You are on page 1of 60

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemberian nutrisi secara seimbang pada anak harus dimulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai anak berumur 6 bulan. Sejak berumur 6 bulan, anak diberikan tambahan atau pendamping ASI (PASI). Pemberian PASI ini penting untuk melatih kebiasaan makan yang baik dan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang meningkat pada masa bayi dan prasekolah. Karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi adalah sangat pesat, terutama pertumbuhan otak (Nursalam,dkk.2005). Namun tidak selamanya nutrisi pada anak terpenuhi dengan seimbang. Kondisi ini menimbulkan perbedaan keadaan gizi antara anak yang satu dengan anak yang lain. Ada kalanya anak memiliki keadaan gizi lebih, keadaan gizi baik, dan keadaan gizi buruk. Keadaan gizi baik akan dapat dicapai dengan pemberian makanan yang seimbang bagi tubuh menurut kebutuhan. Sedangkan gizi lebih atau gizi kurang terjadi bila pemberian makanan tidak seimbang menurut kebutuhan anak. Obesitas merupakan kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan (Damayanti, 2004). Secara umum, kegemukan (obesitas) disebabkan oleh tidak seimbangnya energi dari 1

makanan dengan kalori yang dikeluarkan. Kondisi ini akibat interaksi beberapa faktor, yaitu keluarga, penggunaan energi, dan keturunan (yatim, 2005). Terdapat 3 faktor yang berpengaruh terhadap berkembangnya obesitas, yaitu genetik, lingkungan dan neuro (Juanita, 2004). Namun, berdasarkan hasil penelitian Badan International Obeysitas Task Force (ITF) dari badan WHO yang mengurusi anak yang kegemukan, 99% anak obesitas karena faktor lingkungan, sedangkan yang dianggap genetik biasanya bukan genetik tetapi akibat faktor lingkungan (Darmono, 2006). Faktor lingkungan ini dipengaruhi oleh aktifitas dan pola makan orang tua anak, misal pola makan bapak dan ibunya tidak teratur menurun pada anak, karena di lingkungan itu tidak menyediakan makanan yang tinggi energi, bahkan aktifitas dalam keluarga juga mendukung (Darmono, 2006). Komplikasi dari anak anak yang mengalami obesitas, bisa terjadi diabetes tipe 2 yang resisten terhadap insulin, sindrom metabolisme, muncul tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan tingkat blood lipid yang abnormal (Fauzin, 2006). Menurut Roskitt dan Clair yang dikutip oleh Subardja D, 2004, obesitas pada anak merupakan cikal bakal terjadinya penyakit degeneratif kardiovaskuler, Diabetes Mellitus, dan penyakit degeneratif lainnya yang dapat timbul sebelum atau setelah masa dewasa. Di Indonesia, angka kejadian obesitas terus meningkat, hal ini disebabkan perubahan pola makan serta pandangan masyarakat yang keliru bahwa sehat adalah identik dengan gemuk (Soetjiningsih, 1998). Kurangnya pengetahuan dan

salah persepsi tentang kebutuhan makanan dan nilai makanan juga merupakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang (Budiyanto, 2004). Obesitas yang terjadi sebelum umur 5 tahun mempunyai kecenderungan tetap gemuk pada waktu dewasa, dari pada yang terjadi sesudahnya (Soetjiningsih, 1998). Peningkatan prevalensi obesitas ini terjadi di Negara maju maupun berkembang. Menurut Damayanti, 2004 prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir naik dari 7,6 10,8% menjadi 13-14%. Sedangkan anak sekolah di Singapura naik dari 9% menjadi 19 %. Mengutip Survey Kesehatan Nasional, di Indonesia prevalensi obesitas pada balita juga naik. Prevalensi obesitas pada tahun 1992 sebanyak 1,26% dan 4,58% pada 1999. Sedangkan berdasarkan data RSU Dr.Soetomo Surabaya bagian anak menyebutkan jumlah anak kegemukan (obesitas) 8% pada tahun 2004 dan menjadi 11,5% pada tahun 2005. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di KB-TKIT Al-Hikmah Surabaya, dari 122 siswa didapatkan data anak yang mempunyai status gizi Lebih (obesitas) sebanyak 21 orang atau 17,2%. Melihat dari uraian di atas masalah yang terjadi adalah kejadian obesitas pada anak dan balita terus meningkat, serta kurangnya pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada anak. Pengetahuan yang kurang ini dapat menyebabkan perilaku yang salah dalam memberikan dan mengawasi pola makan anaknya. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang Hubungan antara

pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita.

1.2 Rumusan masalah Apakah ada hubungan antara pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita?

1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita. 1.3.2 Tujuan khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan orang tua dari balita yang obesitas dan balita yang tidak obesitas di KB-TKIT Al-Hikmah Surabaya tentang pemberian makan kepada anak 1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian obesitas pada balita di KB-TKIT Al-Hikmah Surabaya 1.3.2.3 Menganalisis hubungan antara pengetahuan orang tua tentang pemberian

makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita di KB-TKIT AlHikmah Surabaya.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Bagi program kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pembinaan dan pelatihan serta pioritas program dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat dan penanggulangan kasus obesitas di masyarakat, khususnya pada balita. 1.4.2 Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah kajian baru ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan dan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan penelitian selanjutnya 1.4.3 Bagi penulis Penulis dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh selama di bangku kuliah dalam kehidupan yang nyata di tengah-tengah masyarakat. 1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan/ sumber rujuan bagi penelitian penelitian selanjutnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan 2.1.1 Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003). 2.1.2 Tingkat pengetahuan Menurut Notoatmodjo, 2003 Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 2.1.2.1 Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya, yaitu mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2.1.2.2 Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

2.1.2.3

Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang 6 dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam situasi yang lain.

2.1.2.4

Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur oganisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 2.1.2.5 Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 2.1.2.6 Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita sesuaikan dengan tingkat tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003). Menurut Arikunto, 1998 tingkat pengetahuan dibedakan sebagai berikut: 1 2 3 Baik, bila prosentase 76-100% Cukup bila prosentase 56-75% Kurang bila prosentase 40-55%

Tidak baik bila prosentase <40%

2.1.3 Pengaruh pengetahuan terhadap perilaku Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baik), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Menurut Rogers yang dikutip oleh Notoatmodjo, 1993 sebelum orang mengadopsi perilaku di dalam diri orang tersebut telah terjadi proses berurutan, yaitu: 2.1.3.1 Kesadaran (awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti terlebih dahulu terhadap stimulus 2.1.3.2 2.1.3.3 Tertarik (interest) dimana orang mulai tertarik pada stimulus Evaluasi (evaluation) menimbang-nimbang terhadap baik dan buruknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap respon sudah lebih baik lagi 2.1.3.4 Adopsi (adoption) orang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, serta sikap respon sudah lebih baik lagi. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran tentang kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi: 1 1) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi:

Penyebab penyakit

2) Gejala atau tanda penyakit 3) 4) Bagaimana cara pengobatan, atau kemana cari pengobatan Bagaimana cara penularannya

5)

Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan

sebagainya 2 Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat 1) 2) 3) 4) Jenis-jenis makanan yang bergizi Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya Pentingnya olahraga bagi kesehatan Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman

keras, narkoba dan sebagainya 5) Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi dan sebagainya

bagi kesehatan, dan sebagainya. 3 Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan 1) 2) Manfaat air bersih Cara-cara pembuangan limbah yang sehat ternasuk

pembuangan kotoran yang sehat, dan sampah 3) 4) Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat Akibat polusi (polusi air, udara dan tanah) bagi kesehatan, dan

sebagainya. (Notoatmodjo, 2003). 2.1 Makanan

2.2.1 Definisi Makanan atau pangan adalah bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan energi bagi pemeliharaan, pertumbuhan, kerja, dan penggantian jaringan tubuh yang rusak. Kehidupan manusia tidak mungkin

