You are on page 1of 26

MAKALAH

PENGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PENGAJUAN SOAL (


PROBLEM POSING ) UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS
PEMBELAJARAN EKONOMI

PERENCANAAN PEMBELAJARAN EKONOMI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah
Perencanaan Pembelajaran Ekonomi yang diampu oleh Ibu Neti Budiwati, M.Si.

Disusun oleh

Ependi
0908861

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI DAN KOPERASI


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan

makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


Efektifitas Pembelajarn Ekonomi di Sekolah, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penulis maupun yang datang dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT.
akhirnya makalah ini dapat terselesaikaan.

Makalah ini memuat tentang “Penggunaan Model Pembelajaran Pengajuan


Soal ( Problem Posing ) Untuk Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran
Ekonomi” yang menguraikan bagaimana seorang guru mata pelajaran bisa jadi
pribadi yang propesional ketika mengajar. Walaupun makalah ini mungkin kurang
sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Perencanaan


Pembelajaran Ekonomi yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti
tentang bagaimana cara kami menyusun makalah.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Bandung, 10 Juni 2012

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 3
BAB II STUDI PUSTAKA ................................................................................... 4
2.1. Pengertian Efektifitas ................................................................................... 4
2.2. Kriteria Efektivitas Pembelajaran ................................................................ 5
2.3. Pengertian Pembelajaran .............................................................................. 6
2.4. Model Pembelajaran Pengajuan Soal ( Problem Posing ) ........................... 6
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 8
3.1. Efektifitas Pembelajaran Ekonomi............................................................... 8
3.2. Proses Pencapaian Pembelajaran ................................................................. 9
3.3. Penggunaan Problem Posing dalam Pembelajaran Ekonomi .................... 14
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 20
4.1. Kesimpulan ................................................................................................ 20
4.2. Rekomendasi .............................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia yang diperparah oleh
rendahnya tingkat keberhasilan pendidikan di Indonesia merupakan salah satu
indikasi masih jauhnya pendidikan Indonesia dari kata berhasil. Terlebih lagi bila
dibandingkan dengan tingkat pendidikan Negara kawasan Asia yang lain, maka
pendidikan di Indonesia masih kalah jauh dari dibandingkan mereka.
Kondisi ini sebenarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
kurikulum yang digunakan, kebijakan pemerintah dalam hal ini Depdiknas,
fasilitas yang ada, kualitas guru, kualitas murid yang belajar dan lain sebagainya.
Dari beberapa hal di atas satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi dan
saling mendukung keberadaannya sehingga ketika salah satu diantaranya tidak
mendukung maka akan berpengaruh negatif pada hasil belajar.
Namun dari beberapa factor di atas faktor yang sangatlah vital peranannya
adalah faktor yang berhubungan langsung dengan proses pembelajaran yaitu
kurikulum, fasilitas pembelajaran, kualitas guru, metode pembelajaran dan juga
siswa sebagai subjek yang akan dikembangkan potensinya. Meskipun proses
belajar dapat berlangsung dimana saja, namun dalam hal ini kita akan membatasi
permasalahan hanya pada proses belajar di kelas. Hal ini dikarenakan kita
berasumsi bahwa proses belajar yang kita bangun di kelas akan mempengaruhi
pola pikir siswa ketika berada di lingkungan luar sekolah. Maka dari itu, tingkat
keefektifan serta kualitas pembelajaran di kelas menjadi faktor utama yang
menentukan tercapainya tujuan pembelajaran.
Belajar atau pembelajaran adalah merupakan sebuah kegiatan yang wajib
kita lakukan dan kita berikan kepada anak-anak kita. Karena, ia merupakan kunci
sukses untuk menggapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa
dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi yang pada akhirnya akan berguna
bagi bangsa, negara, dan agama. Melihat peran yang begitu vital, maka
menerapkan metode yang efektif dan efisien adalah sebuah keharusan. Dengan
harapan tercapainya efektifitas pembelajaran yang menyenangkan dan tidak
membosankan.
Masalah yang timbul, bagaimana pengajaran ekonomi dikelas, bisa
mencapai efektifitas pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan ?
Kita juga mengetahui, ilmu ekonomi termasuk pada ranah ilmu sosial. Dimana
keilmuan pada ranah ini bergerak secara dinamis berbeda dengan ilmu-ilmu
eksakta yang relatif tetap. Ilmu sosial juga selalu dihadapkan dengan masalah-
masalah yang menuntut manusia khususnya siswa sebagai peserta didik untuk bisa
menyelesaikan permasalahan itu secara selektif. Termasuk dalam ilmu ekonomi,
yang mengajarkan berbagai masalah dan pemecahan masalah didalamnya.
Pengunaan model pembelajaran pengajuan soal ( problem posing ) adalah
model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri/
memecah suatu soal atau permasalahan menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih
sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut.
Maka dari uraian masalah diatas, penulis bermaksud menulis makalah
dengan topik Penggunaan Model Pembelajaran Pengajuan Soal ( Problem
Posing ) Untuk Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran Ekonomi

