You are on page 1of 13

Laporan Praktikum Acara II Struktur Biji

A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Biji merupakan organisme yang teratur, rapid an memiliki prsediaan bahan makanan yang cukupu/ melindungi serta memperpanjang

kelangsungan hidupnya. Biji mengandung embrio atau lembaga yang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan bagi tumbuhan. Biji memiliki banyak bagian yang berbeda-beda baik bentuk maupun strukturnya, intinya memiliki fungsi dan tujuan yang sama yaitu untuk menjamin kehindupannya. Tumbuhan berbiji terbagi menjadi dua kelas yakni angiospermae (tumbuhan berbiji terbuka) dan gymnospermae (tumbuhan berbiji tertutup). Angiospermae terdiri dari monokotiledon dan dikotiledon. Struktur biji dikotil dan monokotil memiliki struktur biji yang berbeda dengan fungsinya masing-masing. Struktur biji erat kaitannya dengan cadangan makanan karena akumulasi cadangan makanan berhubungan dengan tempat dimana cadangan tersebut akan disimpan. Derajat dan macam variasi komponen dalam perkembangannya sama atau tidak semua tergantung dengan beberapa struktur dasar yang berbeda untuk masing-masing tipe biji. Pengetahuan tentang struktur biji akan memberikan pemahaman yang baik tentang perbedaan struktur biji antara tanaman monokotil dan dikotil. Maka dari itu, diadakan praktikum mengenai struktur biji. . 2. Tujuan Praktikum Praktikum acara II yaitu mengenai Struktur Biji dilaksanakan dengan tujuan mahasiswa mengetahui struktur biji berbagai tanaman pangan yang tergolong pada monokotil dan dikotil.

B. Tinjauan Pustaka Perkembangan endosperm mencapai maksimum pada saat benih mencapai masak fisiologi. Endosperm menjadi bagian yang paling besar dari benih monokotil masak. Pada dikotil, endosperm terpakai habis oleh embrio, sehingga tidak telihat lagi pada saat benih masak. Benihyang sedikit atau tidak mempunyai endosperm dinamai benih eksalbuminus, sedangkan benih yang memiliki endosperm (atau perisperm) dinamai benih albuminus. Beberapa jenis tanaman menunjukkan adanya bagian kalaza yang berkembang menjadi jaringan penyimpanan cadangan makanan, sedangkan endosperm dan nuselusnya tidak berkembang. Cadangan makanan yang berkembang dari kalaza demikian ini dinamai kalazosperm (Subardi dan Sidiq, 2009). Benih yaitu ovul yang telah dibuahi dan mencapai masak yang kemudian menjadi organ perkembangbiakan atau perbanyakan tanaman itu sendiri. Bagian-bagian benih: bagian fisik (kulit benih, dan inti benih), bagian nonfisik (viabilitas dan metabolisme benih). Pada tumbuhan biji tertutup

(angiospermae), kulit biji terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan kulit luar (testa), dan lapisan kulit dalam (tegmen). Pada tumbuhan biji terbuka

(gimnospermae) kulit benih terdiri dari tiga lapisan, walaupun dalam perkembangannya, ovul hanya memiliki satu lapisan integument

(Suharto dan Irawan, 2004). Inti benih adalah bagian benih yang dibungkus oleh kulit benih. Inti benih dapat dikatakan juga isi benih. Inti benih terdiri dari dua bagian, yaitu embrio, dan cadangan makanan (albumen). Embrio adalah individu baru yang tersimpan dalam benih. Embrio terdiri dari calon akar (radikula), daun embrio, dan batang embrio. Calon akar (radikula) akan tumbuh dan berkembang menjadi akar primer. Pada tumbuhan dikotil, radikula akan menjadi akar tunggang, sedangkan pada monokotil, setelah tahapan bibit selesai akar primer tidak berkembang lagi dan tanaman ditopang oleh akar-akar sekunder. Daun embrio (kotiledon) adalah daun pertama suatu tumbuhan

(Bhatnagar dan Bhojwani, 1974).

