Professional Documents
Culture Documents
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah
Perencanaan Pembelajaran Ekonomi yang diampu oleh Ibu Neti Budiwati, M.Si.
Disusun oleh
Ependi
0908861
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.3 Tujuan Penulisan
Dalam penulisan makalah hendaknya ada suatu tujuan yang ingin dicapai.
Sedangkan, tujuan penulisan makalah ini sendiri didasarkan kepada rumusan
masalah dan batasan masalah yang ingin dikaji. Adapun beberapa tujuan tersebut
yaitu :
1. Mengetahui definisi efektifitas pembelajarn disekolah itu sendiri.
2. Menjelaskan tahapan guru pelajaran ekonomi dalam mencapai
efektifitas pembelajaran di sekolah.
3. Penggunaan model pembelajaran pengajuan soal ( problem posing )
dalam mencapai efektifitas pembelajaran.
3
4
BAB II
STUDI PUSTAKA
Efektivitas merupakan derivasi dari kata efektif yang dalam bahasa Inggris
effective didefinisikan producing a desired or intended result (Concise Oxford
Dictionary, 2001) atau producing the result that is wanted or intended dan definisi
sederhananya coming into use (Oxford Learner’s Pocket Dictionary, 2003:138).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:584) mendefinisikan efektif dengan “ada
efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)” atau “dapat membawa hasil,
berhasil guna (usaha, tindakan)” dan efektivitas diartikan “keadaan berpengaruh;
hal berkesan” atau ” keberhasilan (usaha, tindakan)”.
The Liang Gie dalam Ensiklopedi Administrasi (1989:108) mendefinisikan
efektivitas sebagai berikut.
Suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya efek
atau akibat yang dikehendaki. Jika seseorang melakukan suatu perbuatan
dengan maksud tertentu yang memang dikehendaki, maka orang itu
dikatakan efektif kalau memang menimbulkan akibat dari yang
dikehendakinya itu.
Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan
masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau
manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta
masalah tingkat kepuasaan pengguna/client.
Selanjutnya, Steers (1985:176) menyatakan
Sebuah organisasi yang betul-betul efektif adalah orang yang mampu
menciptakan suasana kerja di mana para pekerja tidak hanya
melaksanakan pekerjaan yang telah dibebankan saja tetapi juga membuat
suasana supaya para pekerja lebih bertanggung jawab, bertindak secara
kreatif demi peningkatan efisiensi dalam usaha mencapai tujuan.
Pernyataan Steers di atas menunjukkan bahwa efektivitas tidak hanya berorientasi
pada tujuan melainkan berorientasi juga pada proses dalam mencapai tujuan. Jika
definisi ini diterapkan dalam pembelajaran, efektivitas berarti kemampuan sebuah
lembaga dalam melaksanakan program pembelajaran yang telah direncanakan
serta kemampuan untuk mencapai hasil dan tujuan yang telah ditetapkan. Proses
pelaksanaan program dalam upaya mencapai tujuan tersebut didesain dalam
suasana yang kondusif dan menarik bagi peserta didik.
5
3) Evaluasi Hasil Belajar
4) Presensi Guru dan Murid.
5) Prestasi Belajar
Pembelajaran berasal dari kata belajar, yang memiliki arti yaitu aktivitas
perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang dimaksud itu nyata
memiliki arti yang sangat luas yaitu perubahan tingkah laku dari tidak tahu
menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Pada kenyataannya
pembelajaran adalah merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
dimana saja tanpa ada ruang dan waktu, karena memang pembelajaran biasa
dilakukan kapan saja dan dimana saja, walaupun banyak orang beranggapan
bahwa pembelajaran hanya dilakukan disekolah atau lembaga tertentu.
Dari uaraian diatas maka dapat ditarik benang merahnya yaitu
pembelajaran merupakan kegiatan perubahan tingkah laku secara kognitif, afektif
dan psikomotorik.
