You are on page 1of 12

TUGAS HUKUM PIDANA EKONOMI PENGGELAPAN PAJAK DENGAN HUBUNGANNYA TERHADAP KEJAHATAN WHITE COLLAR CRIME DAN TINDAK

PIDANA KORUPSI
Dibuat Guna Memenuhi Tugas UKD 3 Yang Diampu oleh Bpk. R. Ginting, S.H., M.H.

Disusun Oleh : Monica Kristianti S. E0010233

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN
Saat ini seperti kita ketahui, salah satu penyumbang terbesar dalam mengisi kas negara adalah pajak. Sehingga, Indonesia pun banyak menggantungkan sumber pendapatan negara dari pajak yang diterima dalam 1 tahun. Data tahun 2006 adalah selama 5 tahun dari tahun 2001-2005, Indonesia dapat mengumpulkan dana dari pajak sekitar 1.040 triliun rupiah. (sumber: id.wikipedia.org). Dengan pemasukan sebesar itu, Indonesia dapat melakukan pemenuhan kebutuhan dalam melakukan rancangan APBN dalam setahun. Namun, kenyataannya dalam pemungutan pajak ada oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang menyalahgunakan pajak yang harusnya diterima. Yang harusnya pajak itu dinikmati bersama oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia, namun karena oknum-oknum tersebut akhirnya mengurangi pendapatan pajak yang harusnya dapat dinikmati. Sampai saat ini, belum ada titik temu untuk dapat menyelesaikan masalah ini. Untuk dapat mengurangi kejahatan pajak yang terjadi di Indonesia, ini disebabkan karena birokrasi yang sangat sulit sehingga menyebabkan munculnya penggelapan pajak dalam kegiatan pemungutan pajak terhadap masyarakat. Pajak yang harusnya dapat diberlakukan tetapi karena adanya kejadian ini membuat masyarakat akhirnya hilang kepercayaan kepada pemerintah untuk mereka dapat membayar pajak dengan rutin dan tepat waktu sesuai asas dari pemungutan pajak. Penggelapan pajak yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dalam mengurus pajak dapat dimasukkan dalam kejahatan white collar crime atau kejahatan berkerah putih yang sering disebut pula kejahatan profesi. Yaitu setiap mereka yang menyalahgunakan profesi yang ia geluti untuk mengambil apa yang bukan menjadi miliknya. Penggelapan pajak adalah tindak pidana karena merupakan rekayasa subyek (pelaku) dan obyek (transaksi) pajak untuk memperoleh penghematan pajak secara melawan hukum, dan penggelapan pajak boleh dikatakan merupakan virus yang melekat pada setiap sistem pajak yang berlaku di hampir setiap yurisdiksi. Penggelapan pajak mempunyai risiko terdekteksi, serta mengundang sanksi pidana badan dan denda. Tidak tertutup kemungkinan bahwa untuk meminimalkan risiko terdeteksi biasanya para pelaku penggelapan pajak akan berusaha menyembunyikan atau mengaburkan asal-usul "hasil kejahatan" (proceeds of crime) dengan

melakukan tindak kejahatan lanjutannya

yaitu praktik pencucian

uang, agar dapat

memaksimalkan utilitas ekspektasi pendapatan dari penggelapan pajak tersebut. Oleh sebab itulah, tindak kejahatan di bidang perpajakan termasuk salah satu tindak pidana asal (predicate crime) dari tindak pidana pencucian uang. Kejahatan di bidang perpajakan digolongkan sebagai "kejahatan luar biasa" (extra ordinary crimes) dan biasa pula disebut "kejahatan kerah putih" (white collar crime) karena umumnya dilakukan oleh orang-orang terdidik dan terhormat yang memiliki kedudukan penting baik di lingkungan penyelenggara negara maupun di kalangan pengusaha dan profesional. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa kejahatan di bidang perpajakan tidak jarang dilakukan oleh oknum petugas pajak, atau dilakukan bersama-sama (kolusi) dengan orang-orang yang terkait dengan institusi perpajakan berselimut yuridis formil, baik sebagai pembantu, pelaku penyuruh maupun pelaku intelektualnya. Hal ini menyebabkan munculnya tindak pidana korupsi yang berasal dari penggelapan pajak yang dilakukan oleh oknum-oknum dalam kejahatan berkerah putih. Hal ini pula yang menyebabkan kesulitan untuk pemerintah dapat mengatasi dalam penggelapan pajak ini. Seperti halnya ditusuk dari belakang itulah yang dirasakan oleh pemerintah yang mencoba untuk mengatasi masalah penggelapan pajak yang menimbulkan korupsi dan kerugian bagi negara karena pmerintah sendiri dikelabui oleh pihak-pihak yang seharusnya membantu untuk mengatasi permasalahan korupsi tetapi kenyataannya dari pihak merekalah yang melakukan kejahatan itu dengan melakukan kejahatan white collar crime untuk mengambil keuntungan bagi diri mereka sendiri. Semua ini membuat negara menderita banyak kerugian, seharusnya pemerintah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dengan niat mengatasi korupsi. Namun karena hal itu, pemerintah menjadi kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Dan perkembangan kejahatan dalam tindak pidana ekonomi yang terus berkembang namun tidak di dukung dengan hukum yang setara membuat permasalahan ini terus berlarut-larut. Hal ini yang membuat penulis mengangkat tema ini, yang menyebabkan permasalahan pemberantasan korupsi semakin sulit dilakukan di Indonesia karena munculnya kejahatan white collar crime yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang yang tidak mudah untuk dapat mengusut kejahatan ini. Karena semakin banyak kemudahan untuk memutar balikkan hukum

