Professional Documents
Culture Documents
MONOTREMATA
(PLATYPUS DAN ECHIDNA)
Disusun oleh:
Nama NIM
Irsyani Bakria 05.51287.01700.08
Tyas Melani Sari 05.51286.01699.08
Monotremata berasal dari kata monos yang artinya tunggal dan trema yang
berarti lubang; menunjuk pada kloaka. Monotremata adalah mammalia yang
bertelur, bukannya beranak seperti marsupialia (Metatheria) dan mammalia
berplasenta (Eutharia).
♣ Karakteristik Umum
Seperti mamalia lainnya, monotremata berdarah panas dengan kadar
metabolik yang tinggi (walaupun tidak setinggi mammalia lainnya); tubuhnya
berambut, memproduksi susu untuk menyusui anak mereka, memiliki tulang
tunggal pada rahang bawahnya; dan memiliki tiga tulang telinga tengah.
Monotremata terdiri dari 4 famili yaitu Kollikodontidae (punah),
Ornithorhynchidae, Tachyglossidae, dan Steropodontidae (punah).
1. Famili Kollikodontidae
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Monotremata
Subordo : Platypoda
Famili : Kollikodontidae (Flannery, Archer, Rich & Jones, 1995)
Genus : Kollikodon (Flannery, Archer, Rich & Jones, 1995)
Spesies : K. ritchiei
Nama binominal : Kollikodon ritchiei
Kollikodon ritchiei adalah spesies monotremata yang sudah punah. Fosilnya
ditemukan di Lightning Ridge, New South Wales, Australia sama seperti
Steropodon. Sulit untuk menggambarkan Kollikodon itu seperti apa, tapi
Kollikodon paling tidak akuatik. Hal ini bisa dipastikan dari bentuk giginya yang
aneh, yang pasti berfungsi untuk menghancurkan kerang. Baik Kollikodon
maupun Steropodon, keduanya dapat ditemukan di Museum Australia di Sydney.
2. Famili Ornithorhynchidae
Ornithorhynchidae adalah satu dari dua famili dalam ordo Monotremata dan
terdiri atas platipus dan saudaranya yang sudah punah. Famili lainnya adalah
Tachyglossidae atau echidna. Ornithorhynchidae terdiri atas dua genera yaitu:
Obdurodon dan Ornithorhynchus.
♣ Genus Obdurodon
Obdurodon adalah genus dari famili Ornithorhynchidae yang sudah punah.
Obdurodon terdiri atas tiga spesies. Obdurodon berbeda dari platipus modern
sebab ia masih memiliki gigi (platipus modern tidak memiliki gigi).
- Spesies Obdurodon dicksoni (punah)
• Ditemukan pada tahun 1984 oleh Michael Archer, F. A. Jenkins, S. J.
Hand, P. Murray, dan H. Godthelp, di Riversleigh, New South Wales.
• Lingkup hidup: New South Wales.
• Periode : Lower dan middle Miocene.
• Spesies ini dicirikan dengan sebuah tengkorak dan beberapa gigi terpisah.
Secara fisik, ia mirip dengan platipus modern walaupun terdapat beberapa
perbedaan yang signifikan.
• Holotipe-nya disimpan di Museum Queensland di Brisbane.
♣ Genus Ornithorhynchus
Platipus adalah hewan semi-akuatik yang banyak ditemui di bagian timur
benua Australia. Walaupun Platipus bertelur tapi ia tergolong ke dalam kelas
Mammalia karena ia menyusui anaknya. Platipus juga sering dikenal dengan
nama duck-billed Platypus atau Platypus berparuh itik disebabkan bentuknya
yang menyerupai bebek. Platipus termasuk binatang yang aneh dari kerajaan
Animalia. Binatang ini Mammalia tapi bertelur (mayoritas Mammalia beranak
seperti anjing, kucing, beruang, dan sebagainya). Platipus memiliki paruh yang
seperti bebek dan kaki berselaput. Seperti halnya kangguru dan koala, platipus
menjadi simbol fauna Australia dan dapat ditemui di koin 20 sen Australia.
