You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanan dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau tantangan fisik memerlukan bantuan perawat untuk melakukan praktik kesehatan yang rutin. Selain itu beragam faktor pribadi dan social mempengaruhi praktik hygiene klien. Praktik hygiene sama dengan peningkatan kesehatan. Kulit merupakan garis tubuh pertama dari pertahanan melawan infeksi. Sikap seseorang melakukan hygiene perorangan dipengaruhi oleh sejumlah factor. Salah satunya adalah factor pengetahuan. Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian pengetahuan saja tidak cukup. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan diri (Potter and Perry, 2005).

Personal hygiene (kebersihan diri) adalah tindakan perawatan diri sendiri untuk menjaga diri dari penyakit dan sesuatu yang merugikan diri kita (Andry, 2004).

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus di perhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan.

Praktik hygiene seseorang di pengaruhi oleh faktor pribadi, sosial dan budaya.jika seorang sakit, biasanya masalah kebersiahan kurang

diperhatikan. Hal ini terjadi karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut di biarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum (Laily. 2012)

Perilaku untuk membersihkan diri sangat penting dalam upaya mencegah kesakitan dan mencegah terjangkitnya penyakit terutama penyakit yang berhubungan dengan kurangnya kebersihan diri. Kurangnya kebersihan diri bisa menimbulkan penyakit, misalnya skabies. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya (Mansjoer, 2000). Penyakit ini

ditularkan dengan kontak jarak dekat antara manusia dengan manusia. Infeksi sering ditemukan pada anak-anak dan orang dewasa yang secara seksual aktif. Keluhan utama dari penderita ini adalah keluhan gatal (pruritus) (Price & Wilson, 1995).

Scabies mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan langsung dengan penderita maupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk, bantal, air atau sisir yang pernah digunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau Sarcoptes scabiei. Penularannya biasanya oleh sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi dan kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak pemeliharaan misalnya anjing. Skabies menyebabkan rasa gatal pada pada malam hari.

Salah satu fakor yang dapat membantu penyebara scabies higiene yang jelek (Ronny, 2008).

Menurut penelitian WHO, Scabies termasuk 9 penyakit yang yang timbul akibat krisis air pada tahun 2011 (Dian, 2011 dalam www.tempo.co).

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi skabies di Puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6-12,95% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Pada bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan 5,77% dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6% dan 3,9% (Sungkar, 1995).

Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan provinsi lampung tahun 2007, scabies termasuk dalam dalam 36 besar penyakit di puskesmas lampung dengan jumlah penderita 6.834 orang (Profil Kesehatan Lampung, 2007)

Berdasarkan presurvey peneliti pada 5 orang penghuni asrma keperawatan putra poltekes tanjungkarang, didapatkan data sebanyak 3 orang (60%) mengatakan pernah terkena scabies dengan pola personal hygiene yang buruk dan sebanyak 2 orang (40%) mengatakan pernah terkena scabies dengan pola personal hygiene yang baik.

Dari latar belakang masalah diatas peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Personal Hygiene Terhadap Resiko Kejadian Scabies Di Asrama Putra Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Tahun 2012.

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Hubungan Personal Hygiene Terhadap Resiko Kejadian Scabies Di Asrama Putra Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Tahun 2012.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Personal Hygiene Terhadap Resiko Kejadian Scabies Di Asrama Putra Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Tahun 2012.

1.3.2

Tujuan Khusus 1. Diketahuinya Distribusi Frekuensi Personal Hygiene Di Asrama Putra Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Tahun 2012. 2. Diketahuinya Distribusi Frekuensi Kejadian Scabies Di Asrama Keperawatan Putra Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Tahun 2012. 3. Mengetahui Hubungan Antara Personal Hygiene Dengan Scabies Di Asrama Keperawatan Putra Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Tahun 2012

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi penulis

Sebagai pengalaman yang sangat berharga serta menambah wawasan ilmu pengetahuan dibidang penelitian dan sebagai penerapan mata kuliah Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang didapat selama mengikuti pendidikan di Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Program Studi Keperawatan.

1.4.2

Bagi Penghuni Asrama Dengan adanya penelitian ini diharapkan sebagai masukan kepada penghuni asrama agar lebih memperhatikan kebersihan dirinya sehingga tidak terkena penyaakit scabies lagi.

1.4.3

Bagi Institusi Prodi Keperawatan Tanjungkarang Sebagai bahan masukan atau informasi bagi Politeknik Kesehatan Depkes Program Studi Keperawatan Tanjungkarang untuk selalu mengingatkan mahasiswa baru yang tinggal di asrma agar menjaga kebersiahn diri dan dapat mengurangi kejadian scabies.