Biji terdapat dalam buah, biji berkembang dari bakal biji yang dibuahi dan mengandung embrio serta cadangan makanan. Berdasarkan letak cadangan makanan, ada biji berendosperm atau beralbumin (jagung) dan ada yang tak berendosperm atau biji eksalbumin (biji bunga matahari) (Suharto, 2003). Biji berkembang dari bakal biji. Dalam biji dewasa dapat dibedakan bagian-bagian berikut: kulit biji, biasa disebut testa yang berkembang dari satu atau dua integument; endosperm, yang ada dalam jumlah sedikit atau banyak; embrio yang merupakan sporofit muda yang berkembang sebagian. Pada beberapa biji, endospermnya sama sekali tidak ada, dan biji semacam ini, juga mengandung sedikit sekali endosperm, dinamakan biji eksalbumin. Pada biji beberapa tumbuhan, umpamanya beberapa spesies Citrus, embrionya mempunyai kloroplas dan berwarna hijau. Pada biji tumbuhan tertentu, misalnya Beta, jaringan nuselus tetap dan volumenya bertambah untuk membentuk perisperm. Beberapa cirri dapat dibedakan di bagian luar biji. Mikropil dapat lenyap sama sekali atau dapat tetap ada sebagai pori yang nyata. Ditempat melekat biji itu pada funikulus terdapat parut, dinamai hillum. Air dapat merembes dengan mudah melalui hillum (Boesewinkel, 1978). Secara struktural, biji jagung yang telah matang terdiri atas empat bagian utama, yaitu perikarp, lembaga, endosperm, dan tip kap. Perikarp merupakan lapisan pembungkus biji yang berubah cepat selama proses pembentukan biji. Pada waktu kariopsis masih muda, sel-selnya kecil dan tipis, tetapi sel-sel itu berkembang seiring dengan bertambahnya umur biji. Pada taraf tertentu lapisan ini membentuk membran yang dikenal sebagai kulit biji atau testa/aleuron yang secara morfologi adalah bagian endosperm. Bobot lapisan aleuron sekitar 3% dari keseluruhan biji (Suarni dan Widyowati, 2008). Lembaga merupakan bagian yang cukup besar. Pada biji jagung tipe gigi kuda, lembaga meliputi 11,5% dari bobot keseluruhan biji. Lembaga ini sendiri sebenarnya tersusun atas dua bagian yaitu skutelum dan poros embrio (embryonic axis). Endosperm merupakan bagian terbesar dari biji jagung, yaitu sekitar 85%, hampir seluruhnya terdiri atas karbohidrat dari bagian yang

lunak (floury endosperm) dan bagian yang keras (horny endosperm). Lembaga terdiri atas plumula, radikel, dan skutelum, yaitu sekitar 10% dan perikarp 5%. Perikarp merupakan lapisan luar biji yang dilapisi oleh testa dan lapisan aleuron. Lapisan aleuron mengandung 10% protein. Setiap tip cap adalah bagian yang menghubungkan biji dengan janggel. Lapisan aleuron, perikarp, dan lembaga mengandung protein dengan kadar yang berbeda. Lembaga juga mengandung lemak dan mineral (Wilson, 1981). Perbedaan yang mendasar pada biji monokotil dan biji dikotil adalah jumlah keping biji atau kotiledonnya. Monokotil mempunyai satu buah keping biji saja, sedangkan dikotil mempunyai dua buah keping biji. Selain itu perbedaan lainnya antara tumbuhan dikotil dengan tumbuhan monokotil, yaitu pada tumbuhan dikotil, bersama dengan kotiledon plumula tumbuh membesar dan memanjang muncul ke permukaan tanah mencapai cahaya matahari. Sedangkan pada tumbuhan monokotil plumula terlebih dahulu menembus koleoptil sebelum melanjutkan pertumbuhannya. Selain itu berdasarkan pada ada tidaknya endosperm, biji monokotil ternasuk endospermus (albuminus) yaitu pada biji dapat dijumpai adanya endosperm, misalnya pada biji jagung. Sedangkan pada tumbuhan dikotil, termasuk ke dalam non-endosperm yaitu pada biji tidak dapat dijumpai adanya endosperm, misalnya pada biji kedelai. Pada monokotil, perkembangan endosperm mencapai maksimum pada saat benih mencapai masak fisiologi. Endosperm menjadi bagian yang paling besar dari benih monokotil masak. Pada dikotil, endosperm terpakai habis oleh embrio, sehingga tidak telihat lagi pada saat benih masak (Suyanti, 2010).

