You are on page 1of 9

3

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

MODUL PENGANTAR PUBLIC RELATION (3 SKS)

POKOK BAHASAN : DEFINISI CITRA DAN KOMPETENSI PR


Oleh : Dra. Siti Komsiah,M.Si

DESKRIPSI:
Salah satu fungsi PR adalah menjalankan fungsi manageman, salah satu dari fungsi management tersebut adalah membentuk atau membangun image/citra perusahaan/lembaga/organisasi. Dalam modul ini kita akan melihat defisi dari citra itu sendiri, PR dalam membentuk citra dan kompetensi PR dalam membentuk citra.

TUJUAN INSTRUKSIONAL Setelah mengikuti mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Mengetahui dan mampu memahami definisi dan pengertian citra 2. Mengetahui dan memahami macam/jenis citra 3. Mengetahui kompetensi PR dalam perkembangannya 4. Mengetahui Penggunaan internet dalam kompetensi PR

DEFINISI CITRA DAN KOMPETENSI PR

Penggunakan ilmu/teori dan metode komunikasi Humas seperti jurnalistik, propaganda, pemasaran, promosi, periklanan dan publisitas oleh humas (lihat modul 2) bertujuan untuk memunculkan dan membentuk citra atau pada prinsipnya adalah untuk menciptakan pengertian, dukungan dan image posisit dari publiknya baik internal maupun eksternal. Image atau citra positif dari suatu organisasi akan sangat membantu lembaga tersebut dalam pencapaian tujuannya. Penggunakan metode komunikasi Humas, pada prinsipnya adalah untuk menciptakan pengertian, dukungan dan image positit dari publiknya baik internal maupun eksternal. Image atau citra positif dari suatu organisasi akan sangat membantu lembaga tersebut dalam pencapaian tujuannya. Selanjutnya dalam modul ini kita akan lihat apa itu citra, bagaimana citra itu dibentuk oleh PR dan selanjutnya kompetensi humas/PR sebagai pembentuk citra itu sendiri. A. Definisi Citra Citra merupakan kesan atau impresi seseorang terhadap sesuatu. Citra merupakan persepsi yang terbentuk dalam benak manusia. Pembentukan persepsi manusia menurut K. Sereno & Edward M Bodaken yang dikutip dari buku Ilmu Komunikasi suatu pengantar, Deddy Mulyana, terdiri dari tiga aktivitas yaitu seleksi, organisasi & intepretasi. Seleksi yang dimaksudkan adalah sensasi dan atensi terhadap stimulus (fisik & psikologis) yang ditangkap oleh indra manusia, kemudian diorganisasikan atau digabungkan dengan stimulus pengetahuan serta pengalaman masa lalu. Penggabugan itu lalu diintepretasikan maknanya. Kamus bahasa Indonesia citra adalah: (1) kata benda;gambar, rupa, gambaran; (2) gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Dra. Siti Komsiah,M.Si PENGANTAR PUBLIC RELATION

3
perusahaan, organisasi atau produk; (3) kesan mental yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase, atau kalimat. Menurut Frank Jefkin, citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamanya. Selanjutnya dalam ilmu Psikologi Komunikasi citra diartikan sebagai penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi. Dari definisi-defini tersebut diatas maka citra itu pada intinya bisa disimpulkan: Kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan Citra merupakan kesan atau impresi seseorang terhadap sesuatu. Citra merupakan persepsi yang terbentuk dalam benak manusia Citra adalah pencapaian tujuan dari kegiatan PR, Citra sesuatu yang abstrak tidak dapat diukur dalam ukuran nominal, tapi dapat dirasakan, dan bisa diciptakan. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka PR sebagai devisi yan menjalankan fungsi managemen yang salah satu tugasnya adalah membentuk image/citra baik oleh khalayak eksternal maupun khalayak internal maka disini peranan PR sangat penting. Citra yang ada dalam perusahaan/lembaga/organisasi tidaklah sama maka selanjutnya bawah ini disebutkan beberapa jenis image atau citra yang bisa timbul atau tercipta dalam suatu organisasi. Jenis Citra atau image menurut Frank Jefkins (1996:17-20) 1. Citra Bayangan mengenai pandangan orang luar terhadap Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang-orang dalam ( biasanya pimpinan) organisasi/perusahaannya. Citra ini cenderung positif dan bersifat fantasi. Namun karena ketiadaan informasi yang lengkap, maka citra yang diperoleh itu belum tentu tepat. 2. Citra yang berlaku Citra yang berlaku adalah citra yang melekat pada orang lain terhadap organisasi/perusahaan. Citra ini sering tidak sesuai kenyataan, karena semata