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, untuk memudahkan
penyusunan dalam makalah ini, permasalahan yang akan dibahas adalah
bagaimana pengunaan model pembelajaran pengajuan soal ( problem posing )
dalam upaya meningkatkan efektifitas pembelajaran ekonomi yang
menyenangkan dan tidak membosankan. Rumusan masalah
1. Apa itu efektifitas pembelajaran?
2. Apa itu model pembelajaran pengajuan soal ( problem posing ) ?
3. Bagaimana penggunaan model pembelajaran pengajuan soal ( problem
posing ) dalam upaya meningkatkan efektifitas pembelajaran ekonomi?

2
1.3 Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah hendaknya ada suatu tujuan yang ingin dicapai.
Sedangkan, tujuan penulisan makalah ini sendiri didasarkan kepada rumusan
masalah dan batasan masalah yang ingin dikaji. Adapun beberapa tujuan tersebut
yaitu :
1. Mengetahui definisi efektifitas pembelajarn disekolah itu sendiri.
2. Menjelaskan tahapan guru pelajaran ekonomi dalam mencapai
efektifitas pembelajaran di sekolah.
3. Penggunaan model pembelajaran pengajuan soal ( problem posing )
dalam mencapai efektifitas pembelajaran.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan makalah ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi penulis mengenai
Efektifitas Pembelajarn Ekonomi di Sekolah.
2. Menambah pengetahun dalam penerapan model pembelajaran yang
tepat.
3. Sebagai media untuk belajar menulis karya ilmiah.
4. Mengembangkan kreativitas dalam hal tulis menulis.

3
4

BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Pengertian Efektifitas

Efektivitas merupakan derivasi dari kata efektif yang dalam bahasa Inggris
effective didefinisikan producing a desired or intended result (Concise Oxford
Dictionary, 2001) atau producing the result that is wanted or intended dan definisi
sederhananya coming into use (Oxford Learner’s Pocket Dictionary, 2003:138).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:584) mendefinisikan efektif dengan “ada
efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)” atau “dapat membawa hasil,
berhasil guna (usaha, tindakan)” dan efektivitas diartikan “keadaan berpengaruh;
hal berkesan” atau ” keberhasilan (usaha, tindakan)”.
The Liang Gie dalam Ensiklopedi Administrasi (1989:108) mendefinisikan
efektivitas sebagai berikut.
Suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya efek
atau akibat yang dikehendaki. Jika seseorang melakukan suatu perbuatan
dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki, maka orang itu
dikatakan efektif kalau memang menimbulkan akibat dari yang
dikehendakinya itu.

Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan
masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau
manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta
masalah tingkat kepuasaan pengguna/client.
Selanjutnya, Steers (1985:176) menyatakan
Sebuah organisasi yang betul-betul efektif adalah orang yang mampu
menciptakan suasana kerja di mana para pekerja tidak hanya
melaksanakan pekerjaan yang telah dibebankan saja tetapi juga membuat
suasana supaya para pekerja lebih bertanggung jawab, bertindak secara
kreatif demi peningkatan efisiensi dalam usaha mencapai tujuan.
Pernyataan Steers di atas menunjukkan bahwa efektivitas tidak hanya berorientasi
pada tujuan melainkan berorientasi juga pada proses dalam mencapai tujuan. Jika
definisi ini diterapkan dalam pembelajaran, efektivitas berarti kemampuan sebuah
lembaga dalam melaksanakan program pembelajaran yang telah direncanakan
serta kemampuan untuk mencapai hasil dan tujuan yang telah ditetapkan. Proses
pelaksanaan program dalam upaya mencapai tujuan tersebut didesain dalam
suasana yang kondusif dan menarik bagi peserta didik.

