You are on page 1of 35

KONSEP KEINDAHAN MENURUT ALQURAN OLEH M.

FATAH YASIN INSTITUT AGAMA ISLAM


NEGERI ANTASARI BANJARMASIN 2011 M/1432 H KONSEP KEINDAHAN MENURUT ALQURAN
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ushuludin Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai
Gelar Serjana Tafsir Hadis Oleh M. FATAH YASIN NIM. O6O1427763 INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI ANTASARI FAKULTAS USHULUDDIN JURUSAN TAFSIR HADIS BANJARMASIN 2011 M/1432
H PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : M. Fatah
Yasin Nim : 0601427763 Jurusan/Program : Tafsir Hadits ( TH )/SI (Strata Satu ) Fakultas :
Ushuluddin Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti ia
merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain secara keseluruhan atau sebagian
besar, maka skripsi ini dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum. Banjarmasin, 17
Januari 2011 Yang Membuat Pernyataan, M. Fatah Yasin PERSETUJUAN Skripsi yang berjudul :
KONSEP KEINDAHAN MENURUT ALQURAN Ditulis Oleh : M. Fatah Yasin NIM : 0601427763
Jurusan/Program : Tafsir Hadis (TH)/SI (Strata Satu ) Fakultas : Ushuluddin Setelah diteliti dan
diadakan perbaikan seperlunya, kami dapat menyetujuinya untuk dipertahankan didepan sidang
Tim Penguji Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin. Banjarmasin, 17 Januari 2011
M 13 Safr 1432 H Pembimbing I Pembimbing II Drs. Mulyani, M.Ag H. Ahmad Mujahid, M.A
NIP:19681010 199403 2004 NIP:19780121 200604 1004 Mengetahui: Ketua Jurusan/Program
Studi Tafsir Hadis/SI Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin, Drs. Basrian, M.Fil.I
NIP:19610720 199110 2100 PENGESAHAN Skripsi ini yang berjudul: Konsep Keindahan menurut
Alquran, ditulis oleh M. Fatah Yasin telah diujikan dalam sidang Tim penguji Skripsi Fakultas
Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin, pada: Hari : Selasa Tanggal : 25 januari 2011 M/ 20 Safr
1432 H Dan dinyatakan LULUS dengan predikat: A. 8,15 (Amat baik) Dekan Fakultas Ushuluddin
IAIN Antasari Banjarmasin Prof.Dr. H. ASMARAN . MA NIP:19550305 198303 1 005 TIM PENGUJI
Nama Tanda Tanggan 1. Drs. H. Ahmad. Zamani, M.Ag. (Ketua) 1. 2. M. Adriani Yulidzar, MA.
(Anggota) 2. 3. Dra. Mulyani, M.Ag. (Anggota) 3. 4. H. Ahmad Mujahid, MA. (Anggota) 4. ABSTRAK
Muhammad Fatah yasin, 2011 Konsep Keindahan Menurut Alquran Skripsi, Jurusan Tafsir Hadis,
Fakultas Ushuluddin. Pembimbing (1) Dra. Mulyani, M.Ag. ( II ) H. Ahmad Mujahid, M.A. Penelitian
ini bertolak dari pemikiran bahwa untuk mencari keindahan yang mutlak diperlukan pemahaman
yang mendalam dari Alquran maupun Hadis, yang memiliki konsep dasar sebagai acuannya.
Permasalahan dalam skrepsi ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Konsep Keindahan
menurut Alquran? Yang akan dibagi dalam beberapa sub permasalahan berikut: apa makna
keindahan menurut Alquran, bagaimana gambaran keindahan menurut Alquran, dan manfaat
keindahan menurut Alquran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna keindahan
menurut Alquran, gambaran keindahan menurut Alquran, manfaat keindahan menurut Alquran.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yang menjadikan bahan
pustaka sebagai pokok bahasan. Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode mawdhI (
tematik ) Dengan langkah-langkah sebagai berikut: Menetapkan keindahan sebagai topik bahasan,
menghimpun ayat-ayat tersebut berdasarkan urutan turunnya surah, menyusun kerangka
pembahasan ( out line ) yang sempurna, melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang
relevan dan selanjutnya ditarik kesimpulan sebagai hasil akhir dari penelitian ini. Setelah dilakukan
penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut: Kata Keindahan berasal dari bahasa Arab yaitu zayyana
)), jaml ( ), ahsan ( ), bahij () yang semuanya bermakna indah, baik, cantik, elok.
Makna keindahan diantaranya adalah kecintaan terhadap keimanan, cinta syahwat, kecintaan
terhadap berbagai perhiasan. Gambaran keindahan diantaranya adalah Alquran memberi
gambaran tentang keindahan surga, Alquran memberikan gambaran indah dan tinggi tentang
cahaya Allah yang ditunjukan kepada orang-orang yang berakal, Allah juga memberikan gambaran
keindahan yang gemerlapan didalam kehidupan didunia menceritakan nikmat Allah dan
mengunakannya untuk ketaatan. Alquran memberikan gambaran keindahan yang terdapat pada
langit. Manfaat keindahan diantaranya adalah menjadikan pelajaran, keagungan Allah, kegunaan
binatang ternak yang bermacam-macam, penutup Aurat dan berpakaian yang bagus serta berhias.
MOTTO |9(=--o( #Z|9,= e0 Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik
KATA PENGANTAR .
. Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena
atas taufiq dan hidayah, serta kehendak dari-Nya lah, sehingga penulisan skripsi ini dapat
terseleksikan dengan baik. Shalawat serta salam selalu tercurah keharibaan junjungan Nabi
Muhammad Saw, beserta sahabat-sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman. Terlaksananya
penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak yang telah bersedia
membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H.
Asmaran. M.A. Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin 2. Bapak Drs. Basrian. M.Fil.
Ketua Jurusan Tafsir Hadits IAIN Antasari Banjarmasin, yang memberikan arahan dalam penulisan
skripsi ini, sesuai dengan kepentingan pengembangan jurusan Tafsir Hadits di Fakultas Ushuluddin
IAIN Antasari Banjarmasin. 3. Ibu Dra. Mulyani, M.Ag. Dosen pembimbing I yang banyak
memberikan bantuan berupa bimbingan, arahan dan koreksi dalam pembuatan skripsi ini. 4.
Bapak H. Ahmad Mujahid, M.A, Dosen Pembimbing II Yang juga banyak memberikan bantuan
berupa bimbingan, arahan dan koreksi dalam pembuatan skripsi ini. 5. Para dosen dan asisten
dosen serta karyawan dan karyawati Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari Banjarmasin yang telah
banyak memberikan ilmu dan layanan yang baik kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. 6.
Kepala Perpustakaan IAIN Antasari Banjarmasin, kepada perpustakaan Fakultas Ushuluddin
beserta stafnya yang telah banyak memberikan layanan dan bantuan tehadap penulis dalam
rangka mendapatkan literature yang diperlukan. 7. Kepada yang terhormat Ayahnda dan Ibunda
yang selalu memberikan semangat dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. 8. Teman-teman mahasiswa/mahasiswi Fakultas Ushuluddin khususnya Jurusan
Tafsir Hadis 9. Angkatan 2006, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
yang telah berjasa kepada penulis sehingga penulisan ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis
hanya dapat mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya atas dukungan dan jasa-jasa
mereka, semoga Allah swt.akan membalas jasa-jasa mereka dengan kebahagiaan didunia dan
akhirat. Banjarmasin, 17 Januari 2011 M 13 Safr 1432 H Penulis DAFTAR ISI Halaman HALAMAN
COVER.i HALAMAN
JUDUL.ii PERNYATAAN KEASLIAN
TULISANiii TANDA
PERSETUJUANiv TANDA
PENGESAHAN..v
ABSTRAKvi
MOTTO...vii KATA
PENGANTARviii DAFTAR
ISI.x PEDOMAN TRANSLITERASI DAN SINGKATAN
xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Masalah...1 B. Rumusan Masalah5 C.
Definisi Operasional6 D. Tujuan
Penelitian6 E. Singnifikasi
Penelitian.7 F. Tinjauan Pustaka..7 G.
Metode Penelitian ...8 H. Sistematika
Penulisan....11 BAB II ANALISIS TERMINOLOGI A. Pengertian Keindahan
Menurut Bahasa 13 B. Pengertian Keindahan Menurut Istilah..27
BAB III KONSEP KEINDAHAN MENURUT AL-QURAN A. Makna Keindahan Menurut Alquran
28 B. Gambaran Keindahan Menurut Alquran40 C. Manfaat
Keindahan Menurut Alquran...59 BAB IV PENUTUP A.
Kesimpulan88 B. Saran-
saran.89 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR
TERJEMAH DAFTAR RIWAYAT HIDUP PEDOMAN TRANSILITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN A.
Transiliterasi Arab-Latin Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin A B gh T f ts
q j k h I kha m d n dz w r h z a s y sy sh dh th Mad dan
Diftong 1. Fathah Panjang : 2. Kasrah Panjang : 3. Dhammah Panjang : 4. : aw 5. : ay Alif
Lam al-Qamariyah ditulis, seperti al-hadits () sedangkan alif lam asy-syamsiyah disesuaikan
dengan huruf sebelumnya seperti as-sunna ( ) tha marbuthah () di tengah kata yang
dihubungkan dengan kata yang ditulis alif lam ditulis ta seperti hujjat al-islam ( ),
sedangkan jika di hubungkan dengan kata yang tidak di hubungkan dengan kata yang tidak di
bubuhi alif lam atau diakhir kalimat ditulis dengan h, seperti tsiqah () Tasdid di tulis dengan
huruf ganda, seperti Furuiyyah ( ) B. Singkatan-singkatan as = alaihi as-salam cet = cetakan
Vol = volume h. = halaman H = Tahun Hijriyah M = Tahun Masehi ra = radiya Allahanhu Saw =
shalla Allahalayhi wa sallam SWT = Subhhanahu Wataala t.p = tanpa penerbit t.t = tanpa tempat
penerbit t.th = tanpa tahun Q.s = Alquran Surah
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Alquran adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah kepada umat manusia melalui Nabi
Muhammad saw, untuk dijadikan pedoman hidup, petunjuk-petunjuk yang dibawanya pun dapat
menyinari seluruh isi alam ini, baik bagi manusia, hewan maupun tumbuhan-tumbuhan Dengan
adanya Alquran menjadi sangat jelas yang harus ditempuh, kitab suci itu merupakan pemisah
antara yang halal dan haram, antara yang sah dan batil kandungannya penuh dengan penawar,
menyembuhkan hati dan jiwa yang sakit. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa. Alquran yang
diyakini sebagai firman-firman Allah, merupakan petunjuk mengenai apa yang dikehendaki-Nya.
Jadi manusia yang ingin menyesuaikan sikap dan perbuatannya dengan apa yang dikehendaki-Nya
itu, demi meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, harus memenuhi maksud petunjuk-petunjuk
tersebut. Kebahagiaan yang paling sempurna bagi manusia adalah menjadi tertanamnya dan
bertujuaan termanifestasikannya sifat-sifat ketuhanan. Jiwa manusia yang benar-benar bahagia
dibagun dengan pengetahuan dan cinta tuhan. Ketika hal ini terjadi, tidak ada yang memancar
darinya kecuali keindahan, karena keindahan hanya berasal dari sesuatu yang indah. Memang
apabila seseorang mengikuti tuntunan ilahi, hatinya akan tenang, jiwanya tentram, dan dari
wajahnya akan nampak cahaya kecerahan yang melahirkan simpati siapa yang melihatnya, bahkan
sebelum melihat tingkah laku dan aktifitas positifnya.
Keindahan merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan
keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam manusia didorong oleh kecenderungan seniman kepada yang
indah, apapun jenis keindahan itu, dorongan tersebut merupakan naluri manusia, atau fitrah yang
dianugerahkan Allah kepada hamban-hamba-nya. Selanjutnya, merasakan keindahan merupakan
sesuatu yang instinktif dan murni dalam penciptaan manusia. Dia senantiasa mengagumi
keindahan, karena cinta keindahan telah menjadi kodrat dalam jiwanya. jika menemukan dia
segera menghampirinya dan jika hilang dia akan merindukannya. keindahan adalah unsur yang
sengaja di ciptakan di alam ini, ciptaan sang pencipta di alam ini tersusun bagus dengan
keteraturan yang indah. Di dalam keindahan terdapat ciptaan yang sangat mendalam dan bukan
sekedar penampilan, sekali memandang telah cukup menjadi pengetahuan tentang hakekat
keindahan. Manusia tertarik secara total pada keindahan, baik keindahan akhlak maupun
keindahan dalam bentuk. Tidak ada seorang manusia pun yang kosong dari rasa suka kepada
keindahan. Seseorang akan berusaha semaksimal mungkin, bahkan hingga soal berpakaian sekali
pun, agar penampilanya menjadi indah. Keindahan, pada kenyataannya, memang dibutuhkan
dengan sendirinya anda mengenakan pakian agar terlindung dari panas dan dingin. Kendati
demikiaan, dalam berpakian anda pasti memperhatikan keindahan dan estetika.
Masalah keindahan sering diperbincangkan, seseorang mungkin suka kepada beberapa benda
tertentu, sedangkan orang lain tidak memperdulikan kepada benda-benda itu. Akan tetapi kalau
orang mengatakan bahwa barang ini baik, ia menganggap bahwa orang lain juga mempunyai
perasaan yang semacam itu. Ia mengatakan sesuatu hukum bukan saja untuk dirinya, tetapi untuk
tiap-tiap orang dan menganggap bahwa keindahan itu adalah sifat dari barang itu. Ia mengatakan
bahwa itu indah dan ia tidak memerlukan persetujuan dari orang lain, sebab ia sudah menemukan
persetujuan itu beberapa kali sebelum ia mencela mereka, kalau ia mempunyai pendapat yang
berlainan. Oleh sebab itu kita tak mengatakan bahwa tiap-tiap orang mempunyai perasaannya
sendiri oleh karena itu seakanakan kita berkata bahwa tidak ada perasaan keindahan yang sama .
Fenomena yang terjadi sekarang ini, orang berlainan dalam perasaan tentang keindahan.
seseorang menganggap sesuatu itu indah padahal pada kenyatannya tidak indah bahkan
membawa suatu kemudhoratan, misalnya: narkoba, minuman keras, membuka aurat dan trend
pakaian yang mengumbar aurat alain-lain. Hal itu dianggap suatu keindahan, sehinga hal itu
berlawanan dengan apa yang ada di dalam tuntutan Alquran, kemudian yang dipertanyakan
mengapa hal-hal yang dilarang agama malah di sebut sebagai keindahan dan dari segi mana
seseorang memandang sesuatu itu indah padahal orang lain memandang tidak indah. Sehinga
menjadi permasalahan pada saat sekarang ini. Begitu juga orang-orang kafir yang memandang
sesuatu itu indah meskipun pada hakekatnya sesuatu itu tidak indah, karena hati mereka buta
tidak dapat melihat dan menikmati kebenaran sehinga mereka senantiasa terombang ambing
dalam kesesatan. Sebagai mana firman Allah dalam surah An-Naml ayat: 4. b) t%!$# w
tbqZBs otzFy$$/ $Zy Nlm; Ngn=yJr& Mgs tbqgyJt
Keindahan dalam perspektif manusia bersifat relatif, artinya antara seseorang dengan yang
lainnya menilai keindahan itu tidak selalu sama, sedangkan keindahan dalam pandangan Alquran
merupakan informasi wahyu dari Allah yang bersifat sakral. Mengingat masalah keindahan ini
merupakan suatu topik yang tiada henti-hentinya dipercakapkan orang, di samping banyak ayat
dalam Alquran yang berbicara masalah keindahan, maka penulis menganggap perlu untuk
mengkaji lebih dalam lagi mengenai masalah keindahan ini. Permasalahan tersebut membutuhkan
jawaban dari Alquran yang menjadi sumber pokok atau sumber utama agama Islam. Berdasarkan
uraian di atas penulis tertarik untuk membahas masalah keindahan, untuk itu, perlu dilakukan
penelitian yang hasilnya akan dihimpun dalam sebuah skripsi yang berjudul : KONSEP
KEINDAHAN MENURUT AL-QURAN B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah
yang dikemukakan, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana
konsep keindahan menurut Alquran, dengan sub masalah sebagai berikut 1. Apa makna keindahan
menurut Alquran? 2. Bagaimana gambaran keindahan menurut Alquran? 3. Bagaimana manfaat
keindahan menurut Alquran?
C. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalah pahaman dalam penelitian
ini, maka penulis kemukakan batasan istilah sebagai berikut : Konsep artinya Pengertian, pendapat
( paham) Keindahan adalah sifat-sifat keadaan yang indah seperti kecantikan, keelokan, Kebaikan,
sedangkan kata indah adalah kabar dari rupa. Memperindah yang artinya, menjadi lebih indah,
memperoleh keindahan. Pengindahan yang artinya, yang membuat atau menjadi indah, yang
menimbulkan keindahan. Mengindahkan yang artinya memperdulikan, memperhatikan,
meresapkan ke dalam hati Jadi konsep keindahan yang dimaksud adalah pengertian keindahan,
gambaran keindahan menurut Alquran, dan manfaat keindahan menurut Alquran. D. Tujuan
Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui : 1. Makna keindahan menurut Alquran 2. Gambaran keindahan menurut Alquran 3.
Manfaat keindahan menurut Alquran E. Signifikasi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat
berguna: 1. Menambah khazanah keilmuan bagi pengembangan pemikiran tafsir Alquran,
khususnya mengenai penafsiran ayat-ayat yang berkenaan dengan konsep keindahan. 2. Dengan
mempelajari keindahan menurut Alquran kita dapat mengambil hikmahnya yakni menambah
ketaatan dan keimanan dalam kehidupan sehari-hari.