10

tanpa adanya ketersediaan bahan makanan. Jadi untuk mempertahankan kehidupan manusia, maka manusia harus makan secukupnya dan memenuhi gizi (Budiyanto, 2004). 2.2.2 Jenis-jenis zat yang terkandung dalam makanan Pangan atau makanan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat gizi. Zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Beberapa zat gizi yang disediakan oleh makanan tersebut disebut zat gizi esensial, mengingat bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh, setidak-tidaknya dalam jumlah yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan yang normal. Jadi zat esensial yang disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam makanan, umumnya adalah zat gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan dari usur-unsur makanan diantaranya adalah asam amino esensial. Semua zat gizi esensial diperlukan untuk memelihara pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang baik (Budiyanto, 2004). Pada umumnya zat gizi dibagi dalam lima kelopok utama, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral dan air. Tiga golongan zat gizi yang dapat diubah menjadi energi adalah karbohidrat, protein, dan lemak. Akan tetapi vitamin, mineral dan air diperlukan untuk membantu mengubah zat gizi tersebut menjadi energi atau menjadi sesuatu dalam biosintesis (Budiyanto, 2004). 2.2.3 Manfaat makanan

11

Susunan makanan dalam makanan yang seimbang adalah susunan bahan makanan yang dapat menyediakan zat gizi penting dalam jumlah cukup yang diperlukan tubuh untuk tenaga, pemeliharaan, pertumbuhan, dan perbaikan jaringan. Banyaknya gizi yang diperlukan, berbeda antara satu orang dengan orang lain, tetapi fungsi pada pokoknya sama untuk semua orang. Berdasarkan asupan gizi tersebutlah seseorang dapat dinilai status gizinya. Menurut Budiyanto, 2004 ada tiga macam status gizi, yaitu status gizi seimbang (normal), status gizi kurang dan status gizi lebih. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang adalah: 1 Produk makanan (jumlah dan jenis makanan) Jumlah macam makanan dan jenis serta banyaknya bahan makanan dalam pola makanan di suatu negara/ daerah tertentu biasanya berkembang dari makanan setempat atau dari makanan yang telah ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang. Di samping itu kelangkaan makanan dan kebiasaan bekerja dari keluarga, berpengaruh pula pada pola makanan. 2 Pembagian makan dalam keluarga (biasanya dipengaruhi oleh faktor budaya atau tradisi) Secara tradisional, di beberapa daerah ayah mempunyai prioritas utama atas jumlah dan jenis makanan tertentu dalam keluarga. Jika kebiasaan budaya tersebut diterapkan, maka setelah kepala keluarga, anak pria yang dilayani, biasanya dimulai dari yang tertua. Padahal justru anak-anaklah yang harus diperhatikan terutama untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya.

12

Akseptabilitas (daya terima, menyangkut penerimaan, atau

penolakan terhadap makanan yang terkait dengan cara memilih dan menyajikan makanan) Akseptabilitas menyangkut penerimaan atau penolakan terhadap makanan yang terkait dengan cara memilih dan menyajikan makanan. Setiap masyarakat mengembangkan cara yang turun temurun untuk mencari, memilih, menangani, menyiapkan, menyajikan, dan makan makanan.pada umumnya kebiasaan makan seseorang berasal dari pola makan yang yang diterima budaya kelompok dan diajarkan kepada seluruh keluarga. 4 Prasangka buruk pada makanan tertentu Berprasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan makanan dan nilai makanan. Contohnya banyak orang yang menganggap bahwa terong dapat berdampak buruk, yaitu menyebabkan keloyoan pada tubuh kita, padahal sebenarnya tidak. 5 Pantangan pada makanan tertentu Beberapa pola pantangan dianut oleh suatu golongan masyarakat. Misalnya banyak orang Indonesia yang beranggapan ada beberapa makanan yang harus dihindari atau menjadi pantangan pada kondisi tertentu, misalnya ibu hamil. 6 Kesukaan terhadap jenis makanan tertentu Dalam pemenuhan makanan apabila berdasarkan pada makanan kesukaan saja maka akan berakibat pemenuhan gizi akan menurun atau sebaliknya akan

13

berlebih. Anjuran empat sehat lima sempurna, enam halalan thoyyiban adalah anjuran yang perlu diikuti dalam pola makan keluarga. 7 Keterbatasan ekonomi Keterbatasan ekonomi yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizinya juga akan terganggu. 8 Kebiasaan makan Kebiasaan ini berasal dari pola makan yang didasarkan pada budaya kelompok dan diajarkan pada seluruh anggota keluarga. 9 Selera makan Selera makan juga akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi untuk energi dan pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatannya. Selera makan orang yang pekerja berat lebih tinggi dari pada orang yang bekerja tidak terlalu berat. Di samping selera makan dipacu oleh sistem tubuh karena lapar, selera makan juga dapat dipacu oleh pengolahan makanan dan penyajian makanan. 10 Sanitasi makan (penyiapan, penyajian, dan penyimpanan) Dimulai dari penyiapan, penyajian, dan penyimpanan suatu bahan makanan hendaknya jangan sampai kadar gizi yang terkandung dalam bahan makanan tersebut tercemar atau tidak higienis dan mengandung banyak kuman penyebab penyakit. 11 Pengetahuan gizi Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan makanan dan nilai makanan adalah umum di setiap negara di dunia. Penduduk di mana pun

14

akan beruntung dengan bertambahnya pengetahuan mengenai gizi dan cara menerapkan informasi tersebut untuk orang yang berbeda tingkat usianya dan keadaan fisiolgisnya. 2.2.4 Gangguan-gangguan akibat kesalahan pemberian makan Penyakit gangguan gizi banyak ditemui di masyarakat golongan rentan yaitu golongan yang mudah sekali menderita akibat kekurangan gizi dan dan juga kekurangan zat makanan (deficiency) misalnya kwarsiorkor, busung lapar, marasmus, beri-beri, dan lain-lain. Kegemukan (obesity), kelebihan berat badan (over weight) merupakan tanda gizi salah yang didasarkan pada kelebihan dalam makanan (Budiyanto, 2004). Kedudukan gizi (nutrion status) seseorang atau sesuatu golongan penduduk (population), ialah suatu tingkat kesehatan yang merupakan akibat dari intake dan pengunaan (utilization) semua nutien yang terdapat dalam makanan sehari-hari (Budiyanto, 2004). Di antara beberapa penyakit yang disebabkan karena gizi salah adalah sebagai berikut: 2.2.4.1 Obesitas Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelebihan lemak dalam tubuh. Obesitas tidak mempunyai penyebab tunggal, tetapi merupakan gambaran berbagai keadaan dengan latar belakang etiologi atau sejarah kejadian yang berbeda. 2.2.4.2 Kekurangan Kalori Protein (KKP)

15

KKP disebabkan oleh karena makan yang tidak cukup mengandung kalori dan protein, sehingga akan menyebabkan terjadinya defisiensi protein dan kalori atau kekurangan kombinasi keduanya. Ada tiga jenis KKP, yaitu: 1 Kwarshiorkor yang terjadi akibat tidak cukupnya makanan yang dimakan dan tidak cukupnya protein. 2 Marasmus yang disebabkan oleh kekurangan kalori yang berlebihan, sehingga menyebabkan zat cadangan makanan (tersimpan) dalam tubuh terpaksa dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. 3 Marasmic Kwarshiorkor yaitu gangguan gizi yang ditandai dengan adanya odema, menurunnya kadar protein (albumin) dalam darah, kulit mengering dan kusam, serta otot menjadi lemah. 2.2.4.3 Busung lapar Busung lapar disebabkan karena kekurangan makanan, terutama protein dalam waktu yang lama secara berturut-turut. Tandanya badan kurus, kaki dan tangan bengkak, kulit kering dan kusam, sekitar mata bengkak dan apatis. 2.2.4.4 Defisiensi Vitamin A Kelainan yang dapat timbul apabila kekurangan vitamin A yaitu buta senja, dan Xerophthalmia. 2.2.4.5 Defisiensi Thiamine (vitamin B1) Penyakit defisiensi thiamine dikenal dengan beri-beri, yang dibagi dua beriberi basah dan beri-beri kering 2.2.4.6 Defisiensi VitaminB2 (Riboflavin)

16

Tanda tanda kekurangan vitamin B2 mata tidak dapat melihat dengan baik dan dermatitis. 2.2.4.7 Defisiensi Niacin (Asam Nikotinat) Kekurangan Niacin dapat mengakibatkan penyakit Pelagra (kulit kasar), tanda-tandanya dikenal dengan 4D, yaitu: diare, dermatitis, dimensia (kemunduran kesehatan pada orangtua), dan death (mati).

