You are on page 1of 72

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 BAB IV METODE PELAKSANAAN

4.1 Persiapan 4.1.1 Pembersihan Lahan Sebelum pembangunan suatu proyek konstruksi pada suatu lahan kosong, lahan tersebut harus dibersihkan dari semak atau pepohonan. Alat yang umum digunakan untuk pekerjaan ini adalah crawler tractor yang dilengkapi bulldozer blade atau blade khusus untuk membersihkan lahan seperti clearing blade atau rake. Faktor yang berpengaruh terhadap pembersihan lahan antara lain : 1. Kelebatan pohon. Faktor ini berpengaruh terhadap produksi dan biaya produksi, yaitu jumlah pohon,ukuran pohon, kekerasannya, keadaan akar, rumput-rumputan yang ada. 2. Penggunaan tanah setelah dikerjakan harus kita perhatikan apakah tujuan land clearing ini nanti, misalnya untuk kepentingan pembuatan dam, jalan raya atau keperluan lain. Karena hal-hal tersebutakan menjadi pertimbangan dalam memilih metode maupun peralatannya. 3. Keadaan dan daya dukung tanah. Faktor keadaan tanah dan daya dukung tanah juga harus kita perhatikan, yangt ermasuk dalam faktor ini adalah tebal top soil, jenis tanah, kadar air, keadaan batuan,dll. 4. Topografi. Termasuk dalam faktor topografi adalah kemiringan medan, saluran-saluran yang ada,rawa-rawa, batuan besar, bukit, dll. 5. Keadaan iklim dan hujan. Biasanya semua fase dari pekerjaan land clearing dipengaruhi pula oleh perubahan temperatur dan hujan yang turun selama pelaksanaan pekerjaan. 6. Kekhususan pekerjaan. Factor khusus ini dapat tergantung dari kondisi berikut : a. b. c. d. Luas area pekerjaan Penyempurnaan pekerjaan yang dilakukan Pembuangan bekas clearing Konservasi tanah, dll.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Pada proyek Rental Office Tomang ini sendiri lahan yang akan digunakan itu harus terlebih dahulu dibersihkan. Karena pada awalnya lahan tersebut adalah lahan kosong yang sudah banyak tumbuh rumput-rumputan seperti ilalang dan terdapat beberapa pohon pohon tidak terlalu, maka untuk pembersihan lahan kami menggunakan crawler tractor yang dilengkapi bulldozer blade. Untuk pembersihan lahan ini kami menggunakan alat berat, yaitu dua buah crawler tractor yang dilengkapi bulldozer blade. Kami menggunakan dua buah alat ini untuk mencapai efektivitas waktu agar pekerjaan pembersihan lahan ini dapat terselesaikan dengan cepat.

4.1.2 Pengukuran Pekerjaan pengukuran pada suatu proyek dilakukan setelah menerima instruksi dari Site Manager dan gambar kerja (shop drawing) yang harus diukur di lokasi kerja. Pengukuran dilaksanakan secara automatik, perlengkapan pekerjaan untuk pengukuran adalah pensil berwarna putih. Benang bangunan, benang kapas (diberi tinta cina berwarna hitam), meteran dan penggaris siku. Pengukuran yang dilakukan adalah terhadap as kolom, tujuannya adalah agar letak as setiap kolom dari lantai bawah hingga lantai berikutnya tidak berubah letaknya. Agar bangunan dapat diletakkan pada posisi yang diinginkan sesuai rencana maka diperlukan pedoman-pedoman pengukuran. Pedoman pengukuran yang diperlukan adalah sbagai berikut : Pedoman titik koordinat, hal ini di ambil dari Bench Mark (BM) yang ada disekitar atau didekat lokasi atau berpedoman pada bangunan yang telah ada. Pedoman elevasi, untuk dapat menetapkan elevasi 0 untuk bangunan tersebut. Kedua pedoman tersebut harus selalu dijaga agar tidak mengalami perubahan dan senantiasa harus dicek kembali, sampai dengan pedoman tersebut telah dipindahkan pada bagian bangunan yang telah dilaksanakan, secara tetap.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Adapun urutan kerjanya adalah sebagai berikut : 1. Stake out (pemetaan dan pematokan) koordinat definitive/BM(bench mark) sesuai koordinat rencana. 2. Pengambilan elevasi yang sudah ditentukan terhadap BM yang akan menjadi nilai acuan. 3. Peralihan dari BM yang sudah defenitif terhadap grid-grid yang akan ditentukan untuk keperluan dilapangan (horizontal). Persiapkan alat theodolite atau Total Station untuk memindahkan koordinat terhadap grid/As yang akan di plot di lapangan. Setting alat Theodolit supaya tegak lurus dengan bidang mendatar hingga siap pakai pada posisi pada posisi BM yang sudah defenitif. Targetkan arah bidikan terhadap grid-grid rencana. Pasang patok atau marking grid-grid yang sudah sesuai dengan gambar rencana. Beri tanda (warna untuk membedakan patok stake out dengan patok yang lain). 4. Peralihan elevasi (vertical) dari BM yang sudah definitive terhadap gridgrid As untuk keperluan elevasi lantai atau kolom atau dinding. Persiapkan alat waterpass umtuk memindahkan nilai elevasi dari BM kearah target yang akan di rencanakan. Baca bacaan vertical dari BM terhadap elevasi target. Marking elevasi target yang sudah dibidik sebagai acuan untuk pekerjaan selanjutnya.

4.1.3 Pembuatan Akses Jalan Untuk keperluan transportasi/ pengangkutan matrial dan alat yang digunakan di dalam proyek diperlukan acces road yang cukup memadai, baik lebarnya maupun kekuatan strukturnya. Access Road ditinjau dari lokasinya ada dua yaitu : 1. Off Site Access, merupakan jaringan jalan yang terdapat di luar lokasi yang dimanfaatkan sebagai access road.
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 2. On Site Access, merupakan jaringan jalan untuk transportasi dalam lokasi dan pergerakan dari peralatan yang digunakan. On Site Access perlu direncanakan sebaik baiknya, terutama untuk menghindari gangguan yang ada di dalam lokasi. Didalam On Site Access terdapat tempat untuk mencuci ban mobil, truck (car wash) ataupun alat berat sebelum keluar dari lokasi proyek konstruksi.

4.1.4 Perencanaan Site Plan

Instalasi dari lapangan konstruksi (site layout) dapat diartikan sebagai perencanaan dan pengorganisasian dari luas lapangan yang diusulkan dalam konstruksi, misalnya penyediaan alat-alat sementara dan atau alat-alat permanen, pengembangan dan keperluan sumber daya, termasuk penempatan dan timbal baliknya dalam proyek konstruksi. Tujuan tata letak lapangan adalah untuk mengembangkan produktifitas di lapangan, sehingga dapat mencapai kebutuhan kapasitas dan kualitas dengan rencana yang paling ekonomis dan dengan site layout yang baik sehingga mudah mendapatkan izin pembangunan dari pemerintah setempat.. Jika lahan lokasi proyek sangat terbatas, maka perlu pemanfaatan lahan lain yang berdekatan atau bila terpaksa menggunakan lahan bangunan permanen secara sementara dengan penjadwalan yang detail dan rinci, agar tidak terlalu menganggu kelancaran pekerjaan. Dalam perencanaan site plan pada prinsipnya adalah perencanaan tata letak atau lay out dari fasilitas-fasilitas yang diperlukan selama pelaksanaan proyek. Fasilitas fasilitas yang dimaksud antara lain: 1. Kantor proyek / direksi keet 2. Gudang material dan peralatan 3. Base camp staf proyek dan barak pekerja 4. Los kerja besi dan kayu 5. Pagar proyek dan pintu gerbang 6. Jalan kerja 7. Penempatan alat berat, Tower Crane dan lift bahan
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 8. Pos jaga 9. Toilet 10. Parkir 11. Instalasi air bersih 12. Instalasi air kotor 13. Instalasi Listrik 14. Car Wash Dalam membuat lay out untuk pekerjaan persiapan ini, perlu diperhitungkan secara cermat penempatan masing-masing fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan proyek. Dengan memperhatikan kondisi lapangan yang ada dan disesuaikan dengan disain lay out proyek yang akan dikerjakan, penempatan fasilitas dan sarana proyek nantinya akan dapat berfungsi secara optimal sesuai perencanaan. Namun demikian yang tetap harus dipertimbangkan adalah bahwa seluruh fasilitas dan sarana proyek yang dibangun untuk pekerjaan persiapan tersebut adalah bersifat sementara dan nantinya dibongkar setelah