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Dra. Siti Komsiah,M.Si PENGANTAR PUBLIC RELATION

4
terbentuk karena pengalaman atau pengetahuan orang lain yang beleum tentu memadai. Citra ini cenderung negatif. 3. Citra yang diharapkan

Adalah citra yang diinginkan oleh manajemen namun tidak selalu sama dengan citra sebenarnya. Biasanya citra yang diharapkan adalah lebih baik dari citra sebenarnya. 4. Citra perusahaan Citra perusahaan juga sering disebut sebagai citra lembaga yaitu citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya 5. Citra majemuk Citra majemuk adalah citra yang dibentuk oleh masing-masing orang di dalam suatu perusahaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya dan juga tidak sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Selanjutnya frank jefkin juga menjelaskan secara singkat citra itu bisa dikatagorikan atas: The mirror image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra) manajemen terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaanya. The Current image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau miskinnya informasi dan pemahaman publik esternal The wish image (citra yang diinginkan), yaitu manageman menginginkan pencapaian prestasi tertentu. The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu, kantor cabang atau perwakilan perusahaan yang dapat membentuk citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan. Dari pembagian jenis citra itu maka bisa kita simpulkan bahwa citra itu dapat muncul atau diduga oleh manageman itu sendiri, dibuat oleh masyarakat, diinginkan oleh organisasi dan citra yang berlapis atau berbeda-beda.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Dra. Siti Komsiah,M.Si PENGANTAR PUBLIC RELATION

5
B. Proses Pembentukan Citra Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengetiannya yentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap objek dapat diketahui dari sikapnya terhadap objek tersebut. Solomon dalam Rakhmat menyatakan semua sikap bersumber pada organisasi kognitif-pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Tidak akan ada teori dan sikap atau aksi sosial yang tidak didasarkan pada penyelidikan tentang dasar-dasar kognitif. Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pemebntukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan. Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoeno, dalam laporan penelitian tentang tingkah laku konsumen, seperti yang dikutif Danasaputra sebagai berikut: Publik relation digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi kognisi-motivasi-sikap. Berdasarkan pemahaman mengenai pembentukan persepsi atau pencitraan, maka seringkali pembentukan citra lebih bersifat subyektif dan tidak sesuai dengan realitas yang ada. Oleh karena itu, banyak organisasi kemudian tidak cukup menjalankan program komunikasinya untuk pembentukan citra, melainkan lebih kepada pembentukan reputasi organisasi. Reputasi yang berasal dari kata bahasa Inggris Reputation memiliki arti nama baik. Tujuan program komunikasi PR pada akhirnya tidak hanya membangun atau menciptakan image/citra positif namun juga membangun kepercayaan terhadap public sehingga mereka percaya dengan apa yang dilakukan organisasi adalah yang terbaik dan mengharumkan namanya. Reputasi pada akhirnya dibentuk dari pembuktian yang kuat mengenai apa yang dilakukan organisasi adalah memberikan yang terbaik bagi public sasarannya. Berikut ini adalah bagan dari orientasi publik relation, yakni image building (membangun citra), dapat dilihat sebagai model komunikasi dalam PR.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Dra. Siti Komsiah,M.Si PENGANTAR PUBLIC RELATION