2.2.4.8 Defisiensi Vitamin B12 Vitamin B12 berguna untuk memberi stimulasi pada jaringan hemopoietik. Kekurangan Vitamin B12 dapat menimbulkan penyakit anemia. 2.2.4.9 Defisiensi Vitamin C (Asam Askobat) Tanda-tanda kekurangan vitamin C yaitu: kelainan pada gusi, nyeri pada kaki, lemas, pucat, berat badan turun, bila ada luka penyembuhannya sangat lambat. 2.2.4.10 Defisiensi Vitamin D Akibat kekurangan Vitamin D terjadi penyakit Rachitis, umumnya terdapat pada anak-anak. tanda-tandanya: tulang menjadi bengkok, gigi keluar terlambat, panggul menjadi kecil dan sempit 2.2.4.11 Defisiensi Vitamin E (Tocopherol) Vitamin E dikenal sebagai vitamin anti kemandulan dan merupakan zat anti oksidasi yang melindungi vitamin-vitamin yang mudah teroksidasi. 2.2.4.12 Defisiensi Vitamin K

17

Vitamin K diperlukan dalam pembentukan protrombin untuk pembekuan darah. Kekurangan vitamin K menyebabkan hambatan pada pembekuan darah, sehingga perlukaan-perlukaan akan mengeluaran darah yang lebih banyak daripada biasa. 2.2.4.13 Defisiensi Kalsium Gejala kekurangan kalsium pada anak kecil tidak dapat dilihat dengan jelas. Penyakit Rakhitis dan penghambatan pada pertumbuhan dapat terjadi, apabila kekurangan kalsium, kekurangan Phosphorus, dan vitamin D . 2.2.4.14 Defisiensi Iodium Kekurangan garam iodium menyebabkan penyaki gondok. Kekurangan disebabkan karena kadar iodium air minum, tanah, susu, dan bahan makanan lainnya sangat rendah. 2.2.4.15 Defisiensi Besi Kekurangan zat besi dalam tubuh mengakibatkan kekurangan darah (anemia nutritional). Zat besi merupakan bagian dari hemoglobin yang diperlukan oleh tubuh untuk pengaturan oksigen ke jaringan. 2.2.4.16 Keracunan HCN (Asam Biru) Misalnya keracunan singkong dengan gejala-gejala: mual dan muntahmuntah, sesak nafas, koma. 2.2.4.17 Aflatoxin Aflatoxin adalah racun yang dihasilkan oleh Aspergilus falvus yang dapat mencemari kacang tanah. (Budiyanto, 2004)

18

2.2 Definisi

Obesitas

Menurut Taitz yang dikutip oleh Subardja, (2004) Obesitas atau kegemukan adalah suatu keadaan yang terjadi apabila kuantitas fraksi jaringan lemak tubuh dibandingkan berat badan total lebih besar dari normal. Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelebihan lemak dalam tubuh (Budiyanto, 2004). Menurut Yatim, kegemukan (obesitas) adalah terlalu banyak lemak bawah kulit. Para ahli menetapkan Indeks Massa Tubuh (BMI/Body Mass Index) yang digunakan untuk mengukur lemak tubuh berdasarkan pembagian berat badan dalam kg dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m ) yang umumnya diambil dari nilai pada orang dewasa, atau dengan menggunakan standar baku antropometri WHO NCHS yang didasarkan pada pengukuran berat badan terhadap tinggi badan (Subardja, 2004). Faktor penyebab Secara umum kegemukan disebabkan oleh tidak seimbangnya energi dari makanan dengan kalori yang dikeluarkan. Kondisi ini akibat interaksi beberapa faktor, yaitu kelurga atau lingkungan, penggunaan energi, dan keturunan atau genetik (Yatim, 2005). 2.3.2.1 1 Faktor Lingkungan
2

Efek Nutrisi pre dan postnatal

19

Menrut Denton,dkk yang dikutip oleh Subardja, 2004 Suatu model yang baik untuk menggambarkan adanya kemungkinan kelebihan Nutrisi (overnutrisi) pada masa prenatal terhadap adipositas yang diakibatkannya adalah pada bayi yang dikandung oleh ibu Diabetes. Kehamilan dengan Diabetes Mellitus menyebabkan fetus yang nondiabetik terpajan dengan glukosa konsentrasi tinggi dalam sirkulasi sehingga terjadi lipogenesis.

Perilaku makan dan pola makan yang abnormal Cara bayi-bayi minum ASI maupun PASI tampaknya merupakan pola yang diturunkan dari orangtuanya, tetapi mungkin pula bahwa hal ini menggambarkan suatu respon perilaku yang dipelajari dan bagaimana si bayi itu diperlakukan. Pola ini sedikit banyak akan ada kaitannya dengan kejadian obesitas. Misalnya cara pemberian minum yang cepat dapat berhubungan dengan lebih besarnya kemungkinan kegemukan (Subardja, 2004). 3 Komposisi makanan Menurut Basdevant dkk, yang dikutip oleh Subardja, 2004 Penelitian mutakhir menunjukkan adanya kaitan antara obesitas dan ambilan lemak pada orangtua dengan obsitas dan ambilan lemak pada anak. Hal ini menyatakan bahwa pola familial dari kegemukan antara lain diperantarai oleh kemiripan dalam komposisi makanan. Pada anak faktor yang menyokong untuk terjadinya kemiripan dalam komposisi makanan meliputi ketersediaan, keterjangkauan, dan efek pajanan tehadap kesukaan pada

20

makanan tertentu (Subardja, 2004). Begitu pula peranan orangtua dalam memutuskan pemilihan makanan. 4 Pola pemberian makanan pada anak 1) 2) 3) 4) ASI-PASI Predisposisi untuk memilih makanan padat energi Pengaruh konteks sosial terhadap pemilihan makanan Efek televisi terhadap pemilihan dan kesukaan anak pada

makanan tertentu (Subardja, 2004). 5 Aktivitas fisik Menurut Klesges,dkk, yang dikutip oleh Subardja, 2004 Salah satu level aktivitas fisik pada anak yang banyak disebut-sebut, terutama dalam konteks sosial adalah jumlah waktu yang dikeluarkan oleh anak untuk menonton televisi per minggu pada seorang anak tidak jelas hubungannya dengan penurunan level aktvitas fisik, tetapi jumlah jam menonton ini jelas akan mengurangi kesempatan untuk aktif. 2.3.2.2 Penggunaan energi yang rendah Menurut Yatim, 2005 Sebagian besar anak usia sekolah menggunakan waktunya sehari untuk menonton televisi. Saat-saat sangat mengurangi aktivitas fisik. Dari penelitian memang dijumpai anak yang gemuk sering terjadi pada anak yang banyak menonton televisi. Tidak hanya karena kekurangan aktivitas fisik, tetapi juga karena sambil menonton, banyak makanan-makanan kecil manis yang tinggi kalori. 2.3.2.3 Keturunan (genetik)