pelaksanaan proyek selesai dan dikembalikan ke gudang peralatan kontraktor. Adapun kondisi lahan terhadap tapak gedung yang akan dibangun disajikan pada gambar site plan Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan lay out fasilitas dan sarana yang diperlukan untuk pelaksanaan suatu proyek antara lain: 1. Menempatkan semua fasilitas proyek di luar dari bagian denah proyek yang akan dikerjakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu pelaksanaan proyek. Kecuali jika lahan terlalu sempit dan atau telahtersedia lahan area gedung (biasanya struktur basement) untukdapat ditempati. 2. Menempatkan material bangunan, seperti: besi beton, kayu, panel beton dan lainnya, harus dipisahkan sesuai dengan jenis dan ukurannya, sehingga memudahkan penyimpanan dan pengambilannya. 3. Menempatkan material-material yang harus terlindung dari cuaca, seperti: semen maupun material finishing lainnya dalam gudang tertutup. 4. Menempatkan alat-alat berat seperti tower crane pada posisi strategis, agar dapat menjangkau seluruh area kerja yang diperlukan dengan tetap memperhatikan aspek kemudahan erection dan dismantling. Di samping itu perlu juga untuk memperhatikan area lingkungan sekitar yang terlewati oleh jib TC. 5. Merencanakan jalur jalan kerja dan arus lalu lintasnya secara benar agar tidak menimbulkan stagnasi lalu lintas, baik lalu lintas material maupun manuver alat-alat berat.
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 6. Menempatkan los kerja tidak jauh dari penumpukan material. 7. Menempatkan pos jaga yang tepat sehingga memudahkan mengawasi seluruh kegiatan proyek. 8. Merencanakan pagar proyek yang rapi dan memperhitungkan estetika, namun tetap efisien.

1. Kantor Lapangan dan Direksi Kit Design Site office PBU dan MK Menggunakan container Musholla Menggunakan container Toilet office Menggunakan container

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Contoh Gambar Kantor Lapangan dan Direksi Kit Analisa: Site office PBU dan MK ditempatkan didekat gerbang untuk memudahkan orang masuk dan keluar selain itu terdapat APAR untuk mencegah terjadinya kebakaran. Mushollah ditempatkan disamping site office , Mushollah menggunakan container dikarenakan lebih efisien waktu, biaya dan dapat digunakan kembali. Di musholla ini terdapat APAR untuk mencegah terjadinya kebakaran. Untuk toilet dibuat permanen selama masa proyek, agar lebih nyaman dan terjaga kebersihannya.

2. Gudang Material dan Peralatan Bahan-bahan yang harus terlindungi dari pengaruh cuaca seperti semen dan material finishing lainnya harus disimpan dalam tempat tertutup. Untuk itu,
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 diperlukan tempat penyimpanan yang disebut gudang. Sebagai tempat penyimpanan material, gudang harus memenuhi berbagai persyaratan. Kondisinya harus dijaga agar tetap kering dan tidak lembab.

Gudang peralatan berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat-alat ringan, seperti : vibrator, mesin genset portable, alat-alat pengukuran, alat-alat pekerjaan finishing serta berbagai komponen peralatan lainnya. Konstruksi gudang

penyimpanan material dan peralatan dibangun seperti bangunan kantor proyek. Yakni dirancang dengan sistem rakitan sehingga dapat digunakan berulang kali. Gudang material dibuat dengan standar, terbuat dari rangka baja yang mudah dipasang dan dibongkar dengan cover terbuat dari plywood dan material seng.

3. Base Camp Staf Proyek dan Barak Pekerja Design Barak Pekerja (Employee Mess) menggunakan container dengan ukuran container 11,61 x 2,28 x 2,5 m Kantin Pekerja menggunakan kayu dengan ukuran 3 x 2 m. Musholla menggunakan container dengan ukuran 11,61 x 2,28 x 2,5 m Toilet pekerja menggunakan kayu (bersifat non-permanen) dengan 2 buah pintu kamar mandi. Analisa: Base camp proyek sering digunakan apabila proyek berada di luar kota. Tempat ini untuk menampung tim proyek sebagai tempat tinggal. Barak pekerja merupakan bangunan tempat tinggal para pekerja. Barak pekerja ini dirancang dapat menggunakan sistem rakitan atau dengan rangka kayu, menyesuaikan kondisi yang ada. Lokasi barak pekerja dapat berada di dalam lokasi proyek maupun di luar, tergantung ketersediaan lahan, aspek keamanan atau permintaan pihak tertentu. Apabila tidak berada di lokasi proyek, maka barak pekerja harus berada sedekat mungkin dengan lokasi proyek untuk memudahkan pengawasan dan kelancaran proyek.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 4. Los Kerja Besi dan Kayu Fasilitas ini dibangun untuk pekerjaan besi dan kayu. Los kerja besi merupakan tempat pemotongan maupun pembengkokan besi beton sesuai gambar kerja (shop drawing) yang ada. Los kerja kayu digunakan sebagai tempat pembuatan bekisting dan pekerjaan kayu lainnya. Bangunan untuk fasilitas ini biasanya dibuat lepas tanpa dinding (los) dan diberi penutup atap, agar para pekerja dapat bekerja dengan nyaman. Los kerja ini ditempatkan sedekat mungkin dengan lokasi stok material dan direncanakan dalam satu flow fabrikasi besi maupun kayu yang dianggap paling efektif dan efisien dari aspek luas area yang dibutuhkan dan yang tersedia serta dari aspek efisiensi waktu fabrikasi dan perpindahan material besi dan kayu. Los kerja untuk fabrikasi kayu adalah los kerja standar yang terbuat dari rangka baja yang mudah dipasang dan dibongkar dengan atap terbuat dari material seng. Adapun lokasi los kerja besi dan kayu pada pelaksanaan proyek ini dapat dilihat pada gambar siteplan dan detil dari disain los kerja besi dan kayu dapat dilihat dalam gambar dibawah.

1. Contoh Foto Gudang Material dan Peralatan

5. Pagar Gedung

Sementara dan

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Contoh foto Gerbang Proyek

Contoh Foto Pagar Sementara Design Pagar

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Tinggi 180 cm dengan design bergambar yang bertujuan mensosialisasikan dan mempromosikan pembangunan menteng square. Gerbang

Pada proyek pembangunan Gedung Fasilitas Pendidikan UNJ ini tedapat 3 gerbang, yaitu : Gerbang Utama

Dengan ukuran lebar 5 m dan tinggi mengikuti ukuran tinggi pagar (180 cm). Gerbang ini dapat dilewati 2 buah mobil besar dan pejalan kaki. Gerbang menuju direksi kit

Gerbang ini memiliki ukuran lebar 3 m dan tinggi 180 cm. Gerbang ini hanya bisa dilewati oleh 1 buah mobil dan pejalan kaki 6. Jalan Kerja Jalan kerja di lingkungan proyek, dibuat untuk jalur lalu-lintas kendaraan proyek, baik untuk truk material, truk mixer maupun mobilisasi alat alat berat seperti mobile crane, tower crane, lift barang, dan lainnya. Membuat jalan kerja ini, harus kuat walaupun bersifat sementara. Oleh karena itu, jalan kerja dibuat dengan suatu perkerasan berupa sirtu, aspal maupun beton dengan mutu minimal K-250 tanpa tulangan. Pemilihan design dari jalan kerja ini berdasarkan kondisi jalur jalan kerja. Apabila kondisi tanah permukaan cukup keras maka perkerasan tidak perlu dilakukan. Khusus untuk perkerasan jalan kerja berupa beton bertulang, maka metode pelaksanaan dapat dibuat dengan konvensional maupun precast.