C. Kompetensi PR sebagai pembentuk Citra Dewasa ini perkembangan PR semakin pesat dengan semakin banyaknya permintaan akan jasa konsultan PR atau humas dan manager humas yang sangat handal sangatlah tinggi. Mereka bahkan sering dianggap sebagai dewa penyelamat dan diharapkan akan mampu menciptakan keajaiban. Meningkatnya permintaan akan konsultan ini sejalan dengan semakin berkembangnya masyarakat itu sendiri dan semakin luasnya kebutuhan akan jasa seorang PR, misalnya saja menjelang pemilu 2009 ini banyak partai politik yang menggunakan jasa konsultan PR mulai dari dibutuhkan untuk merancang kampanye, membuat pean politik, melakukan publisitas, penelitian dan banyak lagi lainnya. senantiasa dituntut hendaknya mampu: Dengan demikian bisa diartikan bahwa perkembangan dalam profesi PR semakin pesat. Konsekuensinya, seorang PR

1. Menggunakan dan memahami teori PR dan komunikasi untuk mendukung


praktek PR 2. Kemampuan menganalisis dan merencanakan 3. Kemampuan teknis dan komunikasi 4. Pemahaman sosial, politik, etis dan hubungannya dengan program 5. Pemahaman tentang proses dan aplikasi dunia industry Selanjutnya secara khusus kemampuan yang harus dimiliki oleh PR dewasa ini, sejalan dengan perkembangan manusia/masyarakat dan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat adalah: 1. Kemampuan vocational seperti riset, menulis, mendengarkan, presentasi,dll 2. Memiliki kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain: interpersonal skills, networking, mendengar 3. Kemampuan profesional: paham mengenai perencanaan dan taat deadline 4. Memiliki perspektif etika

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Dra. Siti Komsiah,M.Si PENGANTAR PUBLIC RELATION

7
5. Mengerti teknologi yang dapat digunakan sebagai tools 6. Harus memiliki kemauan belajar tinggi (life long learning) 7. Being thinkers: kemampuan analisis, kritis, strategis, evaluatif, kreatif dan lateral Dengan demikian dalam PR dituntut secara profesionalmenjalankan tugasnya. Bearikut ini ada lima kompetensi dan kredibilitas yang merupakan tuntutan bagi seorang PR : Pertama, seni berkomunikasi. Ini pasti berarti kemampuan menjadi pendengar dan ketrampilan menyampaikan pendapat/pandangannya secara tertulis dan lisan dialogis.Tidaklah mudah menjadi pendengar yang baik, karena orang biasanya lebih suka berbicara, apalagi kalau biasanya menjadi pimpinan yang otoriter. Egoisme pribadi biasanya mencuat menjadi senang sekali mendengarkan suaranya sendiri senang sekali dipuji dan mengabaikan pendengar yang sudah berkorban waktu untuk itu. Pemanfaatan sarana media komunikasi modern (pers cetak dan elektronik) secara profesional adalah sangat penting dan bukanlah tuntutan yang dicari-cari. Kedua, kemampuan mengorganisir. Kemampuan ini tidak hanya menjadwalkan pertemuan, memprogram acara pertemuan, tetapi justru mengantisipasi komunikasi dwi arah yang subur, sekalipun dengan kritik yang tajam tetapi bersahabat. Kecermatan untuk langkah-langkah yang mendetail karena mewakili organisasi. Keteraturan mengorganisasikan pertemuan, kunjungan, dialog, sponsorship tanpa terlalu menonjolkan diri dsb. haruslah termasuk kemampuan itu. Ketiga, kemampuan bergaul dengan orang/publik . Di sini ketrampilan tukar pikiran dialogis dengan berbagai publik dari segala lapisan. Dasarnya menghargai publik dan tidak menjauhinya atau membentak-bentaki publik. Tidak selalu seorang PRO itu benar apalagi kalau ingin menutupi (cover up) suatu kejadian yang fatal. Taruhannya adalah citra organisasi yang diwakilinya. Di sini berlaku propaganda ends, when friendly, fair and firm dialog starts. Ke-empat, integritas pribadi. Sekalipun harus mengungkapkan citra organisasinya betapa pun kurang sukses atau penuh kelemahan, harus tetap memiliki integritas. Integri-tas itu mencuat karena dapat diandalkan (reliability), dan tidak memihak dalam menyajikan informasi (impartiality of his information), membangun respek karena profesionalismenya. Boleh saja tadinya profesional di bidang lain, tetapi kalau tidak

