang belajar Bahasa Indonesia. Siswa atau pembelajar Bahasa Indonesia yang berbahasa ibu Bahasa Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia tidak hanya di dalam kelas tetapi juga di rumah dan lingkungan masyarakatnya. Dengan demikian Bahasa Indonesia menjadi sangat dominan dalam interaksi keseharian pembelajar atau siswa. Sementara pembelajar (siswa) Bahasa Indonesia yang berbahasa ibu bahasa daerah menggunakan bahasa daerah di rumah dan lingkungan masyarakatnya, dan sedikit sekali mempunyai kesempatan menggunakan bahasa daerah di lingkungan atau situasi formal. Dari perbedaan ini maka strategi pembelajaran Bahasa Indonesia yang dipersiapkan oleh pengajar tentu berbeda. Dalam hal ini pengajar harus benar-benar mengetahui latar belakang pembelajar (siswa) agar strategi yang diterapkannya benar-benar efektif. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Metode Pembelajaran Metode mengajar guru akan mempengaruhi belajar siswa. Untuk itu guru harus berani mencoba metode-metode atau teknik-teknik baru yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan meningkatkan motivasi siswa. Sampai saat ini (sepanjang pengetahuan penulis) belum ada metode pembelajaran yang benar-benar sempurna. Untuk itu tidak ada salahnya jika guru mempertimbangkan saran yang disampaikan Soenjono Dardjowidjojo, yaitu guru harus bisa memetik dan memakai mana yang unggul dan membuang mana yang busuk. Artinya guru harus berani memadukan beberapa metode pembelajaran dalam rangka menuju kesempurnaan pembelajaran.
Sebagai
contoh,
guru
menggunakan
pendekatan
komunikatif
sekaligus
menggunakan pendekatan longitudinal. Dari kedua pendekatan ini, guru dapat mengambil sisikeunggulan kedua pendekatan tersebut. Dalam hal ini guru menyampaikan struktur bahasa yang benar (tetapi tidak melulu mengajarkan struktur) dan disertai memberikan kesempatan pada pembelajar (siswa) untuk mempraktikkan bahasa yang diperolehnya agar lebih komunikatif. Ketika pembelajar (siswa) mempraktikkan bahasanya, guru membetulkan kesalahan yang dibuat oleh pembelajar (siswa). Dengan demikian pembelajar akan terampil menggunakan bahasanya dengan meminimalkan kesalahan. Selain itu, guru harus mengingat apa yang dikatakan Widdowson (dalam Dardjowidjojo, 2003:5) yaitu sudah saatnya kita meninggalkan model pembelajaran yang berorientasi pada language usage, sebab yang diperlukan pembelajar (sisiwa) sebenarnya adalah language use. Dalam hal ini guru hendaknya lebih menekankan pada penggunaan bahasa, artinya pembelajar (sisiwa) ditunjukkan tentang aplikasi bahasa dan ragam bahasa yang ada di tengah masyarakat. Hal ini bertujuan agar pembelajar (sisiwa) dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar jika ia nantinya terjun ke masyarakat. Keputusan tentang metode pembelajaran mana yang akan dipakai harus mempertimbangkan latar belakang pembelajar (siswa), antara lain latar belakang sosial budaya dan bahasa ibu yang dipergunakan. Sebagai ilustrasi, berikut contoh situasi yang dapat dipertimbangkan guru dalam mengambil keputusan tentang metode pembelajaran yang berkaitan dengan bahasa ibu. Apabila pembelajar (siswa) mempunyai ibu berupa bahasa daerah, maka sangat dimungkinkan pembelajaran bahasa keduanya sangat dipengaruhi bahasa pertamanya.