You are on page 1of 15

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) DENGAN PEMANFAATAN SOFTWARE CABRI 3 DIMENSI POKOK BAHASAN

BANGUN RUANG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alfin Toffler dalam Asmani (2011:5) pernah mengatakan bahwa kekuatan terbesar dunia saat ini adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Barang siapa yang tidak menguasai pengetahuan dan teknologi maka posisinya akan terasing dan ia akan terhempas oleh gelombang globalisasi yang sarat dengan kompetisi. Globalisasi yang lahir dari peradaban dunia yang semakin modern menghendaki keahlian khusus yang harus dimiliki oleh setiap orang. Keahlian khusus tersebut menjadi penting karena akan menjadi modal berharga dalam mempertahankan keberadaan hidup. Dalam iklim globalisasi dibutuhkan manusia yang mampu bekerja sama, gersit, cerdas, hemat dan harus mampu bersaing. Siapa yang tidak memiliki kemampuan tersebut, dapat dipastikan bahwa globalisasi balik menjadi pisau yang mengancam keberadaan hidupnya. Mampu bersaing berarti menjadikan diri kita berkualitas dan unggul. Kualitas dan keunggulan diri ini akan diperoleh melalui proses pendidikan yang terus menerus. Proses pendidikan diharapkan bermuara pada pembentukan karakter peserta didik yang berbudi luhur, berakhlak mulia, jujur, cermat, hemat dan cerdas. Karakter semacam ini akan berakar pada diri siswa selaku generasi penerus bangsa diantaranya melalui pembelajaran matematika. Pembentukan karakter siswa untuk mengokohkan jati diri bangsa diantaranya dilakukan melalui pembelajaran matematika dikatakan benar sebab dengan belajar matematika maka terbentuk kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berfikir kritis, logis, sistematis, dan mempunyai sifat jujur, disiplin dalam

memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. Ditengah kekisruhan dan krisis multidimensi yang melilit bangsa kita maka ada baiknya dibangun alternatif solusi berbasis pembelajaran matematika. Namun demikian, ditengah usaha pembentukan karakter siswa melalui pembelajaran matematika, kita justru dicengangkan dengan kondisi sumber daya manusia (SDM) kita yang masih sangat rendah. Data yang diperlihatkan oleh International Achievement Education (IEA) dalam Kusumah (2011:1) menyebutkan bahwa siswa SD di Indonesia menenpati peringkat ke 38 dari 39 negara peserta; kemampuan siswa SMP dalam matematika menempati peringkat 39 dari 42 negara peserta; kemampuan siswa SMP dalam IPA adalah peringkat 40 dari 42 negara peserta. Hal yang sama dilaporkan oleh the Third International Mathematics and Science Study-Repeat (TIMSS-R) dalam Kusumah (2011:1) bahwa kemampuan matematika siswa SMP di Negara kita menempati peringkat ke-34 dari keseluruhan 38 negara peserta. Rendahnya kualitas SDM kita juga dapat dilihat peringkat yang dikeluarkan Human Devepment Index (HDI) dari UNDP yang menyatakan bahwa kita menempati peringkat ke-110, bandingkan dengan Negara asia tenggara lainnya: Vietnam (109), Filipina (77) Malasya (59), Brunei Darussalam (32) dan singapura (25) (Kusumah 2011:2). Data di atas sudah cukup memberikan alasan pembenar dari pernyataan bahwa sebetulnya kondisi SDM kita jauh tertinggal dari pada Negara tetangga lainnya. Kemampuan matematika siswa kita juga jauh tertinggal. Pertanyaannya mengapa terjadi demikian? Mengapa siswa kita terus-terus tertinggal dalam kaitannya dengan kemampuan matematik? Tidak ada waktu untuk saling menyalahkan, harus ada upaya pembenahan kearah yang lebih baik sebab jika tidak segera dibenahi maka Negara kita akan mengalami stagnan atau jalan ditempat atau tidak akan maju. Harus ada upaya kongkrit agar bangsa kita tidak Cuma sebagai saksi sejarah terhadap kemajuan bangsa lain.

