You are on page 1of 14

Etika Bisnis dalam Kewirausahaan

Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi, mengembangkaan,


dan membawa visi ke dalam kehidupan Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang
lebih baik dalam menjalankan sesuatu Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha
baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
• Proses kewirausahaan
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses kewirausahaan diawali dengan adanya
inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun
di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-
faktor tersebut membentuk „‟locus of control‟‟, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan
pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadiwirausahawan yang besar. Secara internal,
keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus of control, toleransi,
nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang
memengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi
berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi,
dan keluarga.
Faktor-faktor motivasi berwirausaha
Ciri-ciri wirausaha yang berhasil:
Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah
yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut.
Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya
menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor
dalam berbagai kegiatan.
Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik
daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan
pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu
dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.
Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha
kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.
Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia
datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya
selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas
merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Bertanggungjawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang
akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga
moralkepada berbagai pihak.
Komitmen pada berbagai pihak.
Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan
langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dijalankan,
antara lain kepada: para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.
Mengingat tantangan kondisi ekonomi kita terkena, sulit membayangkan menerapkan etika
bisnis dalam kewirausahaan. Dengan dorongan untuk memperluas, mengurangi biaya dan
meningkatkan keuntungan generasi, mempertimbangkan perasaan orang lain sepertinya keluar
dari pertanyaan. keputusan bisnis yang baik dapat diukur oleh banyak hal bisnis kewirausahaan.
Tetapi tidak selalu etis.
Namun itu mungkin tidak berlaku dalam situasi tertentu, etika sangat penting bagi pertumbuhan
asli dan pembangunan. Tanpa itu, perusahaan hanya akan menjadi pengisi; pemain ekonomi
berlangsung tanpa kontribusi kepada masyarakat.
Etika bisnis adalah segmen etika terapan yang mencoba untuk mengontrol dan memeriksa
pengaturan moral dan etika perusahaan. Ia juga mendalami seberapa baik atau buruk badan usaha
membahas masalah-masalah moral dan etika dan menunjukkan apa yang salah dalam proses
alami mereka. Ini mencakup semua aspek bisnis – dari produksi untuk administrasi, keuangan
dan pemasaran. Hal ini juga berlaku untuk berbagai industri dan dapat deskriptif atau normatif
dalam disiplin.
Penerapan etika bisnis dalam kewirausahaan mencerminkan keterlibatan perusahaan non nilai-
nilai sosial ekonomi didorong – yang saat ini, telah sangat diabaikan. Itu membuat perusahaan
sejalan dengan lebih baik dan membuat mereka pemain kontributif untuk praktek bisnis sehat.
Seperti kita semua tahu, prospek penghasilan lebih mungkin melebih-lebihkan keinginan
kebanyakan pengusaha untuk terlibat dalam penebangan, transaksi tidak etis. Hal ini memaksa
mereka untuk menipu, berbohong, mencuri dan menyangkal orang lain hak-hak mereka untuk
double / triple pendapatan atau maju. Misalnya, kurangnya pengaruh etika dapat menyebabkan
perusahaan-perusahaan farmasi untuk dokter laporan laboratorium mengenai efek samping obat
yang paling laku. Hal ini dapat mendukung bias gender dalam perekrutan. Dan juga dapat
menyebabkan perusahaan-perusahaan kaya untuk menahan manfaat dan upah dari pekerja
mereka. Meskipun jelas tidak pantas, ini adalah masalah sosial dan bisnis yang masih saat ini
lazim planning bisnis – dengan demikian menekankan penerapan bijaksana etika dalam bisnis.
hal yang baik bahwa banyak pengusaha pemula sekarang lebih dikenal etika bisnis untuk
kewirausahaan. Ini menghemat masa depan dari menjadi korban dari pengaruh masa lalu
komunitas bisnis sejahtera. Jika ada, kita tidak ingin mengulang kesalahan kita. Etika bisnis saat
ini diajarkan di banyak lembaga dan ada juga ribuan referensi dibuat tersedia secara online.
Dengan demikian, setiap pengusaha calon diberi kewenangan untuk menerapkannya. Kita semua
harus ingat bahwa sebagai pengusaha, itu merupakan bagian dari tanggung jawab kita untuk
menjalankan bisnis kami di bawah kode moral yang menghormati, mencari keadilan dan
mempromosikan kebaikan semua orang.
Sumber :
http://www-bisnis.org/tag/etika-bisnis-dan-kewirausahaan
http://ekosulianto.blog.perbanas.ac.id/category/artikel-tentang-pengantar-bisnis/