2.2. Kriteria Efektivitas Pembelajaran


Didalam proses belajar mengajar banyak faktor yang mempengaruhi
terhadap berhasilnya sebuah pembelajaran, antara lain kurikulum, daya serap,
presensi guru, presensi siswa dan prestasi belajar.
a. Kurikulum
Kurikulum berasal dari bahasa latin yaitu cuciculum semula berarti a
running course, or race cource, especially a chariot race cource dan dalam
bahasa perancis courier yang berarti to run (berlari). Kemudian istilah itu
dipergunakan untuk sejumlah cource atau mata pelajaran yang harus ditempuh
untuk mencapai suatu gelar atau ijazah
Smith memandang bahwa kurikulum sebagai a sequence of potencial
experience of disciplining children and youth in group ways of thinking acting
yaitu penekanannya pada aspek sosial, yakni mendidik anak menjadi anggota
masyarakat. Dari uraian diatas telah jelas bahwa kurikulum adalah sejumlah mata
pelajaran yang harus dicapai/diselesaikan oleh peserta didik untuk mendapatkan
ijazah (STTB).
b. Daya Serap
Didalam kamus besar bahasa Indonesia, daya serap diartikan sebagai
kemampuan seseorang atau suatu menyerap. Daya serap yang di maksud disini
adalah kemampuan siswa untuk menyerap atau menguasai materi/bahan ajar yang
di pelajarinya sesuai dengan bahan ajar tersebut yang meliputi:
1) Efektifitas kurikulum mata pelajaran
2) Daya Serap Terhadap Materi Pelajaran

5
3) Evaluasi Hasil Belajar
4) Presensi Guru dan Murid.
5) Prestasi Belajar

2.3 Pengertian pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata belajar, yang memiliki arti yaitu aktivitas
perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang dimaksud itu nyata
memiliki arti yang sangat luas yaitu perubahan tingkah laku dari tidak tahu
menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Pada kenyataannya
pembelajaran adalah merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
dimana saja tanpa ada ruang dan waktu, karena memang pembelajaran biasa
dilakukan kapan saja dan dimana saja, walaupun banyak orang beranggapan
bahwa pembelajaran hanya dilakukan disekolah atau lembaga tertentu.
Dari uaraian diatas maka dapat ditarik benang merahnya yaitu
pembelajaran merupakan kegiatan perubahan tingkah laku secara kognitif, afektif
dan psikomotorik.

2.4 Model Pembelajaran Pengajuan Soal ( Problem Posing )


Model pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan di tahun
1997 oleh Lyn D. English, dan awal mulanya diterapkan dalam mata pelajaran
ekonomi. Selanjutnya, model ini dikembangkan pula pada mata pelajaran yang
lain.
Silver dan Cai mendefinisikan model pembelajaran pengajuan soal (
problem posing ) sebagai berikut
Problem posing is central important in the discipline of mathematics and in
the nature of mathematical thinking.

Silver dan Cai menjelaskan bahwa pengajuan soal mandiri dapat diaplikasikan
dalam 3 bentuk aktivitas kognitif yakni sebagai berikut.

6
a. Pre solution posing yaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi
yang diadakan. Jadi guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang
berkaitan dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya.
b. Within solution posing yaitu jika seorang siswa mampu merumuskan
ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru yang
urutan penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya.jadi,
diharapkan siswa mampu membuat sub-sub pertanyaaan baru dari sebuah
pertanyaan yang ada pada soal yang bersangkutan.
c. Post solution posing yaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau
kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang
sejenis.
Sedangkan Suryanto (Pujiastuti, 2001:3) mendefinisikan model pembelajaran
pengajuan soal ( problem posing ) sebagai berikut
Problem Posing adalah perumusan soal agar lebih sederhana atau
perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih
sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terutama terjadi pada soal-soal yang
rumit.

Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing adalah suatu model


pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui
belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.

