You are on page 1of 16

lingkungan hidup

A. Kualitas lingkungan hidup


1. BLH Aceh Tamiang Laksanakan Pemantauan Kualitas Lingkungan
Diposkan oleh Sayed Mahdi 02 November 2010

Suara-tamiang | Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Aceh Tamiang kembali melaksanakan pemantauan kualitas lingkungan hidup tahap II tahun 2010. Sasaran pemantauan meliputi 10 pabrik kelapa sawit (PKS) yang ada dalam wilayah kabupaten Aceh Tamiang. Kepala BLH Kabupaten Aceh Tamiang Drs. Syuibun Anwar melalui Kabid Standarisasi Penaatan dan Pengendalian Lingkungan Sayed Mahdi, SP mengatakan pemantauan yang dilakukan pihaknya merupakan amanat dari UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dikatakan Sayed, pembinaan dan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan peraturan perundangundangan adalah merupakan tugas dan wewenang pemerintah kabupaten sebagaimana disebutkan dalam Pasal 63 ayat 3 UU Nomor 32 tahun 2009. Pemantauan lingkungan yang dilakukannya adalah untuk mengetahui tingkat ketaatan pemilik usaha dalam mengelola lingkungannya sebagaimana telah disepakati dan dinyatakan di dalam dokumen lingkungannya baik AMDAL ataupun UKL-UPL perusahaan tersebut. Untuk itulah pihak BLH Aceh Tamiang melakukan pengambilan sampel terhadap air limbah semua PKS yang ada dalam kabupaten Aceh Tamiang untuk selanjutnya akan diteliti dan dianalisis di Laboratorium Lingkungan BLH Provinsi Sumatera Utara sebagai laboratorium yang independen dan telah terakreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN). Sayed Mahdi menambahkan, kewajiban untuk memelihara lingkungan hidup sebenarnya bukanlah tanggung jawab pemerintah semata ataupun badan Lingkungan Hidup, tetapi sebagaimana telah diatur dalam pasal 67 UU Nomor 32 tahun 2009, setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mengendalikan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

2. Bali Peringkat Pertama Indeks Kualitas Lingkungan Hidup


Posted on Juni 18, 2011 by KMPL FK Unud

JAKARTA-MICOM: Provinsi Bali menduduki peringkat pertama terbaik untuk indeks kualitas lingkungan hidup 2010, yang diumumkan tahun ini. Provinsi Bali memperoleh nilai indeks tertinggi yaitu 99,65 dari 29 provinsi yang dinilai. Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Lingkungan Hidup Henry Bastaman dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (8/9), secara nasional nilai indeks kualitas lingkungan hidup naik dua poin dibandingkan 2009, yaitu dari 59,79 menjadi 61,07. Alasannya kualitas sungai membaik. Untuk menentukan indeks kualitas lingkungan ditentukan pada tiga hal yaitu kualitas air sungai, udara, dan luas tutupan hutan. Pada tahun sebelumnya, Sulawesi Utara meraih indeks kualitas lingkungan hidup 2009, yang diumumkan pada 2010, dengan nilai 88,21. Namun kali ini Sulawesi Utara merosot di posisi kedelapan dengan nilai indeks 84,18. Sementara di peringkat kedua diraih Provinsi Gorontalo dengan indeks 97,93, disusul Sulawesi Tengah dengan indeks 97,58, dan Bengkulu pada posisi keempat, dengan indeks 96,89. (Ant/OL-10)

3. Sosialisasi Kebijakan Lingkungan Hidup Kabupaten Lotim


Filed under: Kegiatan, Selintas Khabar, sosialisasi Tinggalkan Komentar 15 Januari 2012

Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Pemanasan global yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan baik dan berkesinambungan. Untuk lebih menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan terhadap hak setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari perlindungan terhadap keseluruhan ekosistem, perlu dilakukan pembaruan terhadap UndangUndang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Demikian antara lain tiga latar belakang dilaksanakannya Sosialisasi Kebijakan Lingkungan Hidup Kabupaten Lombok Timur di masing-masing kecamatan yang diselenggarakan oleh Badan Lingkungan Hidup dan Penanaman Modal (BLHPH) Kabupaten Lombok Timur. Untuk 7 desa di Kecamatan Suela dilaksanakan di aula kantor camat pada hari Senin, 19 Desember 2011. Beberapa materi yang berkaitan dengan lingkungan hidup disampaikan secara bergiliran selama sosialisasi brlangsung. Dimulai dengan Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup di Wilayah Kabupaten Lombok Timur yang antara lain juga mamaparkan ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hdup, termasuk manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi alam, kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Sedangkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum.