Etika Bisnis dalam Kewirausahaan

Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi, mengembangkaan,


dan membawa visi ke dalam kehidupan Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang
lebih baik dalam menjalankan sesuatu Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha
baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
• Proses kewirausahaan
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses kewirausahaan diawali dengan adanya
inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun
di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-
faktor tersebut membentuk „‟locus of control‟‟, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan
pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadiwirausahawan yang besar. Secara internal,
keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus of control, toleransi,
nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang
memengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi
berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi,
dan keluarga.
Faktor-faktor motivasi berwirausaha
Ciri-ciri wirausaha yang berhasil:
Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah
yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut.
Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya
menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor
dalam berbagai kegiatan.
Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik
daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan
pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu
dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.
Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha
kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.
Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia
datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya
selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas
merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Bertanggungjawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang
akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga
moralkepada berbagai pihak.
Komitmen pada berbagai pihak.
Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan
langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dijalankan,
antara lain kepada: para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.
Mengingat tantangan kondisi ekonomi kita terkena, sulit membayangkan menerapkan etika
bisnis dalam kewirausahaan. Dengan dorongan untuk memperluas, mengurangi biaya dan
meningkatkan keuntungan generasi, mempertimbangkan perasaan orang lain sepertinya keluar
dari pertanyaan. keputusan bisnis yang baik dapat diukur oleh banyak hal bisnis kewirausahaan.
Tetapi tidak selalu etis.
Namun itu mungkin tidak berlaku dalam situasi tertentu, etika sangat penting bagi pertumbuhan
asli dan pembangunan. Tanpa itu, perusahaan hanya akan menjadi pengisi; pemain ekonomi
berlangsung tanpa kontribusi kepada masyarakat.
Etika bisnis adalah segmen etika terapan yang mencoba untuk mengontrol dan memeriksa
pengaturan moral dan etika perusahaan. Ia juga mendalami seberapa baik atau buruk badan usaha
membahas masalah-masalah moral dan etika dan menunjukkan apa yang salah dalam proses
alami mereka. Ini mencakup semua aspek bisnis – dari produksi untuk administrasi, keuangan
dan pemasaran. Hal ini juga berlaku untuk berbagai industri dan dapat deskriptif atau normatif
dalam disiplin.
Penerapan etika bisnis dalam kewirausahaan mencerminkan keterlibatan perusahaan non nilai-
nilai sosial ekonomi didorong – yang saat ini, telah sangat diabaikan. Itu membuat perusahaan
sejalan dengan lebih baik dan membuat mereka pemain kontributif untuk praktek bisnis sehat.
Seperti kita semua tahu, prospek penghasilan lebih mungkin melebih-lebihkan keinginan
kebanyakan pengusaha untuk terlibat dalam penebangan, transaksi tidak etis. Hal ini memaksa
mereka untuk menipu, berbohong, mencuri dan menyangkal orang lain hak-hak mereka untuk
double / triple pendapatan atau maju. Misalnya, kurangnya pengaruh etika dapat menyebabkan
perusahaan-perusahaan farmasi untuk dokter laporan laboratorium mengenai efek samping obat
yang paling laku. Hal ini dapat mendukung bias gender dalam perekrutan. Dan juga dapat
menyebabkan perusahaan-perusahaan kaya untuk menahan manfaat dan upah dari pekerja
mereka. Meskipun jelas tidak pantas, ini adalah masalah sosial dan bisnis yang masih saat ini
lazim planning bisnis – dengan demikian menekankan penerapan bijaksana etika dalam bisnis.
hal yang baik bahwa banyak pengusaha pemula sekarang lebih dikenal etika bisnis untuk
kewirausahaan. Ini menghemat masa depan dari menjadi korban dari pengaruh masa lalu
komunitas bisnis sejahtera. Jika ada, kita tidak ingin mengulang kesalahan kita. Etika bisnis saat
ini diajarkan di banyak lembaga dan ada juga ribuan referensi dibuat tersedia secara online.
Dengan demikian, setiap pengusaha calon diberi kewenangan untuk menerapkannya. Kita semua
harus ingat bahwa sebagai pengusaha, itu merupakan bagian dari tanggung jawab kita untuk
menjalankan bisnis kami di bawah kode moral yang menghormati, mencari keadilan dan
mempromosikan kebaikan semua orang.
Sumber :
http://www-bisnis.org/tag/etika-bisnis-dan-kewirausahaan
http://ekosulianto.blog.perbanas.ac.id/category/artikel-tentang-pengantar-bisnis/
V