yang ada di Indonesia. Dan kejahatan ini tidak hanya dilakukan oleh 1 orang tetapi oleh banyak orang, yang saling melindungi satu sama lain dan dilindungi pula oleh hukum.

BAB II PERMASALAHAN
Dalam hal ini, penulis akan mengangkat permasalahan yang sudah ada di masyarakat saat ini dalam tindak pidana penggelapan pajak yang dilakukan oleh orang-orang yang melakukan kejahatan white collar crime yang membawa kerugian negara dan akhirnya digolongkan kepada tindak pidana korupsi. Disini akan dibahas permasalahan ini dengan beberapa pertanyaan yaitu: Apa yang dimaksud dengan white collar crime yang juga digolongkan menjadi tindak pidana korupsi? Bagaimana hubungan penggelapan pajak dengan terjadinya kejahatan white collar crime? Bagaimana hubungan penggelapan pajak yang diketegorikan sebagai tindak pidana korupsi dengan terjadinya white collar crime? Ketiga permasalahan inilah yang akan dibahas oleh penulis dalam makalah ini. Untuk dapat menemukan apa penyelesaian yang dapat dilakukan untuk dapat mengatasi tindak pidana korupsi dalam masalah perpajakan dan akan adanya pemerintah yang bersih dari kejahatan white collar crime.

BAB III PEMBAHASAN

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang, sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk

pengeluaran pembangunan. Dalam prakteknya pajak harus dipungut setiap tahunnya yang natinya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara seperti APBN dan pengeluaran untuk pemenuhan sarana dan prasarana umum. Tetapi dalam perkembangannya dari pemungutan pajak ini ada penyimpangan yang akhirnya dalam pengelolaan. Yang kemudian muncullah penggelapan pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak kepada pihak yang berwenang untuk mengelolanya. Kejahatan ini sering dilakukan oleh badan hukum dengan cara membuat pemalsuan pajak agar pajak yang dibayarkan tidak terlalu besar namun ada pula yang dilakukan oleh pegawai pajak yang akhirnya menimbulkan kolusi dan pegawai yang berwenang. Kejahatan ini sering disebut juga white collar crime yang muncul akibat perkembangan tindak pidana ekonomi di dunia yang terus berkembang. White collar crime sendiri muncul untuk pertama kali diperkenalkan oleh Edwin H. Sutherland pada tahun 1993. White collar crime disebut juga dengan istilah Organizational Crime, Organized Crime, dan business crime ada pula yang memakai istilah occupational deviance, corporate and government deviance, dan illegal corporate behavior. Kejahatan korporasi dibagi menjadi 4 kategori yaitu: Pertama adalah kejahtan korporasi, yang dilakukan oleh para eksekutif demi kepentingan dan keuntungan perusahaan yang berakibat kerugian pada masyarakat. Misal kejahatan lingkungan, kejahatan pajak, dan sebagainya. Kedua, kejahatan yang dilakukan oleh pejabat atau birokrat seperti korupsi.

Ketiga, kejahatan di lingkungan professional, pelakunya meliputi lingkungan professional seperti dokter, akuntan, pengacara, dan lain-lain yang memiliki kode etik. Keempat, kejahatan yang dilakukan oleh individu untuk mendapat keuntungan pribadi.