Tulisan ini bermaksud memberikan salah satu alternatis solusi dalam menyesaikan permasalahan pembelajaran matematika. Kenyataan menunjukan bahwa pembelajaran matematika di sekolah cenderung text oriented dan kurang memiliki koneksi baik antar materi dalam matematika, koneksi antara matematika dengan bidang lain maupun dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran konsep yang cenderung abstrak dan dengan metode ceramah mengakibatkan konsep-konsep matematika menjadi sulit dipahami. Sementara itu kebanyakan guru dalam mengajar masih kurang memperhatikan kemampuan berpikir siswa, terutama kemampuan dalam bernalar. Hal ini mengakibatkan pola belajar yang dilakukan oleh siswa cenderung menghafal. Serupa dengan itu Soedjadi, (2000:1) yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika pada umumnya menggunakan urutan sajian sebagai berikut: (1) diajarkan teori/definisi/ teorema, (2) diberikan contoh-contoh, (3) diberikan latihan atau soal Pembelajaran semacam ini biasa disebut dengan pembelajaran konvensional. Pola pembelajaran semacam itu meyebabkan pengajar lebih mendominasi pembelajaran, sementara siswa hanya menjadi pendengar dan pencatat yang baik. Pengajaran matematika semacam ini mengakibatkan siswa hanya bekerja secara prosedural dan memahami matematika tanpa penalaran. Siswa cenderung menggunakan data yang ada tanpa memperhatikan konteks masalahnya. Masalah ini bisa di atasi diantaranya dengan menggunakan atau mengaplikasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pembelajaran matematika. Rohadi (2004:48) dan Fatah (2004:55) dalam Probowo (2008: 5) menemukan bahwa TIK ternyata efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika di kelas. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa yang lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang tidak memanfaatkan teknologi. Temuan serupa juga disampaikan oleh Prabowo (2008:1) bahwa Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran bernuansa problem based learning

berbantuan media film dan aplikasi 3DSmax secara umum menunjukkan mahasiswa aktif berproses. Keaktifan tersebut berada pada kitaran nilai persentase sebesar 62%. Berkembangnya TIK merupakan cirri utama abad 21. TIK terbukti telah memberikan dampak yang sangat positif dalam berbagai hal diantaranya menunjang aktivitas pekerjaan dan belajar, mendukung pengambilan keputusan bahkan meningkatkan kualitas hidup manusia (Asmani, 2011: 19). Peranan TIK akan semakin meningkat seiring perkembangan zaman, hingga akhirnya menjadi elemen dasar dalam kehidupan mahkluk penghuni bumi ini. Dengan demikian pemanfaatan TIK dalam dunia pembelajaran adalah sebuah langkah maju guna mengantisipasi tuntutan dunia kerja. Urgensi TIK dalam dunia pembelajaran ditegaskan oleh Munir dalam Asmani (2011:111) bahwa pada era TIK sekarang ini paradigma pembelajaran telah bergeser dari pembelajaran tradisional menuju pembelajaran berbasis perkembangan komputer.

Pembelajaran saat ini, pengajar tidak hanya berceramah di depan kelas sambil menulis di papan tulis sementara peserta didik hanya duduk dengan sopan dan mencatatnya. Saatnya berbagai media hasil dari teknologi mesti dimanfaatkan untuk diaplikasikan dalam dunia pembelajaran misalnya VCD, DVD, Saftware-software pembelajaran dan lain-lain. Salah satu sofare matematik yang siap dimanfaatkan untuk membantu pemahaman siswa pada pembelajaran matematika khususnya geometri adalah Dynamic Geometry Software (DGS) Cabri 3D. DGS Cabri 3D merupakan software geometri interaktif. Software ini merupakan pengembangan dari software geometri Cabri 2D. Cabri 3D tidak hanya digunakan sebagai software yang mempresentasikan matematika secara geometri tetapi juga dapat dugunakan secara umum untuk membangun kemudahan bermatematika dengan memunculkan bentuk-bentuk yang menyerupai keaslian dari berbagai model. Software ini memberikan kemudahan bagi siswa dan guru untuk mengeksplorasi berbagai bentuk dan

model geometri. Dengan begitu diharapkan siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan guru mengurangi pembelajaran yang cenderung ke text oriented. Berdasarkan pemikiran di atas maka penulis menetapkan judul karya ini; Pembelajaran Matematika Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) dengan Pemanfaatan Software Cabri 3 Dimensi Pokok Bahasan Bangun Ruang.