MODUL 6

ETIKA WIRAUSAHA, TANTANGAN SERTA PERMASALAHAN DALAM


KEWIRAUSAHAAN

Etika berasal dari bahasa perancis Etiquette yang berarti kartu undangan, pada saat itu Raja-raja
perancis sering mengundang para tamu dengan menggunakan kartu undangan. Dalam kartu
undangan tercantum persyaratan atau ketentuan untuk menghadiri acara seperti waktu, pakaian,
dan sebagainya.

Suatu kegiatan usaha haruslah dilakukan dengan etika atau norma-norma yang berlaku di
masyarakat bisnis. Etika atau norma-norma itu digunakan agar para pengusaha tidak melanggar
aturan yang telah ditetapkan dan usahanya dijalankan dengan memperoleh simpati dari berbagai
pihak.

Etika dalam arti luas :


 Etika adalah tata cara berhubungan dengan manusia lainnya, karena masing-masing
masyarakat beragam adat dan budaya.
 Etika sering disebut sebagai tindakan mengatur tingkah laku atau perilaku manusia
dengan masyarakat.
 Tingkah laku itu perlu diatur agar tidak melanggar norma-norma atau kebiasaan yang
berlaku dimasyarakat.

Etika wirausaha secara umum :

 Sikap dan perilaku seorang pengusaha harus mengikuti norma yang berlaku dalam suatu
negara atau masyarakat.
 Berpenampilan sopan dalam suatu situasi atau acara tertentu.
 Cara berpakaian yang layak dan pantas.
 Cara berbicara yang santun dan tidak menyinggung orang lain
 Perilaku yang menyenangkan orang lain.

Etika dan norma setiap pengusaha :

1. Kejujuran.

2. Bertanggung-Jawab.

3. Menepati Janji.

4. Disiplin.

5. Taat Hukum.

6. Suka Membantu.

7. Komitmen Dan Menghormati.

8. Mengejar Prestasi

Tujuan dan manfaat etika wirausaha :

1. Tujuan etika harus sejalan dengan tujuan perusahaan.


2. Manfaat etika bagi perusahaan.

- Persahabatan dan pergaulan.


- Menyenangkan orang lain.

- Membujuk pelanggan.

- Mempertahankan pelanggan.

- Membina dan menjaga hubungan.

Wirausahawan sebagai pelaku bisnis dalam interaksinya dengan mitra mitra usaha akan
dihadapkan pada kondisi yang menguntungkan maupun yang merugikan.

Wirausahawan akan berada pada lingkungan yang beragam, bila dilihat dari aspek dunia
usahanya, status sosialnya, maupun dari aspek norma yang dianutnya,

Wirausahawan yang berhasil salah satu cirinya dapat dilihat dari segi kemampuan bergaul dalam
kehidupan bisnisnya. Oleh karena itu, aspek pergaulan memegang peranan penting, maka bagi
seorang wirausahawan disamping memiliki kemampuan memimpin dan berbisnis harus memiliki
serta memahami etika bisnis. Disamping dipahaminya etika bisnis, kemampuan mengidentifikasi
dan menghadapi permasalahan bisnis pun juga tidak dapat dikesampingkan.

Masalah yang dihadapi usaha kecil:

1. Permodalan dan akumulasinya.

2. Memperoleh informasi pasar.

3. Mendapatkan alih teknologi.

4. Manajemen.

5. Peluang pasar.

6. Inovasi.

7. Kesempatan dalam mengembangkan.

8. Skala ekonomi.

9. Kekuatan tukar menukar (bargaining power).


Berbagai perubahan dalam dunia usaha

Seorang wirausahawan harus memperhatikan berbagai perubahan dalam global usaha yang akan
mempengaruhi iklim yang akan atau sedang ditekuninya. Beberapa kecenderungan yang sangat
kuat akan mentransformasi perubahan lingkungan usaha pada dekade 90-an ini. Kecenderungan-
kecenderungan tersebut meliputi perubahan dari pendekatan modal yang bersifat finansial
menjadi modal yang bersifat sumber daya manusia. Perubahan tersebut menjadikan sumberdaya
manusia yang berkualitas sebagai keunggulan yang kompetitif dalam organisasi usaha manapun.
Perusahaan mulai mengincar pegawai khususnya manajer yang berkualitas/sukses seperti Tanri
Abeng, bahkan diantaranya melakukan pembajakan tenaga kerja yang dianggap penting.
Perubahan lainnya adalah bergesernya tempat dari tugas manajemen menengah (middle
management) sebagai akibat adanya revolusi komputer. Komputer sebagian besar akan banyak
menggantikan tugas tugas manajer menengah sehuingga top manajer akan banyak

memanfaatkan komputer dalam pengambilan keputusannya. Memulai komputer seorang manajer


dapat mengakses berbagai data dari Bank Data maupun internet. Dilain pihak robotisasi akan
menggantikan pekerja perkeja di lini perakitan (Naisbitt dan Aburdence, 1985).

Dalam menjalankan usaha atau memulai suatu usaha baru bagi wirausahawan domestik harus
pula memperhatikan adanya perubahan perubahan dalam masyarakat atau dalam dunia usaha.

Beberapa perubahan yang patut dicatat adalah :

1. Munculnya masyarakat berkesejahteraan baru (Middle and up income group)

Perubahan ini disebabkan oleh ;

 Adanya kemajuan di bidang pendidikan, komunikasi, perhubungan dan keuangan.


 Peluang-peluang yang diciptakan oleh pemerintah.
 Jaringan kerja internasional (international network) akibat industri di Jepang. Korea
Selatan, Taiwan dan Singapore
 Perubahan nilai-nilai masyarakat yang memungkinkan penghasilan ganda (suami-isteri).

2. Lahir generasi baru di pedasaan yang berpendidikan lebih tinggi (Tamat SLTP dan SLTA).

 Keberhasilan program KB.


 Pemerataan dalam memperoleh kesempatan pendidikan.

3. Revolusi komunikasi.

 Perkembangan yang pesat dalam dunia pertelevisian.


 Jaringan komunikasi yang makin canggih . Telpon genggam, internet, dsb.

4. Muncul tuntutan terhadap “convenience”dalam segala hal.

 Meningkatkan daya beli.


 Keterbatasan Produk yang ditawarkan makin banyak, dan

a. Cepat dapat dikonsumsi (fast food.)

b. Mudah dipakai/mudah dibuka untuk kemasan.

c. Bisa dicicil atau dibayar melalui kartu kredit (credit card).

5. Proses pengambilan keputusan makin pendek.

 Muncul iklan-iklan yang menarik di televisi yang dapat dilihat dari pedesaan.
 Selera konsumen dapat pipengaruhi dan diubah.

6. Terjadi perluasan pasar produk-produk bermerk

 Masyarakat kian menggandrungi produk bermerk


 Promosi yang gencar dan super intensif terhadap produk bermerk.

Sebab-Sebab Kegagalan Usaha Kecil

% Kegagalan Penyebab Keterangan


0,44 Tidak kompeten Tidak mampu menjalankan usaha secara;:
fisik, moral, atau intelektual.
0,17 Kurang pengalaman Kurang pengalaman dalam manajemen
kerja pegawai dan sumber sumber lainnya sebelum
terjun ke dunia usaha.
0,16 Pengalaman yang tidak Tidak memiliki pengalaman yang seimbang
berimbang di berbagai bidang penting seperti :
pemasaran, keungan, pembelian dan
produksi.
0,15 Tidak berbengalaman di Tidak atau kurang berpengalaman di lini
lini produk/servis
produk atau servis sebelum terjun di dunia
usaha.
0,01 Lalai Kurang perhatian terhadap usaha disebabkan;
kebiasaan yang buruk ,kesehatan terganggu
atau masalah rumah tangga.
0,01 Kesalahan atau bencana Kesalahan: mismanagement

Bencana: Kebakaran
0,06 Tidak diketahui -
Sumber: The Business Failure Record (New York & Bradstreet, inc,1981) hal 12.