21

Karakteristik Obesitas dapat terjadi pada usia berapa saja, tetapi yang tersering adalah pada tahun pertama kehidupan, usia 5-6 tahun dan pada masa remaja. Anak yang obesitas relatif tidak hanya lebih berat daripada anak seusianya, tapi lebih cepat matang pertumbuhan tulangnya. Anak yang obesitas relatif lebih tinggi pada masa remaja awal, tetapi pertumbuhan memanjangnya selesai lebih cepat, sehingga hasil akhirnya mempunyai tinggi badan relatif lebih pendek dari anak sebayanya (Yatim, 2005). Bentuk muka anak yang obesitas tidak proporsional, hidung dan mulut relatif lebih kecil, dagu ganda, terdapat timbunan lemak pada payudara, dimana anak laki-laki sering merasa malu karena peyudaranya seolah-olah tumbuh, perut menggantung sering disertai striae. Alat kelamin pada anak laki-laki seolah-olah kecil karena adanya timbunan lemak pada daerah pangkal paha. Paha dan lengan atas besar, jari-jari tangan relatif kecil dan runcing. Sering terjadi gangguan psikologis, baik sebagai penyebab ataupun sebagai akibat dari obesitas (Yatim, 2005). Anak lebih cepat mencapai masa pubertas. Kematangan seksual lebih cepat, pertumbuhan payudara, menarche, pertumbuhan rambut kelamin dan ketiak juga lebih cepat (Soetjiningsih, 1998). Akibat-akibat obesitas Menurut Subardja, 2004 terdapat 2 konsekuensi atau akibat obesitas, yaitu: 2.3.4.1 Konsekuensi Psikososial

22

Karena adanya perbedaan secara fisik dengan anak sebaya, anak obes merupakan subyek terhadap stres psikilogis terutama dari lingkungan sosial di rumah ataupun di sekolah. Akibatnya anak lebih memilih anak yang lebih muda sebagai teman . selain itu anak obesitas akan kesulitan dalam pemilihan pakaian ataupun perlengkapan lain. 2.3.4.2 Konsekuensi Medis

1 Pertumbuhan Anak berat badan lebih cenderung lebih tinggi dan mengalami proses maturasi lebih cepat dibandingkan dengan anak yang berat badannya normal. 2 Hiperlipidemia Peninggian lipid darah terjadi pada anak dan remaja obes. Karakteristik yang didapatkan berupa peningkatan kolesterol lipoprotein densitas rendah (Low Density Lipoprotein/ LDL) dan trigliserida dan penurunan kadar kolesterol lipoprotein densitas tinggi (High Density Lipoprotein/ HDL) serum. 3 Intoleransi Glukosa Kasus Diabetes Mellitus di Amerika Serikat tahun 1996 menunjukkan bahwa sepertiga dari kasus baru sedikit banyak merupakan efek peningkatan prevalens obesitas pada remaja. 4 Hipertensi Hipertensi terjadi pada anak dengan frekuensi yang relatif rendah. Meskipun demikian, hampir 60% anak dengan peningkatan tekanan darah persisten

23

memiliki berat badan relatif >120% median untuk jenis kelamin, tinggi, dan umur (Mc Murray,dkk, 1995).

5 Gangguan Pernafasan Apneu pada saat tidur merupakan konsekuensi gangguan pernapasan pada anak obes yang karena mortalitasnya cukup tinggi memerlukan terapi agresif. 6 Komplikasi Ortopedik Komplikasi ortopedik ini misalnya hipertrofi dan hiperplasi bagian medial metafisis tibia proksimal yang dikenal sebagai penyakit Blount atau bergesernya kaput femur dari sendi panggul. Maturitas seksual lebih awal, mentruasi sering tidak teratur (Soetjiningsih, 1998). 2.3.5 klasifikasi Obesitas Menurut Mansjoer,A,dkk, 2000 berdasarkan etiologinya, umumnya obesitas dibagi menjadi: 2.3.5.1 Obesitas primer: disebabkan faktor nutrisi dengan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi masukan makanan, yaitu masukan makanan berlebih dibanding dengan kebutuhan energi yang diperlukan tubuh. 2.3.5.2 Obesitas sekunder: yang disebabkan adanya penyakit/ kelainan kongenital (mielodisplasia), endokrin (sindrom Cushing, sindrom Freulich, sindrom

24

Mauriac, pseudoparatiroidisme) atau kondisi lain, sindrom Klinifilter, sindrom Turner, sindrom Down, dll).

2.3.6 Kriteria Diagnostik Obesitas Tabel 2.1: Klasifikasi obesitas berdasarkan hasil pengukuran BB/TB (standar 2 baku antropometri WHO NCHS) dan BB/TB (standar baku menurut BMI) Kategori Obesitas ringan/derajat I Obesitas sedang/ derajat II Obesitas berat / derajat III Obesitas super/ derajat IV (Mansjoer,A,dkk, 2000) 2.3.7 Pengobatan Anak dengan Obesitas Tujuan pengobatan adalah menurunkan berat badan. Menurut Dietz, 1983 yang dikutip oleh Yatim, 2005 setiap kelebihan berat badan dari berat badan ideal 20% memerlukan waktu 1 sampai 1,5 tahun untuk mencapai berat badan ideal. Intervensi utama adalah cara dan jenis makanan serta nasihat latihan fisik yang baik, baik jenis maupun kuantitas latihan. Manfaat latihan fisik 1. 2. 3. Membakar lemak Meningkatkan penggunaan energi Mempertahankan penurunan berat badan. Orangtua harus membantu anak mempertahankan berat badan agar tetap ideal, dengan cara: BB/TB 120-135 135-150 150-200 >200 BB/TB 25-29,9 30-40 >40
2

25

1. 2.

Memberikan dukungan dan perhatian pada anak yang obesitas Mengatur jadwal penggunaan waktu anak untuk menonton televisi dan main videogame.

3. 4. 5. 6.

Carilah pekerjaan fisik yang disukai anak Makanlah bersama keluarga di meja makan Jangan memberi makanan sebagai hadiah atau hukuman Melibatkan anak sewaktu memilih makanan di mall atau toko grosir makanan.

2.3

Balita

2.4.1 Definisi Balita adalah bayi usia di bawah lima tahun. Menurut Nursalam, dkk balita dibagi menjadi tiga fase, yaitu masa bayi (1-12 bulan), masa toodler (1-3 tahun), dan masa prasekolah (3-5 tahun). 2.4.2 Kebutuhan dasar Balita Menurut Soetjiningsih kebutuhan dasar anak khususnya balita dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu asuh, asih, dan asah. 2.4.2.1 Asuh (kebutuhan fisik-biomedis) Yang termasuk kebutuhan asuh adalah: Nutrisi yang cukup dan seimbang Perawatan kesehatan dasar Pakaian Perumahan Hygiene diri dan lingkungan

26

Kesegaran jasmani (olahraga dan rekreasi)

2.4.2.2

Asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang) Ikatan emosi dan kasih sayang yang erat antara ibu/ orangtua dengan anak sangatlah penting, karena berguna untuk menentukan perilaku anak di kemudian hari, merangsang perkembangan otak, serta merangsang perhatian anak terhadap dunia luar. Oleh karena itu kebutuhan asih ini meliputi:

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 2.4.2.3

Kasih sayang orang tua Rasa aman Harga diri Dukungan/dorongan Mandiri Rasa memiliki Kebutuhan akan sukses, mendapatkan kesempatan, dan pengalaman. Asah (kebutuhan stimulasi) Stimulasi adalah adanya perangsangan dari lingkungan luar anak, yang berupa latihan atau bermain. Stimulasi-stimulasi merupakan kebutuhan yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarahkan cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapatkan stimulasi

(Nursalam,dkk, 2005).