BAB II LANDASAN TEORI A. Sejarah Teknologi Informasi dan Komunikasi serta Perkembangannya di Indonesia 1. Sejarah Teknologi Informasi dan Komunikasi Menurut Haryanto (2008) terdapat beberapa tonggak perkembangan teknologi yang secara nyata memberi sumbangan terhadap perkembangan TIK hingga saat ini. Pertama yaitu temuan telepon oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1875. Temuan ini kemudian berkembang menjadi pengadaan jaringan komunikasi dengan kabel yang meliputi seluruh daratan Amerika, bahkan kemudian diikuti pemasangan kabel komunikasi trans-atlantik. Jaringan telepon ini merupakan infrastruktur masif pertama yang dibangun manusia untuk komunikasi global. Memasuki abad ke-20, tepatnya antara tahun 1910-1920, terwujud sebuah transmisi suara tanpa kabel melalui siaran radio AM yang pertama. Komunikasi suara tanpa kabel ini pun segera berkembang pesat. Kemudian diikuti pula oleh transmisi audio-visual tanpa kabel,

yang berwujud siaran televisi pada tahun 1940-an. Komputer elektronik pertama beroperasi pada tahun 1943. Lalu diikuti oleh tahapan miniaturisasi komponen elektronik melalui penemuan transistor pada tahun 1947 dan rangkaian terpadu (integrated electronics) pada tahun 1957. Perkembangan teknologi elektronika, yang merupakan cikal bakal TIK saat ini, mendapatkan momen emasnya pada era Perang Dingin. Persaingan IPTEK antara blok Barat (Amerika Serikat) dan blok Timur (dulu Uni Soviet) justru memacu perkembangan teknologi elektronika lewat upaya miniaturisasi rangkaian elektronik untuk pengendali pesawat ruang angkasa maupun mesin-mesin perang. Miniaturisasi komponen elektronik, melalui penciptaan rangkaian terpadu, pada puncaknya melahirkan mikroprosesor. Mikroprosesor inilah yang menjadi 'otak' perangkat keras komputer dan terus berevolusi sampai saat ini. Perangkat telekomunikasi berkembang pesat saat teknologi digital mulai digunakan menggantikan teknologi analog. Teknologi analog mulai terasa menampakkan batas-batas maksimal

pengeksplorasiannya. Digitalisasi perangkat telekomunikasi kemudian berkonvergensi dengan perangkat komputer yang sejak awal merupakan perangkat yang mengadopsi teknologi digital. Produk hasil konvergensi inilah yang saat ini muncul dalam bentuk telepon seluler. Di atas infrastruktur telekomunikasi dan komputasi ini kandungan isi (content) berupa multimedia mendapatkan tempat yang tepat untuk berkembang. Konvergensi telekomunikasi - komputasi multimedia inilah yang menjadi ciri abad ke21, sebagaimana abad ke-18 dicirikan oleh revolusi industri. Bila revolusi industri menjadikan mesin-mesin sebagai pengganti 'otot' manusia, maka revolusi digital (karena konvergensi telekomunikasi - komputasi multimedia terjadi melalui implementasi teknologi digital) menciptakan mesin-mesin yang mengganti (atau setidaknya meningkatkan kemampuan) 'otak' manusia.