Pada kondisi tidak akses sama sekali, maka jalan kerja dibuat dengan melintasi area struktur, biasanya pada struktur pelat lantai ground floor. Pada kondisi ini, dilakukan perhitungan-perhitungan untuk memastikan kemampuan struktur pelat lantai atas beban lalu lintas yang akan ada. Umumnya dilakukan perkuatan dengan memasang pipe support pada struktur pelat dan balok pada lokasi yang akan dijadikan jalur jalan kerja.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

7. Penempatan Alat Berat TC, PH, Lift Barang dan Alat Ringan Lainnya. Pada proyek-proyek konstruksi gedung bertingkat tinggi atau gedung bertingkat rendah dengan denah yang luas, diperlukan alat-alat berat untuk transportasi material, terutama untuk arah vertikal. Untuk sistem transportasi vertikal ini, tower crane dan lift barang marupakan alat transportasi yang sering digunakan pada proyek pembangunan gedung bertingkat. Tower crane diperlukan terutama sebagai pengangkut vertikal bahanbahan untuk pekerjaan struktur, seperti besi beton, bekisting, beton cor, dan material lainnya. Penempatan tower crane, harus direncanakan bisa menjangkau seluruh areal proyek konstruksi bangunan yang akan dikerjakan dengan manuver yang aman tanpa terhalang. Penggunaan tower crane tersebut, juga harus memperhitungkan beban maksimum yang mampu diangkatnya. Pada kondisi tertentu, penggunaan tower crane tidak dimungkinkan, maka digunakan mobile crane. Dapat pula digunakan kombinasi keduanya apabila diperlukan. Konstruksi tower crane yang perlu direncanakan dengan cermat adalah pondasi dan penempatan bracing sebagai pengaku pada saat bangunan telah mencapai ketinggian tertentu. Pondasi tower crane berupa pondasi beton plat setempat dengan bored pile atau tiang pancang. Pondasi tower crane pada posisi tower crane di dalam gedung, memanfaatkan pondasi gedung yang akan dibangun.

Sedangkan bracing menggunakan material baja yang diangkurkan ke struktur bangunan yang sudah jadi pada elemen struktur kolom maupun balok dan plat lantai. Sementara itu, lift barang atau passanger lift merupakan alat transportasi vertikal untuk pengangkutan material pekerjaan finishing maupun tenaga kerja proyek. Konstruksi lift bahan dan penumpang ini, dibuat seperti pada tower crane yang meliputi pondasi struktur rangka untuk rail lift, diperkuat dengan bracing yang diangkur pada struktur bangunan yang sudah jadi. Penggunaan alat-alat ringan seperti compressor, alat pengukuran, scaffolding, pompa air dan lain-lain menyesuaikan kebutuhan proyek.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Contoh Foto Theeodolit

Contoh Foto Compressor 2. Tempat stock mekanikal diperlukan untuk kelancaran proyek a. Stock besi b. Stock kayu c. Stock wiremesh d. Pabrikasi 3. Alat penunjang a. Generator set (Genset) b. Towercrane (Radius 50 meter) 4. Fasilitas lainnya a. Area parkir b. Pompa air c. Bedeng pekerja
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 d. Warung pekerja

Contoh Foto Tower Crane

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Contoh Foto Mobil Mixer

8. Pos Jaga

Contoh Foto Pos jaga dan Menara Jaga Desain Pos Jaga menggunakan kayu dan kaso dengan ukuran setiap pos 2x2 m

Analisa:

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Pos jaga diletakkan di gerbang utama proyek dan menuju direksi kit yang menggunakan kayu agar efisien dan mudah untuk dibongkar.

9. Toilet Sebagai fasilitas sanitasi yang harus ada pada proyek diperlukan toilet. Toilet dibedakan disain dan lokasinya berdasarkan peruntukannya. Toilet untuk karyawan dan konsultan didisain berbeda dengan untuk pekerja. Toilet untuk karyawan dan konsultan ini ditempatkan sedekat mungkin dengan kantor. Sedangkan toilet untuk pekerja diletakkan berada di lokasi pekerjaan yang sedang berlangsung. Toilet dibuat dengan finishing keramik dan kloset dengan kualitas bagus, tersedia juga bak air.

Contoh Toilet Direksi

10. Tempat Parkiran Untuk melindungi kendaraan karyawan dan tamu dari cuaca serta untuk kerapian dan kenyamanan, maka dibuat areal parkir pada lokasi proyek. Area parkir sebisa mungkin ditempatkan pada area yang teduh dengan tanah yang diberi perkerasan. Area parkir diatur sedemikian rupa agar terlihat rapi dimana kendaraan tersusun dengan baik. Area parkir dengan kapasitas cukup dan dapat melindungi kendaraan dari hujan dan cuaca panas. Pada kondisi tertentu, area parkir tidak dilengkapi dengan pelindung namun tetap tersusun rapi. Area parkir sebisa mungkin dipisahkan antara parkir kendaraan roda dua dengan parkir kendaraan roda empat. Pada kondisi tertentu pula dimana lokasi proyek sangat sempit, area parkir ditempatkan di luar area proyek seperti di halaman dekat lokasi proyek, di jalan

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 sebelah proyek dengan ijin pihak terkait atau yang lainnya. Disain dan foto area parkir dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Contoh FotoTempat parkir dilihat dari atas

11. Instalasi Air Bersih Pada pelaksanaan proyek diperlukan air bersih untuk beberapakebutuhan seperti air curing beton, perawatan beton sample test, pembersihanban mobil, pekerjaan finishing, dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhantersebut diperlukan instalasi air bersih.Instalasi air bersih dapat berupa susunan tanki air, instalasi pipa dan pompa. Air bersih dapat berasal dari air tanah atau PDAM. Instalasi air bersih didisain sedemikian rupa sehingga rapi, efisien,dan tidak mengganggu aktifitas kegiatan proyek.

12. Instalasi Air Kotor Pada pelaksanaan proyek sering terdapat air kotor atau air sisa atau air buangan seperti contoh air sisa curing, air sisa pekerjaan bored pile, air dari toilet, dan lain-lain. Adanya air buangan atau air kotor tersebut membutuhkan suatu instalasi air kotor di dalam proyek yang nantinya dialiri di saluran air kota dengan syarat mutu air buangan baku tertentu yang sesuai persyaratan pemerintah setempat. Instalasi air kotor berupa pipa pembuangan, saluran pengendap atau penyaring dan saluran drainase yang menuju saluran kota. Drainase dibuat dengan saluran temporary dengan
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 kemiringan dan debit untuk mengalirkan aliran permukaan ke drainase kota. Disain instalasi air kotor diusahakan tidak menggangu aktifitas proyek, terliaht rapi dan efisien.

13. Instalasi Listrik dan penerangan Suatu proyek membutuhkan energi listrik dalam jumlah yang cukup besar. Kebutuhan tersebut terutama untuk menjalankan peralatan seperti tower crane, passanger hoist, lampu penerangan, dan lain-lain. Agar proses tersebut berjalan lancar maka dibutuhkan instalasi listrik dan penerangan yang memadai. Sumber listrik berasal dari PLN dan didistribusikan ke lokasi proyek dan kantor. Instalasi listrik didisain sedemikian rupa sehingga terlihat rapi, efisien, tidak membayakan, dan tidak menggangu aktifitas kegiatan proyek.

14. Car Wash

Contoh Penempatan Car Wash Design -

Tidak ada bangunan khusus banya berupa selang air untuk membersihkan mobil.

Analisis :
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Ditempatkan di sebelum pintu gerbang utama proyek, agar mobil keluar dari proyek terlihat bersih (tidak meninggalkan kotoran di Jalan Raya).

4.2 Metode Sub Structure 4.2.1 Dewatering Maksud dan tujuan dewatering (pekerjaan pengeringan) adalah untuk dapat mengendalikan air (air tanah / permukaan) agar tidak mengganggu atau menghambat proses pelaksanaan suatu konstruksi, terutama untuk pelaksanaan bagian struktur yang berada dalam tanah dan di bawah muka air tanah. Supaya dapat memutuskan metode pengeringan (Dewatering) yang layak, baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaan, diperlukan informasi dalam berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya persoalan, yaitu : Kondisi alam tanah yang bersangkutan Hidrologi air tanah (Ground Water Hydrology) Ukuran serta dalamnya galian yang diperlukan Metode galian dan penahan tanah yang diusulkan Kedekatan (jarak) dengan bangunan yang telah ada, dan kedalaman serta tipe fondasinya Desain dan fungsi bangunan Rencana dan jadwal yang direncanakan Pencemaran alam pada lokasi Pelaksanaan pekerjaan pengeringan ada beberapa cara yaitu : Open Pumping Pada metode ini air tanah dibiarkan mengalir kedalam lubang galian, kemudian dipompa keluar melalui sumur/selokan penampung didasar galian.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Gambar 4.1 Open pumping Pemilihan metode Open Pumping 1. Karakteristik tanah merupakan tanah padat, bergradasi baik dan berkohesi. 2. 3. 4. Jumlah air yang akan dipompa tidak besar (debitnya). Dapat dibuat sumur/selokan penampung, untuk pompa. Galian tidak dalam.