1.4.4

Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan dasar untuk melakukan penelitian hubungan lingkungan terhadap kejadian scabies.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Personal Hygiene 2.1.1 Definisi Personal Hygiene Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik dan psikisnya (Laila, 2012).

2.1.1

Macam-Macam Personal Hygiene

1. Perawatan kulit kepala dan rambut 2. Perawatan mata 3. Perawatan hidung 4. Perawatan telingga 5. Perawatan kuku kaki dan tangan 6. Perawatan perineum 7. Perawatan kulit seruruh tubuh 8. Perawatan tubuh secara keseluruhan

2.1.2

Tujuan Personal Hygiene

1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang 2. Memelihara kebersihan diri seseorang 3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang 4. Mencagah penyakit 5. Menciptakan keindahan 6. Meningkatkan rasa percaya diri

2.1.3

Prinsip Personal Hygiene 1. Kulit Cara Perawatan kulit adalah sebagai berikut : 1. Biasakan mandi minimal 2x sehari atau setelah beraktivitas 2. Gunakan sabun yang tidak bersifat iritatif. 3. Sabuni seluruh tubuh terutama area lipatan kulit seperti sela-sela jari, ketiak, belakang teling, dan lain-lain. 4. Jangan gunakan sabun mandi untuk wajah 5. Segera keringkan tubuh dengan handuk yang lembut dari wajah, tangan, badan hingga kaki.

2. Kuku Cara-cara dalam merawat kuku antara lain :

1. Kuku jari tangan dapat di potong dengan pengikir atau memotongnya dalam bentuk oval (bujur) atau mengikuti bentuk jari. Sedangkan kuku kaki di potog dalam bentuk lurus. 2. Janngan memotong kuku terlalu pendek karena bisa melukai selaput kulit dan kulit di sekitar kuku. 3. Jangan membersihkan kotoran di balik kuku dengan benda tajam, sebab akan merusak jaringan dibawah kuku. 4. Potong kuku seminggu sekali atau sesuai kebutuhan. 5. Khusus untuk jari kaki, sebaiknya kuku dipotong segera setelah mandi atau direndam dengan air hangat terlebih dahulu. 6. Jangan menggigiti kuku karena akan merusak bagian kuku.

3. Rambut Cara-cara merawat rambut antara lain : 1. Cuci rambut 1-2 kali seminggu (atau sesuai kebutuhan) dengan memakai shampoo yang cocok. 2. Pangkas rambut agar terlihat rapi. 3. Gunakan sisir yang bergigi besar untuk merapikan rambut keriting dan olesi rambut dengan minyak. 4. Jangan gunakan sisir yang bergigi tajam karrena bias melukai kulit kepala. 5. Pijat0pijat kulit kepala pada saat mencuci rambut untuk merangsang pertumbuhan rambut.

6. Pada jenis rambut ikal dan keriting, sisir rambut mulai dari bagian ujung hingga ke pangkal dengan pelan dan hati-hati.

4. Gigi dan Mulut Cara Merawat gigi dan mulut antara lain : 1. Tidak makan-makanan yang terlalu manis dan asam. 2. Tidak menggunakan gigi untuk mengigit dan mencongkel benda keras (misalnya membukan tutup botol). 3. Menghindari kecelakaan seperti jatuh yang dapat menyebabkan gigi patah. 4. Menyikat gigi sesuddah makan dan khususnya sebelum tidur. 5. Memakai sikat gigi yang berbulu banyak, halus, dan kecil sehingga dapat menjangkau bagian dalam gigi. 6. Meletakan sikat pada sudut 450 di pertemuan antara gigi dan gusi dan sikat menghadap kea rah yang sama dengan gusi. 7. Menyikat gigi dari atas ke bawah dan seterusnya. 8. Memeriksakan gigi secara teratur setiap 6 bulan.

5. Mata Cara merawat mata antara lain : 1. Usaplah kotoran mata dari sudut mata bagian dalam kesudut bagian luar. 2. Saat mengusap mata gunakanlah kain yang paling bersih dan lembut.

3. Lindungi mata dari kemasukan debu dan kotoran. 4. Bila menggunakan kaca mata, hendaklah selalu di pakai. 5. Bila mata sakit cepat periksakan kedokter.

6. Hidung Cara merawat hidunng antara lain : 1. Jaga agar lubang hidung tidak kemasukan air atau benda ecil. 2. Jangan biarkan benda kecil masuk ke dalam hidung, sebab nantinya dapat terhisap dan menyumbat jalan nafas serta menyebabkan luka pada membrane mukosa. 3. Sewaktu mengeluarkan debu dari lubang hidung, hembuskan secara perlahan dan membbiarkan kedua lubang hidung tetap terbuka. 4. Jangan mengeluarkan kotoran dari lubang hidung dengan menggunakan jari karena dapat mengiritasi mukosa hidung.