2. Perkembangan Teknologi Informasi Komunikasi di Indonesia Indonesia pernah menggunakan istilah telematika (telematics) untuk arti yang kurang lebih sama dengan TIK yang kita kenal saat ini. Encarta Dictionary mendeskripsikan telematics sebagai telecommunication + informatics (telekomunikasi + informatika) meskipun sebelumnya kata itu bermakna science of data transmission. Pengolahan informasi dan pendistribusiannya melalui jaringan telekomunikasi membuka banyak peluang untuk dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk salah satunya bidang pendidikan. Ide untuk menggunakan mesin-belajar, membuat simulasi proses-proses yang rumit, animasi proses-proses yang sulit dideskripsikan sangat menarik minat praktisi pembelajaran. Tambahan lagi, kemungkinan untuk melayani pembelajaran yang tak terkendala waktu dan tempat juga dapat difasilitasi oleh TIK. Sejalan dengan itu mulailah bermunculan berbagai jargon berawalan e, mulai dari e-book, e-learning, e-laboratory, e-education, elibrary, dan sebagainya. Awalan e bermakna electronics yang secara implisit dimaknai berdasar teknologi elektronika digital. Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di Indonesia telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Inisiatif menyelenggarakan siaran radio pendidikan dan televisi pendidikan merupakan upaya melakukan penyebaran informasi ke satuan-satuan pendidikan yang tersebar di seluruh nusantara. Hal ini adalah wujud dari kesadaran untuk mengoptimalkan pendayagunaan teknologi dalam membantu proses pembelajaran masyarakat. Kelemahan utama siaran radio maupun televisi pendidikan adalah tidak adanya feedback yang seketika. Siaran bersifat searah yaitu dari narasumber atau fasilitator kepada pembelajar. Introduksi komputer dengan kemampuannya mengolah dan menyajikan tayangan multimedia (teks, grafis, gambar, suara, dan gambar bergerak) memberikan peluang baru untuk mengatasi kelemahan yang tidak dimiliki siaran radio dan televisi. Bila televisi hanya

mampu memberikan informasi searah (terlebih jika materi tayangannya adalah materi hasil rekaman), pembelajaran berbasis teknologi internet memberikan peluang berinteraksi baik secara sinkron (real time) maupun asinkron (delayed). Pembelajaran berbasis Internet memungkinkan terjadinya pembelajaran secara sinkron dengan keunggulan utama bahwa pembelajar maupun fasilitator tidak harus berada di satu tempat yang sama. Pemanfaatan teknologi video conference yang dijalankan dengan menggunakan teknologi Internet memungkinkan pembelajar berada di mana saja sepanjang terhubung ke jaringan komputer. Selain aplikasi unggulan seperti itu, beberapa peluang lain yang lebih sederhana dan lebih murah juga dapat dikembangkan sejalan dengan kemajuan TIK saat ini. Selanjutnya buku elektronik atau e-book adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan komputer untuk menayangkan informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. Dalam sebuah e-book dapat diintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun movie sehingga informasi yang disajikan lebih kaya dibandingkan dengan buku konvensional. Jenis e-book paling sederhana adalah yang sekedar memindahkan buku konvensional menjadi bentuk elektronik yang ditayangkan oleh komputer. Dengan teknologi ini, ratusan buku dapat disimpan dalam satu keping CD atau compact disk (kapasitas sekitar 700MB), DVD atau digital versatile disk (kapasitas 4,7 sampai 8,5 GB) maupun flashdisk (saat ini kapasitas yang tersedia sampai 16 GB). Bentuk yang lebih kompleks dan memerlukan rancangan yang lebih cermat misalnya pada Microsoft Encarta dan Encyclopedia Britannica yang merupakan ensiklopedi dalam format multimedia. Format multimedia memungkinkan e-book menyediakan tidak saja informasi tertulis tetapi juga suara, gambar, movie dan unsur multimedia lainnya. Penjelasan tentang satu jenis musik misalnya, dapat disertai dengan cuplikan suara jenis musik tersebut sehingga pengguna dapat dengan jelas memahami apa yang dimaksud oleh penyaji.