27

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1

Kerangka Konseptual Keluarga 1 Kebiasaan makan Frekuensi makan Komposisi makanan Keteraturan 2 Kebiasaan latihan fisik Genetika Gangguan neuro (system saraf pusat) Aktivitas Perilaku Pengetahuan Sikap Tindakan

Penyakit degeneratif 1 DM 2 Hipertensi 3 Jantung koroner 4 Kolesterol Obesitas Keadaan psikologi Minder/ tidak percaya diri 2 Depresif 3 Menarik diri dari lingkungan 1

Sumber: Budiyanto,A, 2004; Fauzin, 2006; Subardja, 2004 Gambar 3.1: kerangka konseptual hubungan antara pengetahuan orangtua tentang pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita. Keterangan : Diteliti : Tidak diteliti

28

28

Terjadinya obesitas pada balita dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pola makan anak, aktivitas anak, keluarga, genetika, gangguan neuro (system saraf pusat), pengetahuan dan sikap orang tua dalam memberikan makan kepada anaknya. Dalam hal ini penelitian difokuskan pada hubungan antara pengetahuan orang tua tentang pemberian makan pada anak dengan kejadian obesitas pada balita. 3.2 Hipotesis Penelitian Ho: tidak ada hubungan antara pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita.

29

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1

Rancang Bangun Penelitian (Desain) Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian (Nursalam dan Siti Pariani, 2002) Desain penelitian dalam penelitian ini adalah analitik observasional cross sectional, yaitu suatu penelitian di mana variabel variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005) Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan antara pengetahuan orang tua dalam pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita yang diamati pada waktu yang sama. Pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada balita baik Balita obesitas

Orang tua Balita

Balita tidak obesitas Balita obesitas Balita tidak obesitas

Pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada balita kurang Gambar 4.1: Rancang Bangun Penelitian

4.2

Kerangka Kerja 30

30

Populasi penelitian Orangtua balita yang obesitas dan orang tua balita yang tidak obesitas Simple Random Sampling

Pengumpulan data

Kriteria Inklusi Orang tua dari balita umur 2-5 tahun yang obesitas dan yang tidak obesitas dengan ketentuan: 1.bisa baca dan tulis 2.tidak menderita gangguan mental 3.dapat berkomunikasi secara verbal 4.bersedia terlibat dalam proses penelitian

Variabel independen: Pegetahuan orangtua tentang pemberian makan kepada anak Pengolahan Data dan Analisis Data Hasil penelitian Penyajian Data Dokumentasi Gambar 4.2: Kerangka kerja Penelitian 4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.3.1 Lokasi Penelitian

Variabel dependen: obesitas

Penelitian ini dilaksanakan di BK-TKIT Al-Hikmah, Jl. Mojokidul No 93 Surabaya.

31

4.3.2

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2007 sampai 29 Juni 2007. 4.4 Populasi dan Sampel 4.4.1 Populasi Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek (misalnya manusia) yang memenuhi kiteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua dari balita yang terdaftar sebagai siswa KB-TKIT Al-Hikmah Surabaya pada tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni 2007 sebanyak 122 orang. 4.4.2 Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Dalam penelitian ini sampel yang dimaksud adalah sebagian orang tua balita di KB-TKIT Al-Hikmah Surabaya yang memenuhi kriteria. 4.4.2.1 Kriteria Sampel Kriteria Inklusi 1 2 Orang tua balita obesitas dan balita tidak obesitas umur 2 sampai 5 tahun. Orang tua dari balita obesitas dan balita tidak obesitas yang bisa baca dan tulis. 3 Orang tua dari balita obesitas dan tidak obesitas yang tidak menderita gangguan mental serta dapat berkomunikasi secara verbal.

32

Orang tua dari balita yang obesitas dan tidak obesitas yang bersedia terlibat dalam proses penelitian dari awal sampai akhir dengan membubuhkan tanda tangan dalam lembar persetujuan untuk menjadi peserta penelitian.

4.4.2.2

Besar Sampel Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebagian orang tua dari balita di KB-TKIT Al-Hikmah Surabaya yang memenuhi kriteria inklusi selama dilakukan penelitian. Besar sampel atau jumlah sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus: n=4Z (1- ) 2 W Keterangan : n : besar sampel : proporsi atau prevalensi kejadian outcome W: lebar penyimpangan (10% = 0,1) : tingkat kemaknaan, dimana Z =1,96 Maka besar sampel n=4Z (1- ) 2 W 2 =4(1,96) 0,172 (1 0,172 ) 2 (0,2) =54, 71 = 55 Karena keterbatas waktu dan biaya, peneliti melakukan konversi sebagai berikut: n n* = 1+ n- 1 Dengan n* : jumlah sampel setelah dikonversi N 55
2 2

33

= 1 + 55 1 122 = 38 Jadi besar sampel yang diambil sebanyak 38 orang. 4.4.2.3 Cara Pengambilan Sampel Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random sampling), yaitu setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel (Notoatmodjo, 2005). 4.5 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan berat badan CAMRY, meteran tinggi badan STATURE METER 2M, standar baku antropometri menurut WHO NCHS untuk mengetahui status gizi anak apakah anak termasuk dalam keadaan obesitas atau tidak, dan kuesioner untuk mencari data tentang bagaimana pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada anaknya.

4.6

Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menimbang balita dan

mencatatnya kemudian dibandingkan dengan tinggi badan balita yang bersangkutan. Sedangkan ibu adalah sebagai sumber data yang diberi kuesioner pada responden yang memenuhi kriteria.

34

4.7

Variabel dan Definisi Operasional 4.7.1 Variabel Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2005). Variabel bebas (independen) adalah variabel yang nilainya

menentukan variabel lain (Nursalam, 2003). Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada anak. Variabel tergantung (dependen) adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2003). Variabel tergantung (dependen) dalam penelitian ini adalah obesitas.

4.7.2 Definisi Opersional Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003). Tabel 4.1: Definisi Operasional hubungan antara pengetahuan orang tua dalam pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita.

35

N o

Variabel

Definisi Operasional

Kriteria

Skala penguku ran

1 Pengetahu an orang tua tentang makan kepada anak 2 Obesitas

Pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada anak berdasarkan jumlah, kandungan gizi dalam suatu makanan, manfaat makanan, dan cara pemberian makan Kelainan yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan yang diukur berdasarkan berat badan dibandingkan tinggi badan menurut standar baku antropometri WHO NCHS

1. Baik (76-100%) 2. Cukup (56-75%) 3. Kurang (40-55%) 4. Tidak baik ( <40%)

ordinal

pemberian frekuensi, jenis,

1 Obesitas terhadap

(+), TB

bila status

BB balita gizi

Nominal

menunjukkan obesitas WHO NCHS 2 Obesitas (-),

berdasarkan

standar baku antropometri bila status BB gizi

terhadap TB balita tidak menunjukkan obesitas WHO NCHS berdasarkan

standar baku antropometri

4.8

Pengolahan dan Analisa Data 4.8.1Pengolahan Data 4.8.1.1Editing Editing adalah meneliti kembali catatan ( data ) untuk mengetahui apakah data tersebut cukup baik dan dapat segera disisipkan untuk keperluan proses

36

berikutnya. Dalam editing akan diteliti kembali hal hal tersebut di bawah ini: 1 Lengkapnya penelitian, kuesioner itu terisi lengkap, mulai dari data umum sampai data khusus 2 Keterbatasan tulisan - tulisan pada data yang tertera di dalam kuesioner harus dapat dibaca. 3 Keterjelasan makna jawaban, pengumpulan data harus menuliskan jawaban jawaban yang diperolehnya ke dalam kalimat kalimat yang sempurna dan jelas maknanya. 4 5 6 Kesesuaian jawaban satu sama lain. Relevansi jawaban. Keseragaman satuan data. ( Koentjoroningrat, 1991 ) Dalam penelitian ini peneliti melakukan editing dengan cara meneliti kelengkapan, kejelasan tulisan, dan keterbatasan tulisan.