Materi berikutnya adalah Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2007 tentang Ketentraman dan Ketertiban Umum yang merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia yang pada dasarnya menjadi tanggung jawab pemerintah bersama masyarakat secara keseluruhan sehingga perlu dipelihara secara terus menerus demi tercapainya suasana yang aman,tenteram, tertib, damai dan nyaman dalam kehidupan bermasyarakat dan berpemerintah. Dua materi berikutnya adalah Peraturan Bupati (Perbup) Lombok Timur Nomor 56 tahun 2010 tentang Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau dan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Lombok Timur Nomor 8 tahun 2010 tentang Izin Pemanfaatan Kayu Tanah Milik.

4. Realita Kualitas Lingkungan Hidup di Kabupaten Bangkalan


May 9, 2011 Filed under Bangkalan adalah sebuah daerah tropis yang kaya akan sumber daya alam. Hasil kayu, rempah-rempah, ikan, ubi-ubian, jagung, buah-buahan, bakau, dan garam, serta bahan tambang golongan A dan C (migas dan bahan material bangunan) . Melimpah ruahnya

Sumber daya alam daerah ini sudah sangat terkenal sejak zaman dulu. Penjajahan yang terjadi pun awalnya adalah perebutan akan potensi sumber daya alam ini. Terkenalnya Bangkalan, sebagai daerah makmur dengan kondisi alam yang sangat mendukung ditambah pula dengan potensi sumber daya mineral yang juga melimpah ruah, ternyata masih belum bisa mengantarkan Bangkalan sebagai salah satu daerah maju di Jawa Timur. Banyak faktor yang kemudian menyebabkan Bangkalan tidak kunjung menjadi daerah maju. Salah satunya adalah pengelolaan potensi yang belum optimal termasuk dalam hal pengelolaan potensi alam, sehingga berdampak pada kualitas lingkungan hidup dan perekonomian daerah. Secara alami, kehidupan ini memang merupakan hubungan yang terjadi timbal balik antara sumber daya manusia dan sumber daya alam (baik yang dapat diperbaharui atau pun tidak). Hubungan timbal balik ini yang akan menentukan laju pembangunan daerah. Patut kita ketahui bahwa saat ini dan masa depan, kontribusi yang dapat diandalkan dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi daerah adalah dari sumberdaya alam, sehingga dalam penerapannya harus benar-benar memperhatikan peraturan, agar tidak terjadi penurunan daya dukung lingkungan, dan penurunan kualitas lingkungan hidup. Dengan demikian pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan bisa ditingkatkan kualitasnya dengan dukungan penegakan hukum lingkungan yang adil dan tegas serta SDM yang berkualitas. Diharapkan nantinya tujuan pembangunan berkelanjutan betul-betul dapat diimplementasikan di lapangan dan tidak berhenti pada slogan semata.

Mengacu pada UU RI no.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, bahwasannya adalah kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Kerap kita dengar di beberapa daerah madura terjadi eksploitasi sumber daya, seperti penebangan pohon hutan secara liar(ilegaloging) dan kegiatan penambangan rakyat yang tidak berwawasan lingkungan. Buang sampah sembarangan, penggunaan bahan-bahan pestisida dan banyak lagi juga menyebabkan degradasi kualitas lingkungan semakin menjadi. Tentu saja masih banyak masalah-masalah lingkungan hidup lainnya yang hampir tidak mungkin untuk diidentifakasi satu per satu, yang kesemuanya ini timbul akibat pembangunan di daerah, yang pada intinya ingin mensejahterakan masyarakat, dengan segala dampak yang ditimbulkan. Kecenderungan permasalahan lingkungan hidup semakin bertambah kompleks, terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah, di mana daerah ingin meningkatkan PAD dengan melakukan eksploitasi sumberdaya alam yang kurang memperhatikan aspek