Bentuk lani dari pada perkembangan TIK di Indonesia adalah pembelajaran bebrasis elearning. Beragam definisi dapat ditemukan untuk e-learning. Victoria L. Tinio dalam (Haryanto:2008), misalnya, menyatakan bahwa e-learning meliputi pembelajaran pada semua tingkatan, formal maupun nonformal, yang menggunakan jaringan komputer (intranet maupun ekstranet) untuk pengantaran bahan ajar, interaksi, dan/atau fasilitasi. Untuk pembelajaran yang sebagian prosesnya berlangsung dengan bantuan jaringan internet sering disebut sebagai online learning. \ Definisi yang lebih luas dikemukakan pada working paper SEAMOLEC, yakni elearning adalah pembelajaran melalui jasa elektronik. Meski beragam definisi namun pada dasarnya disetujui bahwa e-learning adalah pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi elektronik sebagai sarana penyajian dan distribusi informasi. Dalam definisi tersebut tercakup siaran radio maupun televisi pendidikan sebagai salah satu bentuk e-learning. Meskipun radio dan televisi pendidikan adalah salah satu bentuk e-learning, pada umumnya disepakati bahwa e-learning mencapai bentuk puncaknya setelah bersinergi dengan teknologi internet. Internet-based learning atau web-based learning dalam bentuk paling sederhana adalah website yang dimanfaatkan untuk menyajikan materi-materi pembelajaran. Cara ini memungkinkan pembelajar mengakses sumber belajar yang disediakan oleh narasumber atau fasilitator kapanpun dikehendaki. Bila diperlukan dapat pula disediakan mailing list khusus untuk situs pembelajaran tersebut yang berfungsi sebagai forum diskusi. Fasilitas e-learning yang lengkap disediakan oleh perangkat lunak khusus yang disebut perangkat lunak pengelola pembelajaran atau LMS (learning management system). LMS mutakhir berjalan berbasis teknologi internet sehingga dapat diakses dari manapun selama tersedia akses ke internet. Fasilitas yang disediakan meliputi pengelolaan siswa atau peserta didik, pengelolaan materi pembelajaran, pengelolaan proses pembelajaran termasuk pengelolaan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan komunikasi antara pembelajar dengan

fasilitator-fasilitatornya. Fasilitas ini memungkinkan kegiatan belajar dikelola tanpa adanya tatap muka langsung di antara pihak-pihak yang terlibat (administrator, fasilitator, peserta didik atau pembelajar). Kehadiran pihak-pihak yang terlibat diwakili oleh e-mail, kanal chatting, atau melalui video conference. B. Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi Menurut Sannai dalam www.diniatik.blogspot.com Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) adalah sebuah media atau alat bantu dalam memperoleh pengetahuan antara seseorang kepada orang lain. Sementara itu TIK menurut kementerian Negara riset dan teknologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyeberan dan penyajian infprmasi (http://staff.blog.ui.ac.id). Teknologi Informasi dan Komunikasi, TIK (bahasa Inggris: Information and Communication Technologies; ICT) adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media. Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada pertengahan

abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang pesat melampaui bidang teknologi lainnya. Hingga awal abad ke-21 TIK masih terus mengalami berbagai perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya. C. Urgensi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran Konvergensi antara teknologi komputer dengan teknologi komunikasi yang dimulai pada pertengahan abad ke-20, yang kemudian memunculkan istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. TIK terus berevolusi dari fungsi efisiensi ke bidang manajemen, sosial, dan pendidikan . Karena tidak mau tertinggal zaman, dunia pendidikan telah menggunakan TIK sebagai basis pembelajaran yang lebih mutakhir. Bagi pembelajaran, TIK amat penting karena memercepat tranformasi ilmu pengetahuan kepada para peserta didik secara lebih luas. Di antara manfaat TIK dalam pembelajaran ialah menghilangkan batasan ruang, jarak, dan waktu. Dalam pembelajaran di Indonesia, pemanfaatan TIK telah dilaksanakan sejak beberapa tahun lalu melalui penyelenggaraan radio pendidikan dan televisi pendidikan untuk menyebarkan informasi ke satuan-satuan pendidikan di seluruh nusantara. Dalam pembelajaran konvensional, guru memiliki keterbatasan dalam mengajar. Interaksi antara guru dan siswa terhambat karena jumlah siswa terlalu banyak. Sehingga, aktivitas belajar mengajar tidak optimal karena data dan informasi yang tersampaikan tidak maksimal. Pemanfaatan TIK sebagai media pembelajaran diperlukan untuk mewujudkan efektifitas dan optimalisasi pembelajaran. Dengan menggunakan LCD proyektor, misalnya, siswa akan mampu mengaktifkan semua indera dan sensitifitasnya melalui melihat, mendengar, dan membaca. Dengan menggunakan TIK, berbagai media konvensional dapat diintegrasikan dalam satu jenis media interaktif. TIK dapat menggali kemampuan individu siswa serta

menimbulkan daya tarik belajarnya.