4.8.1.2Koding Koding adalah penyederhanaan jawaban yang dilakukan dalam bentuk memberikan simbol simbol ( kode ) tertentu untuk setiap jawaban ( Koentjoroningrat, 1991 ). Dalam penelitian ini peneliti memberikan kode-kode jawaban menurut klasifikasi pertanyaan.

37

4.8.1.3Tabulasi Tabulasi adalah proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel. Pada tahap ini data dianggap telah selesai diproses sehingga harus segera disusun ke dalam suatu pola format yang telah terancang ( Koentjoroningrat, 1991 ). Peneliti melakukan tabulasi dengan cara memasukkan semua data yang sudah ada ke dalam tabel. 4.8.2Analisa Data Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu menganalisis hubungan antara pengetahuan orang tua dalam pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita di KB-TKIT Al-Hikmah Surabaya, analisis data pada penelitian ini menggunakan uji statistik uji Chi Square. 4.9 Keterbatasan Adanya hambatan merupakan kelemahan dalam penelitian ini, sehingga hasil yang diharapkan mempunyai kelemahan-kelemahan. Peneliti melihat aspek kelemahan sebagai berikut : 1. Instrumen dengan kuesioner mempunyai kelemahan untuk tidak diisi apa adanya 2. Banyaknya faktor perancu yang menyebabkan terjadinya obesitas pada balita sehingga menyebabkan hasil penelitian kurang tepat dan valid. (Nursalam dan Siti Pariani, 2002). 4.10 Etika Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan melakukan penelitian kepada kepala KB-TKIT Al-Hikmah Surabaya untuk

38

mendapat persetujuan dengan membawa surat permohonan melakukan penelitian dari ketua Program Studi Kebidanan Sutomo Surabaya. Kemudian kuesioner dikirim ke responden yang diteliti yang menekankan pada masalah etika yang meliputi : Lembar Persetujuan Penelitian Peneliti datang ke lokasi, kemudian memilih sampel secara simple random sampling sesuai dengan kriteria inklusi. Sampel yang terpilih tersebut diberi informed concent dan lembar persetujuan penelitian. Tujuannya agar responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti. Jika responden bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya. Selama pengimpulan data kemudian responden diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah dibuat. Anonimity Peneliti tidak mencantumkan nama-nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lambar tersebut diisi dengan nomor kode tertentu untuk menjaga kerahasiaan identitas responden. Confidentiality Kerahasiaan informasi yang telah diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti. (Nursalam dan Siti Pariani, 2002).

39

BAB 5 HASIL PENELITIAN, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

5.1.

Hasil Penelitian Dalam penelitian ini akan disajikan hasil penelitian hubungan antara pengetahuan oran tua tentang pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balitayang dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni 2007 di KB TKIT Al-Hikmah Surabaya dengan jumlah responden sebanyak 38 orang. Dalam bab ini hasil penelitian ditampilkan dalam dua kelompok yaitu data umum dan data khusus. Data umum menampilkan karakteristik responden yang meliputi usia, pendidikan terakhir, pekerjaan, jenis kelamin balita, dan usia balita. 5.1.1. Data Umum 5.1.1.1. Usia Tabel 5.1.1 Distribusi frekuensi usia responden di KB TKIT Al-Hikmah Surabaya tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni 2007 Usia (tahun) Frekuensi Prosentase 27 30 2 5.3 31 34 14 36.8 35 38 17 44.7 39 42 5 13.2 Total 38 100

41

40

Berdasarkan tabel 5.1.1 menunjukkan bahwa usia responden hampir setengahnya, yaitu sebesar 17 responden atau 44,7 % adalah berusia antara 35 tahun sampai 38 tahun. 5.1.1.2. Pendidikan Terakhir Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi pendidikan terkhir responden di KB TKIT Al-Hikmah Surabaya tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni 2007 Pendidikan Terakhir Frekuensi Prosentase SMA / SMEA 14 36,9 Diploma / Sarjana 24 63,1 Total 38 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pendidikan terakhir responden sebagian besar yaitu 24 responden atau 63,1% adalah Diploma / Sarjana. 5.1.1.3. Pekerjaan Tabel 5.1.3 Distribusi frekuensi pekerjaan responden di KB TKIT AlHikmah Surabaya tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni 2007 Pekerjaan Frekuensi Prosentase Tidak bekerja 16 42,1 Swasta / Wiraswasta 13 34,2 PNS 9 23,7 Total 38 100 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pekerjaan responden hampir setengahnya yaitu 16 responden atau 42,1% adalah tidak bekerja.

5.1.1.4. Jenis Kelamin Balita

41

Tabel 5.1.4 Distribusi frekuensi jenis kelamin balita di KB TKIT Al-Hikmah Surabaya tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni 2007 Jenis Kelamin balita Frekuensi Prosentase Laki-laki 22 57,9 Perempuan 16 42,1 Total 38 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin balita sebagian besar yaitu 22 balita atau 57,9% adalah laki-laki. 5.1.1.5. Usia Balita Tabel 5.1.5 Distribusi frekuensi usia balita di KB TKIT Al-Hikmah Surabaya tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni 2007 Usia Balita Frekuensi Prosentase 2 tahun 1 2,6 3 tahun 11 30 4 tahun 26 68,4 Total 38 100 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa usia balita sebagian besar, yaitu 26 balita atau 68,4% berumur 4 tahun. 5.1.2. Data Khusus Data ini menggambarkan pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada anak dan tabulasi silang tiap-tiap variabel terhadap kejadian obesitas pada balita.

5.1.2.1. Pengetahuan Orang Tua tentang Pemberian Makan kepada Anak

42

Tabel 5.2.1 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang pemberian makan kepada anak di KB TKIT Al-Hikmah Surabaya tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni 2007 pengetahuan Frekuensi Prosentase Baik 28 73,7 Cukup 10 26,3 Total 38 100

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan responden sebagian besar yaitu 28 atau 73,7% masuk dalam kriteria baik. 5.1.2.2. Obesitas pada Balita Tabel 5.2.2 Distribusi frekuensi obesitas pada balita di KB TKIT AlHikmah Surabaya tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni 2007 Obesitas balita Frekuensi Prosentase Obesitas 10 26,3 Tidak Obesitas 28 73,3 Total 38 100

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar balita yaitu 28 atau 73,7% adalah tidak obesitas.

43

5.1.3.

Hubungan Antara Pengetahuan Orang Tua Tentang Pemberian Makan

kepada Anak dengan Kejadian Obesitas pada Balita Tabel 5.3 Tabel silang pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada anak dangan kejadian obesitas pada balita di KB TKIT AlHikmah Surabaya tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni 2007 Obesitas Obesitas Tidak Jumlah Obesitas Pengetahuan f % f % F % Baik 7 25 21 75 28 100 Cukup 3 30 7 70 10 100 Jumlah 10 26,32 28 73,68 38 100 Berdasarkan tabel silang di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden di KB TKIT Al-Hikmah Surabaya tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni dengan tingkat pengetahuan baik memiliki anak tidak obesitas yaitu sebesar 21 responden atau 75%. 5.2. Analisis Data Dari hasil penghitungan dengan menggunakan uji Chi Square diperole hasil nilai 2 hitung (0,095) < nilai kritis 2 (1,095) (3,841)maka dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak, artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita. Sesuai dengan hasil pengujian r sebesar 0,05 bila dibandingkan dengan kuat korelasi (0,0 0,10), maka taraf signifikan termasuk sangat lemah, dan artinya semakin baik tingkat pengetahuan orang tua tidak mempengaruhi kejadian obesitas pada balita.