F. Tinjauan Pustaka Dalam melakukan penelitian ini, penulis telah melakukan penelusuran
terhadap buku-buku yang memiliki tema yang pembahasanya sama dengan penulis angkat. Ada
beberapa buku yang membahas tema yang sama dengan apa yang penulis lakukan yakni: Al- jamal
wa fadhluhu wa Haqiqatuhu wa aqsamuhu yang disusun oleh Ibnu Tamiyah dan Ibnu Qayyum,
kemudian diterjemahkan oleh Hadi Mulyo, disusun oleh Ibrahim bin Abdullah Al-Hazimi dengan
judul Pesona Keindahan yang berisi mengenai rasa keindahan dan keutamaannya serta
kecenderungan jiwa kepadanya. Penulis ingin meneliti lebih mendalam lagi mengenai keindahan,
dilihat dari, makna keindahan, gambaran keindahan dan manfaat keindahan menurut Alquran,
kekhususan dalam skripsi ini, disamping dijadikannya konsep keindahan menurut Alquran sebagai
pokok bahasan juga menggunakan metode mawdhui. G. Metode Penelitian 1. Bentuk penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library research) dengan menjadikan bahan pustaka
sebagai data penelitian. Konsep keindahan menurut Alquran ditelusuri melalui ayat-ayat yang
berkenaan dengan hal itu. Karena berangkat dari satu tema bahasan, maka kajian ini akan
memakai metode tematik (maudhui) dengan ungkapan penelitian yang bersifat Deskriptif, dengan
langkah-langkah sebagai berikut : a. Menetapkan konsep keindahan menurut Alquran sebagai
topik bahasan b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut. Untuk
menghimpun ayat-ayat tersebut digunakan kitab al-mujm li Alfz Alquran al-krim. c. Menyusun
runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, untuk itu diperlukan daftar konversi kronologi surah
menurut urutan turunnya surah. d. Mempelajari penafsiran ayat-ayat yang telah dihimpun itu
dengan penafsiran yang memadai dan mengacu pada kitab-kitab Tafsir yang ada dengan
memperindah ilmu munasabah dan hadis. e. Menghimpun hasil penafsiran di atas sedemikian
rupa untuk kemudian Mengistimbathkan unsur-unsur asasi darinya. f. Menarik kesimpulan berupa
rumusan dari pemahaman penulis terhadap ayat-ayat yang di teliti sebagai jawaban permasalahan
yang diajukan. 2. Data dan Sumber Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber
primer, yaitu ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan makna keindahan, dan kreteria keindahan,
gambaran keindahan, dan manfaat keindahan menurut Alquran, dengan mengunakan beberapa
kitab tafsir, ayat-ayat tersebut ditafsirkan sebagai data utama, dapat ditemukan dalam beberapa
ayat, diantaranya; a. Ayat tentang Makna Keindahan - Al-Hujart ( 49: 7 ) - Al-Baqarah ( 2: 212 ) -
Ali-Imran ( 3 : 14 ) b. Ayat tentang gambaran Keindahan - Al-Ghsyiyah ( 88: 8-16) - An-Nr (24:
35) - Al-Hijr (15): 16) c. Ayat tentang Manfaat Keindahan - Qf ( 50: 6-11) - An-Naml ( 27: 60,) - An-
Nahl ( 16: 5-6 ,8, 14) - Al-Kahfi ( 18: 7, 30-31 ) - At-Tin ( 95: 4 ) - Al-Arf ( 7: 31 ) Kata kunci
keindahan yang penulis gunakan dalam Alquran di antaranya, zayyana )), jamaal ( ), ahsan
( ), bahij ( ) dan Tafsir yang digunakan yakni Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Misbah, Tafsir Fi
zhilalil Quran, Tafsir Al-Azhar, dan sumber sekundernya digali dari sumber-sumber yang memiliki
keterkaitan dengan persoalan yang dibahas. 3. Tehnik Pengolahan data Sesuai dengan jenis
penelitian, maka tehnik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah merujuk terlebih dahulu
pada kitab Al-Mujm Al- Mufahras li Alfaz Alquran Al-Karim karya Muhammad Abdul Baqi. Setelah
ayat-ayat yang diperoleh, penulis akan mencermati terjemah tafsirnya kemudian menyusun
berdasarkan urutannya surah dalam bantuan konversi turunnya surah yang akan dilampirkan.
Selanjutnya dengan menganalisa ayat-ayat al-quran sesuai dengan informasi yang didapat pada
kitab al-Mujm al-Mufahras li Alfaz Alquran al-Karm tersebut. Kemudian diteruskan dengan
menganalisa terhadap beberapa literatur yang berkait dengan pembahasan. 4. Analisis Data Untuk
menganalisis data dilakukan dengan metode deskriftif analisis yaitu, menggambarkan masalah
yang dianggap apa adanya melalui penafsiran ayat-ayat dan dilengkapi dengan Hadis, kemudian
menganalisisnya dengan bahan yang relevan dengan masalah yang dibahas, untuk menyesuaikan
konsep yang dikehendaki oleh Alquran terhadap masalah keindahan, sehingga pada akhirnya
diambil keseluruhan tentang konsep keindahan menurut Alquran. H. Sistematika penulisan
Pembahasan dalam skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I berisi
tentang latar belakang masalah kemudian dibuat rumusan masalah, definisi operasional, tinjauan
pustaka, tujuan penelitian, singnifikasi penelitian dan untuk menyelesaikan penelitian
diketegahkan metode penelitian serta diakhiri dengan sistematika penulisan. Bab II Analisis
termonologis memuat konsep keindahan meliputi pengertian keindahan menurut bahasa,
pengertian menurut istilah, Bab III Konsep keindahan menurut Alquran, meliputi makna keindahan
menurut Alquran, Gambaran keindahan menurut Alquran, dan Manfaat keindahan menurut
Alquran. Bab IV penutup, bagian ini berisikan kesimpulan dan saran-saran BAB II ANALISIS
TERMINOLOGI A. Pengertian Keindahan Menurut Bahasa Keindahan adalah sifat-sifat keadaan
yang indah seperti kecantikan, keelokan, sedangkan kata indah adalah kabar dari rupa, biasanya
kabar selalu melebihi keadaan sebenarnya, atau indah bisa diartikan: peduli akan menaruh
perhatian. kemudian kata indah diimbuhi awalan (me-) menjadi memperindah yang artinya,
menjadi lebih indah, memperoleh keindahan. Di tambahi awalan (peng-) menjadi pengindahan
yang artinya, yang membuat atau menjadi indah, yang menimbulkan keindahan. Ditambahi
awalan (meng-) menjadi mengindahkan yang artinya memperdulikan, memperhatikan,
meresapkan ke dalam hati. Indah adalah peduli, menaruh perhatian kepada seseorang Kata
Indah dalam Alquran diungkapkan dengan beberapa istilah yaitu: zayyana )), jaml ( ),
ahsan ( ), bahij (). Kata Indah yang merujuk pada kata, zayyana ( ), terulang dalam
Alquran sebanyak 5 kali, yang terdapat dalam Q.S, Al-anam ayat : 43,137, Q.S, Al-Anfal ayat: 48,
Q.S, An-Nahl ayat; 63, Q.S, An-Naml ayat: 24, Al-Ankabut ayat; 38. Kata zuyyina ( ), terulang
dalam Alquran sebanyak 10 kali, yang terdapat dalam Q.S. Al-Baqarah ayat: 212, Q.S, Ali-Imran
ayat: 14, Q.S, Al-anam ayat: 122, Q.S, At-Taubah ayat: 37, Q.S, Yunus ayat: 12, Q.S, Ar-Rad ayat:
33, Q.S, Fthir ayat: 8, Q.S, Al-Muminuun ayat 37, Q.S, Muhammad ayat: 14, Q.S, Al-Fath ayat:12.
Kata zayyann ( ) terulang dalam Alquran sebanyak 5 kali, yang terdapat dalam, Q.S, Al-Anam
ayat: 108, Q.S, An-Naml 4, Q.S, Fushilat ayat: 12, Q.S, Ash-Shffat Ayat: 6, Q.S, Al-Mulk Ayat: 5.
Kata zinatan ( ) terulang dalam Alquran sebanyak 5 kali, yang terdapat dalam Q.S, Yunus ayat:
88, Q.S, An-Nahl ayat:8, Al-Khafi Ayat: 7,4 6, Q.S, Thaahaata Ayat: 87, Q.S, An-Nuur Ayat 60, Q.S,
Al-Hadid Ayat:20, Al-Hujart Ayat: 7. Kata fazainuu () terulang dalam Alquran sebanyak 1 kali,
yang terdapat dalam Q.S, Fushilat Ayat: 25. Kata lauazzinanna ( ), terulang dalam Alquran
sebanyak 1 kali yang terdapat dalam Q.S, Al-Hujart Ayat: 39, kata zinatihi ( ), terulang dalam
Alquran 1 kali yang tedapat dalam,Q.S, Al-Qashash Ayat: 76, Kata zinatahunna ( ) terulang
dalam Alquran sebanyak 5 kali, yang terdapat dalam Q.S, An-Nuur Ayat: 31, Q.S, Al-Qashash Ayat:
60, Q.S, Al-Ahjab Ayat: 28, Al-Hijir Ayat: 16, Q.S, Al-Qaf Ayat: 6. Kata zinatahaa ( ) terulang
dalam Alquran sebanyak 4 kali, yang terdapat dalam Q.S, Al-Qashash Ayat: 60, Q.S, Al-Ahjab Ayat:
28, Al-Hijir Ayat: 16, Q.S, Al-Qaf Ayat: 6. Dalam bahasa arab kata (- - ) yang
artinya: menghiasi, mempercantik,( - : ), yang artinya: berhias, ( (masdar
dari ) ) yang artinya: bagus, baik, ( :) Yang artinya: indah, cantik, elok, ( ) isim
fail dari ( ) yang artinya: yang menghiasi, ( : ) yang artinya: yang dihias. ) -
- ) yang berarti: mengelokkan, menghiasi, atau ( - - - ) yang berarti:
mengelokkan, menghiasi ( - - ), yang artinya, berhias, bercukur, kata zayyina ( ) jamak
dari azyn ( ) yang artinya: perhiasan, kemudian Kata zinat ( ) jama dari ziyn ( ), yang
artinya: Perhiasan. M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan Kata zayyan ( )
kami perindah terambil dari kata zain ( ) Yaitu indah, sesuatu yang indah adalah yang dianggap
baik oleh seseorang, walaupun sesuatu itu pada hakekatnya buruk. Sebahagiaan orang dizaman
purbakala memandang bahwa keindahan itu terletak pada warna atau roman muka yang
misalnya, merah atau putih, keseimbangan yang bagus pada anggota badan, tetapi mereka itu
sebenarnya buta karena tidak dapat melihat keindahan batin. Sedangkan menurut, Ahmad
Mustafa Al- Maraghi dalam Tafsir Al-Maragi, menjelaskan kata zinah () adalah senjata,
perhiasan, perkakas rumah tangga, pakaian yang indah-indah, dan alat dapur. Sedangkan menurut
Ragib al-Ashfahani menjelaskan kata zain () yang artinya perhiasan yang hakekatnya adalah apa
yang buka dari kejelekan manusia pada sesuatu dari ikhwalnya yang tidak ada pada dunia dan
tidak pada akhirat, maka adapun apa yang menjadikan perhiasan pada keadaan selain keadaan itu
yaitu wajah yang jelek, dan perhiasan itu dikatakan atas 3 bagian yaitu: perhiasan diri, seperti ilmu
dan itikad yang baik, perhiasan badan seperti kuat dan panjang pada waktu iqamat dan perhiasan
yang dikeluarkan pada harta yang berharga, sebagaimana firman Allah SWT. (
), yaitu perhiasan diri, dan firman Allah SWT. ( ), maka sungguh yang
membawa perhiasan itu dikeluarkan dan pada yang demikian itu bahwasanya telah diriwayatkan
pada suatu kaum yang pada saat itu melakukan Tawaf di Baitullah dengan membuka aurat dan
berteriak-teriak dari yang demikian itu sebagian ayat, tetapi perhiasan itu orang menyebutnya
pada ayat ini yang kemulyaan disebutkan, firman Allah SWT. ( ) sebagaimana
perkataan syair, Perhiasan seorang wanita ada pada kebaikan adab dan firman Allah (
). Telah berkata dan menyangka seperti perhiasan apa bila telah Nampak kebaikan,
berupa perkataan dan perbuatan dan sesungguhnya Allah swt. membandingkan perhiasan yang
tempatnya berada pada diri manusia dengan tempat perhiasan syaitan dan pada tempat yang
disebutkan sama sekali bukan perbuatan, maka perhitungan pada dirinya disebut iman (
) dan pada orang kafir, firman Allah ( * ) dan adapun perhitungan
syaitan, firman Allah ( ) firman Allah ( ) dan tidaklah yang
disebutkan tadi adalah Maful tetapi maknanya adalah Mafhum dan bukanlah yang disebutkan
tadi adalah perbuatanya, firman Allah ( * ) firman Allah (
) dan firman Allah ( ) perhiasan itu ditakdirkan
untuk menghinakan semua dari mereka, dan firman Allah ( ) dan firmannya (
* ) maka hal itu mengisyaratka kepada perhiasan yang
diperoleh dengan penglihatan yang telah diketahui, baik secara umum dan khusus dan semua
perhiasan diterima oleh akal yang dikhususkan dengan diketahui dari khususannya pada hukum.
Kata Indah yang merujuk pada kata jamal, () bentuk tunggal disebutkan 1 kali didalam
Alquran, yaitu didalam Q.S, Al-Arf, (7): 40, kata lain yang seasal dengan jamal adalah Jamlun
() yang disebutkan 1 kali, yaitu terdapat dalam Q.S, An-Nahl (16): 6, Kata Jamil () yang
disebutkan 4 kali, yaitu terdapat dalam Q.S, yusuf (12): 18 dan 83, Q.S, Al-Ahzab (33): 28 dan 49,
Q.S, Al-Marij (70): 5, serta Q.S, Al-Mujamil ( 73): 10 Kata jimalat ( ) disebutkan 1 kali, yaitu
terdapat didalam Q.S, Al-Mursalat (77): 33, dan kata Jumlah () disebutkan satu kali, yaitu
terdapa dalan Q.S, Al-Furqan (25): 32. Dalam bahasa arab kata ( : ) , yang artinya:
Bagus, cantik, elok, ( , :) yang artinya: menghias, mempercantik, ( :) yang
artinya: menjadi bagus, cantik, elok, ( ) yang artinya: menganggap bagus, cantik, elok (
: ) yang artinya: yang bagus, cantik, elok, ( : ( Kebagusan,
keindahan, kecantikan, keelokan, ( ) yang artinya: kecantikan, kebagusan, keelokan, ( ,
, ) yang artinya: yang cantik, elok, bagus. ( - - ) yang artinya: indah, cantik,
molek, ( ) yang artinya: keindahan, kecantikan, ( ) yang artinya: yang indah, cantik,
bagus, ( ) yang artinya: elok rupa dan perangainya ia ( ) yang artinya: yang cantik,
Sedangkan menurut Ragib al- Ashfahani, menjelaskan kata jamal, ( ) yang artinya keindahan,
banyaknya kebaikan, dan kata jamal, () terbagi dua, yang pertama keindahan yang dikhususkan
pada dirinya atau badan atau perbuatan, dan yang kedua apa yang telah datang selain dari
padanya dan atas keindahan wajah, sebagaimana hadis nabi yang telah diriwayatkan, beliau
bersabda ( ) hal itu sifatnya adalah mengingatkan, sesungguhnya keindahan itu
memecahkan banyak kebaikan, maka mencintai orang yang dikhususkan, dengan demikian itu
Allah swt berfirman: ( )dan kata jamal, () Jamak Taksirnya, - -
Allah Swt berfirman: * Kata Indah yang merujuk kata ahsan ( )
terulang dalam Alquran sebanyak 10 kali, yang terdapat dalam, Q.S, Anisa ayat: 59, 125, Q.S, Al-
maidah ayat: 50, Q.S Al-anam ayat: 152, Q.S, At-taubah ayat: 121, Q.S, Huud ayat: 7, Q.S, yusuf
ayat: 2, Q.S, An-Nahl ayat: 96,97,125. Q.S, Al-Isr ayat: 34,35, 53, Q.S, Al-Khafi ayat: 7, Q.S, Al-
Muminn ayat: 14, Q.S, An-Nr ayat: 38. Dalam bahasa arab kata ( - : ) yang
artinya: bagus, cantik, baik, ( ) yang artinya: menjadikan baik, memperbaiki,
mempercantik, ( ) yang artinya: memperbaiki, menghias, mempercantik, membuat lebih baik (
dari semula), ( : ) yang artinya; menjadi bagus, cantik, baik/ lebih baik dari semula. (
) jamak dari ( ) muannasnya ( ) yang artinya: yang bagus, baik. ( - -
) yang artinya: baik, bagus, ( - ) yang artinya: membaguskan, )) yang artinya:
menjadi baik, () jamak dari ( ) yang artinya: kebagusan, kebaikan, () jamak dari (
) yang artinya: yang baik, yang cantik, ( ) Jamak dari ( ) yang artinya: perbuatan yang
baik, baik, ( ) Jamak dari ( ) yang artinya: yang lebih bagus. Menurut Raghib Al-
Ashfahami didalam Mujamnya, kata hasan () diartikan suatu kebaikan yang diibaratkan dari
setiap orang yang cantik yang berkehendak pada kebaikan dan pada yang demikian itu ada tiga
bagian yaitu orang yang berbuat baik berdasarkan akal, orang yang berbuat baik berdasarkan
hawa nafsunya, dan orang yang berbuat baik berdasarkan panca indra dan kebaikan telah
diartikan padanya dari tiap apa yang membuat bahagia dari nikmat yang diberikan pada manusia
yang berupa dirinya dan badannya dan ikhwalnya Kata Indah yang merujuk pada kata bahij (
) terulang dalam Alquran sebanyak 3 kali, yang terdapat pada Q.S, Az-zumar ayat: 21, Q.S, Al-
Hadid ayat: 20, Q.S, Qaf ayat: 7. Dalam bahasa arab kata bahij () berasal dari kata bahaza (
- - ) yang artinya: menyenangkan, menggairahkan, ( - -) yang artinya: baik,
bagus, cantik, sedangkan kata bahzat ( ) yang artinya: kebagusan, kecantikan. Sedangkan
menurut Ragib al- Ashfahani, menjelaskan kata bahuj ( ) yang artinya kebagusan yang
melahirkan kebaikan dan telah nampak kegembiraannya, sebagaimana firman Allah swt: (
) dan kata bahuj () berasal dari kata bahij (), sebagaimana firman Allah swt. ( (
dan kata bahuj () sebagaimana perkataan syair ciptaan yang mempunyai zat
indah, dan tidaklah orang itu hidup tanpa adanya keindahan dan sesunguhnya keindahan dengan
demikian yaitu bahagia dengan kebahagiaan dan sesungguhnya banyak wajah-wajah yang
gembira dengan hal yang demikian. M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan Kata
bahij () berasal dari kata bahaja ( ) yakni sesuatu yang indah warnanya dan menyenangkan
Jadi kata Indah yang merujuk pada Kata () terdapat 32 surah , kemudian kata Indah yang
merujuk kata () terdapat 8 surah, kemudian kata indah yang merujuk kata () terdapat 10
surah, dan kata Indah yang merujuk pada kata () terdapat 3 surah. Keindahan Terbagi menjadi
dua bagian yaitu keindahan fisik, dan keindahan non Fisik. Keindahan fisik adalah keindahan yang
biasa kita rasakan dan kita nikmati di dunia atau kita rasakan di alam nyata, keindahan fisik banyak
terdapat pada ayat-ayat Alquran diantaranya: Q.S. An-Naml ayat: 4, Ali-Imran (3): 14, Al-Baqarah (
2 ): 212, An-Naml (27): 44, Al-Hijr: ( 15 ): 16, Qaf ( 50): 6-11, An- Naml ( 27) : 60, An-Nahl ( 16 ): 5-
6, Al-Khafi (18): 7-8, Al-Arf (7) : 31. Sedangkan keindahan non Fisik adalah keindahan yang kita
rasakan didalam hati manusia masing-masing yang semua itu tidak sama atau keindahan yang
sifatnya tidak bisa dilihat tapi nanti kita bisa merasakan di akhirat kelak. Keindahan non fisik
banyak terdapat dalam ayat-ayat Alquran diantaranya: Q.S. Al-Hujurt (49): 7, Al-Gsyiyah (88): 8-
16, An-Nuur (24): 35. Perbandingan antara kata zain (), jamal, (), bahuj () dan ahsan (
). Kata zain () yang artinya indah, digunakan untuk memperindah dengan cara dihiasi atau
benda yang menambah indah bagi seorang yang mempergunakannya akan kelihatan indah. Kata
jamal, (), yang artinya indah, yang ditujukkan pada benda yang indah baik muka, perangai dan
bentuk. Kata bahuj () yang juga artinya indah, indah disini ketika keindahan tersebut sudah
meresap sehingga timbul efek dari keindahan tersebut rasa senang, sejuk, gembira. Kata ahsan (
) yang artinya kebaikan, dari keindahan yang dirasakan akan timbul kebaikan, karena indah itu
dinilai baik. Perbedaan antara kebaikan dan keindahan adalah kebaikan aslinya digunakan untuk
rupa, kemudian digunakan untuk perbuatan dan akhlak. Sedangkan keindahan aslinya digunakan
untuk perbuatan akhlak dan keadaan lahiriah, kemudian digunakan untuk rupa. Keindahan ialah
perbuatan, akhlak, uang, dan harta yang banyak yang membuat manusia menjadi terkenal dan
meningkat. Di sini kebaikan tidak ada kaitannya sama sekali. Anda mengerti jika dikatakan, Di
dalam masalah ini terdapat keindahan dan, tidak di katakana, Di dalam persoalan ini dan juga
didalam Alquran terdapat kebaikan. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S. Nahl: (16) 6
|N'3o9u -e( A-uHoo (e t|utc\? tevu t|uu(sv~ e Alquran
menggunakan kata Keindahan dalam Sekup yang sempit, tidak lebih dari delapan kali. Sekali
dalam bentuk kata benda abstrak dan lainnya dalam bentuk kata sifat. Semuanya di gunakan
dalam hal akhlak selain ayat yang sudah kami sebutkan diatas, yakni keindahan kuda dan unta.