NOTES : Pada modul keenam ini, secara umum anda diharapkan mampu memahami hal-hal
yang menyangkut etika bisnis dalam kewirausahaan. Secara khusus, anda diharapkan dapat
menjelaskan definisi serta implementasi etika dan jenis jenis tantangannya serta upaya
penanggulangan dalam kegiatan bisnis.

Etika Bisnis Dalam Kerja Sama


Seorang wirausaha dengan segala kelebihan dan kekurangannya memerlukan kerja sama dengan
pihak lain, yang pada gilirannya tercapai Win-win Solution. Kerja sama yang baik akan tercipta,
bila kerjasama tersebut dilandasi nilai-nilai kerja sama yang disepakati bersama. Salah satu yang
harus diperhatikan dalam masalah kerja sama usaha ini adalah
“Etika Bisnis dalam Bekerja sama”.
John L. Mariotti (1993) mengungkapkan ada 6 dasar etika bisnis
yang harus diperhatikan, yaitu:
a) Karakter, integritas, dan kejujuran
Setiap orang pada hakekatnya memiliki karakter yang berbeda antara yang satu dengan yang
lain, sehingga karakter menunjukkan personality atau kepribadian seseorang yang menunjukkan
kualitas yang dimiliki oleh seseorang atau sekelompok komunitas tertentu.
Seorang yang memiliki karakter yang baik, biasanya memiliki integritas diri yang tinggi. Jadi,
yang dimaksud dengan integritas adalah sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang
utuh, sehingga dapat memancarkan kewibawaan. Oleh karena itu, seseorang yang berintegritas
tinggi biasanya memiliki kejujuran lebih dari mereka
yang integritas dirinya kurang. Dengan demikian, kejujuran menunjukkan ketulusan hati dan
sikap dasar yang dimiliki setiap manusia.
Sudah seharusnya seorang wirausaha memilih mitra kerja yang selain jujur juga potensial. Ia
juga memiliki karakter dan integritas yang tinggi. Karakter, integritas, dan kejujuran merupakan
tiga hal yang saling terkait atau merupakan satu kesatuan yang membentuk “pribadi tangguh”.
Wachyu Suparyanto (2004) dalam bukunya yang
berjudul “Petunjuk Untuk Memulai Berwirausaha” mengatakan “Mitra kerja yang sempurna
adalah yang mempunyai kemampuan dalam berbagai hal melebihi kemampuan kita serta jujur
karena jika kemampuannya sangat tinggi, tapi tidak jujur dia akan membohongi kita atau dengan
kata lain pagar makan tanaman. Di sisi lain jika mitra
kita jujur tetapi kemampuannya rendah, dia akan membuat kita lelah.”
b) Kepercayaan.
Kepercayaan adalah keyakinan atau anggapan bahwa sesuatu yang dipercaya itu benar atau
nyata. Kepercayaan merupakan modal dalam berbisnis yang tidak muncul begitu saja atau
dadakan, kepercayaan lahir dan dibangun dari pengalaman. Oleh karena itu, kepercayaan
dimunculkan dari proses yang mungkin dalam waktu singkat, bahkan
bisa pula dalam waktu yang lama.
Seorang wirausaha yang akan berkerja sama dengan pihak atau orang lain akan memilih mitra
yang ia percaya, yang telah melalui proses uji kelayakan sebagai mitra. Proses pengujian ini
dapat dilakukan baik melalui pengamatan maupun membaca track record
calon mitra, baik secara langsung maupun melalui pihak lain yang dipercaya. Sudah selayaknya
mitra yang diajak berkerja sama adalah orang atau pihak yang benar-benar dapat dipercaya,
karena sekali salah memilih mitra maka akan sulit membangun kembali