Silver dan Cai menjelaskan bahwa pengajuan soal mandiri dapat diaplikasikan
dalam 3 bentuk aktivitas kognitif yakni sebagai berikut.
6
a. Pre solution posing yaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi
yang diadakan. Jadi guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang
berkaitan dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya.
b. Within solution posing yaitu jika seorang siswa mampu merumuskan
ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru yang
urutan penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya.jadi,
diharapkan siswa mampu membuat sub-sub pertanyaaan baru dari sebuah
pertanyaan yang ada pada soal yang bersangkutan.
c. Post solution posing yaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau
kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang
sejenis.
Sedangkan Suryanto (Pujiastuti, 2001:3) mendefinisikan model pembelajaran
pengajuan soal ( problem posing ) sebagai berikut
Problem Posing adalah perumusan soal agar lebih sederhana atau
perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih
sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terutama terjadi pada soal-soal yang
rumit.
7
8
BAB III
PEMBAHASAN
9
kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat
diperoleh prestasi belajar yang optimal.
Maka dengan itu semau perlu adanya pendekatan, pemilihan metode,
tekhnik dan taktik pembelaran yang tepat.
1. Pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua
jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach). Maka jika dikaitkan dengan pembelajaran ekonomi, bagaimana
seorang guru mempertimbangkan bahan ajar, apakah materi yang disampaikan
melalui pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach) atau pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran
yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran.
2. Strategi Pembelajaran
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran
adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar
tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan
mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam
strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya,
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1)
exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam
Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,
10
strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan
strategi pembelajaran deduktif.
Pada tahapan ini bagaimana seorang guru ekonomi mengatur strategi dari
pendekatan pembelajaran sebelumnya, Strategi pembelajaran sifatnya masih
konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode
pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation
achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”
(Wina Senjaya (2008).
3. Metode pembelajaran
4. Teknik pembelajaran
Teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan,
penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak
membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan
penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian
pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda
pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong
pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama.
11
5. Taktik pembelajaran
Taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang kurang memiliki sense of
humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia
memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak
keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan,
pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini,
pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)dalam
melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.
Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi
mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam
penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik
pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah
apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Maka menjadi suatu tahapan yang harus dicapai oleh
seorang guru demi tercapainya efektifitas pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil
(Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat)
kelompok model pembelajaran, yaitu:
12
Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut
diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut,
kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:
13
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya
secara profesional, seorang guru ekonomi dituntut dapat memahami dan memiliki
keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di
Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka
pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian
(penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan
sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat
memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses
(beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka
pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan
model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat
kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model
pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya
khazanah model pembelajaran yang telah ada.
3.3 Pengunaan Model Problem Posing dalam Pembelajaran Ekonomi
Sesuai pemaparan materi sebelumnya, bahwa problem posing merupakan
model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau
memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang
mengacu pada penyelesaian soal tersebut. Siswa harus menguasai materi dan
urutan penyelesaian soal secara mendetil. Hal tersebut akan dicapai jika siswa
memperkaya khazanah pengetahuannya tak hanya dari guru melainkan perlu
belajar secara mandiri.
Dalam model pembelajaran pengajuan soal (problem posing) siswa dilatih
untuk memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar ekonomi. Dengan
demikian, kekuatan-kekuatan model pembelajaran problem posing sebagai
berikut.
14
1. Memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya
konsep-konsep dasar.
2. Diharapkan mampu melatih siswa meningkatkan kemampuan dalam
belajar.
3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada
dasarnya adalah pemecahan masalah.
(Suyitno, 2003:7-8)
Bagi siswa, pembelajaran problem posing merupakan keterampilan
mental, siswa menghadapi suatu kondisi dimana diberikan suatu permasalahan
dan siswa memecahkan masalah tersebut. Model pembelajaran problem posing
dapat dikembangkan dengan memberikan suatu masalah yang belum terpecahkan
dan meminta siswa untuk menyelesaikannya (Silver, Kilpatrick dan shlesinger).