Sedangkan kata Kebaikan banyak di sebutkan di dalam Alquran dalam berbagai bentuk.
Kebaikan di gunakan untuk rupa dan makna. B. Pengertian Keindahan Menurut Istilah Ibnu
Taimiyah, mengutip pendapat Ibnu sayyidihi dan Ibnu Al-Atsir, beliau Kemudian Ibnu Al-Atsir
mengatakan keindahan adalah keindahan pada rupa dan makna A. Khudori Soleh, mengutip
pendapat Iqbal, bahwa keindahan adalah bentuk dari ekspresi kehendak, hasrat dan cinta ego
dalam mencapai ego mutlak, karena tenaga hidup ego itu sendirilah yang mengekspresikan diri
dalam perwujudan keindahan Keindahan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa senang bagi
yang melihatnya. (Leon Tolstoy, punjangga rusia), Keindahan adalah suatu yang mendatangkan
rasa senang ( Humon, pujangga inggris) dan keindahan adalah sesuatu yang paling banyak
mendatangkan rasa senang ( Hemsterhuis, pujangga Belanda ) Keindahan adalah susunan yang
teratur dari bagian yang erat antara satu dengan yang lainnya ( Baumgarten, Pujangga Jerman ),
Keindahan adalah sesuatu yang memiliki proporsi yang harmonis ( Shaftesbury, punjangga jerman
). Keindahan adalah keserasian obyek dengan tujuannya ( Emmanue Kant ). Keindahan identik
dengan kebenaran. Keindahan adalah kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya
mempunyai nilai yang sama yaitu abadi dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah.
Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh selera perseorangan, waktu dan
tempat, mode, kedaerahan, lokal. Menurut The Liang Gie, keindahan itu dari bahasa Inggris (
beautiful ), bahasa Prancisnya ( beau ), Italia dan Spanyol yaitu (bello ). Kata-kata itu berasal dari
bahasa Latin ( bellum ). Akhir katanya adalah ( bonum ) yang berarti kebaikan, kemudian
mempunyai bentuk pengecilan menjadi ( bonellum ) dan terakhir dipendekkan sehingga menjadi (
bellum ). Menurut cakupannya, orang membedakan antara keindahan sebagai kulitas abstrak dan
sebagai sebuah bentuk tertentu yang indah. Untuk membedakan ini dalam bahasa Inggris sering
digunakan istilah keindahan ( beauty ) dan benda atau hal yang indah ( the beautiful ). Dalam
pembahasan filsafat kadang-kadang dicampuradukan saja. Selain itu dibedakan pengertian :
keindahan dalam arti luas, keindahan dalam arti estetis murni, keindahan dalam arti terbatas
dalam hubungannya dengan penglihatan. a. Keindahan dalam arti luas mengandung pengertian
ide kebaikan. Misalnya Plato menyebutkan watak yang indah, dan hukum yang indah. Sedangkan
Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik juga menyenangkan. b. Keindahan
dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetik seseorang dengan hubungannya dengan
sesuatu yang diserapnya. c. Keindahan dalam arti yang terbatas mempunyai arti yang lebih
disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan,
yakni berupa keindahan bentuk dan warna. Dapat disimpulkan, bahwa keindahan tersusun dari
berbagai keselarasan dan kebaikan dari garis, warna, bentuk, nada, dan kata-kata, ada pula yang
berpendapat, bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam
suatu benda dan di antara benda itu dengan si pengamat. BAB III KONSEP KEINDAHAN MENURUT
ALQURAN A. MAKNA KEINDAHAN MENURUT ALQURAN Sebagaimana telah diketahui banyak ayat
Alquran telah membicarakan tentang konsep keindahan, yang dalam hal ini ayat-ayat Alquran
yang membahas tentang makna keindahan diantaranya adalah, Q.S, Al-Hujurt (49): 7, Q.S, Ali-
Imran (3): 14, Q.S, Al-Baqarah (2): 212, 1. Kecintaan pada keimanan Q.S, Al-Hujurt (49): 7
(#)u0v=||-#u |& |N'3e( tAuu !-# 4 |uo9 |/'3\e: e 9eO. ,eiB
_|Au{-# |Ae+\o9 s3~o9u v!-# ,=7 N'3.o9e) ,~0M}-#
.uZ|u e |/'3e/u\=\ ov+.u N'3.o9e) t.'3.9-# oulT^.9-#u
t|-u(e\.9-#u 4 7_+~o9& N\o _ev+9-# Z Ayat tersebut termasuk
golongan ayat surah-surah Madaniyyah. Dalam Tafsir Ibnu Katsier Allah berfirman, Tetapi Allah
menjadikan kamu hai orang-orang mukmin, cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu
didalam hatimu dan menjadikan kamu membenci kepada kekafiran, kefasikan dan kemaksiatan.
Mereka yang sifatnya demikian itulah berada di jalan yang lurus dan benar, berkat karunia dan
nikmatnya. Dalam Tafsir Al- Misbah Allah berfirman, Allah telah menjadikan cinta kepada kamu
yakni menjadikan kamu wahai para sahabatnya yang setia, cinta kepada keimanan dan
menjadikannya yakni iman itu indah dalam hati kamu sehingga kamu terjaga dari kejatuhan dalam
kedurhakaan, serta menjadikan benci kepada kamu yakni menjadikan kamu benci kepada
kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan, sehingga dengan demikian kamu mengikuti tuntunan Allah
dan rasulnya. Mereka itulah yang sungguh tinggi keluhuran perangainya, yang merupakan orang-
orang yang mengikuti secara mantap jalan yang lurus. Kata abbaba () menjadikan cinta,
menggambarkan kesenangan seseorang kepada sesuatu, terlepas apakah yang disenangi itu dinilai
baik atau buruk. Yang dijadikan cinta kepada orang-orang yang beriman hanya satu yaitu
keimanan, sedang yang dijadikan benci kepadanya ada tiga yaitu kekafiran, kedurhakaan dan
kefasikan. Ini karena iman terdiri dari tiga unsur yang menyatu, yaitu pembenaran dengan hati,
ucapan dengan lidah dan pengamalan dengan anggota tubuh. Ini hendaknya menyatu tanpa
dipisah-pisah. Dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan memperingati bahwa kamu itu adalah sedang
berkumpul dengan rasul Allah, dengan pesuruh Tuhan. Sebab itu tidaklah layak kamu samakan
saja Rasul Allah itu dengan orang lain. Sedangkan kepada sesama kamu sendiri tidaklah kamu
berdusta, apalagi dengan utusan Allah. Yang jikalau beliau ikuti saja kepada kamu pada
kebanyakan dari pada urusan, niscaya akan sulitlah kamu artinya kalau kiranya kalau kiranya tiap-
tiap laporan saja diikuti oleh Rasullulah dan diterimanya saja apa yang kamu katakana, kemudian
ternyata bahwa berita yang kamu sampaikan itu adalah berita bohong, siapakah yang akan
mendapatkan kesulitan? Padahal beliau dituntut oleh wahyu Ilahi dan oleh kecerdasan fikiran
beliau sendiri. Tetapi Allah telah menimbulkan cinta kamu kepada iman. Ini pun akan membuka
topeng orang-orang pembohong pembuat laporan palsu, sebab disamping mereka pasti terdapat
pula orang yang lebih mencintai iman dan meencintai kejujuran, mengatakan yang sebenarnya,
berfikir lebih dahulu dengan seksama barulah mereka bertindak. Mereka lebih mencintai iman
dari pada membuat berita bohong. Dan dia hiaskan akan dia dalam hati kamu. Maka orang-
orang yang dihiaskan Allah iman dalam hatinya itu lebih suka jika berita yang mereka sampaikan
kepada Rasulullah itu adalah khabar yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan, Dan
ditimbulkannya rasa benci kamu kepada kufur fasik, dan kedurhakaan. Dihiaskan Allah dalam hati
mereka yang baik itu iman dan ditimbulkan pada hati mereka kebencian kepada sifat-sifat buruk
yang dapat mengacaukan masyarakat, yaitu kufur, fasik dan kedurhakaan kepada Allah.
Sedangkan menurut Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran, mengaris bawahi peran Allah swt.
dalam menjadikan cinta kepada keimanan dan menghiaskannya ke dalam hati orang-orang
mukmin, serta menjadikan benci kepada kekufuran, kefasikan, dan kedurhakaan. Itu semua
berdasarkan ilmu dan hikmah ilahi. Penegasan tentang hal ini menurutnya merupakan bisikan
kepada kaum beriman agar berserah diri kepada Allah dan pengaturannya serta merasa tenang
dengan hasil yang akan dicapai. Ia juga mengarahkan manusia agar tidak mengajukan usul atau
bergegas melangkah menyangkut apa yang diduganya baik sebelum memohon batuan Allah untuk
memilihkan yang terbaik. Allah juga memilihkan sekelompok orang di antara hamba-hambanya
agar kalbunya terbuka untuk menerima keimanan, menerangkan hatinya kepada keimanan
tersebut, dan menjadikan indah dalam pandangan indah lalu ruhnya berterbangan menyambut
keimanan serta meraih keindahan dan kebaikannya, pemeliharaan ini merupakan karunia dan
nikmat dari Allah. Tidak ada karunia dan nikmat yang lebih besar dari pada itu, bahkan jika
dibandingkan dengan nikmat keberadaan dan kehidupan sekalipun kenikmatan ini lebih sedikit
dan lebih rendah dari pada nikmat iman. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, Al-
Hujurt (49): 7, menjelaskan bahwa, Allah menjadikan cinta kepada keimanan dan
menghiaskannya ke dalam hati orang-orang mukmin, serta menjadikan benci kepada kekufuran,
kefasikan, dan kedurhakaan, jadi makna keindahan adalah cinta, kecintaan kepada keimanan dan
menjadikan cinta, atau menggambarkan kesenangan seseorang kepada sesuatu. 2. Cinta Syahwat
Q.S, Ali-Imran (3): 14 ,,ei -Z=e9 = eNuu9-# CeB e'!-,Tei+9-#
teZt6.9-#u ee:~o+o).9-#u _oto:Zo)0.9-# CeB =ov!-#
ete.9-#u ~..9-#u ettB+u,T0.9-# O~\|Pu{-#u e|o.9-#u 3
e9o ~tutB _o4uuo.9-# -u|P9-# ( +!-#u .v+e vC(T
>-t0.9-# __ Ayat tersebut termasuk golongan ayat surah-surah Madaniyyah Dalam
Tafsir Ibnu Katsier Allah berfirman. Memberi tahu tentang apa yang disukai dan dicintai manusia
dalam kehidupan dunia ini berupa bermacam-macam kesenangan dan kelezatan seperti wanita-
wanita dan anak-anak. Adapun jika tujuan dari mencintai dan menyukai wanita semata-mata
untuk memperoleh keturunan, maka hal itu merupakan tujuan yang baik, terpuji dan dianjurkan
sebagai mana hadis Rasulullah yang menghimbau umatnya untuk kawin dan memperbanyak
keturunan dan bahwa sebaik-baiknya umat, ialah yang banyak wanitanya. Dalam Tafsir Al- Misbah
Allah berfirman, yang diperindah adalah kecintaan kepada aneka syahwat. Syahwat adalah
kecenderungan hati yang sulit terbendung kepada sesuatu yang bersifat inderawi, material. Hal
hal yang dicintai adalah keinginan terhadap wanita-wanita, anak anak lelaki, harta yang banyak
dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Bahwa yang memperinda
adalah Allah. Adalah merupakan fitrah, yakni bawaan manusia sejak kelahirannya, bahwa dia
mencintai lawan jenisnya, serta harta benda yang beraneka ragam. Sekali lagi syahwat digunakan
sebagaimana digariskan kepada Allah, serta sesuai dengan tujuannya memperindah, maka
semuanya yang disebut itu adalah baik. Dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan Diperhiaskan bagi
manusia kesukaan kepada barang yang diingini. Disini telah terdapat tiga kata. Pertama zuyyina,
artinya diperhiaskan. Maksudnya, segala barang yang diingini itu ada baiknya dan ada buruknya,
tetapi apabila keinginan telah timbul, yang kelihatan hanya eloknya saja dan lupa akan buruk atau
susahnya. Kata kedua ialah Hubb, artinya kesukaan atau cinta. Kata ketiga ialah syahwat, yaitu
keinginan-keinginan yang menimbulkan selera yang menarik nafsu buat mempunyainya. Maka
disebutlah disini enam macam hal yang manusia sangat menyukainya karena ingin hendak
mempunyai dan menguasainya, sehingga yang nampak oleh manusia hanyalah keuntungannya
saja, sehingga yang Nampak oleh manusia hanyalah keuntungannya saja, sehingga manusia tidak
memperdulikan kepayahan buat mencintainya. yaitu dari hal perempuan dan anak laki-laki dan
berpikul-pikul emas dan perak, dan kuda kendaraan yang diasuh, dan binatang-binatang ternak,
dan sawah ladang. Itulah enam macam yang sangat disukai, diinginkan dan dengan berbagai
macam usaha manusia ingin mempunyainya. Sedangkan menurut Sayyid Quthub dalam Tafsirnya
Fi Zhilalil Quran menjelaskan kata ( ) dijadikan indah dalam pandangan manusia
digunakannya dalam bentuk kata kerja pasif disini mengisyaratkan bahwa susunan insting mereka
mengandung kecenderungan-kecenderungan ini. Maka ia merasa senang dan memandangnya
indah. Ini merupakan pengakuan terhadap kenyataan dalam salah satu sisinya, maka pada diri
manusia terdapat kecenderungan-kecendrungan ini dan itu merupakan bagian dari kejadian
asalnya yang tidak dapat diingkari dan dianggap munkar. Ini merupakan kebutuhan yang vital bagi
kehidupan manusia supaya kokoh, berkembang dan berjalan normal. Akan tetapi, fakta juga
membuktikan bahwa didalam fitrah manusia ada sisi lain yang menimbangi kecendrungan-
kecenderungan itu dan menjaga manusia agar tidak tenggelam dalam sisi ini saja serta kehilangan
tiupan keluhuran atau petunjuk dan pengarahannya. Sisi lain ini adalah sisi persiapannya untuk
meningkatkan derajatnya dan persiapan untuk mengendalikan jiwa serta menghentikannya pada
batas-batas yang sehat dalam mengatualisasikan keinginan-keinginan ini. Suatu batas untuk
membangun jiwa dan kehidupan, disamping terus mengusahakan peningkatan mutu kehidupan
dan meninggikannya keufuk yang diserahkan keufuk yang diserahkan oleh embusan keluhuran itu,
serta menghembuskan hati manusia dengan alam yang tinggi, kampong akhirat, dan keridhaan
Allah. Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yah,
apa apa yang diinginkan, disukai, dan lezat, tetapi tidak kotor dan tidak dibenci, ungkapan kalimat
ini tidak memiliki konotasi untuk menganggapnya kotor dan tidak disukai, tetapi ia hanya semata-
mata menunjukkan tabiat dan dorongan-dorongannya, menempatkannya pada tempatnya tanpa
melewati batas, serta tidak mengalahkan apa yang lebih mulia dan lebih tinggi dalam kehidupan,
serta mengajaknya untuk memandang ke ufuk lain setelah merujuk vitalnya apa-apa yang diingini
itu, dengan tanpa tenggelam dan semata-mata bergelimang didalamnya. Berdasarkan uraian di
atas, diketahui bahwa ayat Q.S, Ali-Imran (3): 14 menjelaskan tentang aneka syahwat yang hal itu
memang diciptakan untuk manusia yang tujuannya untuk memperindah, dan semuanya itu baik
selama tidak bergelimang didalam syahwat itu tanpa memperhatikan suatu kewajiban, jadi makna
keindahan adalah cinta dan syahwat atau keinginan manusia yang sifatnya baik dan indah. 3.