Pelaksanaan metode Open Pumping Sebelum pelaksanaan pengeringan (dewatering) harus di lakukan pengeboran seperlunya untuk mendapatkan data muka air tanah. Pelaksanaan open pumping dilakukan sebagai berikut : 1. Penggalian dilakukan sesuai rencana. Bila sebelum mencapai kedalaman rencana sudah terganang air, maka penggalian dilakukan secara bertahap.

Gambar 4.2 Galian bertahap

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 2. Pada sumur / selokan air dipasang pompa submersible yang lebih baik dari pompa biasa. 3. Bila keadalaman galian melebihi kemampuan hisap pompa, maka pemompaan dapat dilakukan secara bertingkat.

Gambar 4.3 Pompa diturunkan untuk mengurangi tinggi hisap

4.

Bila luas daerah yang akan digali sangat besar, maka sebelum penggalian seluruhnya, dilakukan tahapan sebagai berikut : Tanah digali sebatas muka air tanah pada seluruh luasan. Disekeliling galian dibuat selokan dengan kedalaman lebih dari dasar rencana galian. Diselokan dipasang beberapa pompa sesuai dengan besarnya rembesan untuk pengeringan daerah bagian tengah.

Gambar 4.4 Luas galian sangat besar Pre Drainage

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Pada metode ini muka air tanah ( water table ) diturunkan terlebih dulu sebelum penggalian dimulai dengan menggunakan wellpoint system atau deep well atau pumping well.

Gambar 4.5 Pre Drainage Pemilihan metode Pre Drainage 1. Karakteristik tanh merupakan tanah lepas, berbutir seragam, cadas lunak dengan banyak celah. 2. 3. Jumlah air yang akan dipompa cukup besar (debitnya).

Slope tanah sensitive terhadap erosi atau mudah terjadi rotary slide.

4.

Penurunan muka air tanah tidak menggangu atau merugikan bangunan disekitarnya.

5.

Tersedia saluran pembuangan air dewatering.

Pelaksanaan Pre Drainage Prinsip pre drainage adalah sebelum pekerjaan pengeringan dimulai, muka air tanah diturunkan dengan well point sistem. Pelaksanaan pre drainage sebagai berikut : 1. Dilakukan perencanaan well poin untuk menentukan jumlah dan letak well pont dan kapasitas pompa yang digunakan. Jarak tiaptiap well point umumnya berkisar antara 1-4 meter dan penurunan muka air tanah 5-7 meter. 2. Dibuat sumur test untuk mengetahui lapisan tanah dan muka air tanah. 3. Dipersiapkan saluran untuk mengalirkan air buangan dari pompa.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 4. Dipasang pompa dan bagian hisapnya dihubungkan dengan header (pipa penghubung well point). Pipa pembuangan disambung dengan pipa plastik diarahkan kesaluran pembuangan. 5. Tiap titik kedudukan well point di bor samapai kedalaman 1,5 meter dari rencana dasar galian. 6. Tiap well point satu sama lain dihubungkan dengan pipa (header line) Deep wells dan well point pada prinsipnya sama, yaitu metode pre drainage. Perbedannya kalau deep well dilayani oleh pompa, sedang well point dihubungkan dengan pipa header kemudian dilayani oleh satu atau beberapa pompa.

4.2.2 Pondasi 4.2.2.1 Fankie Pile Urutan pekerjaan Frankie Pile : 1. PEMETAAN Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek. Oleh karena itu yang penting adalah dilakukan pemetaan terlebih dahulu. Ini adalah gunanya ilmu ukur tanah. Umumnya yang melakukan adalah alumni stm geodesi. Proses ini sebaiknya sebelum alatalat proyek masuk, karena kalau sesudahnya akan sulit untuk memperkirakannya. Dari pemetaan ini maka dapat diperoleh suatu patokan yang tepat antara koordinat pada gambar kerja dan kondisi lapangan.

Pekerjaan pemetaan pada lokasi sebelum alat-alat proyek didirikan

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 2. PERSIAPAN ALAT BERAT

Excavator mempersiapkan areal proyek agar alat-alat berat yang lain bisa masuk. Pekerjaan pondasi tiang bor memerlukan alat-alat berat pada proyek tersebut. Disebut alatalat berat memang karena bobotnya itu yang berat, oleh karena itu manajer proyek harus dapat memastikan perkerjaan persiapan apa yang diperlukan agar alat yang berat tersebut dapat masuk ke areal dengan baik. Jika tidak disiapkan dengan baik, bisa saja alat berat tersebut tercebur kesungai misalnya.

Bahkan bila perlu, dipasang juga pelat-pelat baja.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Pelat baja tersebut dimaksudkan agar alat-alat berat tidak ambles jika kekuatan tanahnya diragukan. Jika sampai ambles, untuk mengangkat alat berat biayanya lebih besar dibanding biaya yang diperlukan untuk mengadakan pelat-pelat tersebut. Perlu tidaknya pelat-pelat tersebut tentu didasarkan dari pengalaman-pengalaman sebelumnya,

3. PENULANGAN

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Pekerjaan penulangan pondasi tiang bor. Paralel dengan pekerjaan persiapan, maka pembuatan penulangan tiang bor telah dapat dilakukan. Ini penting, karena jangan sampai sudah dibor, dan ternyata tulangannya belum siap. Jika tertunda lama, tanah pada lubang bor bisa rusak (mungkin karena hujan atau lainnya). Bahkan bisa perlu dilakukan pengerjaan bor lagi. Pemilihan tempat untuk merakit tulangan juga penting, tidak boleh terlalu jauh, masih terjangkau oleh alat-alat berat tetapi tidak boleh sampai mengganggu manuver alat-alat berat itu sendiri.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Struktur Penulangan Pondasi Franky Berikut ini gambar detail strukturnya, pada umumnya digambarkan seperti ini. Ini adalah contoh dari pondasi franky, yang dibagian bawahnya membesar. Itu adalahkekhasan pondasi Franky.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Diameter tulangan franky bisa mencapai diameter 1 m lebih, tapi prinsipnya hampir sama. Dan kedalaman pondasi adalah sampai tanah keras (SPT 50) dalam hal ini adalah 17-18 m (lokasi di Bogor).

PENGEBORAN Jika alat-alat berat sudah siap, juga tulangan-tulangannya, serta pihak ready mix concrete-nya sudah siap, maka dimulailah proses pengeboran. Skema alat-alat bornya adalah.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Gambar diatas bisa menggambarkan secara skematik alat-alat yang digunakan untuk mengebor. Dalam prakteknya, mesin bor-nya terpisah sehingga perlu crane atau excavator tersendiri seperti ini.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Kecuali alat bor dengan crane terpisah, pada proyek tersebut juga dijumpai alat bor yang terintegrasi dan sangat mobile. Mungkin ini yang lebih modern, tetapi kelihatannya jangkauan kedalamannya lebih terbatas dibanding yang sistem terpisah. Mungkin juga, karena diproyek tersebut ada beberapa ukuran diameter tiang bor yang dipakai.
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Pengeboran merupakan proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang bor, kedalaman dan diameter tiang bor menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat bor. Juga terdapatnya batuan atau material dibawah permukaan tanah. Ini perlu diantisipasi sehingga bisa disediakan metode, dan peralatan yang cocok. Kalau asal ngebor, bisa-bisa mata bor-nya stack di bawah. Ini contoh mesin bor dan auger dengan berbagai ukuran siap ngebor .

Setelah mencapai suatu kedalaman yang mencukupi untuk menghindari tanah di tepi lubang berguguran maka perlu di pasang casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam kurang lebih sama dengan diameter lubang bor.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Perhatikan mesin bor-nya beda, tetapi pada prinsipnya cara pemasangan casing sama: diangkat dan dimasukkan pada lubang bor. Tentu saja kedalaman lubang belum sampai bawah, secukupnya. Jika menunggu sampai kebawah, maka bisa berakibat tanah berguguran dan lubang tertutup lagi. Jadi pemasangan casing merupakan hal penting.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan. Gambar di atas, mata auger sudah diganti dengan Cleaning Bucket yaitu untuk membuang tanah atau lumpur di dasar lubang.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Jika pekerjaan pengeboran dan pembersihan tanah hasil pengeboran dan akhirnya sudah menjadi kondisi tanah keras. Maka untuk sistem pondasi Franky Pile bagian bawah pondasi yang bekerja dengan mekanisme bearing dapat dilakukan pembesaran. Untuk itu dipakai mata bor khusus, Belling Tools sebagai berikut.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Cleaning Bucket dan Belling Tools Akhirnya setelah beberapa lama dan diperkirakan sudah mencapai kedalaman rencana maka perlu dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor sudah mencukupi, yaitu melalui pemeriksaan manual.

