You are on page 1of 4

Pembelajaran Berbasis TIK Untuk Anak Berkesulitan Belajar (Learning Disability) Minggu 07 Aug 2011 03:35 AM Alim Sumarno,

M.Pd Didik Dwi Prasetya * Abstract: The strategic role of Information and Communication Technology (ICT) for education in Indonesia is still not optimal, especially for the children with learning disability.On the other hand, the prevalence of children berkesulitan learning is constantly increasing from year to year.One of the impacts resulting from this issue is the quality of education in Indonesia is very alarming.To help overcome existing problems, this article reveals the application of ICT-based learning as a practical solution.Web-based interactive learning applications developed include the material for dyslexia, dysgraphia, and dyscalculia.Implementation and testing results show that the application of web-based learning can be a supplement in the middle of the lack of facilities for children with learning disabilities.Web-based Interactive multimedia learning also has the potential to motivate children in learning and enabling widespread access, anytime and anywhere without the limited space and time.1. PendahuluanPerkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mampu memberikan pengaruh besar terhadap dunia pendidikan, khususnya dalam proses pembelajaran.Sayangnya, sejauh ini pemanfaatan TIK bagi pembelajaran masih belum optimal, terlebih untuk kalangan anak berkesulitan belajar. Di sisi lain, prevalensi jumlah anak berkesulitan belajar terus mengalami peningkatan dengan perbandingan anak laki-laki dan anak perempuan antara 4:1 hingga 7:1 (Abdurrahman, 2003). Kesulitan belajar merupakan kumpulan gangguan yang bervariasi manifestasinya, berupa kesulitan dalam menggunakan kemampuan mendengar, berbicara, membaca, menulis, berpikir, dan berhitung (matematika). Sebuah penelitian di DKI Jakarta mengungkapkan bahwa 16,52% dari 3.215 murid SD dinyatakan sebagai anak berkesulitan belajar.Penelitian lain di Semarang mengungkapkan bahwa sebanyak 11,4% anak usia sekolah mengalami kesulitan belajar.Kondisi mengenai peningkatan jumlah anak berkesulitan belajar diperparah dengan kurangnya perhatian dan fasilitas dari pemerintah. Padahal Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional secara tegas menyatakan bahwa hak anak untuk memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak yang berkebutuhan khusus. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus masih sangat minim. Menurut Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Indonesia (HIMPAUDI), baru sekitar 34% PAUD yang memberikan layanan bagi anak berkebutuhan khusus.Meningkatnya jumlah anak berkesulitan belajar berdampak pada penurunan kualitas pendidikan nasional.Berdasarkan data dari International Association for Evaluation of Educational (IEA) pada tahun 1992 dalam sebuah studi kemampuan membaca murid-murid sekolah dasar kelas IV, Indonesia menduduki peringkat ke 29 dari 30 negara di dunia. Dalam penelitian yang sama, pada tahun 2006, peringkat Indonesia berada di urutan 41 dari 45 negara yang dilibatkan (PIRLS, 2006). Laporan Trends in International Mathematics and Sciences Study (TIMSS) pada tahun 2007 menunjukkan hal yang tidak jauh berbeda, di mana sekitar 48% siswa setingkat SMP di Indonesia buta matematika. Dari 52 persen siswa yang menguasai matematika, lebih dari setengahnya (55,7 persen) hanya menguasai tingkat dasar. Kondisi ini jauh dibandingkan negara tetangga Malaysia, di mana 82 persen siswanya dinyatakan menguasai matematika (PIRLS, 2006).Merujuk pada persoalan yang ada, penelitian ini mengemukakan pengembangan pembelajaran berbasis TIK untuk anak berkesulitan belajar. Pemanfaatan TIK seperti pembelajaran berbantuan komputer (Computer Assisted Instruction/CAI) mampu meningkatkan pembelajaran bagi siswa-siswa berkesulitan belajar karena adanya umpan balik secara langsung (Access, 2010). Selain itu, pemanfaatan CAI mampu meningkatkan kemampuan membaca bagi anak-anak berkesulitan belajar,(Hall, 2000). Hal