7. Telinga Cara-cara merawat telinga antara lain sebagai berikut : 1. Bila ada kotoran yang menyumbat telinga, keluarkan secara pelan dengan menggunakan penyedot telinga. 2. Bila menggunakan air yang di semprotkan, lakukan dengan hatihati agar tidak menimbulkan kerusakan pada telinga akibat tekanan air yang berlebihan.

3. Aliran air yang masuk hendaklah di arahkan ke saluran telinga dan bukan langsung ke gendang telinga. 4. Jangan menggunakan peniti atauu jepit rambut untuk

membersihkan kotoran telinga karena dapat menusuk gendang telinga.

8. Perineum Pada wanita, perawatan perineum dilakukan dengan membersihkan area genetalia ekterna pada saat mandi. Umumnya, wanita lebih suka melakukannya sendiri tanpa bantuan orang lain apabila mereka masih mampu secara fisik.sedangkan pada pria, perawatan yang sma juga dilakukan 2 kali sehari saat mandi, terutama pada mereka yang belum di sirkumsisi. Adanya kulup pada penis menyebabkan urine mudah menumpuk di sekitar glan penis .kondisi ini lama kelamaan dapat menyebabkan berbagai penyakit, contohnya kanker penis.

2.1.4

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene 1. Body image Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya. 2. Praktik social Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola Personal Hygiene

3. Status sosial-ekonomi Personal Hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya 4. Pengetahuan Pengetahuan Personal Hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita DM ia harus menjaga kebersihan kakinya. 5. Budaya Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu maka tidak boleh dimandikan. 6. Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan dirinya seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain. 7. Kondisi fisik Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.1.5

Dampak yang Sering Timbul pada Masalah Personal Hygiene 1. Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku. 2. Dampak Psikososial Masalah social yang berhubungan dengan Personal Hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.2 Teori Skabies 2.2.1 Pengertian Skabies Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya (Mansjoer, 2000).

2.2.2

Penyebab Skabies Penyebab penyakit skabies adalah Sarcoptes scabiei var. hominis Faktor penunjang penyakit ini antara lain adalah social ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, sering berganti pasangan seksual, perkembangan demografis serta ekologik (Mansjoer, 2000).

2.2.3

Cara Penularan

1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabatan tangan tidur bersama, dan hubungan seksual. 2. Kontak tak langsung (melalui bensa), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain. Penularannya biasanya oleh sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi dan kadang-kadang oleh benruk larva. Dikenal pula sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak pemeliharaan misalnya anjing (Ronny, 2008).

2.2.4

Patogenesis Skabies Kelainan kulit disebabkan tungau skabies dan garukan gatal akibat sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau kurang lebih sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder (Mansjoer, 2000).

2.2.5

Gambaran Klinis Skabies

Gejala klinis dari skabies adalah: (Mansjoer, 2000).

1. Pruritus nocturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab. 2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya,

sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. 3. Adanya terowongan pada tempat-tempat yang sering terkena, seperti sela-sela jari tangan, pergelangan tangan, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,umbilicus, bokong dan perut bagian bawah. Terowongan ini berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul dan vesikel. 4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic

2.2.6

Pengobatan Skabies Obat yang biasa digunakan adalah salep permethrin yagn visa dioleskan ke selurah tubuh bahkan wajah dan kepala (kecuali mata, lubang hidung, lubang mulut, lubang telinga, lubang pantat, dan lubang vagina kemudian dibiarkan semalaman, atau benzil benzoat 25% yang juga bisa dioleskan keseluruh tubuh bahkan wajah dan kepala (kecuali mata, lubang hidung, lubang mulut, lubang telinga, lubang pantat, dan lubang vagina) dibiarkan selama 24 jam. Untuk anak dibawah usia 2 bulan, berikan krim sulfur 5% atau krim krotamiton 10%. Untuk kutu kulit norweiga, berikan tambahan obat minum ivermektin. Jika penyakit belum sembuh, atau terjadi komplikasi di kulit, hubungi ahli kulit. Untuk infeksi menengah ke berat, berikan obat anti kutu ini selama 14 hari. Anak dan pekerja yang terinfeksi harus

dirumahkan selama 3 hari dan baru boleh masuk kerja atau sekolah stelah 2 hari diobati (Bennet, 2009).

2.2.7

Kerangka Teori Sosial ekonomi rendah

Hygiene buruk
Sering berganti pasangan seksual Kesalahan diagnostik Perkembangan demografis

Kejadian Scabies

(Masjoer, 2000)

Masjoer mengungkapkan bahwa faktor penunjang penyakit scabies antara lain social ekonomi rendah, hygiene buruk, sering berganti pasangan seksual, keslahan diagnosis, dan perkembangan demorafis serta ekologik.

BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN

3.1 Kerangka Kerja Penelitian Kerangka kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Personal Hygiene

Scabies

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian

3.2 Pertanyaan Penelitian Bagaimanakah Hubungan Personal Hygiene Terhadap Resiko Kejadian Scabies Di Asrama Putra Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Tahun 2012?

3.3 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah Hubungan Personal Hygiene Terhadap Resiko Kejadian Scabies Di Asrama Putra Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Tahun 2012.

3.4 Definisi Operasional Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel

Definisi Operasional

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur

Skala Ukur

Personal Hygiene

Suatu tindakan untuk memelihara kebersiahan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik maupun psikisnya. fisik

Kuisioner

Lembar Kuisioner

Baik Buruk

Ordinal

Scabies

Penyakit kulit Wawancara Pertanyaan Pernah yang disebabkan oleh infestasi wawancara Tidak Pernah

Ordinal

dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei hominis var. dan

produknya.

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian yang mengumpulkan data sesaat atau data diperoleh pada saat itu juga (Suyanto, 2003). Penelitian ini ingin mencari Hubungan Personal Hygiene Terhadap Resiko Kejadian Scabies Di Asrama Putra Keperawatan Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Tahun 2012.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi Populasi adalah semua objek yang akan diteliti (Arikunto, 1998). Populasi pada penelitian ini adalah semua Mahasiswa Di Asrama Keperawatan Putra Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Tahun 2012, sebanyak 76 orang. 4.2.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi (Arikunto, 1998). Sampel pada penelitian ini adalah seluruh Mahasiswa Di Asrama Keperawatan Putra Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Tahun 2012, sebanyak 76 orang. Menurut Arikunto (2006) jika subjek kurang dari 100 maka sebaiknya

diambil semua sebagai sampel, sehingga sampel pada penelitian ini sebanyak 76 orang.

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan April Di Asrama Keperawatan Putra Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Tahun 2012.

4.4 Etika Penelitian Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengurus surat izin dari institusi Poltekkes Prodi Keperawatan Tanjungkarang dan lembar persetujuan untuk responden dan informed consent kepada Pimpinan Bagian Kemahasiswan Poltekkes Tanjung Karang Jurusan Keperawatan dan Bapak Asrma.

4.5 Pengumpulan Data 4.5.1 Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data pada penelitian ini adalah lembar Lembar Kuisioner dan Pertanyaan Wawancara 4.5.2 Pengumpulan Data Data dikumpulkan dengan cara menanyakan langsung pernah terkena scabies/tidak dan bila pernah langsung diberikan lembar kuisoner yang diisi pada saat itu juga dan di kumpulkan pada hari itu juga.

4.6 Pengolahan Data Menurut Hastono (2007), pengolahan data pada penelitian melalui tahap:

4.6.1

Editing Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas, relevan dan konsisten.

4.6.2

Coding Koding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan.

4.6.3

Processing Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang sudah di entry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer.

4.6.4

Cleaning Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

4.7 Analisa Data 4.7.1 Analisa Univariat Analisis ini digunakan hanya untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun variabel independen (Hastono, 2007). P=

f x 100%
n

Keterangan : P f = Persentase = Jumlah responden yang terkait

= Jumlah seluruh responden

4.7.2

Analisa Bivariat Analisa ini digunakan untuk menganalisa hubungan dua variabel yaitu variabel dependen dan independen yang keduanya merupakan variabel kategorik. Uji yang digunakan dalam analisa ini adalah uji statistik Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95% (Hastono, 2007).
x2

O E 2
E

Keterangan: x2 = Chi Square hitung O = nilai observasi (frekuensi yang terjadi) E = nilai ekspektasi (frekuensi harapan)

Interpretasi dari rumus diatas adalah sebagai berikut: tentukan batas kritis (0,05), dengan nilai x2 hitung dari nilai df, tentukan nilai p value pada tabel .Chi Square. Bila p value (0,05), Ho ditolak berarti adanya hubungan yang bermakna (signifikan). Bila p value > (0,05), Ho gagal ditolak berarti tidak adanya hubungan yang bermakna (signifikan).

4.8 Jadwal Penelitian No Kegiatan 1 2 Pengajuan judul Prasurvey Alokasi Waktu Maret Maret

3 4 5 6 7

Konsultasi proposal Seminar proposal Pengumpulan data Pengolahan data Sidang KTI

Maret-April April Juni-Juli Juli Agustus

4.9 Sarana Penelitian 4.9.1 Alat tulis Alat tulis digunakan untuk merekapitulasi jawaban dari responden sebelum dimasukkan kedalam tabel dalam komputer. 4.9.2 Komputer Digunakan untuk mengolah data setelah angket terisi oleh responden.

You might also like