Dengan demikian, penerapan model pembelajaran problem posing adalah sebagai


berikut.
1. Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat
peraga untuk memperjelas konsep sangat disarankan.
2. Guru memberikan latihan soal secukupnya.
3. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa
yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula
dilakukan secara kelompok.
4. Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk
menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru dapat
menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan
oleh siswa.
5. Guru memberikan tugas rumah secara individual.
(Suyitno, 2004:31-32)

7
8

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Efektifitas Pembelajaran Ekonomi


Proses belajar mengajar yang ada baik di sekolah dasar maupun di sekolah
menengah, sudah barang tentu mempunyai target bahan ajar yang harus dicapai
oleh setiap guru, yang didasarkan pada kurikulum yang berlaku pada saat itu.
Kurikulum yang sekarang ada sudah jelas berbeda dengan kurikulum zaman dulu,
ini ditenggarai oleh sistem pendidikan dan kebutuhan akan pengetahuan
mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan zaman. Bahan ajar yang banyak
terangkum dalam kurikulum tentunya harus disesuaikan dengan waktu yang
tersedia pada hari efektif yang ada pada tahun ajaran tersebut. Namun terkadang
materi yang ada dikurikum lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Ini sangat
ironis sekali dikarenakan semua mata pelajaran dituntut untuk bisa mencapai
target tersebut termasuk dalam mata pelajaran ekonomi. Untuk itu perlu adanya
strategi efektivitas pembelajaran dalam pelajaran ekonomi ini.
Sebagaimana yang tercantum dalam petunjuk tekhnis pengembangan
silabus dari BSNP, Karakteristik pembelajaran mata pelajaran Ekonomi adalah
sebagai berikut:

1. Mata pelajaran Ekonomi berangkat dari fakta atau gejala ekonomi


ekonomi yang nyata.
2. Mata pelajaran Ekonomi mengembangkan teori-teori untuk menjelaskan
fakta secara rasional.
3. Umumnya analisis yang digunakan dalam ilmu ekonomi adalah metoda
pemecahan masalah.
4. Inti dari ilmu ekonomi adalah memilih alternatif yang terbaik.
5. Secara umum subjek dalam ekonomi dapat dibagi dalam beberapa cara
yang paling terkenal adalah mikro ekonomi dan makro ekonomi.
Agar standar kompetensi dan kompetensi dasar adapat dicapai diperlukan
pembelajaran kontekstual yang dapat membangkitkan minat peserta didik dalam
rangka memecahkan masalah ekonomi untuk digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Kegiatan pembelajaran mata pelajaran ekonomi hendaknya dapat
dikembangkan dengan menjadikan peserta didik aktif dan kreatif. Seperti dengan
melakukan permainan, melakukan pengamatan terhadap perubahan harga dan
sebagainya.
Dengan adanya komponen-komponen yang meliputi pengjelasan
efektifitas, penjelasan pembelajaran dan karateristik pembelajaran ekonomi diatas,
diharapkan menjadi suatu sistem tersendiri untuk tercapainya efektifitas
pembelajaran ekonomi di Sekolah. Maka seorang pendidik harus pintar juga
dalam menerapkan pola penyampaian materi yaitu melaui pendekatan. metode,
tekhnik dan taktik pembelajarn demi tercapainya tujaun pengajaran.

3.2 Proses Pencapaian Pembelajaran


Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah
dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran
ekonomi. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode
konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga
suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini
cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada
penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan
pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam
penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa
hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit
peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran
menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat
membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik.
Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan
menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh

9
kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat
diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Maka dengan itu semau perlu adanya pendekatan, pemilihan metode,
tekhnik dan taktik pembelaran yang tepat.

1. Pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua
jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach). Maka jika dikaitkan dengan pembelajaran ekonomi, bagaimana
seorang guru mempertimbangkan bahan ajar, apakah materi yang disampaikan
melalui pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach) atau pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran
yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran.

2. Strategi Pembelajaran
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan
mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam
strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya,
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1)
exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam
Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,

10
strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan
strategi pembelajaran deduktif.
Pada tahapan ini bagaimana seorang guru ekonomi mengatur strategi dari
pendekatan pembelajaran sebelumnya, Strategi pembelajaran sifatnya masih
konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode
pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation
achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”
(Wina Senjaya (2008).

3. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk


mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Maka dalam tahap ini
bagaimana seorang guru ekonomi bisa menyampaikanya materi pelajaran
ekonomi. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2)
demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan;
(7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya yang disesuaikan
dengan bahasan yang ada. Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam
teknik dan gaya pembelajaran.

4. Teknik pembelajaran
Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan,
penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian
pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda
pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong
pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama.

11
5. Taktik pembelajaran
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang kurang memiliki sense of
humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia
memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak
keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan,
pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini,
pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)dalam
melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.
Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi
mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam
penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah
apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Maka menjadi suatu tahapan yang harus dicapai oleh
seorang guru demi tercapainya efektifitas pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil
(Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat)
kelompok model pembelajaran, yaitu:

1. model interaksi sosial;


2. model pengolahan informasi;
3. model personal-humanistik; dan
4. model modifikasi tingkah laku.

12
Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut
diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut,
kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga


istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan
pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain
pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem
lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika
dicontohkan dengan materi ekonomi, strategi membicarakan tentang berbagai
bahasan yang ada pada kompetensi dasar (mengidentifikasi kebutuhan manusia
mengidentifikasi jenis-jenis pengeluaran pusat dan pemerintah daerah, dan
sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda
dan unik. Sedangkan desain adalah tahapan tahan yang dilakukan oleh guru
ekonomi melalui tahapan sebelumnya seperti pendekatan pembelajaran, strategi
pembelajaran, metode pembelajaran tekhnik pembelajaran dan taktik
pembelajaran, yang semuanya disesuaikan dengan KD, maka dengan semua itu
akan tercapai efektifitas pembelajaran ekonomi di sekolah.

13
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara profesional, seorang guru ekonomi dituntut dapat memahami dan memiliki
keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di
Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka
pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian
(penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan
sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat
memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses
(beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka
pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan
model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat
kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model
pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya
khazanah model pembelajaran yang telah ada.
3.3 Pengunaan Model Problem Posing dalam Pembelajaran Ekonomi
Sesuai pemaparan materi sebelumnya, bahwa problem posing merupakan
model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau
memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang
mengacu pada penyelesaian soal tersebut. Siswa harus menguasai materi dan
urutan penyelesaian soal secara mendetil. Hal tersebut akan dicapai jika siswa
memperkaya khazanah pengetahuannya tak hanya dari guru melainkan perlu
belajar secara mandiri.
Dalam model pembelajaran pengajuan soal (problem posing) siswa dilatih
untuk memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar ekonomi. Dengan
demikian, kekuatan-kekuatan model pembelajaran problem posing sebagai
berikut.

14
1. Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya
konsep-konsep dasar.
2. Diharapkan mampu melatih siswa meningkatkan kemampuan dalam
belajar.
3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada
dasarnya adalah pemecahan masalah.
(Suyitno, 2003:7-8)
Bagi siswa, pembelajaran problem posing merupakan keterampilan
mental, siswa menghadapi suatu kondisi dimana diberikan suatu permasalahan
dan siswa memecahkan masalah tersebut. Model pembelajaran problem posing
dapat dikembangkan dengan memberikan suatu masalah yang belum terpecahkan
dan meminta siswa untuk menyelesaikannya (Silver, Kilpatrick dan shlesinger).
Guru ekonomi dalam rangka mengembangkan model pembelajaran
problem posing yang berkualitas dan terstruktur dalam pembelajaran ekonomi,
dapat menerapkan prinsip-prinsip dasar berikut.

1. Pengajuan soal harus berhubungan dengan apa yang dimunculkan dari


aktivitas siswa di dalam kelas.
2. Pengajuan soal harus berhubungan dengan proses pemecahan masalah
siswa
3. Pengajuan soal dapat dihasilkan dari permasalahan yang ada dalam buku
teks, dengan memodifikasikan dan membentuk ulang karakteristik bahasa
dan tugas.
Menggunakan model pembelajaran problem posing dalam pembelajaran
ekonomi dibutuhkan keterampilan sebagai berikut.