C. Metodologi Praktikum 1. Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum acara Dormansi Benih dilaksanakan pada hari selasa tanggal 24 April 2012 pukul 10.50-12.20 WIB. Tempat pelaksanaan praktikum yaitu di Laboratorium Ekologi dan Manajemen Produksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2. Alat dan Bahan a. Alat 1) Silet atau pisau 2) Kaca pembesar 3) Seedbed 4) Alat tulis b. Bahan 1) Benih Monokotil a) Benih padi (Oriza sativa) b) Jagung (Zea mays) c) Aren (Arenga pinnata) 2) Benih Dikotil a) Benih kedelai (Glycine soja) b) Kacang tanah (Arachis hypogaea) 3) Air 2. Cara Kerja a. Merendam benih yang telah dipersiapkan dalam air dingin selama 2 jam b. Menggambar struktur luar biji tersebut c. Memotong benih secara vertical dan horizontal (untuk semua biji) d. Menggambar benih yang telah dipotong beserta bagian-bagiannya.

3. Pengamatan yang Dilakukan Pelaksanaan praktikum mengenai struktur viji yaitu mengamati struktur biji serta bagian-bagiannya. Pengamatan dilakukan pada gambar sisi luar biji, penampang melintang biji serta penampang membujur biji. 4. Analisa Data Data pengamatan praktikum acara Struktur Biji dianalisis untuk mengetahui struktur biji monokotil maupun dikotil, perbedaan struktur biji masing-masing komoditas dilihat dari fungsi dan letak bagian-bagiannya serta pentingnya mengetahui sruktur biji tanaman.

D. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Pengamatan a. Struktur Luar Biji Jagung Keterangan: 1. Embryo 2. Endosperm 3. Seed Coat

Gambar 2.4.1 Struktur Luar Biji Jagung b. Struktur Membujur Biji Jagung Keterangan: 1. Embryo 2. Endosperm 3. Seed Coat 4. Radikula 5. Plumula

Gambar 2.4.2 Struktur Membujur Biji Jagung

c. Struktur Melintang Biji Jagung Keterangan: 1. Embryo 2. Endosperm 3. Seed Coat

Gambar 2.4.3 Struktur Melintang Biji Jagung d. Struktur Luar Biji Kedelai Keterangan: 1. Radikula 2. Plumula 3. Kotiledon 4. Seed Coat

Gambar 2.4.4 Struktur Luar Biji Kedelai

e. Struktur Membujur Biji Kedelai Keterangan: 1. Radikula 2. Plumula 3. Kotiledon 4. Seed Coat

Gambar 2.4.5 Struktur Membujur Biji Kedelai f. Struktur Melintang Biji Kedelai Keterangan: 1. Radikula 2. Plumula 3. Kotiledon 4. Seed Coat

Gambar 2.4.6 Struktur Melintang Biji Kedelai 2. Pembahasan Struktur biji berhubungan erat dengan cadangan makanan karena akumulasi cadangan makanan berhubungan erat dengan struktur biji atau tempat dimana cadangan tersebut akan disimpan. Derajat dan macam variasi komponen dalam perkembangannya sama atau tidak semua tergantung dengan beberapa struktur dasar yang berbeda untuk masingmasing tipe biji. Pengetahuan tentang struktur biji akan memberikan pemahaman yang baik tentang perbedaan struktur biji antara tanaman monokotil dan dikotil. Sebelum dilakukan pengamatan struktur biji,

terlebih dahulu dilakukan perendaman supaya benih dapat lebih mudah diamati. Biji jagung diamati dari struktur luarnya memiliki bagian-bagian kulit biji (seed coat) dan endosperma. Kulit biji jagung terdiri dari satu lapis kulit. Struktur biji dapat lebih lengkap diamati dengan memotong biji secara melintang. Bagian-bagian yang dapat diamati dari penampang biji jagung melintang yaitu embryo, endosperm, seed coat, radikula dan plumula. Sedangkan, pada penampang melintang hanya terlihat embryo, endosperm dan seed coat. Kulit biji berfungsi untuk melindungi biji dari kekeringan, kerusakan mekanis, dan serangan cendawan, bakteri, dan insekta. Endosperm yaitu suatu jaringan penyimpanan makanan cadangan yang diserap oleh embrio sebelum atau selama perkecambahan biji dan selalu terdapat di dalam biji yang sangat muda. Pengamatan struktur luar biji kedelai memperlihatkan bagian-bagian kulit biji (seed coat), kotiledon dan radikula. Bagian-bagian yang teramati pada penampang membujur kedelai yaitu seed coat, kotiledon, radikula dan plumula. Sedangkan pada penampang melintang, bagian-bagian yang dapat diamati antara lain seed coat, kotiledon dan plumula. Kulit biji umumnya memiliki fungsi yang sama yakni melindungi organ di dalam biji dari organisme di luar biji. Kotiledon merupakan jaringan penyimpan cadangan makanan. Cadangan makanan yang tersimpan dalam biji umumnya terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, dan mineral. Jagung merupakan biji monokotil yaitu biji yang berkotiledon tunggal dan memiliki skuletum, tipe berkecambahannya hipogeal. Sedangkan kedelai merupakan biji dikotil yaitu biji yang berkotiledon ganda dan tidak memiliki skuletum, tipe berkecambahannya epigeal. Perbedaan yang mendasar pada biji monokotil dan biji dikotil adalah jumlah keping biji atau kotiledonnya. Monokotil mempunyai satu buah keping biji saja, sedangkan dikotil mempunyai dua buah keping biji.