Perlu juga diperhatikan bahwa tanah hasil pemboran perlu juga dicek dengan data hasil penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah adalah sama seperti yang diperkirakan dalam menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Ini perlu karena sampel tanah sebelumnya umumnya diambil dari satu dua tempat yang dianggap mewakili. Tetapi dengan proses
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 pengeboran ini maka secara otomatis dapat dilakukan prediksi kondisi tanah secara tepat, satu persatu pada titik yang dibor. Apabila kedalaman dan juga lubang bor telah siap, maka selanjutnya adalah penempatan tulangan rebar.

Jika perlu, mungkin karena terlalu dalam maka penulangan harus disambung di lapangan.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Ini kondisi lubang tiang bor yang siap di cor.

Pengecoran beton : Setelah proses pemasangan tulangan baja maka proses selanjutnya adalah pengecoran beton. Ini merupakan bagian yang paling kritis yang menentukan berfungsi tidaknya suatu pondasi.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Meskipun proses pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal maka gagal pula pondasi tersebut secara keseluruhan. Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi tersebut tidak terisi benar dengan beton, misalnya ada yang bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton mengisi bagian yang tidak tepat. Adanya air pada lobang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa tremi. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan kedalaman lubang yang dibor.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Inilah yang disebut pipa tremi. Pada foto ini cukup menarik karena bisa mengambil gambar mulai dari ujung bawah sampai ujung atas. Ujung di bagian bawah , tidak berlubang biasa tetapi ada detail khusus sehingga lumpur tidak masuk kedalam tetapi beton di dalam pipa bisa mendorong keluar.

dilihat dari gambar yang terletak di bawah adalah corong beton yang akan dipasang di ujung atas pipa tremi, tempat memasukkan beton segar.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Yang di bawah ini pekerjaan pengecoran pondasi tiang bor di bagian lain, terlihat mesin bor (warna kuning) yang difungsikan crane-nya (mata bor nya tidak dipasang, mesin bor nonaktif).

Posisi sama seperti yang diatas, yaitu pipa tremi siap dimasukkan dalam lobang bor.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Pipa tremi sudah berhasil dimasukkan ke lubang bor. Perhatikan ujung atas yang ditahan sedemikian sehingga posisinya terkontrol dan tidak jatuh. Corong beton dipasang. Pada kondisi pipa seperti ini maka pengecoran beton siap. Truk readymix siap mendekat.

Pada tahap pengecoran pertama kali, truk readymixed dapat menuangkan langsung ke corong pipa tremi seperti kasus di atas. Karena pipa tremi tadi perlu dicabut lagi. Jadi kalau beton yang dituang terlalu banyak maka jelas mencabut pipa yang tertanam menjadi susah. Sedangkan jika terlalu dini mencabut pipa tremi, sedangkan beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa-bisa terjadi segresi, tercampur dengan tanah. Padahal proses itu semua kejadiannya di bawah, di
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 dalam lobang, nggak kelihatan sama sekali. Jadi pengalaman supervisi atau operator yang mengangkat pipa tadi memegang peran sangat penting. Dalam hal ini diperlukan feeling yang tepat. Jika terjadi kesalahan, dan pondasi gagal,cost-nya akan besar.

Jangan sepelekan aba-aba seperti yang terlihat gambar di atas. Belum tentu seorang sarjana teknik sipil yang baru lulus dengan IP 4.0 bisa mengangkat tangan ke atas secara tepat. Karena untuk itu perlu pengalaman. Jadi menjadi seorang engineer tidak cukup hanya ijazah sekolah formil, perlu yang lain yaitu pengalaman yang membentuk mental engineer.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Jika beton yang di cor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak) maka pipa tremi harus mulai ditarik ke atas. Perhatikan bagian pipa tremi yang basah dan kering. Untuk kasus ini karena pengecoran beton masih diteruskan maka diperlukan bucket karena beton tidak bisa langsung dituang ke corong pipa tremi tersebut.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan air atau lumpur. Karena BJ beton lebih besar dari BJ lumpur maka beton makin lama-makin kuat untuk mendesak lumpur naik ke atas. Jadi
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 pada tahapan ini tidak perlu takut dengan air atau lumpur sehingga perlu dewatering . Gambar foto di atas menunjukkan air / lumpur mulai terdorong ke atas, lubang mulai digantikan dengan beton segar tersebut. Proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang continuous, bayangkan saja bila ada keterlambatan beberapa jam. Jika sampai terjadi setting maka pipa treminya bisa tertanam dibawah dan tidak bisa dicabut. Sedangkan jika terlalu cepat di cabut maka tiang beton bisa tidak continue. Jadi bagian logistik / pengadaan beton harus memperhatikan itu.

Jika pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka pada akhirnya beton dapat muncul dari kedalaman lobang. Jadi pemasangan tremi mensyaratkan bahwa selama pengecoran dan penarikan maka pipa tremi tersebut harus selalu tertanam pada beton segar. Jadi kondisi tersebut fungsinya sebagai penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi atau kecampuran dengan lumpur. Pekerjaan ini merupakan akhir dari pekerjaan franky pile.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 4.3 Metode Upper Structure Setelah pekerjaaan struktur bawah selesai dilaksanakan, maka tahapan pekerjaan selanjutnya adalah pekerjaan struktur atas. Lingkup pekerjaan struktur atas yang penulis amati adalah : 1. 2. 3. Pekerjaan kolom Pekerjaan balok & slab lantai Pekerjaan Shearwall & corelift

4.3.1 Pekerjaan Kolom 4.3.1.1 Marking Kolom Marking kolom adalah suatu kegiatan penandaan posisi kolom yang akan dicor. Marking kolom ditentukan oleh as kolom yang terdapat pada bowplank. Alat yang digunakan antara lain theodolit, bak ukur, meteran dan benang yang diberi tinta. Berikut ini adalah urutan pekerjaan marking kolom : a. Pembuatan garis pinjaman. Garis pinjaman ini berjarak 1 meter sejajar garis as asli. Garis pinjaman dibuat dengan bantuan alat theodolit, bak ukur dan benang tinta pada slab lantai. b. Pembuatan garis bantu. Garis bantu adalah garis yang merupakan penanda posisi kolom dan dimensi kolom pada slab basement. Garis bantu diperoleh dengan menarik garis berjarak tertentu dari garis pinjaman sesuai dengan gambar kerja.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Garis pinjaman Garis bantu

Gambar 4.6 Pembuatan garis pinjaman dan garis bantu 4.3.1.2 Pekerjaan Tulangan Kolom Bahan : Alat : Bar Bender Bar Cutter Tower Crane Travo las Besi tulangan D10 dan D13 untuk sengkang Besi tulangan D16, D19, dan D22 untuk tulangan utama Beton decking setebal 4 cm Kawat bendrat

a. Pelaksanaan perakitan tulangan kolom : Kolom pada tower H memiliki beberapa tipe dimana masing masing tipe mempunyai ukuran dan tulangan yang bervariasi. (Gambar detail terlampir). Perakitan tulangan kolom dikerjakan di tempat pabrikasi besi. Langkah langkahnya sebagai berikut : 1. Pemotongan tulangan dengan bar cutter dan pembengkokan tulangan dengan bar bender.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 2. Pemotongan tulangan utama dilakukan sepanjang tinggi kolom pada lantai ditambah dengan panjang penyaluran tulangan untuk pekerjaan penyambungan tulangan, yaitu sebesar 40 kali diameter. 3. Panjang pembengkokan tulangan sengkang dilakukan sesuai dengan ketentuan bar bender schedule. Untuk sengkang yang dibengkokkan dengan sudut 1350, maka panjang pengaitnya adalah sebesar 6 kali diameter tulangan.

Gambar 4,7 Detail sengkang pada kolom 4. Pengikatan tulangan utama dengan tulangan sengkang dilakukan dengan menggunakan kawat bendrat. 5. Pemasangan beton deking dengan tebal 4 cm pada tulangan sengkang. Pemasangan ini dilakukan dengan cara mengikatkan kawat bendrat yang ada pada beton deking ke tulangan sengkang.

b. Pemasangan Tulangan kolom 1. Tulangan kolom yang telah dirakit di area pabrikasi diangkut dengan tower crane ke lokasi kolom yang yang akan dicor. 2. Tulangan dipasang pada stek kolom yang sudah disediakan pada slab lantai dan diikatkan dengan menggunakan kawat bendrat. Tinggi stek kolom ini adalah 40 kali diameter tulangan. 3. Pada bagian luar tulangan diberi beton decking setebal 4 cm sesuai dengan selimut beton. Beton decking diikat dengan kawat bendrat pada sengkang. 4. Pada bagian dasar kolom diberi sepatu kolom pada tiap sudutnya. Pemasangan sepatu kolom dengan cara pengelasan.
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Sepatu kolom berfungsi sebagai acuan pemasangan bekisting dan menjaga agar bekisting tetap siku.