kepercayaan.
c) Komunikasi yang terbuka.
Dikarenakan kerja sama didasarkan atas kepentingan kedua pihak, maka dalam kerja sama usaha
harus ada komunikasi yang terbuka antara keduanya. Komunikasi kedua pihak penting,
mengingat dalam usaha atau bisnis memerlukan banyak informasi untuk menunjang kepentingan
usaha. Pertukaran informasi dan diskusi kedua pihak mengenai usaha bersama yang dijalankan
tidak mungkin terjadi jika salah satu pihak menutup diri atau kurang terbuka. Oleh karena itu,
komunikasi yang terbuka merupakan salah satu dasar bermitra yang harus dibangun.
Untuk memahami masalah komunikasi ini, coba Anda ingat dan buka kembali modul 2 tentang
Kiat mengembangkan Kemampuan Berkomunikasi.
d) A d i l
Telah diungkapkan pada uraian terdahulu bahwa maksud dan tujuan dari kerja sama adalah
“Win-win Solution”, yang bermakna bahwa dalam kerja sama harus ada keadilan di antara kedua
pihak.
Artinya bahwa bila usaha yang dijalankan mengalami kerugian, maka bukan hanya salah satu
pihak saja yang harus menanggung kerugian tersebut, melainkan harus ditanggung bersama.
Begitu pula sebaliknya, bila mendapatkan keuntungan, keduanya pun memperoleh keuntungan.
Besarnya kerugian dan keuntungan bagian masingmasing
ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama pada awal kontrak kerja sama ditandatangani, yang
biasanya didasarkan pada sumbangan masing-masing pihak dalam kerja sama tersebut. Dengan
demikian, adil menunjukkan sikap tidak berat sebelah atau
menguntungkan/merugikan pihak lain. Adil memang mudah untuk diucapkan, namun berat
untuk dilaksanakan oleh manusia karena hanya Allah yang maha adil.
e)Keinginan pribadi dari pihak yang bermitra.
Seorang wirausaha yang melakukan kerjasama usaha dengan pihak lain memiliki motivasi
tertentu, yang dibentuk oleh keinginan-keinginan tertentu yang akan diraihnya dari kerja sama
tersebut. Dapat dikatakan bahwa hampir tidak ada kerja sama yang tidak didasari keinginan-
keinginan tertentu dari pihak yang bermitra tersebut.
Keinginan-keinginan dari kedua pihak dapat keinginan yang bersifat ekonomi, seperti keinginan
untuk lebih maju dan berkembang, keinginan memperluas pasar dan sebagainya, maupun
keinginan nonekonomi, seperti peningkatkan kemampuan dan pengalaman serta pergaulan usaha
yang lebih luas. Keinginan-keinginan tersebut akan
menjadi penggerak atau motivator uantuk menjalankan kerja sama secara harmonis.
f)Keseimbangan antara insentif dan resiko.
Sebagaimana dalam aspek “adil‟ yang diuraikan sebelumnya, aspek keseimbangan antara
insentif dan resiko dapat pula bermakna adil. Artinya, dalam berbisnis, pasti akan ada resiko
yang harus dipikul masing-masing pihak dan ada insentif yang diterima masing-masing sebagai
hasil atau dampak dari resiko yang ditanggung tersebut.
Keseimbangan antara insentif dan resiko senantiasa ada selama kerja sama usaha tersebut ada
dan kedua pihak sepakat untuk tetap mempertahankannya. Bila salah satu pihak sudah tidak
sanggup untuk menjalankan resiko, maka otomatis insentif berupa keuntungan pun tidak akan
diraihnya dan tentu saja ini akan menganggu kontinuitas
kerja sama usaha.