1. Menggunakan strategi pengajuan soal untuk menginvestigasi dan


memecahkan masalah yang diajukan.
2. Memecahkan masalah dari situasi ekonomi dan kehidupan sehari-hari.
3. Menggunakan sebuah pendekatan yang tepat untuk mengemukakan
masalah pada situasi ekonomi.
4. mengenali hubungan antara materi-materi yang berbeda dalam ekonomi.

15
5. Mempersiapkan solusi dan strategi terhadap situasi masalah baru.
6. Mengajukan masalah yang kompleks sebaik mungkin, begitu juga masalah
yang sederhana.
7. Menggunakan penerapan subjek yang berbeda dalam mengajukan masalah
ekonomi.

8. Kemampuan untuk menghasilkan pertanyaan untuk mengembangkan


strategi mengajukan masalah sebagai berikut.
a. Bagaimana saya bisa menyelesaikan masalah ini?
b. Dapatkah saya mengajukan pertanyaan yang lain?
c. Seberapa banyak solusi yang dapat saya temukan?
Memunculkan pertanyaan baru dari masalah ekonomi yang diberikan dianggap
menjadi aktivitas utama dalam mengajukan masalah sebagai berikut.

1. Apakah gagasan penting dalam masalah ini?


2. Dimana lagi kita dapat menemukan gagasan yang sama dengan hal ini?
3. Dapatkah kita menggunakan informasi ini dalam satu cara yang berbeda
untuk memecahkan suatu masalah?
4. Apakah kita cukup memiliki informasi penting untuk memecahkan
masalah?
5. Bagaimana jika kita tidak memberikan semua informasi ini untuk
membuat sebuah masalah yang berbeda?
6. Bagaimana mungkin kamu dapat merubah beberapa informasi ini?
7. Akan menjadi apakah masalah tersebut kemudian?

Rangkaian pertanyaan di atas menunjukkan apabila ada seorang guru yang


tidak berpengalaman dalam mengajukan masalah dapat melakukan aktivitas
bertanya tersebut. Strategi dalam pengajuan masalah dapat dilihat dari beberapa
tinjauan literatur. Strategi ini dapat diterapkan dalam mengajukan masalah
tertentu. Strategi tersebut mengemukakan ”bagaimana melihat” atau menemukan
masalah (Dillon). Krutetskii memanipulasi kondisi tertentu dan tujuan dari

16
masalah yang diajukan sebelumnya. Hashimoto bertanya ”bagaimana jika”, dan
”bagaimana jika tidak” Brown Walter. Mempertimbangkan hubungan yang baru
dari masalah baru (Polya). Strategi lain dalam mengajukan sebuah pertanyaan
adalah untuk melihat hubungan antara informasi yang diberikan dan mengajukan
sebuah pertanyaan yang mengikuti hubungan tersebut (Krutelskii). Cara melihat
atau menemukan masalah sejenis dengan gabungan strategi dalam perumusan
masalah (Kilpatrick). Strategi ini berada pada penemuan tingkatan masalah
(Dillon). Masalah tersebut ditampilkan pada penguji coba atau orang lain yang
mengajukan pertanyaan, yang perlu dilakukan penanya adalah menemukannya.
Strategi lain adalah untuk memanipulasi kondisi tertentu dan tujuan dari
masalah yang diajukan sebelumnya. Ini serupa dengan penggunaan analogi dalam
menghasilkan masalah baru yang terkait (Kilpatrick). dalam studi ini, terdapat dua
strategi berbeda yang dikembangkan sebagai berikut.

1. Mengajukan pertanyaan mengenai masalah ekonomi dari masalah yang


ada dalam buku pelajaran. Kilpatrick menjelaskan bahwa ada dua tahap
dalam proses penyelesaian masalah selama masalah baru diciptakan.
Penyelesaian masalah bisa dengan mengubah beberapa atau semua kondisi
masalah untuk melihat masalah baru, apa yang mungkin dihasilkan dan
setelah masalah diselesaikan. Penyelesaian masalah bisa dengan meninjau
ulang bagaimana solusi dipengaruhi oleh berbagai macam permasalahan.
Strategi ini dapat dikembangkan oleh siswa sebagai berikut.
a. Memilih satu masalah dari buku pelajaran ekonomi atau buku LKS
ekonomi.
b. Menentuan kondisi dari permasalahan yang diberikan dan hal yang
tidak diketahui.
c. Mengubah kondisi masalah dalam dua cara yang berbeda Pertama,
tambahkan lagi beberapa kondisi atau kondisi baru pada masalah
asli kemudian rumuskan satu pertanyaan baru. kedua, pindahkan
kondisi dari masalah asli kemudian rumuskan pertanyaan baru.