Lingkungan hidup dengan semestinya. Walaupun semua orang mengakui bahwa lingkungan hidup merupakan bidang yang penting dan sangat diperlukan, namun pada kenyataannya PAD masih terlalu rendah untuk mendukung program dan kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan hidup, diperparah lagi tidak adanya dana dari APBN yang dialokasikan langsung ke daerah untuk pengelolaan lingkungan hidup. Selain dana yang rendah, sumberdaya manusia seringkali masih belum mendukung. Personil yang seharusnya bertugas melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup (termasuk aparat pemda) banyak yang belum memahami secara baik tentang arti pentingnya lingkungan hidup. Eksploitasi sumberdaya alam juga masih terlalu mengedepankan profit dari sisi ekonomi. Sumberdaya alam seharusnya digunakan untuk pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Walaupun kenyataannya tidak demikian,eksploitasi bahan tambang, logging hanya menguntungkan sebagian masyarakat, aspek lingkungan hidup yang seharusnya dijaga, kenyataannya banyak diabaikan. Fakta menunjukkan bahwa tidak terjadi keseimbangan antara ekonomi dan lingkungan hidup.

5. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Pulau Jawa Terburuk


Posted on 18 Juni 2010

Indeks kualitas lingkungan hidup (IKHL) Pulau Jawa menjadi yang terburuk dan Pulau Papua dan Kepulauan Maluku mempunyai peringkat IKHL terbaik di antara pulau-pulau besar lainnya di Indonesia. Sedangkan untuk indeks kualitas lingkungan hidup tingkat provinsi peringkat terbaik adalah provinsi Sulawesi Utara dan provinsi DKI Jakarta menjadi yang terburuk se Indonesia. Indeks kualitas lingkungan hidup (IKLH) merupakan penilaian yang dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia yang dilangsungkan dari tahun 2006-2009. Kriteria penilaian didasarkan pada pemantauan kualitas air, udara, dan tutupan lahan. Gabungan indikator-indikator dari kualitas air, udara dan tutupan lahan yang dipantau selama tahun 2006 hingga 2009 inilah yang kemudian menjadi indeks kualitas lingkungan hidup.

Sungai menjadi salah satu indikator pengukuran Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Pengukuran dilakukan dengan mengambil sampel air sungai pada masing-masing provinsi. Pengambilan sampel dilakukan tiga kali dalam setahun dari lokasi yang berbeda.

Penghitungan indeks untuk kualitas udara dihitung berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 tentang Pedoman Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara. Pengukuran dilakukan di ibukota masing-masing provinsi dengan memperhitungkan tingkat sulfur dioksida (SO2), dan nitrogen dioksida (NO2) di udara. Pengukuran dilakukan 4 kali dalam setahun dengan mengambil sampel pada 3 lokasi yang mewakili lokasi padat tarnportasi, wilayah pemukiman, dan wilayah industri. Indeks tutupan hutan (lahan) dihitung berdasarkan jumlah hutan primer dan sekunder dibagi luas kawasan hutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan di provinsi tersebut. Dalam penilaian kualitas lingkungan hidup ini dibagi dalam dua kategori yaitu indeks kualitas lingkungan hidup berdasarkan pulau besar atau kepulauan dan berdasarkan provinsi di Indonesia.

B. Pencemaran lingkungan hidup


1. Pencemaran lingkungan hidup dan dampaknya
In: ilmu

Pencemaran lingkungan hidup Inti dari permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya di sebut ekologi.Lingkungan hidup adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dengan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupannya dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.Dari definisi diatas tersirat bahwa makhluk hidup khususnya merupakan pihak yang selalu memanfaatkan lingkungan hidupnya, baik dalam hal respirasi, pemenuhan kebutuhan pangan, papan dan lain-lain. Dan, manusia sebagai makhluk yang paling unggul di dalam ekosistemnya, memiliki daya dalam mengkreasi dan mengkonsumsi berbagai sumber-sumber daya alam bagi kebutuhan hidupnya. Di alam terdapat berbagai sumber daya alam. yang merupakan komponen lingkungan yang sifatnya berbeda-beda, dimana dapat digolongkan atas : - Sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable natural resources) - Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable natural resources). Berbagai sumber daya alam yang mempunyai sifat dan perilaku yang beragam tersebut saling berinteraksi dalam bentuk yang berbeda-beda pula. Sesuai dengan kepentingannya maka sumber daya alam dapat dibagi atas; (a). fisiokimia seperti air, udara, tanah, dan sebagainya, (b). biologi, seperti fauna, flora, habitat, dan sebagainya, dan (c). sosial ekonomi seperti pendapatan, kesehatan, adat-istiadat, agama, dan lain-lain.