sehingga memotivasi siswa dalam meningkatkan prestasi

Fenomena tersebut menuntut guru sebagai pengajar dan pendidik harus menguasai TIK. Bagi guru, penguasaan TIK sangat penting karena dapat memudahkan menyelesaikan tugas-tugasnya. Melalui TIK, guru dapat meng-upgrade pengetahuan dan keterampilannya. TIK dapat menjadi sumber inovasi pembelajaran sehingga pelajaran dapat ditampilkan secara menarik dan mudah dipahami siswa. Guru dituntut mengembangkan metode pembelajaran dengan memanfaatkan TIK untuk mengakses sumber-sumber pembelajaran yang tersedia sangat banyak di internet (http://ekspresi-nusantarasatu.blogspot.com). Pengembangan dan penerapan TIK juga bermanfaat untuk pendidikan dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan nasional. Salah satu aspeknya ialah kondisi geografis Indonesia dengan sekian banyak pulau yang terpencar-pencar dengan keadaan permukaan bumi tidak bersahabat. TIK benar-benar diharapkan menjadi fasilitator utama untuk meratakan pendidikan di bumi Nusantara karena TIK yang mengandalkkan kemampuan pembelajaran jarak jauh tidak terpisah ruang, jarak, dan waktu. Andil TIK bagi perkembangan dunia pendidikan sangat besar. Dunia pendidikan tidak bisa dipisahkan dengan TIK, karena saat ini perubahan informasi sangat cepat. Sudah banyak sekolah yang memiliki laboratorium komputer dan fasilitas hot spot. Metode pembelajaran konvensional yang menitikberatkan pada pengajar dan kehadiran di kelas mulai dipertanyakan efektifitasnya. Perguliran proses belajar terasa lambat dan produktivitas siswa tidak mengalami perubahan yang signifikan. Program pembangunan yang terpadu dan terarah yang berbasis TIK akan memberikan multiple effect dan nurturant effect terhadap hampir semua sisi pembangunan pendidikan. Pembangunan pendidikan berbasis TIK setidaknya memberikan dua keuntungan. Pertama, sebagai pendororong komunitas pendidikan (termasuk guru) untuk lebih apresiatif dan

proaktif dalam maksimalisasi potensi pendidikan. Kedua, memberikan kesempatan luas kepada peserta didik memanfaatkan setiap potensi yang dapat diperoleh dari sumber-sumber yang tidak terbatas. Akan tetapi, penggunaan TIK bagi dunia pemdidikan di Indonesia manghadapi kendala cukup berat karena dalam lingkaran pendidikan terdapat banyak orang gagap teknologi. Antara pemahaman mereka dengan perkembangan TIK terdapat jarak yang cukup jauh. Sehingga, mereka tidak dapat mengikuti atau memanfaatkan TIK dengan baik. Kecenderungan ini pada akhirnya membawa kesulitan terhadap proses belajar mengajar dan akhirnya TIK ditinggalkan meskipun pemanfaatannya cukup berarti. Beberapa instansi pendidikan pendidikan, seperti e-learning, yang telah memanfaatkan TIK sebagai sarana

juga cenderung berjalan di tempat. Bukan karena

keterbatasan fasilitas atau sarana prasarana yang tersedia, melainkan segi keaktifan dan keterbatasan pencapaian program tersebut. Solusinya, pemerintah harus melakukan berbagai upaya agar para guru memiliki kemampuan penguasaan TIK. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota harus melaksanakan berbagai pelatihan penguasaan TIK. Kesejahteraan guru harus terus ditingkatkan agar dapat mengembangkan diri. Para guru yang telah mendapat tunjuangan profesi harus

meningkatkan kualitasnya karena telah berpredikat sebagai guru profesional. Mereka harus menyisihkan sebagian dari tunjangannya untuk meningkatkan kualitas diri, termasuk dalam penguasaan TIK.