Kecintaan kepada berbagai perhiasan Q.S, Al-Baqarah ( 2 ): 212, tti tev#e9
(#. 'o4uuo.9-# -u|P9-# t|(Tou ,eB ,ev!-# (#uZtB#u' '
,v9-#u (#|uo)?-# (Oo|uo( tH|ut et0~u).9-# 3 +!-#u '|t tB
'!-to e|t(e/ 5>-,Te ._. Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah
Madaniyyah Dalam Tafsir Ibnu Katsier menjelaskan, Allah swt memberitahukan perbuatannya
dalam menjadikan kehidupan dunia itu indah bagi kaum kafir yang menyukainya dan
menganderuginya. Mereka mengumpulkan harta benda dan menolak untuk membelanjakannya
dalam perkara yang diridhai Allah. Mereka pun memandang hina terhadap orang-orang yang
beriman, yaitu orang yang berpaling dari dunia, menginfakkan harta yang diperolehnya dalam
lapangan ketaatan kepada Allah, serta memberikannya karena Allah semata. Oleh karena itu
mereka beruntung di hari kemudian. Kedudukan mereka di mahsyar, tempat berkumpul, dalam
perjalanan, dan tempat menetap adalah diatas diatas kaum kafir. Dalam Tafsir Al- Misbah
menjelaskan, yang menghiasi dalam diri mereka bahkan dalam diri setiap insan adalah Allah. Itu
dimaksudkan agar manusia mengingat penghias bukan hiasannya, menjadikan keindahan yang
sangat mengagumkan itu bukti kebesaran dan kekuasaan Allah. Hiasan itu telah tertanam dalam
diri manusia seluruhnya, ia merupakan naluri. Hiasan itu dimaksudkan agar mendorong manusia
memakmurkan bumi ini. Dengan adanya naluri itu, manusia bersedia untuk letih dan berkorban
demi membangun dunia sesuai dengan tuntunan Allah. Hiasan yang melekat dalam diri orang-
orang kafir itu, baik dihiaskan oleh Allah tetapi tidak mereka gunakan sesuai yang dikehendakinya,
maupun dihiaskan dan diperindah oleh setan, menjadikan mereka terus menerus dan berulang
ulang merendahkan menghina orang-orang yang benar-benar beriman. Dalam Tafsir Al-Azhar
menjelaskan Dihiaskan bagi orang-orang yang kafir kehidupan dunia dan mereka hinakan orang-
orang yang beriman. Maksud kafir disini tentu saja perangai dan dasar tempat tegak yang tidak
benar. Terutama tidak mau menerima ajakan kepada persatuan, kepada islam. Mengapa orang
tidak mau diajak? Ia karena mereka telah dirayu oleh kemegahan duniawi. Hawanafsu dan
syaitan-syaitan, itulah yang senantiasa menghabiskan keduniaan itu sehingga orang tetap didalam
kekafirannya. Segala kemegahan dunia, baik pangkat dan kedudukan yang tinggi, atau kekuasaan,
atau kekayaan, ataupun pengaruh, mengikatnya sehingga tidak kuat dia melepaskan diri, untuk
masuk kedalam persatuan akidah. Kaum munafik dibawah pimpinan Abdullah bin Ubai tidak mau
masuk, serba benci, mengapa sejak Muhammad datang, kepemimpinannya terhadap orang
Madinah kelindungan oleh cahaya kenabian Muhammad. Maka semuanya itu merasa diri jatuh,
kalau sekarang menjadi orang yang beriman kepada Muhammad saw. Padahal orang-orang yang
bertaqwa itu akan lebih tinggi dari mereka dihari kiamat. Maka oleh sebab yang mereka fikirkan
hanya kemegahan dunia, tidak memikirkan hari depan, hari bahagia karena iman, mereka tidak
mau turut dalam rombongan orang yang bertaqwa itu. Dan Allah mengaruniakan rezeki kepada
siapa yang dikehendakinya dengan tiada dihitung. Sedangkan menurut Sayyid Quthb dalam
Tafsirnya Fi Zhilalil Quran menjelaskan orang-orang kafir memandang indah kehidupan dunia
karena dia tidak biasa melihat hal yang penting dari keindahan dunia, dia terpaku oleh keindahan
dunia sehingga dia tidak biasa berpikir luas, sedangkan orang yang beriman diangapnya hina,
karena orang yang beriman tidak terpengaruh dengan keindahan dunia sehingga dia tahu apa
yang lebih penting dari semua itu, dan dia masih tetap menjalankan tugas sebagai khalifahannya,
berusaha memakmurkannya, dan memajukannya, dan memperhatikan perkembangannya serta
memproduktifkannya, lalu ia mempergunakan hidupnya untuk sesuatu yang lebih besar dan lebih
mahal dari pada kekayaan dunia ini. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, Al-
Baqarah ( 2 ): 212, menjelaskan bahwa orang kafir bergelimang keindahan dunia tetapi orang yang
beriman tidak terlalu menghiraukan dan tidak terpaku dengan keindahannya, jadi yang menghiasi
dihati orang beriman adalah Allah sehinga orang beriman selalu ingat dengan kebesaran Allah,
bahwa semua keindahan berasal dari Allah dan makna keindahan disini adalah perhiasan yang
menyebabkan timbulnya keindahan.
B. GAMBARAN KEINDAHAN MENURUT ALQURAN Sebagaimana telah diketahui banyak ayat
Alquran yang telah membicarakan tentang konsep keindahan, yang dalam hal ini ayat-ayat
Alquran yang membahas tentang hakekat keindahan diantaranya adalah, Q.S. Al- Gsyiyah (88): 8-
16. Q.S, An-Nr (24): 35-36. Q.S, An-Naml (27): 44. Q.S, Al-Hijr:( 15 ): 16 1. Alquran memberi
gambaran tentang keindahan surga Q.S, Al-Gsyiyah (88): 8-16, vu 7_tB|ut
tuH.-+P V -tk|\,Te9 tu_#u e >tZ 7tue9t| _ e
0(Tv~ -tke( Ztu(~o9 __ -tke( |t tt_ _. -tke( \
ttu\(|B _c >#uu..&u ttu^_|uB __ '_-oou to(u^(tB
_e e1#uu tOu\|7tB _e Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah
Makkiyyah Dalam Tafsir Ibnu Katsier, bahwa Allah menjelaskan wajah-wajah mahluk yang berseri-
seri, yang penuh tanda kesenangan dan kepuasan nikmat, karena puas terhadap amal perbuatan
yang telah dilakukannya menurut tuntutan Allah dan Rasulnya patuh dan taat pada segala
perintah dan larangan sehingga selamatlah ia dari kesesatan dan kebinasaan dunia akhirat, dan
kini menghadapi akhirat dengan berbagai nikmat yang telah diturunkan Allah. Dalam Tafsir Al-
Misbah menjelaskan, setelah ayat-ayat yang lalu menguraikan keadaan penghuni neraka, ayat-
ayat diatas menguraikan keadaan penghuni surga agar manusia memperoleh informasi dan
membandingkannya lalu memilih tempat yang diinginkannya. Ayat diatas menyatakan, banyak
juga muka-muka pada hari itu yang sangat ceria lagi berseri-seri, terhadap usahanya sewaktu
hidup didunia ia ridho, yakni merasa puas dan senang, setelah melihat ganjaran dan anugerah
Allah, mereka berada didalam surga pada tempat dan kedudukan yang tinggi, siapapun engkau
masuk kesurga tidak mendengar didalamnya perkataan yang tidak berguna. Didalamnya ada
aneka jenis mata air yang mengalir dengan deras tanpa putus-putusnya. Untuk memberi
kenyamanan yang lebih sempurna, didalamnya yakni disurga itu ada juga tahta-tahta yang
diinginkan sehingga mereka dapat menikmati padangan kearah manapun dan sambil duduk santai
mereka pun dapat minuman aneka minuman karena disana ada gelas-gelas tanpa pegangan yang
terhidang didekatnya dengan mudah mereka raih dan juga ada bantal-bantal sandaran yang
tersusun rapi dan permadani-permadani tebal lagi halus yang terhampar diberbagai tempat.
Dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan Beberapa wajah dihari itu akan merasakan nikmat. Wajah
kata mufradnya, wujuuh kata jamaknya: artinya ialah muka. Dan muka yang dimaksud disini tentu
jiwa atau hati kita. Karena raut muka menunjukkan takut, atau pun menunjukkan gembira
bahagia, adalah gambaran dari perasaan jiwa sendiri. Datanglah ayat yang selanjutnya
menyatakan sebab timbulnya kegembiraan itu; yang lantaran usahanya sendiri, dia merasa
sentosa. Dengan pernyataan Tuhan demikian, nyatalah bahwa nikmat berganda yang dirasai
kelak diakhirat itu tidak lain dari karena melihat bekas usaha, bekal amal perbuat semasa hidup
didunia dulu. Selanjutnya Allah mencurai memaparkan apa-apa saja jenis nikmat yang akan
dirasakan itu. Didalam surga yang amat tinggi. Baik disebut tinggi karena tempatnya, ataupun
tinggi karena yang duduk disana hanyalah orang-orang yang ditinggikan Allah kedudukannya
karena amalnya. Tidak akan mereka dengar didalamnya hal-hal yang sia-sia. Kalu tiap hari yang
kita dengar hanya kata-kata yang tak berhujung pangkal, jiwa kita rasa tersiksa. Maka dalam surga
itu kelak kata-kata demikian tidak akan dengar lagi. Yang akan kita dengar hanyalah ucapan tasbih
dan tahmid, sanjugan dan pujian kepada Tuhan. Didalamnya ada mata air yang selalu
mengalir.Mata air yang selalu mengalir, atau sungai-sungai yang selalu mengalir, dapatlah
menjelaskan dalam ingatan kita betapa subur, betapa damai, betapa sejuk tempat disana.
Didalamnya ada tempat-tempat peranduan yang ditinggikan. Diatas tempat-tempat peranduan
itulah mereka duduk berbaring berlepas lelah dari kepayaan hidup diwaktu didunia. Dan piala-
piala yang sedia terletak. Sehingga tinggal minum saja. Kadang-kadang dating pelayan-pelayan
remaja mengisi piala itu bila telah habis isinya. Dan bantal-bantal sandaran yang teratur
berbaris. Ini punsatu penggembaraan yang indah disurga, diiringi lagi dengan ayat selanjutnya.
Dan permadani hamparan yang selalu terbentang. Bantal tersusun, permadani terbentang, piala
beredar, peraduan tertinggi, alangkah nikmatnya. Sedangkan dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran, Allah
mengemukakan sebagian dari sifat surga dalam makna yang tinggi, mulia dan cermerlang, setelah
itu disebutkan kenikmatan-kenikmatan yang menyenangkan perasaan indra disebutkan dalam
gambaran yang dapat dibayangkan oleh manusia. Gambaran yang disurga nanti akan dibentuk
sesuai dengan tingkat kejiwaan ahli surga, yang tidak diketahui kecuali orang-orang yang
merasakan didalamnya ada mata air yang mengalir Mata air yang mengalir sumber yang
memancar pemandangan yang indah, keindahan gerakan dan pancaran serta mengalirnya air itu.
Air yang mengalir itu bagaikan menyambut perasaan yang bersangkutan terhadap kehidupan dan
terhadap ruh yang memancar dan mengalir, pemandangan ini menyebabkan kalau dipandang, dan
pada sisi lain menyenangkan jiwa yang meresapinya dengan mendalam. Didalamnya ada tahta-
tahta yang ditinggikan ketinggian ini mengesankan adanya kebersihan dan kesucian. Gelas-gelas
yang terletak didekatnya tersusun dan tersedia siap digunakan untuk minum tanpa mencarinya
dan tanpa mengambilkanya lagi. Bantal-bantal yang tersusun dan tempat-tempat sandaran yang
empuk untuk bersandar dan bersantai ria. Dan permadani-permadani yang terhampar dengan
beludrunya seperti sejadah, yang terhampar disana sini untuk hiasan dan untuk istirahat.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, Al-Gasyiyah (88): 8-16, menjelaskan bahwa,
gambaran keindahan surga terlihat pada mata air yang mengalir sumber yang memancar
pemandangan yang indah dan tahta-tahta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang terletak
disebelahnya, serta bantal-bantal yang tersusun dan permadani-permadani dan lain-lainnya. 2.
Alquran memberikan gambaran indah dan tinggi tentang cahaya Allah yang ditunjukan kepada
orang-orang yang berakal. Q.S, An-Nuur (24): 35 - +!-# uP uu~0TT9-# v|u{-#u
4 ~oOtB _v_uP ;o4uo3(e0. -tke( -t6(eB ( -t6(e0.9-# e
>t ( \t9-# -tk(. =.|u. A_q ou eB ;ot|v
7t2t~t6B 7ttPuI| e 7t+e| eu 7te/( o3t -tk0|
' |uo9u (Oo9 (T,T(0o? \-tP 4 uP 4v?t 9uP 3 e|ku +!-#
_v_uZe9 tB '!-to 4 Ye(ou +!-# ~~oO.Bu{-# -+=e9 3 +!-#u
c~'3e/ >'( Oe=t| ce Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah
Madaniyyah Dalam Tafsir Ibnu Katsier, bahwa Allah swt adalah pemberi cahaya langit dan bumi,
perumpamaan cahaya seorang mukmin yang didadanya penuh iman dan taqwa adalah seperti
sebuah lubang yang tak tembus yang berada di dinding rumah, yang biasanya digunakan tempat
lampu. Di lubang tidak tembus itu ditempatkannya pelita besar berada didalam kaca. Kaca itu
seakan-akan bintang yang bercahaya seperti mutiara yang dicahayakan dengan minyak dari pohon
yang banyak berkahnya, ialah pohon zaitun yang tumbuh di puncak bukit dan dapat sinar
matahari, baik diwaktu matahari terbit atau pun diwaktu matahari akan terbenam, sehingga
pohonnya tetap subur dapat menghasilkan minyak zaitun yang baik. Minyak pohon itu hampir-
hampir member penerangan walaupun tidak tersentuh api. Cahaya diatas cahaya berlapis-lapis
seperti cahaya iman dan Alquran yang berpadu di dada seorang mukmin. Dan Allah membimbing
kepada cahayanya siapa yang dikehendakinya dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan
kepada bagi manusia dan dialah yang mengetahui segala sesuatau. Dalam Tafsir Al- Misbah
menjelaskan, ayat ini dapat dihubungkan dengan akhir ayat yang lalu yang menjelaskan bahwa
Allah menurunkan ayat-ayat demikian jelas serta menjelaskan segala tuntunan yang berkaitan
dengan kebutuhan hidup duniawi dan ukhrawi manusia. Ayat ini bagaikan berkata: Diturunkannya
oleh Allah ayat-ayat yang berfungsi seperti dikemukakan itu disebabkan karena Allah adalah
memberi cahaya kepada lagit dan bumi baik cahaya yang bersifat material yang dapat dilihat
dengan mata kepala, maupun immaterial berupa cahaya kebenaran, keimanan, pengetahuan yan
lain-lain yang dirasakan dengan mata hati. Perumpamaan kejelasan cahayanya adalah seperti
sebuah cela dinding yang tak tembus sehingga tidak diterpa angin yang dapat memadam cahaya,
dan membantu pula menghimpun cahaya dan memantulkannya kearah tertentu yang didalamnya
ada yakni diletakan pelita besar. Pelita itu didalam kaca yang sangat bening dan kaca itu
sedemikian bersih dan bening sehingga ia bagaikan binatang yang bercahaya, serta mengkilap
seperti mutiara. Pelita itu diyalakan dengan bahan bakar berupa minyak dari pohon yang ditanam
dilokasi yang diberkahi sehingga tanah dan tempat tumbuhnya baik yaitu pohon zaitun yang
tumbuh di tenggah, tidak di sebelah timur,dan tidak pula disebelah barat, sehingga dia selalu
ditempa oleh cahaya matahari sepanjang hari. Karena jernihnya hampir-hampir saja minyaknya
meneragi sekelilingnya, walaupun ia yakni pelita tidak disentuh api. Cahaya diatas berlapis cahaya.