Interaksi dari elemen lingkungan yaitu antara yang tergolong hayati dan non-hayati akan menentukan kelangsungan siklus ekosistem, yang didalamnya didapati proses pergerakan energi dan hara (material) dalam suatu sistem yang menandai adanya habitat, proses adaptasi dan evolusi.Dalam memanipulasi lingkungan hidupnya, maka manusia harus mampu mengenali sifat lingkungan hidup yang ditentukan oleh macam-macam faktor. Berkaitan dengan pernyataan ini, sifat lingkungan hidup dikategorikan atas dasar : (1). Jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut, (2). hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup tersebut, (3). kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup, dan (4). faktor-faktor non-materil, seperti cahaya dan kebisingan.

2. Dampak Plastik Terhadap Lingkungan


Posted on 23 Juli 2009

Dampak plastik terhadap lingkungan merupakan akibat negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah plastik. Dampak ini ternyata sangat signifikan. Kemarin saya telah mengupload postingan tentang Bahaya Kemasan Plastik dan Kresek Post kali ini lebih menyoroti bahaya limbah plastik terhadap lingkungan. Sebagaimana yang diketahui, plastik yang mulai digunakan sekitar 50 tahun yang silam, kini telah menjadi barang yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Diperkirakan ada 500 juta sampai 1 milyar kantong plastik digunakan penduduk dunia dalam satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta kantong plastik per menit. Untuk membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak per tahun, dan 14 juta pohon ditebang. Konsumsi berlebih terhadap plastik, pun mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (nonbiodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara. Kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Minyak, gas dan batu bara mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat diperbarui. Semakin banyak penggunaan palstik berarti semakin cepat menghabiskan sumber daya alam tersebut. Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT. Serta kantong plastik yang sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500 tahun. Akan memberikan akibat antara lain:

Tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah. Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing. PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan. Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah. Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah. Kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan akan mudah diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun. Hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastik. Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut, dan anjing laut menganggap kantongkantong plastik tersebut makanan dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya. Ketika hewan mati, kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tetap tidak akan hancur menjadi bangkai dan dapat meracuni hewan lainnya. Pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai-sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai yang menyebabkan banjir.

3. Pembinaan Lingkungan Hidup dengan Program Peringkat Kinerja

Perusahaan
[Senin,28 Desember 2009]

Pembinaan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kalimantan Timur (Bagian 1) Setiap usaha maupun kegiatan pembangunan akan mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan. Manusia mempunyai peranan dalan aktivitas pembangunan baik secara subjek maupun obyek pembangunan dana kegiatan yang dilakukan akan memberikan dampak terhadap lingkungan baik negatif maupun positif. Upaya pencegahan dan penanggulangan kerusakan lingkungan hidup khususnya degradasi (penurunan fungsi) sumber daya hutan di Kaltim tentunya sangat diperlukan komitmen yang kuat dari seluruh sektor terkait dengan memperhatikan prinsip keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam pengelolaan lingkungan. Demi terciptanya kondisi dunia usaha yang baik maka pemerintah berupaya melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan. Melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kaltim maka dianggap perlu diambil langkah-langkah pengendalian terhadap dampak lingkungan yang diakibatkan kegiatan perusahaan hak pengusahaan hutan (HPH), hak pengusahaan hutan tanaman industri (HPHTI), manufaktur (industri perkayuan), perkebunan (kelapa sawit) bahkan pertambangan (batubara).