Gambar 4.8 Perakitan tulangan kolom di area fabrikasi besi

Garis Bantu

Stek kolom

Sepatu Kolom

Beton Decking

Gambar 4.9 Penulangan kolom lantai Basement

4.3.1.3 Pekerjaan Bekisting Kolom Bahan : Plywood tebal 15 mm Aluma joist

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Aluma clamp Strongback Plumbing brace Shoe Corner tie bearing Wing nut Push pull props & kicker brace Base plate Baut Oil form

a. Pembuatan Bekisting kolom 1. 2. Plywood dipotong sesuai dengan ukuran sisi kolom. Aluma Joist (vertical waller) disatukan dengan plywood dengan cara mengencangkan sekrup ke plywood. 3. Strongback (horizontal waller) ditempatkan setelah Aluma Joist dengan cara mengencangkan baut yang ditempatkan pada Aluma clamp. 4. 5. Pemasangan kayu kaso pada bagian ujung bawah bekisting. Oles permukaan plywood dengan Oil form.

Aluma Joist

Aluma Clamp Strongback Plumbing Brace Shoe Wing nut Corner Tie Bearing Kicker Brace

Gambar 4.10 Bagian-bagian bekisting kolom

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Gambar 4.11 Potongan bekisting plywood

b. Pemasangan Bekisting kolom 1. Sebelum bekising dipasang, petugas Quality Control mengecek dan memastikan bahwa penulangan kolom sudah sesuai dengan shop drawing. 2. Panel bekisting ditempatkan disamping tulangan kolom oleh tower crane, kemudian pekerja akan menyandarkan bekisting tersebut pada tulangan kolom dengan acuan garis bantu dan sepatu kolom. 3. Pemasangan Corner Tie Bearing, kemudian Tie rod

dimasukkan diantara kedua panel bekisting, setelah itu wing nut dimasukkan ke dalam tie rod dan dikencangkan dengan cara memutar. 4. Kemudian Tie rod dikencangkan dengan cara memutar wing nut. 5. Setelah ke empat sisi bekisting kolom berdiri dan menyatu, kemudian dilakukan pemasangan Push Pull Prop & Kicker Brace di kedua sisi kolom yang berlainan arah. 6. Pemasangan base plate dengan cara memasukkan base plate ke dalam stek besi yang telah tertanam di lantai. 7. Push Pull Prop & Kicker Brace disatukan dengan base plate.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 8. 9. Pasang Lot pada 2 sisi bekisting Cek ketepatan dan kesesuaian bekisting terhadap marking kolom dengan cara mengencangkan atau mengendorkan Kicker brace. 10. Cek ketegakan bekisting dengan bantuan lot. Jika belum tegak maka perlu disesuaikan dengan cara mengencangkan atau mengendorkan Push pull Prop. 11. Pemberian plesteran dibawah bekisting kolom, untuk mencegah air semen keluar dari bekisting.

Gambar 4.12 Pemasangan bekisting kolom basement

Gambar 4.13 Cek verticality bekisting dan ketepatan bekisting dengan marking kolom
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

4.3.1.4 Pengecoran Kolom Bahan : Alat : Tower crane Electrical Vibrator Concrete bucket Mixer Truck Beton Readymix K-400

a. Metode pelaksanaan pengecoran kolom basement Pengecoran kolom dilakukan apabila pekerjaan bekisting telah selesai dan telah mendapat persetujuan dari quality control. Urutan proses pengecoran kolom yaitu : 1. Beton readymix didatangkan dari batching plant (misalnya: PT. Karya Beton Sudhira) dengan mutu K-400. 2. Beton dituangkan ke dalam gerobak, kemudian dilakukan pengujian slump. Nilai slump yang dipakai adalah 12 2 cm.

Gambar 4.14 Pengujian slump

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 3. Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, maka beton ready mix dari truck mixer dituang kedalam bucket, kemudian bucket tersebut diangkat dengan tower crane menuju ke lokasi pengecoran. Pada saat pemindahan, bucket ditutup/dikunci agar tidak tumpah. 4. Pengecoran kolom dilakukan dengan Tower Crane (TC), beton dari Truck Mixer dituang ke dalam bucket. Kapasitas satu bucket adalah 0,8 m3. 5. Bucket ditutup/dikunci, agar pada saat pemindahan ke lokasi pengecoran, beton tidak tumpah. 6. Di lokasi pengecoran, tutup bucket dibuka, dan beton dituang ke dalam bekisting menggunakan selang plastik (tremie). 7. Pada saat pengecoran, dilakukan vibrasi yang cukup terhadap campuran beton agar diperoleh hasil beton yang padat dan tidak keropos. 8. Penuangan beton maksimal setinggi 1,50 m dari bagian atas bekisting untuk menghindari agregat kasar, terlepas dari adukan beton. 9. Vibrator diusahakan tidak berinteraksi langsung dengan sambungan bekisting pada saat melakukan pemadatan. 10. Pengawasan kontinyu terhadap pelaksanaan pengecoran.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengecoran kolom adalah menghindari peristiwa peristiwa berikut ini : a. b. c. d. e. Geripis/keropos dalam sudut kolom. Geripis/keropos pada kaki kolom. Terjadi lubang lubang pada permukaan kolom (honeycomb). Permukaan bergelombang. Keluarnya air semen pada dudukan bekisting.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Gambar 4.15 Pekerjaan pengecoran kolom basement 4.3.1.5 Pembongkaran Bekisting Kolom Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton dianggap mengeras. Berikut ini adalah urutan prosesnya : 1.Pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah 12 jam dari pengecoran terakhir. 2.Pertama-tama mengendorkan semua wing nut dan kemudian melepas tie rod yang terdapat pada Strongback dan Corner tie bearing. 3.Kemudian melepas Push Pull Prop & kicker brace pada plumbing brace shoe. 2. Langkah selanjutnya adalah melepas Push Pull Prop & kicker brace dari base plate yang secara bersamaan bekisting kolom akan lepas dengan sendirinya dari permukaan beton. 3. Kemudian bekisting kolom tersebut diangkat dan dipindahkan ke tempat yang telah disediakan, untuk dilakukan pembersihan dan pengolesan dengan oil bekisting.

4.3.1.6 Perawatan Kolom Pada saat pembongkaran bekisting selesai, maka langsung dilakukan perawatan beton (curing), yaitu dengan menggunakan compound, caranya yaitu dengan membasahi permukaan kolom dengan

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 menggunakan rol secara merata (naik turun). Proses ini dilakukan sebanyak 4 kali. Perawatan beton dilakukan untuk: Melindungi beton selama berlangsungnya proses pengerasan beton terhadap sinar matahari, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan perusakan secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya. Menghindari kehilangan zat cair yang banyak pada proses awal pengerasan beton yang akan mempengaruhi proses pengikatan awal beton. Mengindari penguapan air dari beton pada saat pengerasan beton pada hari pertama. Menghindari perbedaan temperatur dalam beton, yang akan mengakibatkan retak-retak pada beton.