ini dikarenakan CAI menggunakan berbagai jenis instruksi dalam pembelajaran, seperti drill and practice, strategi, dan simulasi. Meskipun demikian, pembelajaran berbantuan komputer seharusnya digunakan sebagai suplemen, bukan untuk menggantikan pembelajaran konvensional.2. Kajian Pustaka2.1 Kesulitan Belajar (Learning Disability)Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris learning disability yang memiliki arti ketidakmampuan belajar. Kata disability diterjemahkan kesulitan untuk memberikan kesan optimis bahwa anak sebenarnya masih mampu untuk belajar. Kesulitan belajar merupakan beragam gangguan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung karena faktor internal individu itu sendiri, yaitu disfungsi minimal otakatau DMO (Prasetya, 2011).Kondisi kesulitan belajar memiliki beberapa karakteristik utama, yaitu(Abdurrahman, 2003): 1. Gangguan internalPenyebab kesulitan belajar berasal dari faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam anak itu sendiri. 2. Kesenjangan antara potensi dan prestasiAnak berkesulitan belajar memiliki potensi kecerdasan/inteligensi normal, bahkan beberapa di antaranya di atas rata-rata. Namun demikian, pada kenyataannya mereka memiliki prestasi akademik yang rendah. Dengan demikian, mereka memiliki kesenjangan yang nyata antara potensi dan prestasi yang ditampilkannya. 3. Tidak adanya gangguan fisik dan/atau mentalAnak berkesulitan belajar merupakan anak yang tidak memiliki gangguan fisik dan/atau mental. Secara garis besar, kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok yaitu: (1) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning disabilities) dan (2) kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities). 1. Kesulitan Belajar PerkembanganKesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. 2. Kesulitan Belajar AkademikKesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kesulitan belajar akademik terdiri dari tiga jenis: 1. Kesulitan membaca (disleksia)Istilah disleksia berasal dari bahasa Yunani, yakni dys yang berarti sulit dalam dan lex berasal dari legein, yang artinya berbicara. Jadi secara harfiah, disleksia berarti kesulitan yang berhubungan dengan kata atau simbol-simbol tulis. 2. Kesulitan menulis (disgrafia)Anak dengan gangguan disgrafia mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak tangannya ketika menuliskan angka atau huruf. 3. Kesulitan matematika (diskalkulia)Kesulitan berhitung (atau kadang disebut matematika) adalah kesulitan dalam menggunakan bahasa simbol untuk berpikir, mencatat, dan mengomunikasikan ide-ide yang berkaitan dengan kuantitas atau jumlah. 3. Metode 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian pengembangan (atau rekayasa) di mana konsep sistem direpresentasikan dengan penerapan interactive learning system untuk peningkatan layanan pendidikan anak berkesulitan belajar. Pengembangan sistem diikuti dengan pembuatan materi-materi pembelajaran konten kemampuan membaca dan konten kemampuan dasar.Pengembangan sistem perangkat lunak dilakukan dengan merujuk pada aturan dan kaidah rekayasa perangkat lunak. Pendekatan model proses perangkat lunak yang digunakan adalah waterfall (atau biasa disebut linear sequential model). Alasan yang mendasari pemilihan model ini adalah dikarenakan spesifikasi kebutuhan perangkat lunak yang akan dikembangkan sudah cukup jelas (Pressman, 2006). Dengan demikian, tahap pengembangan perangkat lunak bisa segera dilaksanakan secara bertahap, mulai dari analisis, desain, implementasi, dan pengujian.3.2 Deskripsi Sistem Aplikasi yang dikembangkan merupakan aplikasi pembelajaran multimedia interaktif berbasis web untuk anak-anak kesulitan belajar (usia 5-7 tahun). Konten yang disajikan terdiri dari kemampuan membaca, kemampuan menulis, dan kemampuan berhitung.Dalam upaya menyajikan