Selain itu perbedaan lainnya antara tumbuhan dikotil dengan tumbuhan monokotil, yaitu pada tumbuhan dikotil, bersama dengan kotiledon plumula tumbuh membesar dan memanjang muncul ke permukaan tanah mencapai cahaya matahari. Sedangkan pada tumbuhan monokotil plumula terlebih dahulu menembus koleoptil sebelum melanjutkan

pertumbuhannya. Selain itu berdasarkan pada ada tidaknya endosperm, biji monokotil ternasuk endospermus (albuminus) yaitu pada biji dapat dijumpai adanya endosperm, misalnya pada biji jagung (Zea mays). Sedangkan pada tumbuhan dikotil, termasuk ke dalam non-endosperm yaitu pada biji tidak dapat dijumpai adanya endosperm, misalnya pada biji kedelai. Perkembangan endosperm pada biji monkotil mencapai

maksimum pada saat benih mencapai masak fisiologi. Endosperm menjadi bagian yang paling besar dari benih monokotil masak. Pada dikotil, endosperm terpakai habis oleh embrio, sehingga tidak telihat lagi pada saat benih masak (Suyanti, 2010).

E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

a. Perbedaan antara biji monokotil dan dikotil adalah dilihat dari jumlah
kotiledon/endosperm-nya. Pada monokotil (jagung) terdapat satu endosperma. Dan pada dikotil (kedelai) terdapat dua kotiledon. b. Bagian-bagian dari biji jagung yaitu: kulit biji (seed coat), endosperm, embrio, radikula dan plumula. c. Bagian-bagian dari biji kedelai yaitu: kulit biji (seed coat), kotiledon, radikula dan plumula 2. Saran Perlu adanya penambahan komoditas biji dalam pengamatan struktur biji. Pengetahuan mengenai struktur biji dari bermacam-macam komoditas biji penting di dunia pertanian. Penambahan komoditas biji pada pengamatan struktur biji diharapkan juga dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa akan perbedaan antara biji monokotil dan biji dikotil.

DAFTAR PUSTAKA Bhatnagar, SP and Bhojwani. 1974. The Embryology of Angiospermae. Vikas Publishing House PVT LTD. New Delhi. Boesewinkel, F. D. 1978. Development of Ovule and Testa in Rutaceae III. Some Representatives of the Aurantioideae. Acta Bot. Neerl 27: 341-367. Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2 untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Justice, Oren L dan Louis N. Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Kamil, Journal. 1979. Teknologi Benih I. Universitas Andalas. Padang. Kamil,J. 1986. Teknologi Benih. Angkasa. Bandung. Kastasapoetra, Ance G. 1989. Teknologi Benih (Pengelolaan Benih dan Tuntutan Praktikum). PT Bina Aksara. Jakarta. Nurwardani, Paristiyanti. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman dan Produksi Benih Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Suarni dan S. Widyowati. 2008. Struktur, Komposisi, dan Nutrisi Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor Subardi, Nuryani, dan Shidiq Pramono. 2009. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Biologi 3. Pusat Perbukuan

Suharto, E. dan Irawan. 2004. Struktur Biji, Sifat Fisik Biji, dan Karakteristik Benih Kayu Afrika. Jurnal Akta Agrosia Vol 7(1) : 24 32. Suharto, E. 2003. Struktur Biji, Sifat Fisik Biji dan Karaktersitik Benih Kemiri (Aleurites moluccana Willd) Provenan Karang Dempo. Jurnal Akta Agrosia Vol 6 (1) :23-29. Suyanti, Herfen. 2010. Tumbuhan Berbiji (Seed Plants). www.prestasiherfen.blogspot.com. Diakses pada tanggal 04 Mei 2012 pukul 13.17 WIB. Wilson, C.M. 1981. Variations in soluble endosperm proteins of corn (Zea mays L.) in breeds as detected by disc gel electrophoresis Cereal Chem. 58(5):401-408.

You might also like