4.3.2

Pekerjaan Balok & Slab Lantai Tahapan pekerjaan plat lantai adalah sebagai berikut: 1. Pekerjaan Bekisting Slab Lantai 2. Pekerjaan penulangan Slab Lantai 3. Pekerjaan pengecoran Slab Lantai

4.3.2.1 Pekerjaan Bekisting Slab Lantai Bekisting pelat lantai diletakkan di atas balok kayu yang menumpu pada Alumalite Table Form. Aluma dipasang karena dilihat dari

kepraktisannya dan efisiensinya dari segi biaya dan waktu. Setelah aluma dipasang barulah pekerjaan bekisting balok dan pelat lantai dilaksanakan. Bekisting balok dipasang pada bagian bawah terlebih dahulu, sebagai alas untuk pekerjaan pembesian. Bagian sisi samping dipasang setelah pekerjaan pembesian selesai dilakukan. Setelah bekisting selesai dipasang, untuk balok dilakukan marking agar sesuai dengan as balok. Untuk memeriksa apakah bekisting sudah benar-benar horisontal dilakukan dengan menggunakan selang yang diisi air, yang kemudian juga harus dicek dengan menggunakan waterpass.
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Balok merupakan konstruksi pemikul utama yang menyalurkan bebanbeban struktur ke kolom atau balok-balok lainnya. Sebelum pemasangan bekisting untuk balok, dilakukan pengukuran ketinggian papan dasar bekisting dengan menggunakan theodolite, sehingga mempunyai elevasi yang sama. Secara lebih jelasnya langkah-langkah pekerjaan bekisting balok dan pelat lantai adalah sebagai berikut : Persiapan multipleks dan bagian bagian bekisting yang akan dipasang Aluma dipasang terlebih dahulu sesuai dengan tinggi yang dibutuhkan sebelum bekisting dinaikkan. Apaila tinggi aluma kurang, maka dapat diatur hingga sesuai dengan kebutuhan Diatas aluma dipasang U- Head Jack kemudian balok kayu 8/12 dipasang sejajar sumbu balok diatasnya dan dipaku pada U- Head Jack agar tidak bergeser. Lalu diatasnya dipasang girder Setelah itu dipasang balok 5/7, baru kemudian dipasang multipleks untuk bekisting bagian bawah balok Untuk bekisting pelat, pada bagian bawah dipasang horry beam atau pipa besi berdimensi 2 inch yang posisinya melintang dengan sumbu balok induk. Kemudian baru dipasang balok kayu 5/7, serta diatasnya dipasang multipleks bagian bawah pelat Seluruh permukaan atas multipleks tidak perlu dilapisi minyak bekisting, karena permukaan bekesting sudah cukup rata dan licin. Kemudian dilaksanakan pekerjaan pembesian. Setelah pekerjaan pembesian selesai, bekisting samping balok yang paling pinggir dipasang usuk 5/7 untuk menjamin agar posisinya tetap tegak.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Bekisting multiplex

aluma

Gambar 4.16 Bekisting plat lantai terpasang di atas aluma 4.3.2.2 Pembesian Balok & Slab Lantai Bahan : Alat : Bar bender Bar cutter Tang besi Las listrik Tower crane Besi tulangan BJTD 40 diameter D 16 Kawat bendrat Relat dari pipa besi diameter 2 cm Beton Deking tebal 5 cm

a. Metode Pelaksanaan Besi tulangan disiapkan dan dipotong sesuai panjang yang diinginkan. Besi tulangan difabrikasi dan dipasang on site sesuai dengan shop drawing. Beton deking diikatkan dengan tulangan bawah sesuai ketebalan selimut beton yaitu 5 cm. Tulangan slab basement diikat dengan menggunakan kawat bendrat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Pemasangan tulangan perlu diperhatikan pada daerah tumpuan area drop
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 panel dengan panjang penyaluran tulangan 30 D pada tulangan atas. Untuk ikatan antara tulangan atas dan tulangan bawah pada area pelat lantai dan drop panel dipasang tulangan kaki ayam. Cek elevasi tulangan pelat lantai dan ketebalan selimut beton, jangan sampai ada tulangan yang menempel pada lantai kerja dan selimut beton yang terlalu tebal. Pasang kaki relat yang berbentuk T besi D 10 dilas pada tulangan bertumpu diatas beton deking dengan jarak antar kaki relat 50 cm. Pasang besi pipa 2 cm relat dengan cara diikatkan terhadap kaki relat, jarak antar relat 2.5 m dengan tinggi relat sesuai dengan elevasi top slab. Kemudian cek elevasi relat dengan menggunakan waterpass.

Gambar 4.17 Detail penulangan slab basement

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Pipa relat 2cm

Tulangan balok

Tulangan slab lantai

Gambar 4.18 Relat sebagai marking top slab

Tulangan Kaki ayam

4.3.2.3 Pengecoran Slab Lantai Bahan : Alat : Mobile Concrete pump Mixer Truck Trowel Beton readymix K-350 integral waterproofing Floor hardener Calbond

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Jidar Vibrator Air Compressor Pipa cor

a. Metode pelaksanaan Persiapkan Shop Drawing Periksa persetujuan pembesian yang telah dilakukan sesuai persyaratan. Rapikan batas cor lama & baru dari bahan yang akan menimbulkan tidak ratanya hasil pengecoran. Periksa semua area penerimaan beton selalu bersih dan siap untuk menerima beton baru (tidak terdapat bekas beton lama, sisa beton, kawat debu, dll.) Pembersihan area termasuk kawat kawat dengan magnet dan compressor. Sambungan beton lama dengan beton baru disiram dengan Calbond. Siapkan jumlah mixer truck dengan jumlah yang cukup sehingga pada saat pengecoran tidak terhenti cukup lama. Siapkan alat pipa cor agar mampu mencapai lokasi pengecoran tanpa menimbulkan segresi (pisah antara semen dan agregat) dan kehilangan air semen. Pasang batas pengecoran atau stop cor dengan menggunakan papan kayu. Beton yang digunakan adalah K-350 integral (penambahan adiktif) dengan nilai slump adalah 82 cm. Setelah

penambahan zat adiktif(integral waterprofing) nilai slump berubah menjadi 182 cm. Ambil sampel benda uji Crushing test dan Slump test. Lakukan pengecoran pelat lantai dan dilakukan pemantauan selama proses pengecoran.
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Gambar 4.19 Pengecoran slab lantai

Gunakan vibrator untuk pemadatan beton. Penggunaan vibrator tidak boleh mengenai besi tulangan karena beresiko tulangan akan bergeser dari posisi semula.

Ratakan permukaan beton dengan menggunakan jidar. Setelah beton setengah kaku angkat relat dan ratakan bekas relat dengan menggunakan ruskam.

Gambar 4.20 Alat jidar untuk meratakan permukaan slab lantai

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 4.3.2.4 Perawatan Beton Slab Agar permukaan plat yang dihasilkan tidak retak-retak, maka harus dilakukan proses perawatan beton (curing). Perawatan beton dilakukan setelah 12 jam dari pengecoran terahir. Perawatan beton untuk plat lantai (curing) dilakukan dengan menggunakan compound. Caranya yaitu: rol dimasukkan ke dalam ember yang berisi cairan compound, kemudian rol tersebut di gunakan untuk membasahi permukaan beton. Proses ini dilakukan selama 4 hari.

4.3.3 Pekerjaan Shearwall & Corelift 4.3.3.1 Marking Shearwall Marking shearwall & corelift adalah suatu kegiatan penandaan posisi shearwall & corelift yang akan dicor. Marking shearwall & corelift ditentukan oleh as shearwall & Corelift yang terdapat pada bowplank. Alat yang digunakan antara lain theodolit, bak ukur, meteran dan benang yang diberi tinta. Berikut ini adalah urutan pekerjaan marking shearwall & corelift: a. Pembuatan garis pinjaman. Garis pinjaman ini berjarak 1 meter sejajar garis as asli. Garis pinjaman dibuat dengan bantuan alat theodolit, bak ukur dan benang tinta pada slab basement. b. Pembuatan garis bantu. Garis bantu adalah garis yang merupakan penanda posisi shearwall & corelift dan dimensi shearwall & corelift pada slab lantai. Garis bantu diperoleh dengan menarik garis berjarak tertentu dari garis pinjaman sesuai dengan gambar kerja. 4.3.3.2 Pekerjaan Tulangan Shearwall & Corelift Bahan : Alat :
Institut Sains dan Teknologi Nasional

Beton decking tebal 2,5 cm Besi tulangan D16 untuk tulangan vertikal Besi tulangan D13 untuk tulangan horisontal dan sengkang boundary Besi tulangan D10 untuk tulangan pengikat Kawat bendrat

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Bar bender Bar cutter Tower crane Travo las

a. Pelaksanaan perakitan tulangan Shearwall & Corelift : 1. Pemotongan tulangan dilakukan dengan menggunakan alat bar cutter dan pembengkokan tulangan dilakukan dengan

menggunakan alat bar bender. Pekerjaan ini dilakukan di tempat pabrikasi besi. 2. Pemotongan tulangan vertikal adalah sepanjang tinggi lantai ditambah 40 x diameter tulangan (sebagai panjang penyaluran pada saat penyambungan) 3. Tulangan vertikal disusun dengan jarak 200 mm, kemudian tulangan horisontal dipasang dengan jarak 200 mm diikat dengan tulangan vertikal dengan menggunakan kawat bendrat. 4. 5. Tulangan pengikat disusun dengan jarak 400 mm. Pemotongan dan pembengkokan tulangan kait pengikat sesuai dengan shop drawing, yaitu tulangan dibengkokkan 1350, dan panjang kaitnya adalah 6 x diameter tulangan. 6. Panjang pembengkokan tulangan boundary dilakukan sesuai dengan ketentuan bar bender schedule. Ujung sengkang boundary dibengkokkan dengan sudut 1350, dengan panjang pengait adalah sebesar 6 kali diameter tulangan.