Dari keempat kategori di atas kita dapat menggolongkan penggelapan pajak masuk ke dalam kategori tersebut. Penggelapan pajak yang dilakukan oleh pihak eksekutif untuk kepentingan pribadi atau bersama, yang juga dilakukan oleh para pihak yang berwengan di bidangnya yang menyebabkan kerugian negara dan menimbulkan adanya korupsi. Itulah efek domino dari kejahatan penggelapan pajak, yang tadinya mungkin hanya dilakukan individu tapi kemudian membawa banyak oknum yang ada di dalamnya untuk menikmati uang dari penggelapan pajak sehingga terciptalah korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum dalam white collar crime. Kejahatan pajak merupakan salah satu contoh di antara kejahatan ''kerah putih'' (whitecollar crimes). Ia memiliki kerumitan tersendiri. Karena itulah, pendekatann konvensional yang hanya menggunakan regulasi perpajakan, tanpa melapisi dengan undang-undang tindak pidana korupsi, diperkirakan tidak akan berhasil. Hal ini, akhirnya membawa kejahatan penggelapan pajak yang masuk ke dalam kategori white collar crime harus diselesaikan dengan undangundang tindak pidana korupsi. Dan oknum yang melakukan white collar crime dalam penggelapan pajak sering disebut juga dengan sebutan mafia pajak. Dan mafia pajak tidak hanya berhenti sampai disitu yang menimbulkan kerugian lebih besar lagi adalah undang-undang yang berlaku yang dapat diputarbalikkan. Yang membuat kerumitan lain adalah orang-orang yang ada di dalamnya biasanya sudah mengerti seperti apa lahan yang akan dipakai untuk melakukan kejahatan missal seperti penggelapan pajak, mereka sudah mengerti sistem pajak itu seperti apa dengan kekurangan dan kelebihannya. Selain itu, penggelapan pajak selain masuk dalam kategori white collar crime juga masuk dalam tindak pidana korupsi. Seperti halnya pengertian korupsi sendiri yang asal katanya berasal dari bahasa Latin corruption dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik, menyogok. Sedangkan istilah korupsi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia: Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya. Secara harfiah, korupsi adalah perilaku pejabat publik baik

politikus/politisi maupun pegawai negeri yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya orang yang dekat dengannya dengan menyalahgunakan kekuasaan politik. Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsureunsur sebagai berikut: Perbuatan melawan hukum; Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana; Memperkaya diri sendiri atau orang lain; Merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara;

Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi yang lain, diantaranya: Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan); Penggelapan dalam jabatan; Pemerasan dalam jabatan; Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara Negara) Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara Negara)

Dari penjelasan di atas dapat dilihat mengapa penggelapan pajak yang masuk kategori white collar crime masuk juga ke dalam kategori tindak pidana korupsi. Hal ini menyulitkan untuk penegak hukum dan pemerintah dalam mengatasinya, sedangkan kalu tidak secepatnya diatasi maka kejahatan ini akan semakin meluas dan tidak akan pernah selesai. Negara pun akan selalu menderita kerugian yang semakin besar dari tahun ke tahun karena adanya penggelapan pajak tersebut. Kejahatan kerah putih dan tindak pidana korupsi dalam penggelapan pajak yang endemik dan sistemik di negara kita adalah produk dari lemahnya tampilan penegak hukum. Tidak terlalu salah jika kita mengatakan, kejahatan kerah putih di negara ini adalah karakter dari bangsa yang begitu permisif dan kompromis. Hukum dengan mudah diperjualbelikan dengan harga kompromi. Rakyat tetap terpuruk dalam kawah krisis dan kemiskinan yang terus melilit hidupnya. Kejahatan kerah putih berjalan sendiri dan menetapkan kebijakan sejauh dapat memberikan peluang kepadanya untuk terus melestarikan eksistensinya. Salah satu pokok mengapa kejahatan kerah putih di negara kita yang tampil dengan banyak wajah sehingga sulit diberantas adalah karena esensi kedaulatan rakyat tidak pernah ditegakkan. Kedaulatan hanya terwujud lima tahun sekali dalam momentum pemilu. Di lain

pihak tidak ada empati politik dari para politisi dan pemegang kekuasaan pada negara membuat kejahatan kerah putih terus ada dan merebak. Adanya kerugian negara seperti disebutkan di atas menjadi dasar kasus manipulasi pajak dapat dijerat dengan korupsi. Penggunaan UU Tindak Pidana Korupsi (UU 31/1999 jo 20/2001) untuk menjerat pihak yang diduga mafia pajak secara berlapis. Hal itu bertujuan nanti pelaku tidak dibebaskan di pengadilan karena berlindung di balik sejumlah kelemahan Undang-Undang Perpajakan. Sangat memungkinkan sebuah kasus pidana pajak dialihkan ke sekadar pertanggungjawaban administratif dan perdata. Sehingga, harus ada tindakan hukum yang tegas untuk dapat menjerat oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dalam pemerintahan yang menyalahgunakan wewenangnya untuk melakukan korupsi yang menimbulkan kerugian negara yang sangat besar.

BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan a. Kesimpulan Umum Kejahatan di tindak pidana ekonomi terus berkembang dari hari ke hari namun sampai saat ini belum ada penjelasan yang pasti apakah undang-undang yang dipakai dapat memback up kejahatan tersebut. Sehingga, kejahatan itu tidak berkembang terus tetapi ada penyelesaian yang pasti untuk tindak pidana yang terus menerus merugikan negara bermiliar-miliar jumlahnya. Efek domino yang dihasilkan dari tindak pidana yang berkembang di Indonesia bahkan dunia menjadi semakin rumit diselesaikan. Karena tidak hanya menimbulkan dan dikategorikan dalam 1 kejahatan saja tetapi juga kedalam beberapa kejahatan yang menimbulkan pertentangan dalam penyelesaiannya satu sama lain. White collar crime pun terus berkembang dan hidup di pemerintahan terutama karena dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang dalam perpajakan yang melakukan penggelapan pajak. Birokrasi yang rumit pun merupakan salah satu andil untuk akhirnya muncul penggelapan pajak yang dilakukan oleh para mafia pajak dalam praktek white collar crime di Indonesia yang menimbulkan adanya korupsi. Penggelapan pajak, white collar crime, dan tindak pidana korupsi seperti menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan untuk terjadinya kejahatan. Dan dengan itu diperlukan adanya undang-undang berlapis yang bisa saling memback up undang-undang yang satu dengan yang lain.

b. Kesimpulan Umum White collar crime masuk ke dalam kategori tindak pidana korupsi karena ada unsur-unsur dalam white collar crime yang masuk ke dalam kategori tindak pidana korupsi seperti mengakibatkan kerugian negara, penyalahgunaan

kewenangan atau jabatan, melawan hukum, dan menguntungkan pihak lain atau pihak sendiri. Terjadinya penggelapan pajak tidak dapat dipisahkan dengan white collar crime karena oknum-oknum yang tidak bertanggung jawablah yang menyebabkan adanya penggelapan pajak. Dan untuk pelaku white collar crime sendiri dalam penggelapan pajak di sebut pula mafia pajak. Namun, konteks white collar crime tidak berhenti sampai disana karena bukan hanya pegawai pajak yang berhubungan dengan pajak yang dapat melakukan penggelapan pajak namun juga korporasi yang membuat pemalsuan pajak atau kejahatan pajak untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayarkan. Hubungan penggelapan pajak, tindak pidana korupsi dan white collar crime tidak dapat dipisahkan karena intinya adalah satu yaitu menyebabkan kerugian yang besar pada pendapatan negara.

2. Saran-saran Harus ada reformasi hukum untuk membatasi bahkan memberantas kejahatan dalam tindak pidana ekonomi sehingga ada jalan keluar untuk memperbaiki moral negara yang merupakan negara hukum. Ada undang-undang yang benar-benar mencakup kejahatan tersebut sehingga undang-undang yang tidak menjadi pedang bermata dua sehingga seharusnya dapat menjerat pelaku dengan hukuman yang setimpal sehingga ada efek rehabilitasi untuk pelaku dan efek peringatan untuk setiap orang yang akan melakukan kejahatan yang sama. Pembaharuan birokrasi dalam pemerintahan juga dapat mengurangi untuk adanya kejahatan atau tindak pidana korupsi dalam penggelapan pajak, sehingga white collar crime tidak dapat berkembang dengan bebas karena ada birokrasi yang baik dan bersih di pemerintahan. Mulai menanamkan budaya bersih dari korupsi kepada diri sendiri dan lingkungan sekitar.

BAB V DAFTAR PUSTAKA

Djaja, Ermansyah. 2009. Memberantas Korupsi Bersama KPK. Jakarta : Sinar Grafika. Duaji, Susno. 2009. Selayang Pandang dan Kejahatan Asal. Bandung: Books Trade Center, hal. 14 Hamzah, Andi. 2007. Pemberatasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Setiadi, Edi dan Rena Yulia. 2010. Hukum Pidana Ekonomi. Yogyakarta: Graha Ilmu. www.wikipedia.org
http://www.equator-news.com http://www.susnoduadji.com http://www.pn-pandeglang.go.id http://repository.usu.ac.id

You might also like