"Kegiatan tersebut kita lakukan dengan program peringkat kinerja perusahaan (Proper) yang berpegang pada prinsip penyelenggaraan good governance (sistem pemerintahan yang baik) yakni transparansi, partisipatif dan akuntabilitas," kata Kepala BLH Kaltim H Tuparman, didampingi Kabid Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup (PKLH) Suyitno. Kegiatan Proper awalnya dilaksanakan sejak 1997, ketika itu BLH masih bernama Bapedalda. Kepala Bapedalda ketika itu masih dijabat H Awang Faroek Ishak yang sekarang menjadi Gubernur Kalimantan Timur. Proper dilaksanakan dengan dukungan instansi teknis lain, perguruan tinggi dan institusi lingkungan hidup di kabupaten dan kota se Kaltim. Tujuanya untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang kinerja perusahaan dalam upaya mengendalikan kerusakan atau pencemaran lingkungan hidup. Proper merupakan salah satu bentuk pengawasan yang sekaligus upaya transparansi yang melibatkan masyarakat dalam pengawasan dan pengelolaan lingkungan sebagaimana yang diamanatkan UU No 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup. Penilaian Proper sesuai dengan pedoman penilaian yang terdapat pada SK Gubernur Kaltim No 01 tahun 2009 dan Pergub No 27 tahun 2007 dengan sistem pembobotan yang memberikan penghargaan sesuai dengan komitmen yang telah dilakukan setiap kegiatan usaha. Untuk Proper HPH dan HPHTI indikator penilaiannya berupa aspek perencanaan, kelestarian produksi, monitoring dan evaluasi, aspek konservasi dan lingkungan serta aspek sosial.

4.Cermati Sabun dan Deterjen yang Anda Gunakan

Upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan yang hampir tak terbatas, memerlukan dukungan yang besar dari daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan. Makin besar kebutuhan yang diperlukan maka makin besar pula dampak yang akan timbul. Namun demikian perlu disadari oleh semua pihak, jika pengendalian dampak lingkungan ini tidak terkelola secara baik dan benar, maka yang menanggung akibatnya adalah manusia itu sendiri, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam sekitarnya. Rumah adalah merupakan tempat tinggal dan dapat pula berfungsi sebagai pembinaan dalam rumah tangga. Dengan demikian maka segala hal yang berkaitan dengan aktivitas manusia

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya di rumah tangga dapat diharapkan dapat dikelola dengan baik. Dengan demikian maka dampak limbah B3, khususnya sabun dan deterjen di dalam rumah tangga dapat dikelola dengan baik, sehingga setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat kiranya dapat terwujud.

6. Dampak pencemaran lingkungan bagi kesehatan

Pengetahuan tentang lingkungan serta dampak pencemaran lingkungan bagi kesehatan merupakan suatu hal yang wajib kita ketahui bersama. Sekarang lingkungan hidup sedang menjadi perhatian utama masyarakat dunia. Meningkatnya perhatian masyarakat mulai menyadari akibat-akibat yang ditimbulkan dan kerusakan lingkungan hidup. Sebagai contoh apabila ada penumpukan sampah di kota maka permasalahan ini diselesaikan dengan cara mengangkut dan membuangnya ke lembah yang jauh dari pusat kota, maka hal ini tidak memecahkan permasalahan melainkan menimbulkan permasalahan seperti pencemaran air tanah, udara, bertambahnya jumlah lalat, tikus dan bau yang merusak, pemandangan yang tidak mengenakan. Akibatnya menderita interaksi antara lingkungan dan manusia. Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai akhir hidupnya. Hal ini membutuhkan daya dukung lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Masalah lingkungan hidup sebenarnya sudah ada sejak dahulu, masalah lingkungan hidup bukanlah masalah yang hanya dimiliki atau dihadapi oleh negara-negara maju ataupun negara-negara miskin, tapi masalah lingkungan hidup adalah sudah merupakan masalah dunia dan masalah kita semua. Keadaan ini ternyata menyebabkan kita berpikir bahwa pengetahuan tentang hubungan antara jenis lingkungan ini sangat penting agar dapat menanggulangi permasalahan lingkungan secara terpadu dan tuntas. Masalah lingkungan hidup merupakan kenyataan yang harus dihadapi, kegiatan pembangunan terutama di bidang industri yang banyak menimbulkan dampak negatif merugikan masyarakat. Masalah lingkungan hidup adalah merupakan masalah yang komplek dan harus diselesaikan dengan berbagai pendekatan multidisipliner. Industrialisasi merupakan conditio sine quanon keberhasilan pembangunan untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi, akan tetapi industrialisasi juga mengandung resiko lingkungan. Oleh karena itu munculnya aktivitas industri di suatu kawasan mengundang kritik dan sorotan masyarakat. Yang dipermasalahkan adalah dampak negatif limbahnya yang diantisipasikan mengganggu kesehatan lingkungan.

7. Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Etika Bisnis yang Buruk

Kerusakan lingkungan hidup tidak lain merupakan dampak langsung dari kejahatan lingkungan. Hal ini terjadi dimana-mana dan oleh siapa saja, terutama dilakukan oleh para pelaku usaha yang tidak memperdulikan lingkungan hidup dan peraturan pemerintah. Akibatnya kejahatan lingkungan ini terus berkembang hingga merusak lingkungan hidup di sekitarnya. Contoh kasus kerusakan lingkungan diantaranya adalah semburan lumpur panas PT. Lapindo Brantas yang bermula tahun 2006. Hingga saat ini semburan masih kerap keluar di tempat yang berbeda. Dampak langsung semburan ini adalah rusaknya Daerah Aliran Sungai Kali Brantas, lumpur merubah bentang alam, jalan tol tidak berfungsi selama beberapa waktu, tergenangnya desa-desa di Kecamatan/Kelurahan Porong, Jabon, Tanggulangin dan sekitarnya. Selain itu, lebih dari 8.200 jiwa harus dievakuasi, rusaknya lahan perkebunan dan pertanian milik warga, hilangnya pekerjaan bagi ribuan orang tenaga kerja serta terhentinya aktifitas pabrikpabrik lain sehingga terpaksa menghentikan aktifitas produksi dan merumahkan ribuan tenaga kerja. Contoh kasus lainnya yaitu pada PT. Kelian Equotor Mining (KEM) di Kalimantan Timur yang merupakan perusahaan tambang besar dengan kantor pusat di London. PT KEM menggunakan lebih dari 6 juta meter kubik air bersih dari Sungai Kelian untuk operasi tambang mereka. Hanya 4 juta meter kubik yang didaur ulang dalam tambang tersebut. Limbah air yang mengandung ion logam tingkat tinggi seperti mangan, sianida dan lumpur dibuang begitu saja ke dalam Sungai Kelian. Dampak yang ditimbulkan berupa perubahan bentangan alam dan ratusan danau buatan. Implikasinya, puluhan perkampungan kehilangan akses atas tanah adat mereka yang kemudian terjadilah banjir. Serta masyarakat sekitar pun berhubungan langsung dengan limbah racun yang setiap saat menjadi ancaman pula bagi flora dan fauna di sekitarnya. Kerusakan lingkungan oleh perusahaan tersebut sangatlah mencoreng etika dalam berbisnis, hal itu adalah contoh etika bisnis yang buruk yang tidaklah pantas dilakukan oleh siapapun. Prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku, serta tentu memperhatikan dan menjaga lingkungan hidup di sekitarnya.