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Dra. Siti Komsiah,M.Si PENGANTAR PUBLIC RELATION

8
profesional dalam Public Relations, sebaiknya menggugat diri apakah fungsi itu tepat baginya. Kelima, memiliki kualifikasi seorang manusia yang kreatif, mampu memecahkan masalah, dan imajinasi untuk membuat komunikasi dwi arah dengan berbagai publik itu konstruktif dan menyenangkan publik yang kritis analitis. Menjadi PRO profesional itu bukan dadakan hanya dengan hasil mengikuti kursus pendek 1-2 bulan dengan hanya mengejar ijazah yang dipajang di tembok kantornya. Pengetahuan dasar harus diberi muatan secara kontinu. Seorang PRO harus berani menelan pil yang pahit, tidak enak karena menerima kritik yang sulit dibantah kebenarannya. Ketrampilan dasar menyusun press release, menjamu publik, mengadakan pertemuan dengan publik yang dipilih barulah suatu langkah pertama ketrampilan teoretik dan banyak abstraknya. PR menjadi efektif apabila mampu membangun komunikasi dwi-arah baik melalui media maupun langsung dengan mendatangi publik publik yang dimaksud untuk memahami tekad itu. Proses pembaruan pengetahuan, sikap dan profesionalisme etis harus berkesinambungan tanpa banyak gebyar-gebyar

D. PR on the Net Berkaitan dengan kompetensi dan tinggintya permintaan jasa konsultasi PR atau humas, teknologi maka profesionalisme juga harus ditingkatkan. Dalam menunjang profesionalisme tesebut maka seorang PR juga perlu untuk melihat perkembangan komunikasi dan mampu untuk memanfaatkanya. Salah satu teknologi komununikasi yang sekarang ini banyak dimanfaatkan oleh ilmu komunikasi adalah perkembangan dalam teknologi internet. Saat ini banyak ahli komunikasi dalam hal ini adalah PR yang memanfaatkan internet ini dalam: Pembuatan Newsletter (terbitan berkala) Pembuatan annual report (laporan tahunan) Membuat Press release, News Release Membuat Mailing List

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Dra. Siti Komsiah,M.Si PENGANTAR PUBLIC RELATION

9
Kecenderungan penggunaan teknologi komunikasi dalam hal ini adalah internet tidaklah bisa dielakan lagi. Konsekuensinya seorang PR senantiasa dituntut untuk menggunakan internet, karena selain tuntutan dalam penggunaan internet ini mempunyai keuntungan seperti bisa dilihat sebagai berikut: Keuntungan PR menggunakan internet Informasi cepat sampai pada publik Bagi PR, internet dapat berfungsi sebagai iklan, media, alat marketing, sarana penyebaran informasi dan promosi Siapapun dapat mengakses internet Tidak terbatas ruang dan waktu Internet dapat membuka kesempatan melakukan hubungan dalam bidang pemasaran secara langsung Berdasarkan uraian diatas, peranan PR dalam menjalankan salah satu fungsi manajeman dalam hal ini adalah membentuk atau membangun image/citra sangatlah penting. Oleh karena itu maka seorang PR harus mampu mengembangkan diri dan mampu berkompetensi termasuk dalam menggunakan teknologi internet, hal tersebut sejalan dengan meningkatnya permintaan akan jasa konsultasi PR.

Pustaka:
Anggoro, Linggar, Teori & Profesi Kehumasan, Jakarta, Bumi Aksara, 2000 Cutlip, Center & Broom. Effective Puiblic Relations, Amerika, Prentice Hall, 2000 Jefkins, Frank, Public Relations, Jakarta, Erlangga, 1998 Uchyana, Onong, Ilmu Komunikasi, Teori & Praktek, Bandung, Rosdakarya, 2001

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Dra. Siti Komsiah,M.Si PENGANTAR PUBLIC RELATION

You might also like