44

5.3. Pembahasan Dari hasil penelitian terhadap 38 responden yang dilakukan di KB TKIT Al-Hikmah Surabaya menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menunjang, misalnya semua responden memiliki latar belakang pendidikan SMA / SMEA ke atas, dan sebagian besar berlatar belakang pendidikan Diploma /sarjana. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo, 1996 yang dikutip oleh Nursalam, 2001 bahwa pada umumnya semakin tinggi pendidikan maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Pengetahuan itu sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk mengingat fakta, symbol, prosedur teknik, dan teori. Selain itu pengetahuan juga dipengaruhi oleh pengalaman dan usia. Menurut Notoatmodjo, 2005 pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan cara untuk memperoleh pengetahuan. Pengalaman merupakan pendekatan yang penting dan bermanfaat. Kemampuan untuk menyimpulkan, mengetahui aturan, dan membuat prediksi bedasrkan observasi (Nursalam, Siti Pariani, 2001). Menurut Hurlock, 1998 yang dikutip oleh Nursalam, 2001 bahwa kemampuan mental yang diperlukan untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi-situasi yang baru, misalnya mengingat hal-hal yang dulu pernah dipelajari, penalaran analogis, dan berfikir kreatif mencapai puncaknya dalam usia dua puluhan, kemudian sedikit demi sedikit menurun.

45

Faktor-faktor tersebut mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, namun dalam penelitian ini tidak diteliti. Dari 38 balita didapatkan sebaian besar balita tidak obesitas. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian obesitas pada balita di KB TKIT Al-Hikmah Surabaya masih jarang terjadi. Meskipun demikian, setiap tahun angka kejadian obesitas terus meningkat. Oleh karena itulah kejadian obesitas tetap membutuhkan perhatian yang penuh mengingat efek yang ditimbulkan dapat mengganggu kesehatan anak baik sebelum atau setelah masa dewasa. Hal ini sesuai dengan teori Fauzin, 2006 yang menyatakan bahwa komplikasi dari anakanak yang mengalami obesitas bisa terjadi Diabetes Mellitus tipe 2 yang resisten terhadap insulin, muncul tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan tingkat lipid yang abnormal. Menurut Roskitt dan Clair yang dikutip oleh Subardja, 2004 dahwa obesitas pada anak merupakan cikal bakal terjadinya penyakit degeneratif kardiovaskuler, Diabetes Mellitus, dan Penyakit degeneratif lainnya yang dapat timbul sebelum atau setelah masa dewasa. Dari 10 balita obesitas, didapatkan 7 balita obesitas dengan pengetahuan orang tua cukup yang artinya tidak ada hubungan tentang pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita Hal ini menunjukkan bahwa kejadian obesitas pada balita tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan saja, melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain misanya faktor lingkungan yang meliputi aktivitas fisik, penggunaan energi yang rendah, dan faktor keturunan. Hal ini sesuai dengan teori yang

46

dikemukakan oleh Juanita, 2004 yang menyatakan bahwa terdapat 3 faktor yag barpengaruh terhadap bekembangnya obesitas, yaitu genetik, lingkungan, dan neuro.

47

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di KB TKIT Al-Hikmah Surabaya pada tanggal 20 Juni 2007 sampai dengan 29 Juni 2007 dapat disimpulkan bahwa : 1. Pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada anak

sebagian besar termasuk dalam kategori baik. 2. 3. Sebagian besar balita tidak obesitas. Dilihat dari hasil peneltian ysng diuji dengan menggunakan uji

hiotesis chi square didapatkan nilai 2 = 0,095 < 2(1,095) = 3,841 sehingga tidak ada hubungan antara pengetahuan orang tua tentang pemberian makan dengan kejadian obesitas pada balita. 6.2. Saran Dengan melihat hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dikemukakan sebagai berikut : 1. Bagi Petugas Kesehatan Diharapkan agar bidan dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap status gizi balita, terutama balita obesitas yang selama ini sangat kurang mendapatkan perhatian, baik dari tenaga kesehatan maupun masyarakat. Perhatian ini diwujudkan dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan yang sehat dan benar menurut standar kesehatan.

48

2.

Bagi Peneliti

Diharapkan selanjutnya melakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian analitik observasional case control untuk memberikan hasil yang lebih akurat, dan sampel dapat mewakili populasi secara keseluruhan.

49

DAFTAR PUSTAKA Arikunto,s.1998.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta:Rineka Cipta Anonimus.2002.Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta:Bagian Anak FK Universitas Indonesia Budiyanto,A.2004.Dasar-Dasar Ilmu Gizi.Malang:UMM Damayanti.2004.Obesitas http.//www.kompas.com Mengancam Anak-Anak.02 Juni 2006.available

Darmono.2006.Obesitas Pada Anak Bisa Turunkan Tingkat Kecerdasan.26 September.available http.//www.republika.ci.id Fauzin.2006.Prevalensi Obesitas http.//www.suarasurabaya.net Juanita,V.2004.Obesitas Pada http.//www.sinarharapan.co.id di Anak.9 Indonesia September Naik.available 2004.available

Mansjoer,A,dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Media Aesculapius Nursalam.2003.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika

Ilmu

Nursalam,dkk.2005.Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak.Jakarta:Salemba Medika Soegianto, B.2004.Penentuan Status Gizi Anak dalam Masa Pertumbuhan (0-18 tahun) Tabel Baku WHO-NCHS.Surabaya:Akademi Gizi Surabaya Soetjiningsih.1998.Gizi Untuk Tumbuh Kembang Anak.Jakarta:EGC Subardja,D.2004.Obesitas Primer Pada Anak.Bandung:Kiblat Yatim,F.2005.30 Gangguan Kesehatan Pada Anak Usia Sekolah.Jakarta:Obor

50

Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Bapak/ibu calon responden Di KB-TKIT Al-Hikmah Surabaya Saya mahasiswa Program Studi Kebidanan Soetomo Surabaya yang bernama Ainun Nafiah, akan melakukan penelitian tentang Hubungan antara pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita yang betujuan untuk mengidentifikasi penderita obesitas pada balita dan menganalisa hubungan antara pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada balita dengan kejadian obesitas. Untuk kepentingan tersebut di atas, saya minta kesediaan ibu/bapak untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan ibu/bapak untuk diwawancarai dan menjawab pertanyaan dalam kuesioner yang telah saya sediakan dengan jujur apa adanya. Jawaban yang ibu berikan akan saya jamin kerahasiaanya. Demikian permintaan dan permohonan saya. Atas kesediaan dan bantuan serta kerjasama dari ibu/bapak saya ucapkan terimakasih. Surabaya, Juni 2007 Hormat saya

Ainun Nafiah

51

Lampiran 2 PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini : Umur Alamat : :

Pekerjaan : Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa saya (bersedia/tidak bersedia*) berpartisipasi sebagai responden penelitian dengan judul Hubungan antara pengetahuan orang tua tentang pemberian makan kepada anak dengan kejadian obesitas pada balita yang diselenggarakan oleh mahasiswa Program Studi Kebidanan Sutomo Surabaya. Demikian pernyataan ini saya buat atas dasar kemauan sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain.

Surabaya,

Juni 2007

Responden

*coret yang tidak perlu

Lampiran 3

KUESIONER

52

Nomor responden Tanggal pengisian :

Petunjuk mengerjakan : Berikan jawaban Bapak/ibu dengan cara memberikan tanda () pada jawaban yang Anda pilih sesuai dengan pengetahuan Anda! I. Data umum 1. Pendidikan terakhir ibu/bapak: 2. Pekerjaan ibu/bapak 3. Jenis kelamin anak anda 4. Tanggal lahir anak anda : : :

II.