Demikian perumpamaan petunjuk Allah yang terbentang di alam raya ini dan yang diturunkannya
melalui para nabi. Allah membimbing kepada cahayanya siapa yang dia kehendaki dan Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan yang bersifat indrawi dan kongkret dan memaparkannya
bagi manusia untuk memudahkan mreka untuk memahi hal-hal yang abstrak dan Allah
mengetahui segala sesuatu termasuk mereka yang mempersiapkan diri untuk menerima petunjuk-
petunjuknya. Kata () Nur digunakan oleh bahasa dalam arti sesuatu yang menjelaskan/
penghilangan kegelapan sesuatu sifatnya gelap atau tidak jelas. Ia digunakan dalam pengertiaan
hakiki untuk menunjukkan sesuatu yang memungkinkan mata menangkap bayangan-bayangan
benda disekitarnya. Disini nur merupakan sesuatu yang dapat ditangkap oleh mata, dan dalam
saat yang sama, mata pun dapat menangkap apa yang disinari olehnya. Dengan demikian dia
adalah terang dan menerangi. Kata tersebut kemudian digunakan dalam arti majazi untuk
menunjukan sesuatu yang menjelaskan hal-hal yang bersifat abstrak. Ini bermula dari hal-hal yang
bersifat kongkret dan indrawi, sehingga panca indra pun secara majazi dinamai nur. Dengan
terjangkau hal-hal yang bersifat indrawi, seperti pendengaran dan rasa. Penggunaan ini kemudian
berkembang lagi sehingga akal yand dapat menganalisisi dan menangkap hal-hal yang bersifat
abstrak dinamai juga nur. Dengan demikian ilmu yang berfunsi menghilangkan kekaburan dan
kegelapan yang menyelubungi benak seseorang. Kata nur yang digunakan Alquran, paling tidak
mempunyai sebelas makna, yaitu: 1) Agama Islam, 2) Iman, 3) Pemberi petunjuk, 4) Nabi
Muhammad saw, 5) Cahaya siang, 6) Cahaya bulan, 7) Cahaya yang menyertai kaum mukminin
ketika menyerbang Shirat/Titian, 8) Penjelaskan tentang halal dan haram yang terdapat pada
taurat, 9) Injil, dan 10) Alquran, serta 11) Keadilan. Dalam Tafsir Al-Ahzar menjelaskan bukanlah
semua langit bersama bumi menghasilkan suatu cahaya yang bernama Allah. Tetapi wujudnya
Allahlah. Adanya tuhan, mencahayai dan menyinari seluruh langit, bumi, cakrawala dan seluruh
yang maujud ini. Matahari dan Bulan berjalan menurut kadar yang tertentu dan bukan
mengelilingi bumi, dan Bumi mengelilingi Matahari. Semuanya dengan takdir dan jangka yang
sangat teratur. Bintang-bintang berjuta-juta dan berjuta diatas Al-Koon, tidak pernah terjadi
kekacauan, karena ada kekuasaan tertinggi yang menyinarinya, yang menimbulkan cahaya dan
semangat padanya. Maka dalam alam segalanya kelihatan, Allahlah yang menjadi cahayanya.
Sampai tumbuhnya padi disawah, tumbuhnya jagung di ladang. Apa pun dan kemana pun wajah
memandang kelihatanlah Allah. Bukan dengan mata yang tidak ada artinya ini, karena dia hanya
alat saja untuk melihat lagi dengan mata batin untuk mengenal cahaya itu. Musa bermunajat
diatas bukit Thursina. Dia ingin benar melihat wajah Allah. Perlihtakan mukamu kepadaku, ya
Rabbi! Tidak kata Tuhan. Engkau sekali-kali tidak akan dapat menatap wajahku. Lalu Musa
disuruh menghadapkan penglihatan mata dan penglihatan hatinya kepada gunung, dan kesana
tuhan pancarkan sinarnya. Hancur luluh gunung itu, laksana es ditimpa panas terik mengalir
menjadi pasir kebawah Ampuni aku. Tuhanku!Ampuni aku! Musa Tersungkur Pingsan. Cahaya
langit dan bumi dan seluruh alam ini tegak diatas Nur, dan diatur diatas Nur, Nurlah yang
memberikan jauhar hidupnya dan wujudnya. Revolusi besar dalam perkembangan ilmu
pengetahuan telah terjadi dengan dahsyat dan hebatnya dalam abat 20 ini, Sekelumit dari pada
ilmu tentang cahaya itu, Nur itu telah didapat oleh manusia. Suatu yang dinamai Materi (Maddah),
sesudah atom dapat dipecahkan telah menimbulkan sinar, dan sumber sinar adalah Nur! Bahkan
materi itu sendiri tidak lain dari pada Nur. Atomnya materi adalah gabungan dari pada Elektron
dan Neutron. Inti Neutron dari semua ini adalah Nur, adalah cahaya Allah. Sedangkan dalam Tafsir
Fi Zhilalil Quran, menjelaskan bahwa texs ayat yang sangat menakjubkan ini, timbul bersama
dengan cahaya yang tenang dan mencerahkan, sehingga tersebar keseluruh alam, ia juga tersebar
keseluruh perasaan dan anggota-anggota badan ia mengalir keseluruh sisi dan aspek kehidupan
sehingga, seluruh alam semesta bertasbih dalam lautan cahaya yang sangat terang, cahaya itu itu
berasal dari langit dan bumi, cahaya itulah yang memberikan inti keberadaanya pada akhirnya
manusia dapat menngeahui sedikit dari hakikat besar itu dengan ilmu mereka, sehinga dengan
ilmu itu manusia bias membelah melekul-melekul yang tidak bertopang kecuali cahaya. Setelah
pemaparan tentang langit dan bumi, kembali kepada penjelasan tentang lubang angin kecil yang
terdapat di dinding selain jendela biasanya disitu diletakan lampu sehingga cahaya terhimpun dan
mengarah dengan sasaran, perumpamaan cahaya bagaikan lampu yang ada didalam pelita, dan
jaga itu menjaga pelita dan tipuan angin dan kaca itu juga membuat cahayanya makin terang dan
germelap, cahaya minyak zaitun merupakan cahaya paling bening, bersih dan bercahaya.
Sesunguhnya itu merupakan cahaya Allah yang menyinari segala kegelapan langit dan di bumi,
cahaya itu tidak seorang pun yang mengetahui hakikat dan jangkauanya. Orang-orang yang
dikehendaki Allah adalah orang-orang yang dibukakan hatinya bagi cahayanya sehingga dapat
melihatnya, cahaya itu tersebar selamanya dilangit dan dibumi dan tidak pernah putus, tidak
terhalang dan tidak tertutup. Sesungguhnya perumpamaan yang digambarkan oleh Allah
merupakan cara pendekatan kepada pengetahuan manusia karena dia maha mengetahui tentang
kemampuan akal manusia. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, An-Nr (24): 35-
36 menjelaskan tentang cahaya langit yang menerangi bumi yang terang, cahayanya bagaikan
cahaya iman didalam hati, yang cahayanya diatas berlapis cahaya dengan demikian maka
gambaran keindahan ada pada tingginya cahaya Allah berupa cahaya langit. 3. Allah juga
memberikan gambaran keindahan yang gemerlapan didalam kehidupan kita didunia,
menceritakan nikmat Allah dan mengunakannya untuk ketaatan. Seperti tentang istana Nabi
Sulaiman yang dimasuki Ratu Saba. Q.S, An-Naml (27): 44, ~e -o; _?',|-#
|'9-# ( -s0v=o( .?&u |It6T Zt|'9 (Mt.u t -.o- 4
tA-o .+Pe) |, +0B eiB t_#uuo 3 (Mo9-o Yu eoTe)
^M(0v=o .tP ^M(0v=(&u tB ,~0.v= ! |>u te0v=~\.9-#
__ Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah Madaniyyah Dalam Tafsir Ibnu Katsier,
menjelaskan setelah singgasana Balqis berada dihadapan Sulaiman, maka diperintahkan oleh
beliau agar singgasan itu dirubah sedikit bentuknya atau warnanya yang hijau dijadikan dan yang
asalnya kuning menjadi merah. Tujuan Nabi Sulaiman dari perintah itu ialah beliau handak
mencoba apakah Bilkis masih dapat mengenal singgasan sesudah diadakan perubahan itu atau
tidak mengenalnya. Maka tatkala Balqis sudah tiba ditunjukkannya kepadanya singasan itu
ditannya: Adakah serupa ini singgasanku? Balkis memberikan jawaban yang menandakan
kecerdasan otaknya, ketajaman ingatanya dan kepadanya berdiplomasi. Ia menjawab: seakan-
akan dialah singgasanku. Kemudian ia dipersilahkan masuk dalam istana, yang lantainya terbikin
dari kaca diatas kolam air, sehingga ketika ia masuk disingkapnyalah kedua batisnya. Berkata
Sulaiman kepadanya: sesungguhnya bukan air yang engkau injak, lantai ini sangat licin karena
terbuat dari kaca. Balqis yang menyembah matahari beserta kaumnya, setelah dating bertemu
dengan nabi Sulaiman dan menerima dawahnya serta menyadarinya sebagai nabi Allah yang
telah diberikannya Mukjizat berupa kerajaan yang kekuasaannya meliputi jenis manusia, jin, dan
binatang, maka pada akhirnya berserahlah kepada nabi Sulaiman dengan mengucapkan
pernyataannya dan taubatnya dari sikap dzalim terhadap diriku sendiri dan pada hari ini aku
berserah diri bersama nabi Sulaiman kepada Allah semesta alam. Dalam Tafsir Al- Misbah
menjelaskan setelah selesai ujian pertama yang telah dilalu sang Ratu dengan sukses, kini
dilanjutkan dengan ujian kedua, daalam bentuk praktek. Ayat ini menjelaskan bahwa: dikatakan
oleh petugas istana kepadanya yakni kepada Ratu Bilkis itu silahkan masuklah kedalam ruangan
terbuka istana. Maka tatkala dia melihatnya yakni melihat lantainya, dikiranya lantai itu kolam air
yang besar padahal sebenarnya lantainya dibuat dari kaca yang sangat bening dan dibawah lantai
itu mengalir air bahkan konon ikan-ikan, maka dia melanjutkan perjalanannya dengan berhati-hati
disikapkannya air, konon dibukakannya juga alas kakinya, atau boleh jadi ketika itu dia tidak
memakai alas kaki, melihat hal itu dia yakni Nabi Sulaiman berkata kepada kepada sang Ratu:
sesungguhnya yang ia kira air adalah istana lain yang terbuat dari kaca yang amat bening
melihat dan menyadari betapa agung Nabi Sulaiman, dengan ilmu serta kekayaannya, dia yakni
sang ratu berkata: tuhanku sesungguhnya aku telah menganiaya diriku yakni dengan
membanggakan kekuasaanku dan durhaka kepada tuhan dan aku berserah diri bersama Nabimu
Sulaiman kepada Allah yang maha esa, tuhan pemelihara dan pengendali semesta alam. Ucapan
ratu Saba itu dinilai oleh sementara ulama mengandung dua sisi. Pertama adalah pensucian diri
dari segala keyakinan yang salah serta aneka kedurhakaan dan ini tercermin dalam kalimat
sesungguhnya aku telah menganiaya diriku dan yang kedua menghiasi diri dengan keyakinan yang
benar serta pengalaman yang baik dan ini tercermin oleh ucapannya dan aku berserah diri
bersama sulaiman kepada Allah, tuhan semesta alam. Penyebutan nama Sulaiman menisyaratkan
bahwa ia mengikuti beliau dalam ajaran yang dibawanya. Dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan lalu
disambungkan kedatangannya dengan serba kebesaran: Dikatakan kepadanya: Masuklah
kedalam Mahligai. Artinya bahwa buat menyambut kedatangannya, Raja Sulaiman telah
membuat sebuah mahligai yang sangat indah, yang dalam mahligai itu akan akan diletakan
singgasannya dan dia akan duduk bersanding dengan Nabi Sulaiman. Dia dipersilahkan masuk
kemahligai itu: Maka tatkala dia melihat lantai mahligai itu disangkanya bahwa itu kolam air.
Karena mahligai itu telah diperbuat dari pada cermin atau crystal. Maka disimbahkannyalah
kedua belah pahanya. Tetapi ternyata kedua kakinya tidak basah. Lalu dia berkata:
sesungguhnya itu adalah mahligai berlantai licin dari cermin. Karena indah pembuatannya dan
sangat teratur susunannya, sepintas lalu keadaannya laksana berombak. Pada waktu itu
Kalahlah Ratu Bilkis, dan jatuhlah dia kedalam tawanan Nabi Sulaiman. Dan dia pun mulai
menyerah: Dia berkata: Tuhanku! Mulailah dia memanggil Allah sebagai Tuhannya.
sesungguhnya aku telah menganiaya diri sendiri. Karena aku menyembah kepada selain Allah:
Dan aku telah menyerahkan diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan sekalian alam.
Sedangkan dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran, menjelaskan kejutan itu berupa istana dari Kristal yang
fondasinya diatas air dan tampak diatas air dan tampak seperti kolam air yang besar. Maka ketika
dikatakan padanya masuk ke dalam istana dia menyangka bahwa dia akan memasuki kolam air
yang besar itu, maka disikapkanya kedua batisnya setelah kejutan itu sempurna, barulah nabi
Sulaiman membuka rahasianya, berkata Sulaiman sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat
dari Kaca. Ratu itu berhenti dengan kejutan yang luar biasa dihadapan keajaiban-keajaiban yang
tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa. Hal itu menunjukan bahwa telah ditundukkan bagi
Sulaiman kekuatan yang terbesar dari kekuatan manusia. Maka diapun kembali kepada Allah dan
bermunajat kepadanya dengan mengakui kezaliman dirinya sebelumnya yang telah menyembah
selain Allah. Hati ratu itu telah diberi hidayah dan telah bersinar-sinar yang terang benderang. Dia
mmenyadari bahwa kepasrahan itu hanya milik Allah dan tidak boleh tunduk kepada seorang pun
selain dirinya, walaupun orang itu seorang nabi seperti Sulaiman yang telah dianugerahkan
berbagai macam Mukzijat. Sesungguhnya Islam itu hanya untuk Allah Tuhan sekalian alam; dan
bersahabat dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan orang-orang yang berdakwah
dijalannya, dalam kedudukan yang sama rata dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada
Allah tuhan sekalian alam. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, An-Naml (27):
44, menjelaskan tentang gambaran keindahan yang diceritakan tentang nabi Sulaiman dan Ratu
Balkis, yang memberikan kejutan kapada ratu bulkis tentang istana yang lantainya terbuat dari
kaca sehingga ratu Balkis kagum dengan kekuasaan Allah Lalu ratu Balkis mengakui mukzijat nabi
Sulaiman dan beriman kepada Allah. 4. Alquran memberikan gambaran keindahan yang terdapat
pada langit Q.S, Al-Hijr:( 15 ): 16 (o)o9u -uZ(=\ e e'!-0TT9-# |/
-~+|u (ce^~+=e9 _e Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah
Madaniyy Dalam Tafsir Ibnu katsier, menjelaskan Allah Swt menyebutkan penciptaan langitnya
yang tinggi dengan bintang-bintang yang germelapan yang menghiasinya serta planet-planet yang
bergerak maupun yang tidak semuanya itu merupakan tanda-tanda yang nyata akan wujudnya
bagi orang yang sangup merenungkan dan memikirkan. Dalam Tafsir Al- Misbah menjelaskan ayat
ini menyatakan, dan sesungguhnya kami telah menciptakan di langgit gugusan bintang-bintang
yang jika mereka sadari, maka tidak perlu lagi mereka menutut aneka bukti dan kami telah
menghiasinya yakni langit itu bagi para pemandang sehingga langit dan hiasannya itu dapat
memuaskan nalar dan rasa manusia dan mengantarnya percaya kepada keesaan Allah Swt. Dalam
Tafsir Al-Azhar menjelaskan Dan sesungguhnya telak kami jadikan dilangit bintang-bintang dan
kami perhiasi dia bagi orang-orang yang sudi melihatnya. Pada kesan yang pertama dari ayat ini,
semua orang dapat memandang kelangit merenungkan bintang-bintang. Memang sangat
indahnya bintang-bintang menghiasi langit, tetapi bagi orang yang sudi melihat dan
memperhatikannya. Tetapi apabila diperdalam lagi dalam langkah kedua, terasalah hubungan
bintang dilangit dengan kehidupan kita. Ditanah Arab, tanah tempat ayat diturunkan karena
kurangnya awan yang mendiding mata menghambat bintang-bintang itu, maka seakan akan
bintang-bintang itu dekat benar rasanya, seakan akan dapat dijemba dengan tangan. Orang-orang
Badwi di padang pasir itu, demikian bertautnya kehidupan mereka dengan alam, sampai zaman
kita ini, menghafal nama bintang-bintang yang kelihatan, diluar kepala. Apabila diperdalam lagi
kepada tingkat yang ketiga sampailah kita kepada ilmu pengetahuan alam yang berdalam-dalam,
pengetahuan Ruang Angkasa, Teleskop yang besar-besar didunia, yang telah sampai penyelidikan
ahli-ahli ilmu pengetahuan bahwa bintang dilangit itu mempunyai kelompok-kelompok yang
dinamai Galaxy atau kepulauan-kepulauan yang masing-masing kepulauan itu melingkungi tidak
kurang dari pada 100 milyard. Dan kami perhiasan dia bagi orang-orang yang sudi melihat.