materi pembelajaran yang variatif dan komprehensif, setiap konten utama terdiri dari tiga kategori, yaitu: * Materi DasarMateri ini menyajikan teori atau konsep yang mendasari materi pembelajaran, misalnya membaca, menulis, dan berhitung. Kemasan materi disusun ringkas dan jelas dengan penguatan contoh-contoh yang dibuat menggunakan unsur-unsur multimedia. * Latihan dan KuisMenyajikan latihan-latihan kecil dan evaluasi guna mengetahui tingkat pemahaman anak sehubungan dengan materi yang dibahas. Dengan demikian, anak tidak hanya sekadar membaca materi dasar, namun juga berlatih secara langsung. * Permainan (game)Tidal bisa dipungkiri, permainan memiliki daya tarik tersendiri yang sering memikat anak-anak. Meskipun demikian, seharusnya permainan untuk anak-anak juga memiliki nilai edukatif. Berangkat dari sini, halaman ini secara khusus menyediakan beragam permainan interaktif berbasis multimedia terkait dengan materi-materi yang sedang dibahas. Pengembangan konten pembelajaran memanfaatkan multimedia interaktif yang dibangun menggunakan teknologi PHP, Ajax, Adobe Photoshop, dan Adobe Flash.3.3 Arsitektur SistemPerancangan arsitektur merepresentasikan framework dari sistem perangkat lunak yang dibangun. Deskripsi arsitektur mengadopsi spesifikasi sistem, model analisis, dan interaksi subsistem yang telah didefinisikan pada tahap analisis.Arsitektur dari pengembangan sistem pembelajaran interaktif berbasis web yang diusulkan diperlihatkan seperti Gambar 1. Gambar 1. Arsitektur Aplikasi Sahabat Belajar 3.4 Validasi dan Pengujian Validasi merupakan tahap penting guna memastikan bahwa aplikasi yang dikembangkan telah sesuai dengan spesifikasi. Ada dua jenis uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu validitas isi dan validitas media.Validitas konten dilakukan terhadap ranah materi, ranah konstruksi, dan ranah bahasa yang dipakai.Validasi oleh ahli media ini dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas media pembelajaran sehingga dapat diketahui valid atau tidaknya media.Pengujian merupakan sebuah aktivitas di mana suatu sistem dieksekusi dalam kondisi yang ditetapkan dan hasilnya diamati serta dievaluasi. Pengujian dilakukan sebagai verifikasi bahwa perangkat lunak yang dikembangkan dapat memenuhi spesifikasi kebutuhan dan berjalan sesuai dengan skenario yang telah dideskripsikan. Tujuan utama dari tahap pengujian adalah untuk menemukan kesalahan yang belum teridentifikasi.4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Tahap implementasi merupakan tahap untuk mentranslasikan hasil analisis dan perancangan ke suatu bentuk machine-readable.Pada tahap ini, aspek-aspek yang berhubungan dengan perilaku dan struktur sistem direpresentasikan sebagaimana ia akan dibangun.Hasil implementasi antarmuka utama aplikasi yang dikembangkan diperlihatkan seperti Gambar 2. Gambar 2. Tampilan Utama AplikasiPembelajaran Dalam upaya mencapai sasaran, pengembangan aplikasi menekankan pada desain antarmuka dengan kesan visual yang sederhana dan jelas. Bahasa yang digunakan juga didesain agar tidak kaku dan akrab dengan anakanak. Selain itu, tampilan halaman juga didesain kental dengan lingkungan pembelajaran anak-anak sehingga diharapkan mampu menarik minat anak-anak untuk menggunakannya.Hasil implementasi konten pembelajaran sangat didominasi dengan warna-warna yang cerah. Contoh hasil implementasi konten pembelajaran membaca dan menulis diperlihatkan pada Gambar 3. Gambar 3. Konten Membaca dan Menulis Untuk mengimbangi pembelajaran dan mengurangi kebosanan anak, juga disediakan beragam konten permainan (game) yang bersifat edukatif. Gambar 4. Konten Berhitungdan Permainan Setelah tahap implementasi sistem utama dan konten pembelajaran, langkah selanjutnya adalah melakukan validasi konten dan media. Tahap ini melibatkan dosen dan praktisi yang dipandang memiliki kompetensi di bidang media dan pembelajaran. Langkah yang dilakukan adalah dengan memberikan lembar instrumen dan mendemokan produk yang telah dihasilkan.Untuk tahap pengujian, penelitian ini

menggunakan metode black-box, yaitu dengan memperhatikan hasil keluaran dari perangkat lunak pembelajaran interaktif berdasarkan masukan yang diberikan.Dalam mendukung pelaksanaan pengujian ini, diperlukan deskripsi mengenai prosedur pengujian dan kasus uji.4.2 Pembahasan Merujuk pada hasil analisis hingga implementasi, terlihat bahwa aplikasi berbasis TIK dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan media pembelajaran bagi anak berkesulitan belajar. Hasil validitas konten dan media juga menunjukkan kelayakan produk dengan nilai rata-rata kelayakan sebesar 91,25%. Adapun tahap pengujian memperlihatkan bahwa fungsionalitas aplikasi sudah sesuai dengan spesifikasi awal.5. Simpulan dan Saran5.1 SimpulanAplikasi berbasis TIK dapat dimanfaatkan untuk menyediakan pembelajaran bagi anak berkesulitan belajar. Pengembangan aplikasi pada lingkungan web mampu meningkatkan akses secara luas, kapan pun dan di mana pun tanpa terbatas ruang dan waktu. Hasil validasi dan pengujian memperlihatkan bahwa aplikasi pembelajaran yang dikembangkan sudah cukup layak untuk digunakan.5.2 SaranUntuk mendukung pembelajaran, sebaiknya perlu penambahan konten pembelajaran secara berkelanjutan. Selain itu, agar kelayakan produk lebih optimal maka perlu dilakukan uji coba secara langsung ke masyarakat, misalnya kelompok terbatas atau lembaga pendidikan anak usia dini.6. Ucapan Terima KasihPenulis mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pendidikan Nasional (melalui program DP2M Dikti/DitLitabmas) dan Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang (UM) yang telah mendukung sepenuhnya kegiatan penelitian ini. Tidak lupa juga untuk anggota tim teknis: Devid Haryalesmana, Hayu Noeritasari, Lilik Emi Rahayu, Azhar Ahmad, dan Firman Hidayah atas kerjasamanya.7. Daftar Pustaka

You might also like