Data khusus

Pertanyaan tentang Jumlah makanan 1. Menurut Anda apakah jumlah makanan yang dimakan anak Anda mempengaruhi berat badannya? Ya Tidak Tidak Tahu 2. Jumlah rata-rata nutrisi yang dibutuhkan setiap hari untuk anak usia 1-3 tahun agar anak tetap sehat adalah 1 1,5 piring nasi; 2 3 potong ikan segar; 1 2 potong tempe; 0,5 mangkok sayur bayam; 2 3 potong buah; dan 1 gelas susu.

53

2 3 piring nasi; 2 4 potong ikan segar; 2 3 potong tempe; 1 1,5 mangkok sayur bayam; 2 3 potong buah; dan 1 gelas susu. 2 4 piring nasi; 2 4 potong ikan segar; 2 3 potong tempe; 1 1,5 mangkok sayur bayam; 2 3 potong buah. 3. Jumlah rata-rata nutrisi yang dibutuhkan setiap hari untuk anak usia 4 - 6 tahun agar anak tetap sehat adalah 1 1,5 piring nasi; 2 3 potong ikan segar; 1 2 potong tempe; 0,5 mangkok sayur bayam; 2 3 potong buah; dan 1 gelas susu. 2 3 piring nasi; 2 4 potong ikan segar; 2 3 potong tempe; 1 1,5 mangkok sayur bayam; 2 3 potong buah; dan 1 gelas susu. 2 4 piring nasi; 2 4 potong ikan segar; 2 3 potong tempe; 1 1,5 mangkok sayur bayam; 2 3 potong buah. 4. Berapa banyak sebaiknya Anda memberikan makanan kepada anak anda? Sesuai keinginan anak Sesuai dengan kebutuhan anak Kurang dari satu porsi 5. Jumlah air putih yang harus dikonsumsi oleh tubuh dalam 1 hari minimal 2 liter atau sekitar 4 gelas Sesuai dengan kebutuhan anak Pertanyaan tentang frekuensi makan anak 12 gelas

54

6. Memberikan makan terlalu sering diluar jam makan anak, dapat menyebabkan Berat badan Lebih dari yang seharusnya Anak sehat Anak kuat 7. Menurut Anda yang baik dalam pemberian makanan tambahan kepada anak adalah Sesering mungkin Secukupnya Sekali-kali atau tidak diberikan 8. Frekuensi makan yang teratur dan terjadwal adalah lebih baik daripada tidak teratur dan tidak terjadwal, karena.. Makanan sebagai kebutuhan pokok manusia yang harus terpenuhi dengan seimbang, tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih Makanan sebagai sumber tenaga Makanan adalah modal untuk aktivitas sehari-hari 9. Frekuensi makan yang baik bagi anak adalah 2-3 kali sehari Sesuai dengan keinginan anak Sesering mungkin

Pertanyaan tentang jenis makanan 10. Makanan yang paling tepat diberikan kepada anak usia 1 3 tahun adalah

55

Nasi, sate ayam, buah nanas, es teh Nasi, tempe, sayur sawi, segelas susu Bubur/ tim saring 11. Makanan yang paling tepat diberikan kepada anak usia kurang dari 6 bulan adalah ASI saja Nasi, ikan segar, tempe, sayur sawi, segelas susu Bubur/tim saring 12. Anak mulai diperkenalkan dengan makanan tambahan adalah pada usia 6 bulan, jenis makanan yang sebaiknya diperkenalkan adalah Pisang Bubur/tim saring Nasi dan lauk daging 13. Jenis makanan yang sesuai untuk anak yang mengalami konstipasi atau sembelit adalah Daging dan ikan segar Susu dan roti Sayur atau buah

Pertanyaan tentang kandungan gizi dalam makanan anak 14. Kacang tanah, kedelai, tahu, dan tempe adalah makanan yang mengandung banyak

56

Vitamin Protein hewani Protein nabati 15. Daging, hati, ikan segar, dan kerang adalah makanan yang mengandung banyak Lemak Protein hewani Protein nabati 16. Anak yang gemuk adalah anak yang kelebihan.. di dalam tubuhnya Karbohidrat Lemak Protein 17. Makanan makanan yang mengandung lemak tinggi cocok diberikan kepada anak yang. Kurus Gemuk Biasa

Pertanyaan tentang manfaat makanan 18. Anak yang kurus adalah anak yang Tidak sehat Kurang gizi Sering penyakitan

57

19. Apabila anak diberikan makanan dengan gizi yang cukup dan seimbang, maka anak menjadi. Sehat dan kuat Gemuk dan lucu menggemaskan Terhindar dari penyakit 20. Makanan yang dikonsumsi oleh anak khususnya balita, sebagian besar digunakan untuk Pertumbuhan dan perkembangannya Tenaga untuk beraktivitas sehari-hari Pertumbuhan berat badannya saja 21. Sedangkan untuk orang dewasa, kebutuhan makan lebih banyak digunakan untuk Sama dengan anak Berbeda dengan anak Untuk beraktivitas sehari-hari

Pertanyaan tentang cara pemberian makan anak 22. Menurut Anda apakah sering memberikan makanan tambahan makanan kepada anak Anda di luar jam makannya baik untuk pertumbuhannya? Baik Kurang baik Tidak tahu

58

23. Cara makan yang baik adalah. Makan dengan cepat agar cepat habis Perlahan-lahan agar tidak tersedak dengan frekuensi mengunyah 32 kali Frekuensi mengunyah 50 kali 24. Untuk memenuhi semua kebutuhan nutrisi, maka cara memberikan makan kepada anak sebaiknya Satu jenis makanan yang berkualitas Beberapa jenis makanan/bervariasi Makanan yang disajikan dalam keadaan segar. 25. Cara memberikan makanan kepada seseorang, harus sesuai dengan kebutuhan yang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu Umur, jenis kelamin, aktivitas Pola hidup, pangkat, jabatan Kepercayaan, keyakinan, dan kondisi cuaca

Lampiran 4

KUNCI JAWABAN KUESIONER

Pertanyaan pengetahuan orangtua tentang jumlah makanan 1. Ya 2. 1 1,5 piring nasi; 2 3 potong ikan segar; 1 2 potong tempe; 0,5 mangkok sayur bayam; 2 3 potong buah; dan 1 gelas susu.

59

3. 2 3 piring nasi; 2 4 potong ikan segar; 2 3 potong tempe; 1 1,5 mangkok sayur bayam; 2 3 potong buah; dan 1 gelas susu 4. Sesuai dengan kebutuhan anak 5. Sesuai dengan kebutuhan anak Pertanyaan pengetahuan orangtua tentang frekuensi makan bagi anak 6. Berat badan Lebih dari yang seharusnya 7. Secukupnya 8. Makanan sebagai kebutuhan pokok manusia yang harus terpenuhi dengan seimbang, tidak boleh kurang dan tidak boleh Lebih 9. 2-3 kali sehari Pertanyaan tentang jenis makanan 10. Nasi, tempe, sayur sawi, segelas susu 11. ASI saja 12. Bubur/tim saring 13. Sayur atau buah Pertanyaan tentang kandungan gizi dalam makanan anak 14. Protein nabati 15. Protein hewani 16. Lemak 17. Kurus 18. Kurang gizi 19. Sehat dan kuat 20. Pertumbuhan dan perkembangannya

60

21. Untuk beraktivitas sehari-hari Pertanyaan tentang cara pemberian makan anak 22. Kurang baik 23. Perlahan-lahan agar tidak tersedak dengan frekuensi mengunyah 32 kali 24. Beberapa jenis makanan/bervariasi 25. Umur, jenis kelamin, aktivitas

You might also like