You are on page 1of 3

Fosil yaitu Jejak / sisa kehidupan baik langsung / tidak langsung terawetkan dalam lapisan kulit bumi, terjadi

secara alami dan mempunyai umur geologi ( > 500.000 tahun ). Fosil merupakan kunci yang menentukan mengenai lingkungan masa lalu. Binatang dan tumbuhan hidup di daerah yang memiliki keadaan (iklim) yang berbeda-beda. Dengan menggunakan keadaan iklim dari binatang dan tumbuhan pada zaman modern sebagai bandingan dan penerapan Prinsip Uniformtarianisme, dapat diperkirakan keadaan iklim pada saat hidupnya tumbuhan dan binatang serupa pada zaman dahulu. Misalnya dari fosil tumbuhan dapat diperkirakan curah hujan dan suhu di darat zaman dahulu, dan dari fosil mikro organisme yang terapung dapat menunjukkan keadaan suhu dan salinitas air laut. Fosil juga merupakan dasar utama dalam menentukan umur relatif suatu lapisan dan komponen yang sangat penting dalam menyusun sejarah bumi yang sudah berumur 600 juta tahun. Di Museum Sangiran, dipaparkan sejarah manusia purba sejak sekitar 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah. Di museum ini terdapat 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba berdiri tegak yang terlengkap di Asia. Selain itu juga dapat

ditemukanfosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut serta alat-alat batu. Situs Manusia Purba Sangiran berawal ketika pada tahun 1930an seorang antropologis Jerman bernama Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald menemukan fosilfosil manusia purba di Sangiran. Penemuan fosil-fosil dalam penggalian dan penelitian ini menguatkan teori adanya evolusi manusia dari manusia kera hingga menjadi manusia seperti saat ini. Paling tidak ditemukan fosil dari 5 jenis manusia purba yang berbeda. Penemuan ini sangat mencengangkan dan menjadi kunci utama dalam perkembangan teori evolusi manusia. Sangiran menjadi situs yang menyumbangkan hampir 50% dari penemuan fosil manusia pra sejarah di dunia. Fosil yang terdapat di Sangiran dapat menjadi studi palaeo-history karena tak hanya manusia dan kehidupan pra sejarah, ditemukan juga fosil makhluk bawah laut sehingga menimbulkan teori bahwa Pulau Jawa terangkat dari dasar laut jutaan tahun yang lalu. Berdasarkan penelitian bahwa manusia purba jenis Homo erectus yang ditemukan di wilayah Sangiran sekitar lebih dari 100 individu yang mengalami masa evolusi tidak kurang dari 1 juta tahun. Dan ternyata jumlah ini mewakili 65% dari seluruh fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia dan merupakan 50% dari jumlah fosil sejenis yang ditemukan di dunia.(Widianto,et.al.,1996). Namun tidak hanya itu, kandungan batu yang pernah digunakan

oleh manusia purba itu pun sangat banyak, sehingga kita bisa secara jelas mengetahui ataupun mengungkap kehidupan manusia purba beserta budaya yang berkembang saat itu. Tidak ada makhluk hidup di alam ini yang persis sama satu dengan yang lain jika dilihat dari sifat atau karakter yang tampak maupun dari sifat atau karakter yang tidak tampak. Masing-masing individu dalam suatu jenis (spesies) memperlihatkan perbedaan bentuk tubuh, warna, ukuran, kecerdasan, dan lain-lain. Bahkan individu-individu yang berasal dari induk yang sama, juga menunjukkan perbedaan sifat. Apalagi jika dibandingkan individu yang berbeda jenisnya. Semua ini menunjukkan adanya keanekaragaman makhluk hidup. Teori evolusi pertama kali dikemukakan oleh Lamarck (1744-1829) melalui pengamatan terhadap fosil serta makhluk hidup yang ada pada saat itu, dia melihat bahwa makhluk hidup mengalami perubahan bentuk. Lamarck jua mempercayai bahwa terdapat hubungan kekerabatan di antara makhluk hidup. Evolusi terjadi karena kecenderungan makhluk hidup untuk menjadi lebih adiftif terhadap lingkungannya. Makanisme adaptasi yang

dikemukakannya adalah dipakai dan tidak terpakai serta pewaris sifat yang diperoleh. Maksud dari dipakai adalah bahwa suatu sifat atau bentuk organ yang diperlukan makhluk hidup untuk bertahan hidup akan semakin besar dan kuat. Misalnya yang terjadi pada leher jerapah yang semakin panjang. Lamarck adalah orang yang pertama kali berani menyatakan bahwa keanekaragaman hayati disebabkan oleh proses evolusi. Charles Robert Darwin mencetuskan evolusi sebagai suatu teori yang menyebabkan makhluk hidup berubah dan menjadi beraneka ragam melalui proses seleksi alam dalam waktu yang sangat lama, namun ia belum mengetahui tentang DNA dan mekanisme pewarisannya. Namun demikian diketahui bahwa variasi yang ada pada individu bersifat genetis. Kemudian diketahui bahwa sumber terjadinya variasi adalah mutasi, yaitu perubahan susunan kimiawi DNA yang berlangsung sedikit demi sedikit dan memakan waktu lama. Mutasi memodifikasi DNA dan menyebabkan terjadinya spesies baru (spesiasi). Jadi mekanisme evolusi adalah akumulasi perubahan secara bertahap dalam kurun waktu lama, sampai suatu kelompok organisme cukup nyata berbeda dari kelompok asalnya sehingga dapat disebut sebuah spesies baru. Hal tersebut dapat terjadi bila ada penghalang fisik yang memisahkan suatu populasi induknya (yang akan menghasilkan spesiasi alopatrik), ataugene pools mereka menjadi terpisah akibat adanya variasi lingkungan (yang akan menghasilkan spesiasi parapatrik). Pola evolusi dikenal dengan evolusi divergen (bila dua atau lebih spesies berevolusi dari sebuah leluhur yang sama), dan evolusi konvergen (bila evolusi organisme yang berasal dari leluhur yang berbeda, beradaptasi pada lingkungan hidup yang sama).

Sekitar 140 tahun yang lalu Darwin mengajukan alasan berikut ini: "Saat ini tidak ada bentuk peralihan, tetapi penelitian lebih lanjut akan mengungkap keberadaannya." Apakah alasan ini masih berlaku sekarang? Dengan kata lain, mengingat kesimpulan dari semua rekaman fosil, haruskah kita menerima bahwa bentuk peralihan tidak pernah ada, atau kita harus menunggu hasil-hasil penelitian baru? Banyaknya rekaman fosil yang ada tentunya akan bisa menjawab pertanyaan ini. Ketika kita melihat penemuan-penemuan kepurbakalaan, kita dapati fosil-fosil yang berlimpah. Milyaran fosil telah ditemukan di seluruh dunia. Berdasarkan fosil-fosil ini, 250,000 spesies berbeda telah dikenali, dan mereka memiliki kesamaan dengan 1,5 juta spesies yang telah dikenal yang hidup di muka bumi. (Dari 1,5 juta spesies ini, 1 juta-nya adalah serangga.) Meskipun sumber fosil melimpah, tidak satu pun bentuk peralihan yang telah ditemukan, dan sepertinya tidak akan ditemukan bentuk peralihan sebagai hasil dari penggalian baru.

Daftar Pustaka http://www.koleksiweb.com/iptek/kontroversi-teori-evolusi-manusia.html M.Yusuf, zulfikar. 2011. Paleontologi. Remaja Rosda Karya : Bandung http://id.harunyahya.com/id/books/3015/DARWINISME_TERBANTAHKAN/ch apter/10470

You might also like