You are on page 1of 2

Hewan dan Tumbuhan Di antara ayat-Nya lagi adalah penciptaan hewan dengan bermacam sifat, jenis, bentuk, manfaat,

warna serta keajaiban-keajaibannya. Ada yang berjalan dengan perut, ada yang dengan dua kaki, empat kaki. Ada yang senjatanya di kaki; yaitu hewan bercakar/kuku tajam; ada yang senjatanya adalah paruh seperti elang, rajawali, dan gagak; ada yang bersenjatakan gigi; ada juga yang senjatanya berupa tanduk untuk membela diri dari orang yang hendak menangkapnya. Di antara hewan-hewan itu ada yang memiliki kekuatan untuk membela diri tanpa perlu senjata, seperti singa yang senjatanya adalah kekuatan. Ada pula yang bersenjatakan kotorannya; ini dimiliki oleh sejenis burung. Apabila orang yang hendak menangkapnya mendekat, ia melemparkan kotorannya kepada orang itu sehingga mati. Di dalam AI-Qur'an seringkali Allah SWT menyebut ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan)-Nya, menyeru para hamba untuk tidak bosan merenungkan ayat-ayat tersebut. Sebab, hal itu merupakan salah satu misi Al-Qur'an yang terbesar. Allah SWT berfirman, Katakanlah, Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. (Yunus: 101) Sesungguhnya dalam penciptaan langit langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakali (Ali Imran: 190) Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan. (al-Ghaasyiyah: 17-20) Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi serta segala sesuatu yang diciptakan Allah. (al-A'raaf.- 185) Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sitat-sitat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling. Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui. Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui. Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (al-An'aam: 95-99) Anda lihat bagaimana Allah SWT memerintahkan kita untuk merenungkan pepohonan saat berbuah dan saat masak. Keluarnya buah dari perantara kayu dan daun mengandung ayat qudrah (kekuasaan,) yang luar biasa. Kemudian dari yang awalnya pahit lagi masam menjadi berwarna cemerlang dan terang dengan rasa yang manis dan lezat juga benar-benar mengandung ayat bagi kaum yang beriman. Seorang salaf berkata, Manusia harus keluar saat buah-buahan itu menjadi masak lalu merenungkannya. Kemudian ia membaca firman-Nya, Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. (al- An'aam: 95- 99)

Kita tidak sanggup memahami seluruh keajaiban yang terkandung dalam ayat-ayat Tuhan. Kita tidak mampu memahami secara sempurna bahwa ayat-ayat tersebut adalah bukti kalau Allah SWT adalah Tuhan Yang Esa, bahwa tidak ada yang lebih agung, lebih lembut, dan lebih sempurna dari Dia. Kita, begitu juga, orang-orang terdahulu dan yang akan datang, hanya sanggup mengetahui berbagai keajaiban itu kurang dari sepersepuluhnya. Akan tetapi, kalau tidak dapat mengetahui semuanya, kita tidak boleh enggan menyinggung sebagiannya agar dapat menjadi dalil untuk yang lain.

You might also like