Sumber: http://id.shvoong.com/business-management/entrepreneurship/1943519-etika-bisnis-
dalam-kerja-sama/#ixzz1tohx5WW0

ETIKA BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN


Norma dan Etika Bisnis
Menurut Zimmerer (1996:20), etika bisnis adalah suatu kode rtik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-
nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan.
Etika, pada dasranya adalah suatu komitmen untuk melakukan apa yang benar dan menghindati apa
yang tidak benar.
Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin (200:80), etika bisnis adalah istilah yang sering digunakan
untuk menunjukan perilaku etika dari seorang manajer atau karyawan suatu organisasi.
Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas pemilik kepentingan. Pemilik kepentingan
adalah semua individu atau kelompok yang berkepentingan, dan bepengaruh terhadap keputusann
perusahaan. Ada dua jenis pemilik kepentingan :
Kepentingan internal ; Investor, karyawan, manajemen, dan pimpinan perusahaan.
Kepentingan eksternal ; pelanggan, asosiasi dagang, kreditor, pemasok, pemerintah, masyarakat umum,
dan kelompok khusus yang berkepentingan terhadap perusahaan.
Menurut Zimmerer (1996:21), yang termasuk kelompok kepentingan yang mempengaruhi keputusan
bisnis adalah :
1. Para pengusaha dan mitra usaha
2. Petani dan perusahaan pemasok bahan baku
3. Organisasi pekerja yang mewakili pekerja
4. Pemerintah yang mengatur kelancaran aktivitas usaha
5. Bank penyandang dana perusahaan
6. Investor penanam modal
7. Masyarakat umum yang dilayani
8. Pelanggan yang membeli produk
Selain etika dan perilaku, yang tidak kalah penting yang dalam bisnis adalah norma etika. Menurut
Zimmerer (1996:22), ada tiga tingkatan norma etika, yaitu :
1. Hukum, berlaku bagi masyarakat secara umum yang mengatur perbuatan yang boleh dilakukan dan
tidak boleh dilakukan. Hukum hanya mengatur perilaku minimum.
2. Kebijakan dan prosedur organisasi, memberi arah khusus bagi setiap orang dalam organisasi dalam
mengambil keputusan sehari-hari. Para karyawan akan bekerja sesuai dengan kebijakan dan prosedur
perusahaan / organisasi.
3. Moral sikap mental individual, sangat penting untuk menghadapi suatu keputusan yang tidak diatur
oleh aturan formal.
Menurut Zimmerer (1996), kerangka kerja etika dapat dikembangkan melalui tiga tahap :
- Tahap pertama, mengakui dimensi-dimensi etika yang ada sebagai suatu alternative atau keputusan.
Artinya, sebelum wirausaha menginformasikan suatu keputusan etika yang dibuat, terlebih dahuluia
harus mengakui etika yang ada.
- Tahap kedua, mengidentifikasi pemilik kepentingan kunci yang terlibat dalam pengambilan keputusan.
Setiap keputusan bisnis akan memengaruhi dan dipengaruhi oleh berbagai pemilik kepentingan. Karena
konflik dalam pemilik kepentingan dapat memengaruhi pembuatan keputusan, maka sebelum
keputusan itu dibuat, terlebih dahulu harus dihindari konflik antarpemilik kepentingan.
- Tahap ketiga, membuat pilihan alternative dan membedakan antara tanggapan etika dan bukan etika.
Ketika membuat pilihan alternative tanggapan etika dan bukan etika serta mengevaluasi dampak positif
dan negatifnya, manajer akan menemukan beberapa hal berikut:
(a). prinsip-prinsip dan etika perilaku
(b). hak-hak moral
(c). keadilan
(d). konsekuensi dan hasil
(e). pembenaran publik
(f). intuisi dan pengertian/wawasan-
Tahap keempat adalah memilih tanggapan etika yang terbaik dan mengimlementasikannya. Pilihan
tersebut harus konsisten dengan tujuan, budaya, dan sistem nilai perusahaan serta keputusan individu.
Pihak yang bertanggung jawab terhadap moral etika adalah manajer. Oleh karena itu, ada tiga tipe
manajer dilihat dari sudut etikanya, yaitu:
(1). Manajemen tidak bermoral. Manajemen tidak bermoral didorong oleh kepentingan dirinya sendiri,
demi keuntungan sendiri atau perusahaan.
(2). Manajemen amoral. Tujuan utama dari manajemen amoral adalah laba, akan tetapi tindakannya
berbeda dengan manajemen immoral.
(3). Manajemen bermoral. Manajemen bermoral juga bertujuan untuk meraih keberhasilan, tetapi
dengan menggunakan aspek legal dan prinsip-prinsip etika.
Prinsip-prinsip Etika dan Perilaku Bisnis
Menurut pendapat Michael Josephson (1988) secara universal, ada 10 prinsip etika yang mengarahkan
perilaku, yaitu:
(1). Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, bersifat jujur, sungguh-sungguh, terus-terang, tidak curang,
tidak mencuri, tidak menggelapkan, dan tidak berbohong.
(2). Integritas, yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan yang terhormat, tulus hati berani dan