Memang asyiklah ahli-ahli ilmu bintang itu memperhatikan kuasa Allah diluar bumi kita ini, yang
sangat ajaib dan indah, padahal bumi kita hanya laksana satu butir pasir saja diantara 100 milyar
bintang dalam kelompok atau Galaxy yang melingkungi dia Sedangkan menurut Tafsir Fi Zhilalil
Quran, menjelaskan ayat ini mengisyaratkan bahwa keindahan adalah salah satu tujuan dari
penciptaan langit. Ia tidak hanya diciptakan dengan ukuran besar, tidak sekedar apik, tetapi semua
keindahan tampil dalam setiap unsur dan tampilan dari koordinasi setiap unsur Orang yang
memandang wajahnya ke langit dimalam gelap gulita disaat bintang-bintang menyebar dengan
cahayanya, lalu cahayanya meredup, mata secara perlahan mengalihkan pandangan serupa juga
terjadi dimalam purnama disaat bulan tampil sempurna dan alam sekitarnya terkantuk-kantuk
seolah-olah ia menahan nafasnya dan tidak membangunkan malam yang sedang menikmati
kebahagian. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, Al-Hijr:( 15 ): 16 menjelaskan
tentang gambaran keindahan langit berupa planet dan bintang-bintang, yang bergermilapan
sehingan itu menjadi gambaran yang nyata. C. MANFAAT KEINDAHAN MENURUT ALQURAN
Sebagaimana telah diketahui banyak ayat-ayat Alquran yang telah membicarakan tentang konsep
keindahan, yang dalam hal ini ayat-ayat Alquran yang membahas tentang manfaat keindahan
diantaranya adalah, Q,S, Qaf ayat: 6-11. Q.S, An- Naml ayat: 60. Q,S, An-Nahl Ayat: 5-6. Q,S, An-
Nahl ayat: 8. Q,S An- Nahl ayat: 14. Q,S, Al-Khafi ayat: 7, Q,S, Al-Arf ayat: 31. 1. Menjadikan
pelajaran dan peringatan Q.S, Qaf ( 50): 6-11 (Ov=o(& (#l^Zt v<e) e'!-0TT9-#
(Mo|uo( #.. -~o+.tt/ -~+|u -tBu -o; eB 8\( e
uv|u{-#u -~tP|-uZ.o).9&u-~tP|tB -tke( ,uu -uZ|uu;/P&u
-tke( eB c~'. s| 8ket/ Z Zou|7o? 3t..eu 3 c~'3e9 7|6t
5=e+B V -uZ.9tPu ,eB e'!-0TT9-# |'!-tB Z.t~t6B -uZ|Iu;/Po(
ee/ ;M~Z T=u ett.:-# ~|Z9-#u ;M~o)-t/ -o; (=o
+P _ -|._q e-t6e\(=e9 ( -uZ|u(&u ee/ Zot-(#t/ -I.B
4 7e9. \.:-# __ Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah Makkiyyah
Dalam Tafsir Ibnu Katsier Allah SWT. berfirman, Tidakkah mereka melihat langgit yang telah kami
ciptakan yang berhiaskan berbagai bintang dan planet serta bumi yang telah kami hamparkan dan
kami luaskan kemudian kami letakkan gunung-gunung yang kukuh untuk mencegah
keguncangannya dan kami tumbuhkan diatas permukaannya segala macam pasangan tanaman
yang sangat indah dipandang mata. Allah menciptakan semua itu untuk menjadikan pelajaran dan
peringatan bagi hamba-hamba Allah yang selalu mengingat kepadanya dan menyadari kekuasaan
serta kebesaranya. Selanjutnya Allah berfirman. Dan kami menurunkan air dari langit yang
membawa berkah dan bermanfaat, dengan air itu kami tumbuhkan pohon-pohon yang
membentuk taman-taman dan kebun-kebun serta biji-bijian yang dapat diketam. Juga pohon-
pohon kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang bersusun-susun telah tumbuh dengan
suburnya berkat air hujan yang diturunkan oleh Allah dari lagit, semuanya itu sebagai pemberian
rezeki Allah kepada hamba-hambanya. Dan sebagaimana Allah dapat menghidupkan tanah yang
sudah mati ( gersang ) dengan air hujan. Dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa, aneka jenis
tumbuhan dengan keistimewaannya masing-masing tumbuh dari air dan tercurah dari lagit, itu
saja sudah menunjukkan betapa kuasanya Allah SWT. Ditambah lagi bahwa aneka tumbuhan itu
disamping bermanfaat juga indah dipandang mata. Dengan demikian, ini semua seharusnya lebih
mengundang manusia untuk bersyukur sekaligus kagum kepada sang pencipta. Dalam Tafsir Al-
Azhar menjelaskan Apakah tidak mereka lihat kepada langit yang ada diatas mereka. Dia berupa
pertanyaan, tetapi mengandung ajakan dan seruan. Menegadahlah keatas dan lihatlah langit yang
tinggi itu, dengan warnanya yang biru jernih disiang hari dan bintang berkelap kelip dimalam hari,
cobalah renungankan Betapa kami membangunkannya dan kami perhiasi dia, alangkah
indahnya bangunan itu. Apabila mansia berperasaan halus, tidaklah dia akan pernah merasakan
bosan melihat kehebatan bangunan langit. Dan tidak ada padanya keretakan. Tidak ada padanya
kebocoran, sehingga walaupun bagaimana lebatnya hujan, bukanlah langit yang tiris. Keretakan
itu dapat diartikan kebesaran Ilahi yang manusia tidak dapat mencapainya karena terlalu tinggi.
Dan bumi pun kami hamparkan dia dan kami letakan padanya gunung-gunung. Dapat kita
rasakan ketika kita berdiri diatas lereng gunung yang agak tinggi maka berhamparlah bumi
dibawah kita. Dan kami tumbuhkan padanya tanaman-tanaman yang indah. Ini pun dapat kita
rasakan bila kita perhatikan perbedaan padang pasir yang kering gersang dengan bumi yang subur
dengan tumbuh-tumbuhan. Bagaimana Allah mengatur keindahan alam dengan adanya tanaman-
tanaman, tumbuh-tumbuhan, dan pohon-pohon, serta rumpu-rumput, yang semuanya itu
memberikan kedamaian pada jiwa kita. Untuk menjadikan pelajaran dan peringatan bagi tiap-
tiap hamba yang ingin kembali. Dalam ayat ini dijelaskan apa gunaya Allah menganjurkan kita
untuk melihat alam dan ciptaan Allah yang lainnya, agar kita menjadikannya peringatan,
bahwasanya itu berdiri adalah atas kehendak maha kuasa Allah. Dan kami turunkan air dari langit
yang banyak mengandung berkat. Diturunkan air dari langit; air itu ialah air hujan dan langit itu
ialah tampak yang tinggi. Air itu membawa berkat ke atas bumi ini. Didalam ayat yang lain, yaitu
dalam Surat 21, Al-Anbiya ayat 30: (Oo9u& tt tev!-# (#. |&
eNuu~0TT9-# uv|u{-#u -tutP2 -Z).?u -0~o+.)tuo( ( -o+(=\u
,eB e'!-0.9-# ~'. >'( ~_ ( o(& t|uZeB|o c Berdasarkan
kepada ayat ini, maka dalam zaman modern abad kedua puluh ini dibeberapa padang pasir yang
kering di Libya, di Saudi Arabia dan lain-lain. Orang mempergunakan alat-alat berat buat mengali
tanah mengeluarkan air dari bumi yang kering, sehingga timbullah air dan padang pasir yang
beribu tahun lamanya kering gersang sudah mulai dapat ditanami, sebab air adalah jadi
bergantung hidup. Banyak mengandung berkat. Sehingga karena air tanaman hidup, dan karena
tanaman hidup manusia pun dapat pula melanjutkan hidup ditempat itu; Maka kami tumbuhkan
dengan dia kebun-kebun dan biji tanaman yang diketam. Ayat ini pun memperluas fikiran kita
manusia untuk betani, yang memberikan hasil berlipat ganda bagi penghidupan. Didalam ayat
dikelaskan bahwa turun air hujan dari langit itu penuhlah dengan berkat, membawa kesuburan
dan kekayaan bagi hidup manusia. Dan pohon korma yang menjulang tinggi, baginya ada mayang
yang bersusun-susun. Ayat ini pun membayangkan keindahan yang akan dapat kita lihat
bilamana kita mengembara dinegara-negara yang subur padanya pertumbuhan korma. Ataupun
didaerah-daerah lain di Aljazair menuju Morokko, tinggi-tinggi menjulang, dan kelihatan
mayangnya bersusun-susun, dalam tiap-tiap susunan itu kelihatan buahnya. Pada musim panas
buah kurma kering dan masak sehingga korma menjadi makanan yang mengenyangkan dan sama
kenyangnya ketika kita memakan nasi. Rezeki bagi hamba-hamba. Yaitu hamba Allah. Dan kami
hidupkan dengan dia negeri yang telah mati. Artinya ialah bahwa dengan datangnya hujan, maka
negeri-negeri yang telah mati dapat hidup kembali, yang lesu dapat menjadi segar; seperti itu
jualah kebangkitan. Sedangkan menurut Tafsir Fi Zhilalil Quran, menjelaskan bahwa bumi yang
membentang, gunung-gunung yang kukuh, dan tanaman yang elok mengilustrasikan kestabilan,
kekukuhan dan keindahan bagi mata melihat kelanggit didepan pemandangan bangunan langit
yang tinggi nan elok dan bumi yang membentang kukuh dan indah, Allah menyentuh kalbu kaum
musyrikin mengarahkan kesalah satu sisi hikmah penciptaan dan kepermukaan lembaran
Makrokosmos itulah pelajaran yang dapat menyingkapkan hijab, menyinari pandangan membuka
kalbu, dan menautkan ruh dengn mikrokosmos yang menekjubkan ini keindahan ciptaa, hikmah,
dan keteraturan yang ada dibalik semua itu merupakan pelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh
setiap hamba yang kembali, yaitu hamba yang pulang kepada tuhan dengan segera. Itulah
komunikasi antara kalbu manusia antara dengan aneka pengaruh alam semesta yang indah dan
mempesona. Air yang turun dari langit merupakan tanda yang menghidupkan kalbu mati, sebelum
ia menghidupkan kalbu yang mati, sebelum ia menghidupkan bumi yang mati, pemandangan itu
tentu saja memiliki dampak yang khas terhadap kalbu hujan juga menyenangkan anak-anak dan
membuat hatinya berbunga-bunga. Tetapi hati orang dewasa pun yang peka merasa senang
dengan pemandangan itu dan hatinya bertepuk tanggan seperti halnya kalbu anak-anak yang
masih fitrah. Disini Allah menyipati air dengan keberkahan sebagai sarana untuk aneka biji, buah,
benih dan pohon kurma, dia menyifati pohon kurma dengan ketinggian dan keindahan
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, Qaf (50): 6-1, menjelaskan bermacam-
macam aneka tumbuhan yang terlihat indah yang diciptakan Allah seperti air hujan, yang
semuanya itu banyak manfaatnya bagi manusia maupun bagi mahluk dan tumbuhan yang
lainnnya. Dan menjadi pelajaran dan peringatan terhadap umat manusia. 2. Pembuktian dan
kebesaran Allah Q,S. An- Naml ( 27) : 60 (B& t,v={ eNuu~0TT9-# uv|u{-#u
tAtP&u N^6o9 CeiB e'!-0TT9-# |'!-tB -uZ|uu;/Po( ee/ t,_!#tv
#o 7t|(t/ -B _2 (O'3o9 |& (#uIe6.\? !-ot|v 3 ~o9e'& B
!-# 4 |~t/ |N\o H|uo t|u'9e|\t e Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah
Makkiyyah Dalam Tafsir Ibnu katsier Allah SWT. berfirmannya, bertanya dalam nada ingkar kepada
orang-orang musyrikin yang menyekutukan tuhan-tuhan lain kepada Allah di dalam persembahan
mereka: Allah-kah yang lebih baik ataukah tuhan-tuhan yang mereka persekutukannya kepada
Allah, atau siapakah yang telah menciptakan lagit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya,
berupa bintang-bintang planet-planet, bukit-bukit, lautan yang luas dan pohon-pohon serta
tanaman yang beraneka ragam, binatang-binatang yang melata maupun yang berkaki yang empat,
dua dan sebagainya. Dan siapakah yang telah menurunkan air untukmu dari langit, kemudian
dengan air itu tumbuh berbagai macam tanaman dan pohon-pohon serta beraneka bunga yang
membentuk kebun-kebun yang memberi pemandangan yang indah yang kesemuanya itu adalah
diluar kekuasaan manusia untuk menumbuhkannya. Dalam Tafsir Al- Misbah menjelaskan bahwa,
ayat di atas masih melanjutkan perbandingan antara Allah dengan sembahan-sembahan kaum
musyrikin, setelah ayat yang lalu menekankan pembicaraan tentang tindakan Allah terhadap para
pembangkang serta penyelamatan serta kedamaian yang dianugerahkannya kepada hamba-
hambanya yang taat, kini ditonjolkan ciptaan Allah swt. agar dibandingkan dengan apa yang dapat
dilakukan oleh siapapun selainnya. Ayat diatas mempertanyakan tentang penciptaan guna
membuktikan keesannya sekaligus mengigatkan manusia tentang nikmatnya. Ia menyatakan,
apakah berhala-berhala yang kamu sembah itu lebih atau apakah siapa yakni atau apakah dia
yaitu Allah yang telah menciptakan tanpa contoh sebelumnya lagit dan bumi dan yang
menurunkan air hujan untuk manfaat kamu bukan untuk Allah, itu dia turunkan dari langit melalui
hukum-hukum alam yang ditetapkannya, lalu kami maha kuasa untuk menumbuhkannya yakni
dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sukai walaupun kamu
merupakan mahluk-mahluk hidup yang dapat bergerak dan merasa tidak mampu menumbuhkan
pohon-pohonya apalagi berhala-berhala yang kamu sembah tapi tidak hidup? Tentu tidak! Jika
demikian apakah disamping Allah ada tuhan yang lain. Ada pengalihan redaksi dari persona ketiga
pada firmannya: siapa yang telah menciptakan lagit dan bumi dan seterusnya, ke persona pertama
lalu kami menumbuhkan dengannya kebun-kebun. Peralihan ini bertujuan menekankan
kemahakuasaan Allah untuk menumbuhkan dengan air yang sama beragam tumbuhan dan
beragam rasa juga untuk mengisyaratkan adanya keterlibatan manusia dalam penumbuhanya
berbeda dengan penciptaan lagit dan bumi serta karena tidak satu pun yang mengaku
menciptakan lagit dan bumi serta turunya hujan. Dalam penciptaan dan bumi tidak ada yang
terlibat hanya Allah sendiri, ada pun penumbuhan tumbuhan maka tidak jarang manusia memiliki
keterlibatan dalam penumbuhan melalui penanaman benih dan pengairan serta pemeliharaan
tumbuhan. Karena pengalihan redaksi sebagaimana terbaca diatas dan karena itu pula digunakan
kata kami untuk mengisyratkan keterlibatan itu. Dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan sebagai
sambutan dari pertanyaan yang sebelumnya, dating lagi pertanyaan Tuhan: Atau, siapakah yang
menciptakan semua langit dan bumi? Siapa yang menciptakan langit yang berlapis tujuh itu?
Langit yang indah tempat kita bernaung, dihiasi dengan bintang-bintang yang mengagumkan itu?
Bumi, yang dijadikan hamparan tempat manusia berdiam, yang segala sesuatunya penuh dengan
warna dan keindahan. Dan segala sesuatunyamenyimpan kekayaan yang tidak kunjung habis.
Dan telah menurunkan kepada kamu air dari langit, maka dari air itulah pangkal hidup, baik
binatang atau tumbuh-tumbuhan dan suburlah alam. Lalu kami tumbuhkan dengan air itu kebun-
kebun yang indah permai. Termasuklah didalamnya sawah ladang. Termasuklah didalamnya
berbagai kebun besar ditanah-tanah yang luas, yang ditanami oleh manusia dengan secara teratur
menurut ilmu pengetahuan tentang bumi. Lalu ditegaskan supaya manusia jagan lupa. Tidaklah
ada upaya kamu buat menumbuhkan pohonnya. Manusia hanya menanamkan. Adapun yang
menumbuhkan hanya semata-mata. Suburnya padi bergantung kepada penanaman dimusim
hujan. Ini semua di insafi oleh manusia. Sebab itu datanglah ini pertanyaan: Adakah Tuhan lain
selain Allah. Setelah manusia merenungkan kejadian langit dan bumi itu, dan setelah manusia
melihat bagaimana turunnya hujan membawa air untuk menyiramdan menyuburkan bumi sampai
timbul kebun-kebun, sawah ladang dan tanaman-tanaman yang indah, pastilah sampai fikiran
manusia kepada maha pencipta. Dari bekas yang diciptakan timbullah kesan tentang kebesaran
yang menciptakan. Disinilah timbul dengan sendirinya pertanyaan sebagai terlukis dalam ayat-
ayat ini. Adakah tuhan lain bersama Allah. Pasti jawabannya dalam hasil fikiran yang murni,
tidak ada! Maka orang-orang yang mengingkari keesaan Allah, yang mengakui bahwa ada pula
tuhan selain Allah, adalah orang yang tidak jujur. Orang yang mendustai fikirannya yang murni.
Diakhir ayat dikatakan: Bahkan mereka adalah kaum yang berpaling. Yang berpaling dari
kebenaran, berpaling dari garis lurus logika fikiran. Sedangkan menurut Tafsir Fi Zhilalil Quran, air
hujan yang diturunkan juga merupakan hakikat yang dapat disaksikan dan tidak mungkin dapat
diingkari, seseorang tidak memiliki alasan untuk mengingkarinya selain harus berikrar bahwa ia
memiliki penciptaan yang mengatur. Dia telah menciptakan langit-lagit dan bumi dengan aturan
yang sesuai dimana yang itu memungkinkan turunya hujan dengan kadar tertentu yang membuat
adanya kehidupan seperti ini, maka tidak mungkin hal itu terjadi dengan kebetulan kemudian
kebetulan-kebetulan itu bersepakat datang dengan tertib dan teratur rapi dengan ukuran yang
rapi. Pertimbangan turunya hujan itu erat sekali dengan hajat mahluk hidup khususnya manusia
pengkhususan itu tampak dalam Alquran dalam firman Allah: Dan yang menurunkan air untukmu
dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah.