D. Software DGS Cabri 3D

Salah satu sofare matematik yang siap dimanfaatkan untuk membantu pemahaman siswa pada pembelajaran matematika khususnya geometri adalah Dynamic Geometry Software (DGS) Cabri 3D yang selanjutnya disebut Cabri 3D. Cabri 3D merupakan software geometri interaktif. Software ini merupakan pengembangan dari software geometri Cabri II. Teknologi cabri ini mulai dirintis pada tahun 1985 oleh Frances Centre National de la Recherce Scientifique (CNRS) dan Joseph Fourier University di Gronoble (www.cabri.com). Program cabri II merupakan hasil pertama yang dibuat. Beberapa kali ada penyempurnaan program dengan adanya beberapa versi. Kemudian dalam perkembangan berikutnya dibuat cabri 3D yang didesaian khusus mengkontruksi geometri dimensi tiga. Penggunaan program cabri telah banyak membantu pemahaman siswa dalam pembelajaran geometri dimensi dua dan tiga di kelas. Salah satu hal yang mengujetkan dalam pandangan penulisn sebagai guru matematika adalah diselesaikannya persoalan geometri yang tidak dapat dilakukan secara manual. Sebagai contoh; untuk menggambar jarring-jaring kubus secara manual itu mudah. Hal yang sama terjadi pada balok, limas, prisma segitiga, tabung dan lain-lain. Akan tetapi bagaimana kala siswa disuruh menggambar jarring-jaring dari regular dodecahedron! Dijamin kita gurupun mengalami kesulitan dalam menggambar bangun ini secara manual. Dengan menggunakan cabri 3D persoalan ini ternyata sangan sederhana. Hanya cukup mengklik regular dodecahedron di bidang yang tersedia (gambar A) kemunian klik tool bar pada open polyhedron maka didapatlah jarring-jaring regular dodecahedron (gambar B). Adapun hasil dari bangun regular dodecahedron dan jarringjaringnya sebagai berikut:
Berdasarkan data UNESCO, mutu pendidikan matematika di Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati. Data lain yang menunjukkan rendahnya prestasi matematika siswa Indonesia dapat dilihat dari hasil survei Pusat Statistik Internasional untuk Pendidikan (National Center for Education in Statistics, 2003) terhadap 41 negara dalam pembelajaran matematika, dimana Indonesia mendapatkan peringkat ke 39 di bawah Thailand dan Uruguay (http://ugm.ac.id) . Pembelajaran matematika selama ini terlalu dipengaruhi pandangan bahwa matematika adalah alat yang siap pakai. Pandangan ini mendorong guru bersikap cenderung memberi tahu konsep/ sifat/

teorema dan cara menggunakannya. Guru cenderung mentransfer pengetahuan yang dimiliki ke pikiran anak dan anak menerimanya secara pasif dan tidak kritis. Adakalanya siswa menjawab soal dengan benar namun mereka tidak dapat mengungkapkan alasan atas jawaban mereka. Siswa dapat menggunakan rumus tetapi tidak tahu dari mana asalnya rumus itu dan mengapa rumus itu digunakan. Keadaan demikian mungkin terjadi karena di dalam proses pembelajaran tersebut siswa kurang diberi kesempatan dalam mengungkapkan ide-ide dan alasan jawaban mereka sehingga kurang terbiasa untuk mengungkapkan ide-ide atau alasan dari jawabannya. Perubahan cara berpikir yang perlu sejak awal diperhatikan ialah bahwa hasil belajar siswa meruapakan tanggung jawab siswa sendiri. Artinya bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi secara langsung oleh karakteristik siswa sendiri dan pengalaman belajarnya. Tanggung jawab langsung guru sebenarnya pada penciptaan kondisi belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang baik (Marpaung, 2004). Pengalaman belajar akan terbentuk apabila siswa ikut terlibat dalam pembelajaran yang terlihat dari aktivitas belajarnya.

You might also like