1. Fisiologi
Temperatur tubuh platipus kira-kira 32oC. Temperatur ini lebih rendah dari
kebanyakan Mammalia (sekitar 38oC). Tubuh platipus ditutupi bulu berwarna
coklat yang menjaga agar tubuhnya tetap hangat. Kaki platipus berselaput seperti
bebek. Platipus juga memiliki paruh seperti bebek. Platipus memiliki semacam
indra keenam yang disebut sistem elektroreseptor yang berada di dalam paruhnya.
Sistem ini membantu mereka mendeteksi gerakan elektrik yang dihasilkan
binatang air. Paruh ini digunakan sebagai organ sensor yang mampu mendeteksi
keberadaan mangsa. Paruh yang unik tersebut tidak sekeras paruh atau moncong
bebek, melainkan lebih fleksibel seperti karet. Berat platipus berkisar antara di
bawah 1 kg sampai dengan lebih dari 2 kg. Panjang tubuhnya sekitar 30-40 cm
dan panjang ekornya sekitar 10-15 cm (jantan) dan 8-13 cm (betina). Platipus
jantan lebih besar hingga 3x betinanya. Platipus juga adalah hewan berbisa. Bisa
ini digunakan dalam pertarungan perebutan wilayah atau pertempuran antar
teman.
2. Ekologi dan Tabiat
Platipus adalah hewan malam dan semi-akuatik. Platipus adalah perenang
yang baik dan menghabiskan banyak waktunya di dalam air untuk mencari
makanan. Mampu bertahan di bawah air hingga 14 menit lamanya. Padahal
mereka adalah mamalia yang tergantung pada oksigen. Tapi platipus bisa
mengurangi kebutuhannya terhadap oksigen dengan merendahkan degup
jantungnya secara dramatis Ketika berenang, platipus menutup matanya rapat-
rapat dan menyerahkan sisanya kepada indra lainnya. Keempat kaki platipus
berselaput. Ketika ia berenang, ia mengayuh dengan menggunakan kedua kaki
depannya. Dan untuk menjaga keseimbangan tubuhnya digunakan ekornya dan
kedua kaki belakangnya. Platipus memakan cacing, larva serangga, dan yabbie
yang digalinya atau ia tangkap pada saat berenang.
3. Reproduksi
Platipus menelurkan telur yang mirip dengan telur reptil, dan sedikit lebih
bundar daripada telur burung. Platipus betina biasanya menelurkan dua telur pada
saat yang bersamaan. Walaupun terkadang memungkinkan platipus betina
menelurkan satu atau tiga telur. Periode inkubasi-nya terbagi menjadi tiga bagian.
• Tahap pertama: embrio tidak memiliki satupun organ fungsional dan
bergantung pada kantung merah telur untuk bernafas.
• Tahap kedua: jari-jari kaki mulai muncul.
• Tahap ketiga: gigi muncul.
Telur menetas seusai periode inkubasi yang berlangsung sekitar 10 hari. Setelah
telur menetas, keluarlah bayi platipus tidak berambut yang langsung melekat pada
induknya. Sang induk kemudian akan menyusui anaknya yang buta dan peka.
Bayi platipus akan meninggalkan sarangnya setelah berusia 17 minggu (kurang
lebih 4 bulan lewat). Organ reproduksi platipus mirip dengan burung (aves).
Platipus betina memiliki sebuah ovarium yang terdiri dari ovarium kanan dan
ovarium kiri dimana ovarium kanan tidak tumbuh sempurna (sama dengan
burung).
Dua genera lainnya, Steropodon dan Teinolophos juga dapat termasuk dalam
Ornithorhynchidae. Namun, keduanya sangat tua dan tulisan ilmiah kelihatannya
menunjukkan bahwa keduanya berelasi dengan, tapi bukan bagian dari,
Ornithorhynchidae.
3. Famili Tachyglossidae
Ekidna adalah satu-satunya hewan dari ordo Monotremata yang masih
bertahan hidup selain platipus. Keempat spesies yang masih hidup, merupakan
hewan asli Papua dan Australia, semuanya termasuk ke dalam famili
Tachyglossidae. Ekidna dinamai berdasarkan nama monster dalam mitologi
Yunani kuno.