Gambar 4.21 Detail pembengkokan sengkang boundary 7. Overlaping pada tulangan horizontal adalah sebesar 40 x diameter tulangan
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 8. Tulangan horisontal dan vertikal yang telah disusun kemudian dirangkai /disatukan dengan tulangan kait pengikat. 9. Tulangan boundary dipasang di bagian ujung shearwall & corelift dan dipasang setelah tulangan vertikal. Cara

memasangnya yaitu dengan mengikatkan kawat bendrat pada tulangan boundary dan tulangan vertikal. 10.

Gambar 4.22 Detail penulangan shearwall

b. Pemasangan Tulangan Shearwall & Corelift


Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 1. Tulangan shearwall & corelift yang telah dirakit di area pabrikasi diangkut dengan tower crane ke lokasi shearwall yang yang akan dicor. 2. Tulangan dipasang pada stek yang sudah disediakan pada slab lantai dan diikatkan dengan menggunakan kawat bendrat. Tinggi stek ini adalah 40 x diameter tulangan. 3. Pada bagian luar tulangan diberi beton decking setebal 2,5 cm sesuai dengan selimut beton. Beton decking diikat dengan kawat bendrat pada sengkang. 4. Pada bagian dasar shearwall & corelift diberi sepatu shearwall & corelift pada tiap sudutnya. Pemasangan sepatu shearwall dengan cara pengelasan. Sepatu kolom berfungsi sebagai acuan pemasangan bekisting dan menjaga agar bekisting tetap siku.

Gambar 4.23 Fabrikasi Penulangan shearwall

4.3.3.3 Pekerjaan Bekisting Shearwall & Corelift a. Pembuatan bekisting Shearwall 1. 2. Menyiapkan plat bekisting fabrikasi. Aluma Joist (vertical waller) disatukan dengan plywood dengan cara mengencangkan sekrup ke plywood. Aluma Joist ini dipasang dalam arah vertikal dan dipasang tiap jarak 25 cm.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 3. Strongback (horizontal waller) dipasang setelah Aluma joist dengan cara mengencangkan baut yang ditempatkan pada Aluma clamp. Strongback dipasang dalam arah horizontal. a. Strongback berfungsi untuk mencegah cembung pada beton dan sebagai tempat pemasangan tie rod. 4. 5. Pemasangan kayu kaso pada bagian ujung bawah bekisting. Pengolesan oil form pada permukaan bekisting.

b. Pemasangan Bekisting Shearwall 1. Penempatan panel bekisting di samping tulangan Shear Wall oleh tower crane. Pada saat penempatan bekisting, para pekerja mengatur posisi panel bekisting agar bisa bersandar pada tulangan sehingga dapat disatukan. 2. Pemasangan Tie rod yang dilindungi oleh pipa PVC ke dalam dinding geser, kemudian Tie rod dikencangkan dengan cara memutar wing nut. 3. Setelah semua sisi bekisting Shear Wall berdiri dan menyatu, kemudian dilakukan pemasangan Push Pull Prop dan Kicker brace. 4. Pemasangan base plate dengan cara memasukkan base plate ke dalam stek besi yang telah tertanam di lantai. 5. Push Pull Prop dan Kicker brace disatukan dengan base plate. Dengan cara membengkokkan stek yang tertanam pada lantai. 6. Pemasangan bandul/lot pada sisi bekisting, lot ini berfungsi untuk mengecek ketegakan bekisting. 7. Cek ketepatan posisi bekisting pada garis bantu dengan alat meteran dan waterpass. Apabila posisi bekisting kurang tepat maka perlu digeser dengan cara mengencangkan atau mengendorkan Kicker brace. 8. Apabila posisi bekisting ternyata kurang tegak, maka Push Pull Prop dikencangkan atau dikendorkan dengan cara memutar. 9. Pemberian plesteran dibawah bekisting dinding geser, untuk mencegah air semen keluar dari bekisting.
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Gambar 4.24 Pemasangan bekisting shearwall

4.3.3.4 Pengecoran Shearwall & Corelift Bahan : Alat : Tower crane Electrical Vibrator Concrete bucket Mixer Truck Beton Readymix K-400

a. Metode pelaksanaan pengecoran shearwall & corelift 1. Beton ready mix diangkut ke lokasi proyek dengan truck mixer, dengan mutu K-400. 2. Beton dituangkan ke dalam gerobak, kemudian dilakukan pengujian slump. Nilai slump yang dipakai adalah 12 2 cm. 3. Setelah nilai slump memenuhi persyaratan, maka beton ready mix dari Truck Mixer dituang kedalam bucket, kemudian bucket tersebut diangkat dengan tower crane menuju ke lokasi pengecoran. Pada saat pemindahan, bucket ditutup/dikunci agar tidak tumpah. 4. Pengecoran Shear Wall dilakukan dengan Tower Crane (TC), beton dari Truck Mixer dituang ke dalam bucket. Kapasitas satu bucket adalah 0.8 m3
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 5. Bucket ditutup/dikunci, agar pada saat pemindahan ke lokasi pengecoran, beton tidak tumpah. 6. Di lokasi pengecoran, tutup bucket dibuka, dan beton dituang ke dalam bekisting menggunakan selang plastik (tremie). 7. Pada saat pengecoran , dilakukan vibrasi yang cukup pada adonan beton. 8. Penuangan beton maksimal setinggi 1,50 m dari bagian atas bekisting ( untuk menghindari agregat kasar, terlepas dari adukan beton ). 9. Vibrator diusahakan tidak berinteraksi langsung dengan sambungan bekisting pada saat melakukan pemadatan. 10. Pengawasan kontinyu terhadap pelaksanaan pengecoran.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengecoran shearwall adalah menghindari peristiwaperistiwa berikut ini : Geripis/keropos pada sudut Shearwall. Geripis/keropos pada kaki Shearwall Terjadi lubanglubang pada permukaan Shearwall. Permukaan bergelombang. Keluarnya air semen dari kaki Shearwall.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1

Gambar 4.25 Pengecoran shearwall 4.3.3.5 Pembongkaran Bekisting Shearwall & Corelift Pembongkaran untuk bekisting Shearwall dapat dilaksanakan setelah 12 jam dari pengecoran terakhir. Urutan pelaksanaan

pembongkaran bekisting Shearwall adalah sebagai berikut : 1. Mengendorkan semua wing nut dan kemudian melepas tie rod yang terdapat pada Strongback dan Corner tie bearing. 2. Langkah selanjutnya adalah melepas Push Pull Prop pada Plumbing Brace Shoe dan pada Base Plate. 3. Setelah bekisting terlepas, tower crane kemudian mengngkat dan menyandarkan panel bekisting pada tempat yang telah disediakan, untuk dilakukan proses pembersihan dan pelumasan dengan oil bekisting. 4. Tower crane kemudian mengangkat bekisting yang telah dibersihkan, menuju lokasi pengecoran Shearwall selanjutnya. 4.3.3.6 Perawatan Beton Shearwall Pada saat pembongkaran bekisting selesai, maka langsung dilakukan perawatan beton (curing), yaitu dengan menggunakan compound, caranya yaitu dengan membasahi permukaan shearwall dengan menggunakan rol secara merata (naik turun). Proses ini dilakukan sebanyak 4 kali.
Institut Sains dan Teknologi Nasional

[PERENCANAAN KONSTRUKSI 4B : METODE DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI] Kelompok 1 Perawatan beton (curing) pada Shearwall berfungsi untuk melindungi beton selama berlangsungnya proses pengerasannya terhadap sinar matahari, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan perusakan secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya. Perawatan yang dilakukan pada Shearwall untuk menghindari : Kehilangan zat cair yang banyak pada proses awal pengerasan beton yang akan mempengaruhi proses pengikatan awal beton. Penguapan air dari beton pada saat pengerasan beton pada hari pertama. Perbedaan temperatur dalam beton, yang akan mengakibatkan retak-retak pada beton.

Institut Sains dan Teknologi Nasional

You might also like