17
2. Mengajukan masalah ekonomi dari situasi yang belum terstruktur.
Stoyanove menjelaskan situasi masalah yang belum terstrukstur sebagai
situasi terbuka yang diberikan dan menggunakan format berikut.
a. Masalah open-ended (penyelidikan matematis).
b. Masalah yang sejenis dengan masalah yang diberikan.
c. Masalah dengan solusi serupa.
d. Masalah berkaitan dengan dalil khusus.
e. Masalah yang berasal dari gambaran yang diberikan
f. Masalah kata-kata.
Strategi ini dapat dikembangkan oleh siswa sebagai berikut.
a. Situasi kehidupan sehari-hari yang ditampilkan pada semua siswa.
b. Siswa diminta melengkapi situasi dari pandangan mereka untuk
menyatakan masalahyang berasal dari situasi yang dibentuk.
c. Masing-masing siswa telah melengkapi masalah dari situasi
tertentu untuk kemudian mengajukan beberapa pertanyaan dari
situasi tersebut
d. Tulis semua masalah yang diajukan yang berkaitan dengan masalah
tersebut.
(Abu-Elwan, 2007:2-5)

Dari uraian di atas, tampak bahwa keterlibatan siswa untuk turut belajar
dengan cara menerapkan model pembelajaran problem posing merupakan salah
satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja materi
dariguru, melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri.
Hasil belajar tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga
meningkatkan keterampilan berpikir. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-
soal sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan model pembelajaran problem
posing dapat optimal. Kemampuan tersebut akan tampak dengan jelas bila siswa
mampu mengajukan soal-soal secara mandiri maupun berkelompok. Kemampuan
siswa untuk mengerjakan soal tersebut dapat dideteksi lewat kemampuannya
untuk menjelaskan penyelesaian soal yang diajukannya di depan kelas. Dengan

18
penerapan model pembelajaran problem posing dapat melatih siswa belajar
kreatif, disiplin, dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa.

19
20

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Dari semua uraian diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Penggunaan strategi yang tepat merupakan salah satu faktor bagi


pencapaian pembelajaran efektif. Menurut Gulo (2002), strategi belajar
mengajar yang efektif untuk mencapai tujuan tertentu tergantung pada
kondisi masing-masing unsur yang terlibat dalam proses belajar mengajar
secara faktual. Kemampuan siswa, kemampuan guru, sifat materi, sumber
belajar, media pengajaran, faktor logistik, tujuan yang ingin dicapai adalah
unsur-unsur pengajaran yang berbeda-beda di setiap tempat dan waktu.
2. Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif
yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh
peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian
rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa
dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga
pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal. Maka
dengan itu semau perlu adanya pendekatan, pemilihan metode, tekhnik
dan taktik pembelaran yang tepat.
3. Penerapan model pembelajaran pengajuan soal ( problem posing )
merupakan terobosan inovatif dalam penemuan model pembelajaran
ekonomi. Keterlibatan siswa untuk turut belajar dengan cara menerapkan
model pembelajaran problem posing merupakan salah satu indikator
keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja materi dariguru,
melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri.
Rekomendasi
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari sepenuh hati
bahwasanya makalah ini jauh dari sempurna dan masih memiliki banyak
keterbatasan baik dari segi penyajian materi ataupun pembahasannya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif
serta membangun. Selain itu juga penulis mengharapkan ada kajian yang lebih
mendalam mengenai materi tersebut di masa yang akan datang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sagala, S. 2010.Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung : Alfabeta.


Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda
Karya Remaja.
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar
(Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Starawaji.2009.Efektivitas Pembelajaran.[online].Tersedia
http://starawaji.wordpress.com/2009/03/01/efektivitas-pembelajaran/[ 1 maret
2009]

22

You might also like