Guru ekonomi dalam rangka mengembangkan model pembelajaran
problem posing yang berkualitas dan terstruktur dalam pembelajaran ekonomi,
dapat menerapkan prinsip-prinsip dasar berikut.
15
5. Mempersiapkan solusi dan strategi terhadap situasi masalah baru.
6. Mengajukan masalah yang kompleks sebaik mungkin, begitu juga masalah
yang sederhana.
7. Menggunakan penerapan subjek yang berbeda dalam mengajukan masalah
ekonomi.
16
masalah yang diajukan sebelumnya. Hashimoto bertanya ”bagaimana jika”, dan
”bagaimana jika tidak” Brown Walter. Mempertimbangkan hubungan yang baru
dari masalah baru (Polya). Strategi lain dalam mengajukan sebuah pertanyaan
adalah untuk melihat hubungan antara informasi yang diberikan dan mengajukan
sebuah pertanyaan yang mengikuti hubungan tersebut (Krutelskii). Cara melihat
atau menemukan masalah sejenis dengan gabungan strategi dalam perumusan
masalah (Kilpatrick). Strategi ini berada pada penemuan tingkatan masalah
(Dillon). Masalah tersebut ditampilkan pada penguji coba atau orang lain yang
mengajukan pertanyaan, yang perlu dilakukan penanya adalah menemukannya.
Strategi lain adalah untuk memanipulasi kondisi tertentu dan tujuan dari
masalah yang diajukan sebelumnya. Ini serupa dengan penggunaan analogi dalam
menghasilkan masalah baru yang terkait (Kilpatrick). dalam studi ini, terdapat dua
strategi berbeda yang dikembangkan sebagai berikut.
17
2. Mengajukan masalah ekonomi dari situasi yang belum terstruktur.
Stoyanove menjelaskan situasi masalah yang belum terstrukstur sebagai
situasi terbuka yang diberikan dan menggunakan format berikut.
a. Masalah open-ended (penyelidikan matematis).
b. Masalah yang sejenis dengan masalah yang diberikan.
c. Masalah dengan solusi serupa.
d. Masalah berkaitan dengan dalil khusus.
e. Masalah yang berasal dari gambaran yang diberikan
f. Masalah kata-kata.
Strategi ini dapat dikembangkan oleh siswa sebagai berikut.
a. Situasi kehidupan sehari-hari yang ditampilkan pada semua siswa.
b. Siswa diminta melengkapi situasi dari pandangan mereka untuk
menyatakan masalahyang berasal dari situasi yang dibentuk.
c. Masing-masing siswa telah melengkapi masalah dari situasi
tertentu untuk kemudian mengajukan beberapa pertanyaan dari
situasi tersebut
d. Tulis semua masalah yang diajukan yang berkaitan dengan masalah
tersebut.
(Abu-Elwan, 2007:2-5)
Dari uraian di atas, tampak bahwa keterlibatan siswa untuk turut belajar
dengan cara menerapkan model pembelajaran problem posing merupakan salah
satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja materi
dariguru, melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri.
Hasil belajar tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga
meningkatkan keterampilan berpikir. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-
soal sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan model pembelajaran problem
posing dapat optimal. Kemampuan tersebut akan tampak dengan jelas bila siswa
mampu mengajukan soal-soal secara mandiri maupun berkelompok. Kemampuan
siswa untuk mengerjakan soal tersebut dapat dideteksi lewat kemampuannya
untuk menjelaskan penyelesaian soal yang diajukannya di depan kelas. Dengan
18
penerapan model pembelajaran problem posing dapat melatih siswa belajar
kreatif, disiplin, dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa.
19
20
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari semua uraian diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut
21
DAFTAR PUSTAKA
Starawaji.2009.Efektivitas Pembelajaran.[online].Tersedia
http://starawaji.wordpress.com/2009/03/01/efektivitas-pembelajaran/[ 1 maret
2009]
22