8. Masalah Lingkungan Hidup Bagi Manusia

Masalah lingkungan semakin lama semakin besar, meluas, dan serius. Ibarat bola salju yang menggelinding, semakin lama semakin besar. Persoalannya bukan hanya bersifat lokal atau translokal, tetapi regional, nasional, trans-nasional, dan global. Dampak-dampak yang terjadi terhadap lingkungan tidak hanya berkait pada satu atau dua segi saja, tetapi kait mengait sesuai dengan sifat lingkungan yang memiliki multi mata rantai relasi yang saling mempengaruhi secara subsistem. Apabila satu aspek dari lingkungan terkena masalah, maka berbagai aspek lainnya akan mengalami dampak atau akibat pula. Pada mulanya masalah lingkungan hidup merupakan masalah alami, yakni peristiwaperistiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural. Proses natural ini terjadi tanpa menimbulkan akibat yang berarti bagi tata lingkungan itu sendiri dan dapat pulih kemudian secara alami (homeostasi). Akan tetapi, sekarang masalah lingkungan tidak lagi dapat dikatakan sebagai masalah yang semata-mata bersifat alami, karena manusia memberikan faktor penyebab yang sangat signifikan secara variabel bagi peristiwa-peristiwa lingkungan. Tidak bisa disangkal bahwa masalah-masalah lingkungan yang lahir dan berkembang karena faktor manusia jauh lebih besar dan rumit (complicated) dibandingkan dengan faktor alam itu sendiri. Manusia dengan berbagai dimensinya, terutama dengan faktor mobilitas pertumbuhannya, akal pikiran dengan segala perkembangan aspek-aspek kebudayaannya, dan begitu juga dengan faktor proses masa atau zaman yang mengubah karakter dan pandangan manusia, merupakan faktor yang lebih tepat dikaitkan kepada masalah-masalah lingkungan hidup. Oleh karena itu, persoalan-persoalan lingkunganm seperti krusakan sumber-daya alam, penyusutan cadangan-cadangan hutan, musnahnya berbagai spesies hayati, erosi, banjir, bahkan jenis-jenis penyakit yang berkembang terakhir ini, diyakini merupakan gejala-gejala negatif yang secara dominan bersumber dari faktor manusia itu sendiri. jadi, beralasan jika dikatakan, di mana ada masalah lingkungan maka di situ ada manusia. Terhadap masalah-masalah lingkungan seperti pencemaran, banjir, tanah longsor, gaga! panen karena harna, kekeringan, punahnya berbagai spesies binatang langka, lahan menjadi tandus, gajah dan harimau mengganggu perkampungan penduduk, dan lain-lainnya, dalam rangka sistem pencegahan (preventive) dan penanggulangan (repressive) yang dilakukan untuk itu, tidak akan efektif jika hanya ditangani dengan paradigma fisik, ilmu pengetahuan dan teknologi, atau ekonomi. Tetapi karena faktor tadi, paradigma solusinya harus pula melibatkan semua aspek humanistis. Maka dalam hal ini, peran ilmu-ilrnu humaniora seperti sosiologi, antropologi, psikologi, hukum, kesehatan, religi, etologi, dan sebagainya sangat strategis dalam pendekatan persoalan lingkungan hidup.

Selasa, 12 April 2011 | 17:34 WIB

9. Air Tercemar Karena Pemda Kurang Awasi Amdal

Palmerah, Warta Kota Menteri Lingkungan Hidup (LH) Gusti Muhammad Hatta mengatakan bahwa pemerintah daerah kurang mengawasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang sudah ditentukan sehingga masih ada industri yang tidak menjalankan ketentuan mengenai lingkungan itu. "Pemda kurang melakukan pengawasan AMDAL. Dalam sidak yang kami lakukan ke daerah masih ditemui industri yang membuang limbahnya tanpa sesuai AMDAL," kata Gusti di Jakarta, Selasa (12/4). Lebih lanjut Gusti mengatakan, dari hasil sidak ke daerah tersebut ditemukan bahwa ada beberapa tambang tidak melakukan pengelolaan air asam tambang sehingga mengalir ke perairan umum. "Ada delapan perusahaan tambang yang kami temui seperti itu. Kita sudah menyurati sampai memanggil mereka. Jika tidak segera ditindak lingkungan akan semakin rusak," tambahnya. Terhadap delapan perusahaan tersebut, Kementerian LH akan melakukan pemantauan kedua, jika ditemukan masih melakukan hal yang sama maka akan ditindak. Tindakan yang dilakukan mulai dari peringatan sampai hukuman. Jika sampai menyebabkan orang meninggal langsung dipidana sesuai ketentuan UU Nomor 32 Tahun 2010 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Karena itu diperlukan auditor lingkungan hidup yang tersertifikasi yang diterjunkan untuk mengaudit industri-industri yang menghasilkan limbah sehingga kerusakan lingkungan tidak terus terjadi.

Dengan adanya sertifikasi kompetensi auditor lingkungan hidup, maka audit yang dilakukan hanya oleh auditor yang bersertifikasi.

10. Polusi atau Pencemaran lingkungan

Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982). Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat rnemberikan efek merusak.

KLIPING GEOGRAFI
D
I S U S U N OLEH

KELAS

: xi ( IPS )

TENTANG : LINGKUNGAN HIDUP

MADRASAH ALIYAH NEGERI KAJAI ( MAN ) 2011/2012

You might also like