Alquran mengarahkan hati-hati dan pandangan pada jejak-jejak dan unsur-unsur penghidupan
yang ada dalam air yang turun untuk manusia sama dengan kebutuhan hidup mereka, jejak-jejak
dan pengaruh itu sering mereka lalaikan, lalu kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang
berpemandangan indah. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, An-Naml (27): 60
menjelaskan tentang pembuktian Allah terhadap kekuasaan dan kebesarannya kepada orang yang
menyembah selain Allah, dan bukti-bukti tersebut berupa tumbuh-tumbuhan, pohon-pohon, dan
binatang yang bermacam-macam selain indah dipandang juga banyak sekali manfaatnya bagi
manusia. 3. Kegunaan binatang ternak yang bermacam-macam Q.S, An-Nahl ( 16 ): 5-6
,O~\|Pu{-#u -o)v=, 3 |N^6o9 -e( \'(-e e~o+tBu -|+eBu
t|u\=^2(o? e |N'3o9u -e( A-uHoo (e t|utc\? tevu t|uu(sv~
e Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah Makkiyyah Dalam Tafsir Ibnu katsier Allah
SWT. berfirman, menyebut-nyebut beberapa diantara nikmat-nikmatnya. Bahwa dia telah
menciptakan binatang-binatang ternak, seperti unta, sapi, dan kambing yang dapat diambil
manfaatnya oleh manusia; kulit dan bulunya untuk dijadikan pakian yang member kehangatan
badan, susunya dapat diminum dan dagingnya dapat dimakan, selain itu binatang-binatang ternak
itu juga dapat memberikan keindahan Dalam Tafsir Al- Misbah menjelaskan bahwa, Allah telah
menciptakan binatang ternak, dia telah menciptakannya memiliki keistimewaan antara lain
memiliki bulu yang dapat menhangatkan kamu dan terdapat nikmat makan yang menyangkut
nikmat Allah SWT dan pada gilirannya menuntut kesinambungan mensyukurinya. Ayat ini
mengaris bawahi, nikmat keindahan. Ia melepas kendali kepada manusia untuk memandang
keindahan, menikmati dan melukiskannya sesuai dengan subjektivitas perasaannya. Demikian
kesan yang muncul ketika membaca ayat yang redaksinya berbicara tentang keindahan secara
lafaz ini. Ini mengantarkan kita berkata bahwa Alquran mengakui subjektivitas seniman dan seni
dapat diekspresikan oleh siapa pun , perorangan atau kelompok masyarakat budaya dan
kecenderungan masing-masing. Dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan Dan bintang-bintang ternak
itu, Dia jadikan itu buat kamu. Ada kerbau, sapi, kambing, dan lain-lain, semuanya dijadikan atau
dijinakan buat kamu: Padanya ada kehangatan dan banyak manfaat dan dari padanya kamu
makan. Kehangatan kamu dapat dari bulunya, yang dapat kamu tenun menjadi pakaian kamu, dan
berbagai manfaat yang lain, misalnya kulitnya untuk sepatu dan lain-lain, dan dari padanya yaitu
dari dagingnya kamu makan, Daging menjadi sangat penting sebagai gizi penguat badan. Dan
untuk kamu padanya ada keindahan, seketika kamu kembalikan dan seketika kamu keluar.
Amatlah indahnya seketika kamu mengembala mengiringi binatang-binatang itu dipetang hari dari
padang kembali kedalam kandangnya, betapa di beriring-iring dengan perut kenyang ; anak-
anaknya mengiringi induknya. Dan amat indahnya lagi seketika dia keluar pagi-pagi dibuka lagi
pintu kandangnya lalu dihalaukan lagi ke padang rumput yang subur itu. Dengan secara pendek
ayat ini telah menanamkan rasa seni dalam jiwa manusia. Misalnya dilereng bukit rumputnya
subur, matahari telah condong ke barat, gembala menghalaukan dengan tongkat ditanggan.
Apabila itu dilihat, timbullah rasa keindahan dalam jiwa, dan ingatlah kita akan sumber aslinya
segala keindahan. Al-Jamal, yang mendapat sebutan terang pada ayat ini. Sedangkan menurut
Tafsir Fi Zhilalil Quran, menjelaskan bahwa dalam lingkungan diturunkan pertama kali, dan
tentunya lingkungan seperti itu banyak, di setiap lingkungan sawah ladang dan lingkungan-
lingkungan perkebunan tetap mendominasi dunia sampai hari ini. Dalam lingkungan yang
demikianlah tampak nikmat binatang ternak yang tampaknya anak keturunan adam tidak akan
bias hidup. Binatang ternak yang dulu pernah hidup dan dikenal di jajirah arab adalah unta, sapi,
domba, dan kambing, Adapun kuda bighal dan keledai hanya digunakan sebagai kendaraan dan
perhiasan serta tidak dimakan dagingnya. Oleh karenanya, ketika dikemukakan nikmat ini disini,
Alquran mengingatkan bahwa semua itu adalah sarana yang sangat dibutuhkan manusia, lantaran
kecintaan mereka kepadanya pada binatang ternak terdapat yang menghangatkan (bulu) dari jenis
kulit, wol, kapas, dan rambut semua ini banyak manfaatnya bagi manusia, begitu pula yang
terdapat pada susu, daging, dan lain sebagainya. Dari situlah kita makan dagingnya, susu dan
minyaknya selain itu, pada binatang ternak yang memikul beban kesuatu negeri yang jauh ada
hikmahnya bahwa kita tidak akan sanggup sampai kenegeri tersebut melainkan dengan bersusah
payah. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat Q.S, An-Nahl (16): 5-6 menjelaskan
tentang binatang-binatang ternak yang yang banyak sekali manfaatnya, binatang tersebut selain
diambil dagingnya biasa juga dimanfatkan sebagai binatang tunggangan dan kulit binatang juga
digunakan sebagai baju untuk melindungi panas dan dingin. Q.S, An-Nahl ( 16 ): 8 ~.o.:-#u
tA-t(e7.9-#u ue0o.9-#u -ou62|tIe9 ZtuZeu 4 ,\=.ou -tB e
t|u0v=|\o? V Ayat tersebut termasuk golong ayat surah-surah Makkiyyah Dalam Tafsir Ibnu
Katsier Allah SWT. berfirman, ini adalah jenis lain dari binatang-binatang yang diciptakan Allah
untuk hamba-hambanya umat manusia, yaitu kuda, baghal, (peranakan kuda dan keledai) dan
keledai diciptakan Allah menjadi binatang tunggangan dan juga binatang perhiasan yang member
keindahan pandangan. Dalam Tafsir Al- Misbah menjelaskan bahwa, siapa yang memandang kuda-
kuda yang tangguh dan kuat, atau binatang lain, maka hatinya akan berdecak kagum karena
keindahannya, dan bukan hanya itu sebagai alat transportasi dan hiasan, tetapi dia, yakni Allah
Swt, secara terus menerus menciptakan aneka ciptaan baik alat transportasi maupun perhiasan
apa yang tidak mengetahuinya sekarang tetapi kelak akan kamu ketahui dan gunakan jika kamu
mau berpikir dan mengarahkan segala potensi yang ada, dan Allah menciptakan juga apa yang
kamu tidak akan mengetahuinya sama sekali hingga ciptaan itu kamu lihat dan ketahui Dalam
Tafsir Al-Ahzar menjelaskan Dan kuda, baghal dan keledai untuk kamu tungagi dia dan jadi
perhiasan. Sehingga belum lama berlalu masanya, bahwa kuda tunggangan adalah merangkap
menjadi kendaraan dan perhiasan. Dan dia jadikan pula apa yang tidak kamu ketahui. Tuhan
hanya memberikan syarat bahwa disamping binatang-binatang ternak untuk kendaraan, yaitu
kuda, baghal, ( peranakan diantara keledai betina dengan kuda jantan, sehingga baghal itu
badannya sebesar badan kuda, tetapi berbentuk keledai dengan telinga besar), dan keledai, dan
ada pula dijadikan Tuhan kendaraan lain yang kita tidak tahu. Niscaya menjalarlah fikiran kita
didalam menafsikannya. Apa yang diketahui Tuhan iala yang tidak diketahui manusia dizaman
Alquran turun? Yang diabad kita ini telah diajarkan Tuhan kepada manusia yaitu kendaraan
bermotor, mobil, dan lain-lain. Sedangkan menurut Tafsir Fi Zhilalil Quran, menjelaskan ayat ini
mengandeng ayat yang menerangkan penciptaan binatang ternak untuk dimakan, ditunggangi dan
dijadikan sebagai perhiasan, kuda binghal dan keledai diciptakan tidak lain untuk diunggangi dan
sebagai perhiasan agar kesempatan senantiasa terbuka lebat kepada hal-hal yang baru dan
fasilitas-fasilitas kendaraan angkutan, tunggangan dan perhiasan yang jelas, tashawwur mereka
tidak akan tertutup diluar batasan-batasan lingkungan ini, diluar batasan-batasan zaman yang
menaungi mereka, untuk itu maka Allah menginginkan agar manusia memahami lebih lanjut,
hikmat dibalik apa yang berada dialam wujud ini disetiap tempat dan masanya, dimana disana
tersimpan fenomena-fenomena lain, sehingga tashawwur dan jangkauan mereka menjadi lebih
luas dan jauh kedepan. Selain itu Allah juga menginginkan agar mereka segera merespon ketika
ada dan tersingkap fenomena-fenomena lain tersebut, bukan hanya sekedar lewat dan
menyaksikannya begitu tanpa mengunakan dan mengambil manfaat yang baik dari padanya
begitu pula sebagainya, agar mereka jangan berucap. Bapak-bapak kami hanya menggunakan
binatang-binatang ternak tersebut.( kuda binghal dan keledai ). Maka kami pun demikian tidak
mengunakan selain yang mereka, pernah gunakan itu bukan Alquran hanya menyebutkan jenis
binatang-binatang ternak ini saja lalu bagaimana mungkin kami mengunakan selainnya.
Berdasarkan uraian diatas, diketahui bahwa ayat Q.S, An-Nahl (16): 8, menjelaskan bahwa Allah
menciptakan binatang berupa keledai untuk tunggangan dan juga binatang perhiasan yang
memberi keindahan pandangan. Jadi selain binatang tersebut indah dipandang tapi binatang
tersebut bermanfaat bagi manusia untuk ditunggangi. 4. Sebagai Cobaan atau Ujian Q,S. Al-Khafi
(18): 7-8 -+Pe) -o+(=\ -tB v?t v|u{-# Zto+e -o; (O\ouu\=|7o+e9
|Nk& ,T(& O0t -+Pe)u t|u\=e\~|o9 -tB -tk|v=t| #+e\,=
# Ayat tersebut termasuk golongan ayat surah Makkiyyah Dalam Tafsir Ibnu Katsier Allah
SWT. berfirman, dalam ayat yang telah lalu, Allah menghibur Rasulnya, Muhammad Saw. Yang
bersedih hati, karena kaumnya yang berkepala batu dan engan beriman kepadanya, Janganlah
engkau bersedih hati dan membinasakan dirimu, menyesalkan tindakan mereka yang enggan
beriman, sampaikanlah risalahku kepada mereka, barang siapa diberi hidayah ( mengikuti
petunjuk ) maka itu untuk kepentingan dirinya sendiri dan barang siapa yang tersesat, maka itu
adalah untuk kerugian dirinya sendiri. Kami jadikan dunia ini tempat tinggal tidak kekal, tempat
berikhtiar dan berusaha bukannya tempat tinggal yang kekal dan abadi. Kemudian ayat yang
selanjutnya Alla SWT, berfirman dan kami jadikan apa yang ada diatas bumi ini sebagai perhiasan,
untuk menguji siapa diantara mereka yang paling baik amalnya. Dalam Tafsir Al- Misbah
menjelaskan bahwa, setelah ayat yang lalu melarang Nabi Muhammad saw. Terlalu bersedih atas
penolakan kaum musyrikin, ayat ini menjelaskan bahwa menjadikan mereka beriman adalah di
luar kemampuan Nabi Muhammad saw. Karena Allah menciptakan setiap orang dengan potensi
untuk berbuat baik atau jahat, dan menyediakan pula sarana ujian, sehingga masing-masing
dipersilahkan untuk memanfaatkan potensi dan petunjuk Allah tanpa pemaksaan dari
siapapun,ayat ini melukiskan hal tersebut dengan firmannya: Sesungguhnya kami telah
menjadikan segala apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya yakni bagi bumi dan padangan
indah pula oleh penghuni-penghuninya, agar kami menguji mereka melalui mereka melalui apa
yang terdapat apa yang terdapat di bumi dan yang menjadi hiasan itu, sehingga kami dapat
mengetahui dalam kenyataan, seperti apa yang telah kami ketahui dalam ilmu kami yang azali,
siapa diantara mereka yang terbaik amalnya yakni yang paling ikhlas dan paling sesuai dengan
tuntunan kitab suci. Dan sesungguhnya kami pada akhir perjalanan hidup manusia di dunia ini,
demikian juga menjelang kiamat nanti, benar-benar akan menjadikan pula apa yang diatasnya
termasuk aneka hiasannya menjadi tanah rata lagi tandus walau sebelum itu, bumi hijau dan
subur, penuh dengan berbagai bentuk keindahan hidup. Ayat ini menjelaskan hakikat kehidupan
duniawi yaitu bahwa jiwa manusia pada mulanya adalah jiwa yang suci, luhur dan tinggi, tidak
cenderung kepada kehidupan duniawi yang rendah, tetapi Allah swt. telah menetapkan bahwa
jiwa itu tidak dapat mencapai kesempurnaan dan kebahagiaannya yang abadi kecuali dengan
akidah yang benar serta amal-amal shaleh. Untuk itu Allah swt. mengantarnya menuju akidah
yang benar dan amal shaleh serta menempatkannya di arena dan saranan penyucian jiwa yakni
menempatkannya di dunia untuk waktu tertentu dengan jalan menjadikan jiwanya memiliki
hubungan dan kecenderungan ke bumi melalui kenyamanan hidup seperti, harta anak dan
kedudukan. Dengan demikian, apa yang ada di bumi terlihat indah dalam pandangan manusia,
hiasan-hiasan duniawi disukainya, dan atas dasar itu pula jiwanya cenderung kebumi merasa
tenang kepadanya. Nah, apabila waktu yang ditentukan Allah untuk keberadaannya di bumi telah
berakhir, yakni setelah rampung masa ujian dan masa penyucian jiwa, Allah swt. mencabut
hubungan dan kecenderungan masing-masing manusia kepada bumi serta menghapus keindahan
dan hiasan dunia dalam pandangannya, Ketika itulah dunia dilihatnya bagaikan tanah yang
gersang tanpa tumbuhan dan keindahan dan ia pun dipanggil kembali menghadap Allah dalam
keadaan sendiri sebagaimana ia datang ke bumi sendirian. Perlu digaris bawahi bahwa menjadikan
bumi indah bukan saja untuk kepentingan pemuasan rasa manusia, tetapi juga sebagai pendorong
aktivitasnya serta merupakan salah satu yang dapat mengantar nalar manusia meyakini wujud dan
keesaan Allah. Dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan lalu Allah melanjutkan sabdanya:
sesungguhnya telah kami jadikan apa yang ada dibumi ini sebagai perhiasan baginya. Artinya,
bahwasanya segala yang ada dimuka bumi ini adalah perhiasan bagi bumi ini sendiri. Ada gunung-
gunung, danau dan laut, sawah dan ladang. Demikian juga binatang-binatang dengan berbagai
warna dan perangi, ada yang liar dan jinak. Demikian juga tumbuh-tumbuhan, dari kayu dihutan
sampai rumput yang sehelai. Semuanya itu adalah perhiasan bagi bumi ini. Bahkan ada perhiasan
yang tersembunyi, digali baru keluar, sebagai emas dan perak, intan dan berbagai permata. Guna
apa semaunya itu dijadikan perhiasan bagi bumi. Karena kami hendak menguji mereka, siapa
diantara mereka yang baik amalnya. Ditakdirkan Allah hiduplah memenuhi bumi ini. Maka
berlombalah manusia mengambil atau menggali atau mencari yang tersembunyi dari perhiasan-
perhiasan yang ada dimuka bumi itu untuk kepentingan hidupnya. Manusia berlomba
menghasilkannya, tetapi manusia diuji dalam perlombaan itu; mana yang bekerja baik dan mana
yang bekerja buruk, mana yang jujur dan mana yang curang. dan sesungguhnya kelak akan kami
jadikan apa yang ada diatasnya menjadi tanah rata lagi tandus. Artinya: Tidaklah ada yang kelak
diatas pemukaan bumi ini. Mulanya nampak bumi berhias dengan berbagai warna, namun
kelaknya perhiasan itu akan hilang. Bumi akan rata dan tanahnya akan tandus. Satu bangsa
bermegah naik, kemudian jatuh, satu pemerintah mulanya kuat menjadi roboh. Manusia penghuni
dunia yang berlomba itu pun sehabis berpayah-payah berlomba-lomba hilanglah dari permukaan
bumi dan tidak kembali lagi. Sedangkan menurut Said Quttub dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran
menjelaskan Allah maha tahu. Akan tetapi, Allah pasti mebalas perbuatan yang berasal dari
hamba-hambanya dan apa yang berhak mereka terima atas amal-amal mereka dalam kehidupan
dunia ini. Sedangkan, tentang orang orang yang tidak berbuat baik, Allah tidak menyebutkan
karena dapat dipahami dengan jelas dari pernyataan tersebut. Akhir dari perhiasan itu pasti
terjadi, karena bumi pasti kembali bebas darinya dan orang-orang yang berada diatasnya pasti
berubah menjadi rata, kering, keras, dan tandus. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ayat
Q.S, Al-Khafi (18): 7-8 menjelaskan bahwa Allah memberikan anugerah berupa potensi akal yang
banyak sekali manfaatnya karena dengan adanya akal manusia bisa membedakan mana yang baik
dan yang buruk sehinga potensi akal itu dijadikan indah bagi orang yang berfikir dan semuanya itu
adalah ujian dan cobaan. 5. Penutup Aurat dan berpakaian yang bagus serta berhias. Q,S. Al-Arf
(7) : 31 _t6~t tH#u' (#'\{ |/'3tIte Ze c~'. 7|(TtB (#u\=^2u
(#u/u]-#u eu (#)u\(e(s\~ 4.+Pe) e =et' te(e(s0.9-# Ayat tersebut
termasuk golong ayat surah-surah Makkiyyah Dalam Tafsir Ibnu katsier berpendapat bahwa, ayat
ini sebagai penolakan atas pendapat kaum musyrikin yang tawaf di Kabah dengan telanjang.
Karena itu Allah dalam ayat yang menyeru berpakaian terutama yang menutupi aurat. Juga
dianjurkan supaya memakai pakaian yang bagus pada tiap ibadah di mesjid untuk shalat atau
tawaf. Maka karena inilah Nabi Saw, menganjurkan supaya berpakaian yang bagus indah ke shalat
jumat, hari raya dan juga berharum-haruman dan mengosok gigi. Ibnu Abbas ra. Berkata, bahwa
Rasulullah saw. Bersabda:
; :
Dalam Tafsir Al- Misbah, menjelaskan hai anak-anak Adam, pakailah pakaian
kamu yang indah minimal dalam bentuk menutup aurat, karena membukanya pasti buruk.