Ekidna adalah mammalia kecil yang tubuhnya ditutupi rambut kasar dan duri.
Ekidna menyerupai pemakan semut Amerika Selatan dan mammalia berduri
lainnya seperti hedgehog dan landak. Mereka memiliki moncong yang berfungsi
sebagai mulut dan hidung. Moncong mereka panjang dan langsing. Mereka
memiliki kaki yang pendek dan kuat dengan kuku besar. Ekidna juga adalah
penggali yang handal. Mereka memiliki mulut yang mungil dan rahang tak
bergigi. Mereka makan dengan cara membuka batang kayu yang lunak, sarang
semut, dan semacamnya, dan menggunakan lidahnya yang panjang serta lengket
yang memanjang dari moncongnya untuk mengumpulkan mangsanya. Ekidna
moncong pendek terbiasa memakan semut dan rayap dalam jumlah besar,
sedangkan spesies Zaglossus terbiasa memakan cacing tanah dan larva serangga.
Selain platipus, keempat spesies echidna adalah satu-satunya mammalia yang
bertelur. Betina menelurkan satu telur berbulu bercangkang lunak dua puluh dua
hari setelah kawin dan meletakkannya langsung dalam kantungnya. Telur akan
menetas setelah sepuluh hari; ekidna muda (dalam bahasa Inggris disebut:
puggle), kemudian akan menghisap susu dari pori-pori kedua kelenjar susu (sebab
monotremata tidak memiliki puting) dan tetap tinggal di dalam kantung induknya
untuk empat puluh lima hingga lima puluh lima hari, selama kurun waktu
tersebut, mulai tumbuh duri. Sang ibu menggali lubang untuk merawat anaknya
dan meletakkan anaknya di dalam lubang. Sang ibu kembali setiap lima hari untuk
menyusui sampai berhenti menyusui pada bulan ketujuh.
Ekidna diklasifikasikan ke dalam dua genera. Genus Zaglossus meliputi tiga
spesies yang masih bertahan hidup dan dua spesies yang sudah punah (diketahui
hanya melalui fosil). Genus lainnya adalah Tachyglossus di mana hanya satu
spesies yang dikenal.
Ada tiga spesies dari genus Zaglossus yang masih hidup. Ketiga spesies itu
dapat ditemui di Papua. Mereka langka, dan diburu untuk dimakan. Mereka
mencari makanan dalam sampah dedaunan di lantai hutan. Mereka memakan
cacing tanah dan serangga.
• Ekidna moncong panjang barat (Zaglossus bruijini) pada hutan dataran
tinggi.
Ekidna moncong panjang barat (Zaglossus bruijni) adalah satu dari
empat ekidna yang masih hidup dan satu dari tiga spesies Zaglossus yang
terdapat di Papua. Fosil dari spesies ini juga ditemukan di Australia.
Ekidna moncong panjang barat sekarang ini terdapat di Papaua, pada
wilayah dengan ketinggian di atas 1300 meter sampai dengan 4000
meter, dan tidak terdapat di dataran rendah bagian selatan dan pantai
utara. Habitatnya adalah padang rumput alpin dan hutan yang lembab.
Tidak seperti Ekidna moncong pendek yang memakan semut dan rayap,
spesies moncong panjang memakan cacing tanah. Ekidna moncong
panjang juga berukuran lebih besar daripada Ekidna moncong pendek.
Beratnya mencapai 16,5 kilogram, moncongnya lebih panjang dan
bengkok ke bawah. Durinya hampir tidak bisa dibedakan dari bulunya
yang panjang. Ekidna moncong panjang barat dibedakan dari spesies
Zaglossus lainnya dengan jumlah kukunya pada kaki depan dan
belakang, ia memiliki tiga (sangat langka empat) kuku.
Spesies ini masuk daftar spesies terancam punah oleh IUCN, jumlah
spesies ini telah berkurang karena habitatnya telah berkurang akibat
aktivitas manusia dan perburuan. Ekidna moncong panjang enak
dimakan, dan walaupun perburuan spesies ini telah dilarang oleh
pemerintah Indonesia dan Papua Nugini, perburuan tradisional masih
diperbolehkan.
Lampiran gambar-gambar
Gambar platyp us