penuh pendirian / keyakinan, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat, dan dapat dipercaya.
(3). Memeliha janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh komitmen, patuh, tidak
menginterprestasikan persetujuan dalam bentuk teknikal atau legalistic dengan dalih ketidakrelaan.
(4). Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga , teman, karyawan, dan negara, tidak
menggunakan atau memperlihatkan informasi rahasia, begitu juga dalam suatu konteks professional,
menjaga/melindungi kemampuan untuk membuat keputusan profesional yang bebas dan teliti, dan
menghindari hal yang tidak pantas serta konflik kepentingan.
(5). Kewajaran / keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia mengakui kesalahan,
memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan,
serta tidak bertindak melampaui batas atau mengambil keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan
atau kemalangan orang lain.
(6). Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, berbaik hati, belas kasihan, tolog menolong,
kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu yang membahayakan orang lain.
(7). Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat orang lain, kebebasan dan hak menentukan
nasib sendiri bagi semua orang, bersopan santun, tidak merendahkan dan mempermalukan martabat
orang lain.
(8). Warga negara yang bertanggung jawab, yaitu selalu mentaati hukum / aturan, penuh kesadaran
social, dan menghormati proses demokrasi dalam mengambil keputusan,
(9). Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam segala hal, baik dalam pertemuan personal
maupun pertanggungjawaban professional, tekun, dapat dipercaya / diandalkan, rajin penuh komitmen,
melakukan semua tugas dengan kemampuan terbaik, dan mengembangkan serta mempertahankan
tingkat kompetensi yang tinggi.
(10). Dapat dipertanggungjawabkan, yaitu memilki dan menerima tanggung jawab atas. keputusan dan
konsekuensinya serta selalu memberi contoh
Cara-cara Mempertahankan Standar Etika
1. Ciptakan kepercayaan perusahaan
2. Kembangkan kode etik
Topik-topik khas yang ada pada suatu kode etik biasanya memuat tentang :
• ketulusan hati secara fundamental dan ketaatan pada hukum.
• Kualitas dan keamanan produk
• Kesehatan dan keamanan tempat kerja
• Konflik kepentingan
• Praktik dan latihan karyawan
• Praktik pemasaran dan penjualan
• Keamanan / kebebasan
• Kegiatan berpolitik
• Pelaporan financial
• Hubungan dengan pemasok
• Penentuan harga, pengajuan rekening, dan kontrak
• Jaminan dagang / informasi orang dalam
• Pembayaran untuk mendapatkan usaha
• Perlindungan lingkungan
• Informasi pemilikan
• Keamanan kemasan
3. Jalankan kode etik secara adil dan konsisten
4. Lindungi hak perorangan
5. Adakan pelatihan etika
6. Lakukan audit etika secara periodic
7. Pertahankan standar tinggi tentang tingkah laku, tidak hanya aturan
8. Hindari contoh etika yang tercela setiap saat dan etika diawali dari atasan
9. Ciptakan budaya yang menekankan komunikasi dua arah
10. Libatkan karyawan dalam mempertahankan standar etika
Tangung Jawab Perusahaan
Manurut Zimmerer, ada beberapa macam pertangungjawaban perusahaan, yaitu :
1. Tanggung jawab terhadap lingkungan. Perusahaan harus ramah lingkungan, artunya perusahaan
harus memerhatikan, melestarikan, dan menjaga lingkungan.
2. Tanggung jawab terhadap karyawan.
Menurut Zimmerer (2000), tanggung jawab perusahaan terhadap kaeyawan dapat dilakukan dengan
cara :
Mendengarkan dan menghormati pendapat karyawan
Meminta input kepada karyawan\
Memberikan umpan balik positif maupun negatif
Selau menekankan tentang kepercayaan kepada karyawan
Membiarkan karyawan mengetahui apa yang sebenarnya mereka harapkan
Memberikan imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan baik
Memberi kepercayaan kepada karyawan
3. Tanggung jawab terhadap pelanggan
Tanggung jawan social perusahaan terhadap pelanggan menurut Ronald J. Ebert (2000:88) ada dua
kategori, Yaitu (1) Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas; dan (2) Memeberikan harga produk
dan jasa yang adil dam wajar.
Tanggung jawab social perusahaan juga termasuk melindungi hak-hak pelanggan. Menurutnya, ada
empat hak pelanggan, yaitu :
a. Hak mendapatkan produk yang aman
b. Hak mendapatkan informasi segala aspek produk
c. Hak untuk didengar
d. Hak memilih apa yang akan debeli
Sedangkan menurut Zimmerer (1996), Hak-hak pelanggan yang harus dilindungi meliputi:
e. Hak keamanan
f. Hak mengetahui
g. Hak untuk didengar
h. Hak atas pendidikan
i. Hak untuk memilih
4. Tanggung jawab terhadap investor
5. Tanggung jawab terhadap masyarakat

You might also like