Lakukan itu disetiap memasuki dan berada di mesjid, baik mesjid dalam arti bangunan khusus,
maupun dalam pengertian luas, yakni persada bumi ini, dan makanlah makanan yang halal, enak,
dan bermanfaat lagi bergizi, berdampak baik serta minumlah apa saja, yang kamu sukai selama
tidak memabukkan tidak juga mengganggu kesehatan kamu dan jaganlah berlebih-lebihan dalam
segala hal, baik dalam beribadah dengan menambah cara atau kadarnya demikian juga dalam
makan dan minum atau apa saja, karena sesunguhnya Allah tidak menyukai, yakni tidak
melimpahkan rahmat dan ganjaran bagi orang yang berlebih-lebihan dalam hal apa pun. Dalam
Tafsi Al-Azhar menjelaskan sekarang datanglah tuntunan Allah, bagaimana adab sopan-santun bila
mana hendak menghadapkan wajah kepada Allah itu. Wahai anak-anak Adam! Pakailah
perhiasan kamu pada tiap-tiap mesjid. Dengan menyampaikan seruan kepada seluruh anak
Adam, dapatlah kiata fahamkan bahwa Agama Islam ini bukanlah khusus untuk suatu bangsa saja,
melainkan benarlah bahwa Muhammad saw, itu rahmat bagi seluruh alam. Laki-laki dan
perempuan disini diperintahkanlah kepada mereka, tegasnya kepada kita semuanya bahwa kaluar
kita masuk ke suatu mesjid, artinya kalu kita hendak bersujud sembahyang, karena arti asal dari
mesjid ialah tempat sujud, hendaklah kita memakai perhiasan. Artinya hendaklah memakai
pakaian yang pantas dan yang terasa oleh hati kita sendiri bahwa begitulah yang pantas. Selain
dari itu dapat pula kita fahamkan, kalau anak Adam hendak masuk ke Mesjid, hendaklah merka
mengambil perhiasan terlebih dahulu. Jaganlah masuk-masuk saja kedalam mesjid dengan
senberono, tidak teratur. Kita telah maklum menurut susunan ayat, bahwa sebab turun ayat ini
ialah karena orang jahiliyah masuk ke Mesjidil Haram dan Tawaf dengan bertelajang. Dalam ayat
ini sudah dijelaskan bahwasanya bukan saja masuk ke dalam Masjidil Haram, bahkan masuk ke
dalam segala Mesjid hendaklah berhias baik-baik, hendaklah pelihara suasana Mesjid itu, karena
dia tempat menyembah Allah dan tempat berkumpul berjamaah. Dan kalau kita kita perdalam lagi
pengertian Mesjid yaitu tempat bersujud sembahyang kepada Allah, walaupun dalam rumah
sendiri, sebaiknya sediakan tempat khusus untuk sembahyang, sehingga tempat yang dikhususkan
itu terpelihara kebersihan dan kehormatannya. Dan ketika akan sembahyang, hendaklah
berpakian yang teratur sehingga Nampak bahwa ketika akan menghadap Allah, kita benar-benar
menghiasi diri kita ) (

. . .
Hadits diatas, sekaligus menjadi Asbabu Nuzul yang menegaskan tentang bantahan terhadap
orang-orang jahiliyah yang pada saat melakukan Thawaf di Kabah dengan telanjang bulat dan
teriak-teriak dan anjuran kepada anak Adam untuk memakai pakaian yang indah ketika masuk ke
Mesjid. Dari Hadits diatas maka turunlah dua ayat yaitu surah Al-Arf (7): 31 dan 32 Dalam Tafsir
Fi Zhilalil Quran, menjelaskan bahwa Allah menyeru mereka supaya mengenakan perhiasan yang
berupa pakian yang telah diturunkan kepada mereka, yaitu pakian yang bagus pada setiap kali
melakukan ibadah, diantaranya ketika melakukan thawaf yang biasa mereka lakukan dengan
telanjang, mereka haramkan pakaian yang tidak diharamkan oleh Allah, bahkan Allah
memberikannya sebagian nikmat atas hamba-hambanya maka Allah lah yang lebih layak mereka
ibadahi dengan melakukan ketaatan kepadanya degan menjalankan syariat yang telah
diturunkannya, bukan malah meninggalkannya juga bukan dengan melakukan perbuatan keji
sebagaimana yang biasa mereka lakukan Rasulullah Saw, sendiri memakai pakaian yang indah,
bahkan suatu ketika beliau memperoleh hadiah berupa pakaian yang bersulam benang emas, lalu
beliau naik ke mimbar, namun beliau tidak berkhutbah dan kemudian turun. Sahabat-sahabatnya
sedemikian dengan baju itu, sampai mereka memegang dan merabanya. Nabi saw, bersabda,
:
: : :

: : . Demikian beliau
memakai baju yang indah, tetapi beliau tetap menyadari sepenuhnya tentang keindahan surgawi.
Berdasarkan uraian di atas, diketahuupai bahwa ayat, Q.S, Al-Arf (7) : 31. menjelaskan tentang
berpakaian yang indah dan kita dianjurkan untuk berhias supaya kelihatan indah dan menutup
aurat selain indah pakain yang diturunkan oleh Allah juga banyak manfaatnya. BAB IV PENUTUP
Pada bagian akhir penelitian ini akan ditutup dengan menarik kesimpulan berdasarkan
permasalahan yang telah diajukan dan pembahasannya telah diuraikan terdahulu. Disamping itu
pula, akan dilengkapi saran-saran kepada pihak yang terkait yang berkepentingan. A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan
mengenai Konsep Keindahan Menurut Alquran itu sebagai berikut: Keindahan secara Etimologi
adalah sifat-sifat keadaan yang indah seperti kecantikan, keelokan, sedangkan kata indah adalah
kabar dari rupa, biasanya kabar selalu melebihi keadaan sebenarnya, atau indah bisa diartikan:
peduli akan menaruh perhatian. Sedangkan secara terminologis keindahan adalah sesuatu yang
mendatangkan rasa senang bagi yang melihatnya. Makna keindahan diantaranya adalah:
Kecintaan kepada pada keimanan, Kecintaan kepada Syahwat, Kecintaan kepada berbagai
perhiasan. Gambaran keindahan diataranya adalah: Alquran memberikan gambaran keindahan
surge, AlQuran memberikan gambaran indah dan tinggi tentang cahaya Allah yang ditunjukan
kepada orang-orang yang berakal, Allah juga memberikan gambaran keindahan yang gemerlapan
didalam kehidupan kita didunia, menceritakan nikmat Allah dan mengunakannya untuk ketaatan.
Seperti tentang istana Nabi Sulaiman yang dimasuki Ratu Saba, Al-Quran memberikan gambaran
keindah yang terdapat pada langit. Manfaat keindahan diantaranya adalah: Menjadikan pelajaran
dan peringatan, pembuktian dan kebesaran Allah, kegunaan binatang ternak yang bermacam-
macam, Allah menciptakan binatang tunggangan ( Transportasi didarat ) sekaligus hiasan,
ditundukannya lautan dan hasil yang ada didalamnya, sebagai cobaan dan ujian, penutup Aurat
dan berpakaian yang bagus serta berhias. B. Saran- Saran Setelah mengetahui tentang keindahan
menurut Alquran yang sudah dijelaskan pada bab-bab terdahulu, maka dapat ditarik beberapa
saran yang berhubungan dengan masalah keindahan sebagai berikut: 1. Cintailah keindahan
karena Allah mencitai keindaha 2. iman itu adalah keindahan yang hakiki. 3. Keindahan yang
diinformasikan Alquran adalah iman di dalam hati yang bersinar terang sehingan dengan iman
itulah menimbulkan cahaya yang sangat indah. DAFTAR PUSTAKA Alquran dan Terjemahnya,
Jakarta, Departemen Agama, 1993. Abdul Baqi, Muhammad Fuad, Mujm al-Mufhras li Alfazh
Alquran, Baerut, Dar al Fikr, 1996. Abdur Rauf, Muhammad Idris, Kamus Idris Al-Marbawy Arab-
Melayu Indonesia, Darul HayaI al- Kutubul Arabiyah, t.th. af Munawwir, Adib Bisri, Kamus
Indonesia Arab-Arab Indonesia Al-Bisri, ditelaah dan ditashih oleh Ahmad Warso Munawwir dan
Mustafa Bisri, Surabaya, Pustaka Progresif, 1999. al-Asfahany Ragib, Mujm al-Mufradat li Alfazh
Alquran, Beirut: Dar al-Fiqr, 1998. al-Maraghi, Ahmad Mustafa, Terjemah Tafsir Al-Marghi,
Semarang, Toha Putra, 1984. At-Turmuji Al-Imam Al-Hafiz Abi Abbas Muhammad Ibn Surat, sunan
Turmiji Jami shoheh, Bairut: Dar al- Fikr, 1990/ 1415 H. Al-Qasimy Jamaludin M, Mauizah al-
Mumin, diterjemahkan oleh M. Abai Rohani dengan judul: Bimbingan Untuk Mencapai Tingkat
Mukmin, Bandung: CV Diponegoro, 1975. al-Hafiz Abi Abdullah Muhammmad Ibn Yazid Al-Qazwini
Ibn Majjah, Sunan Ibnu Majah, Bairut: Darul Fikir, 1990/ 1415 H. Abu Hamid bin Muhammad Al-
Ghazali: Mutiara Ihya Ulumuddin, Diterjemahkan oleh Rusan, Jakarta: C.V. Mulja 1963. Abu Hasan
Muslim bin al-Hajjaj bin Kausyaz al-Qusyairy an-Naisaburiy Muslim, Shahi Muslim, Bairut: Dar al
Fikr, 1990/ 1415 H. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta,
Balai Pustaka, 2001. David Trueblood David, Philosophy Of Religion, Diterjemehkan oleh Rasidin
M, Filsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1965. Hamka Buya, Tafsir Al-Azhar : Jakarta, PT Pustaka
Panjimas, 1982. http:// Warta Warga, guna darma. Ac.id/2010/03/ pengertian Keindahan. Izzani,
Ahmad Metode Ilmu Tafsir, Bandung: Tafakur, 2007. Mahdi Muhammad bin al-Naraqi, Dzar Abi,
penghimpun kebahagiaan: dilengkapi dengan presentasi visual ,Jakarta: Lentera , 2003.
Muthahhari Murtadha Fitrah, Diterjemahkan dari beberapa buku Bahasa Arab dan Inggris. Oleh
Haidar Baqir, Jakarta: lentera, 1999. Muhdlor, Zuhdi A. Ali Atabik, Kamus Kontemporer Arab
Indonesia, Yongyakarta: Multi Karya Graka, 1999. Mawardi, Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar,
Ilmu Budaya Dasar, Bandung: Pustaka Setia, 2002. Nasir, Sahilun A, Ilmu Tafsir Alquran, Surabaya;
al-Ikhlas, 1987. Notowidagdo Rohimah, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Alquran dan Hadis,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Abu Hasan Muslim bin al-Hajjaj bin Kausyaz al-Qusyairy an-
Naisaburiy Muslim, Shahi Muslim, Bairut: Dar al Fikr, 1990/ 1415 H. Partanto, A. Pius , Yuswono
Trisno , Kamus Kecil Bahasa Indonesia, Surabaya: Arkola 1994. Quthb, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil
Quran: di Bawah Naungan alquran, Jakarta, Gema Insani, 2004. Said, Bahreisy, Salim Bahreisy,
Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir, Surabaya, Bina Ilmu, 1992. Soleh, Khudori A , Wacana Baru
filsafat Islam, Yonyakarta: Pustaka Belajar, 2004. Shihab, Umar, Kontekstualitas Alquran, Kajian
Tematik atas ayat-ayat hukum dalam Alquran, Jakarta: Penamadani, 2005. Syaikhul Islam Abu Al-
Abbas Ahmad bin Ab-dul Halim bin Abdus Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Al-Khudhr bin
Ali bin Abdullah bin Tamiyah, dan Ibnu Qayyim Al Jauzi, al-Jamal wa fadhluhu wa Haqiqatuhu wa
Aqsamuhu, diterjemahkan oleh; Hadi Mulyo: Pesona keindahan, Indonesia : Pustaka Azzam, 1999.
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-quran: Fungsi dan peranan wahyu dalam kehidupan
masyarakat, Bandung: Mizan , 1994. ____Wawasan Alquran ,Tafsir MaudhuI atas Berbagai
Persoalan Umat , Bandung: Mizan, 1998. ____Tafsir al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian
alquran, Jakarta, Lentera Hati, 2002. Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia, Jakarta, Hidakarya
Agung, t.th. Lampiran I DAFTAR KONVERSI KRONOLOGIS SURAH ALQURAN No. Urut Nama Surah
Nama Konversi 1 Al-Ftihah 005 2 Al-Baqarah 087 3 Ali Imran 089 4 An-Nis 092 5 Al-Maidah 112
6 Al-Anm 055 7 Al-Arf 039 8 Al- Anfl 088 9 At-Taubah 113 10 Yunus 051 11 Hd 052 12 Yusuf
053 13 Ar-Raad 095 14 Ibrahim 072 15 Al-Hijr 054 16 An-Nahl 070 17 Al-Isr 050 18 Al-Khafi 069
19 Maryam 044 20 Thaha 045 21 Al-Anbiy 073 22 Al-Hajj 103 23 Al-Muminn 074 24 An-Nr 102
25 Al-Furqn 042 26 Asy-Syuar 047 27 An-Naml 048 28 Al-Qashash 049 29 Al-Ankabt 085 30 Ar-
Rm 084 31 Luqman 057 No. Urut Nama Surah Nama Konversi 32 As-Sajadah 075 33 Al-Ahzab 090
34 Saba 058 35 Fthir 043 36 Ysin 041 37 Ash-Shffat 056 38 Shd 038 39 Az-Zumar 059 40 Al-
Mumin 060 41 Fushshilat 061 42 Asy-Syra 062 43 Az-Zukhruf 063 44 Ad-Dukhn 064 45 Al-
jtsiyah 065 46 Al-Ahqf 066 47 Muhammad 095 48 Al-Fath 111 49 Al-Hujart 106 50 Qf 034 51
Adz-Dzriyt 067 52 Ath-Thr 076 53 An-Najm 023 54 Al-Qamar 037 55 Ar-Rahmn 097 56 Al-
Wqiah 046 57 Al-Hadd 094 58 Al-Mujdilah 105 59 Al-Hasyr 101 60 Al-Mumtahanah 091 61 Ash-
Shaff 109 62 Al-Jumuah 110 63 Al-Munfiqn 104 64 At-Taghabn 108 65 Ath-Thalq 099 66 At-
Tahrim 107 No. Urut Nama Surah Nama Konversi 67 Al-Mulk 077 68 Al-Qalam 002 69 Al-Haqqah
078 70 Al-Marij 079 71 Nuh 071 72 Al-Jin 040 73 Al-Muzzammil 003 74 Al-Mudatstsir 004 75 Al-
Qiymah 031 76 Al-Insn 098 77 Al-Mursalt 033 78 An-Naba 080 79 An-Nzit 081 80 Abasa 024
81 At-Takwr 007 82 Al-Infithr 082 83 Al-Muthaffifin 086 84 Al-Insyiqq 083 85 Al-Buruj 027 86
Ath-Thariq 036 87 Al-Ala 088 88 Al-Ghasyiyah 068 89 Al-Fajr 010 90 Al-Balad 035 91 Asy-Syam 026
92 Al-Lail 009 93 Adh-Dhuha 011 94 Al-Insyirah 012 95 At-Tin 017 96 Al-Alaq 001 97 Al-Qadar 025
98 Al-Bayyinah 100 99 Az-Zalzalah 093 100 Al-diyt 014 101 Al-Qriah 030 No. Urut Nama Surah
Nama Konversi 102 At-Taktsur 016 103 Al-Ashr 013 104 Al-Humazah 032 105 Al-Fil 019 106
Quraisy 029 107 Al-Mn 017 108 Al-Kautsar 015 109 Al-Kafirn 018 110 An-Nashr 114 111 Al-
Lahab 006 112 Al-Ikhlas 022 113 Al-Falaq 020 114 An-Ns 021 Keterangan: Disusun berdasarkan
data mushhaf yang diedarkan oleh Rabithah al-Alam al-Islami, Alquran al-Karim, (Kairo: t.p, 1398
H) dan dikomformasikan dengan Abu Abdillah al-Zarjani, Tarikh Alquran, (Beirut: Muassasah al-
Alami,1388 H). DAFTAR TERJEMAH AYAT ALQURAN DAN HADIS No Hal Bab Terjemahan 1 4 I
Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka
memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, Maka mereka bergelimang (dalam kesesatan).
(An-Naml: 4). 2 24 II dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu
membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan.
(An-Nahl; 6) 3 28 III Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia
menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi
Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam
hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. mereka
Itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus, (Q.S, Al-Hujurat, (49): 7) 3 32 III Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga). ( Q.S, Ali-Imran (3): 14 ). 4 36 III Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-
orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang
bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rezki kepada orang-
orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas. ( Q.S, Al-Baqarah, (2): 212 ) 5 40 III Banyak muka pada
hari itu berseri-seri, merasa senang karena usahanya, dalam syurga yang tinggi, tidak kamu dengar
di dalamnya Perkataan yang tidak berguna di dalamnya ada mata air yang mengalir. di dalamnya
ada takhta-takhta yang ditinggikan, dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya), dan bantal-bantal
sandaran yang tersusun,dan permadani-permadani yang terhampar. ( Q.S, Al-Gasyiyah, (88): 8-16
) 6 45 III Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah
seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. pelita itu di dalam
kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan
dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah
timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya- (saja) Hampir-hampir
menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing
kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-
perumpamaan bagi manusia, dan Maha mengetahui segala sesuatu. ( Q.S, An-Nuur ( 24 ): 35 ) 7 51
III Dikatakan kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala Dia melihat lantai istana itu,
dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya. berkatalah Sulaiman:
"Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca". berkatalah Balqis:"Ya Tuhanku,
Sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman
kepada Allah, Tuhan semesta alam". ( Q.S, An-Naml ( 27 ): 44 ) 8 56 III Dan Sesungguhnya Kami
telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi
orang-orang yang memandang (Nya), ( Q.S, Al-Hijr (15 ): 16 ) 9 59 III Maka Apakah mereka tidak
melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya
dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami
letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam
tanaman yang indah dipandang mata,untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap
hamba yang kembali (mengingat Allah). dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya
lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,dan pohon
kurma yang tinggi-tinggi yang mempunyai mayang yang bersusun- susun, untuk menjadi rezki bagi
hamba-hamba (Kami), dan Kami hidupkan dengan air itu tanah yang mati (kering). seperti Itulah
terjadinya kebangkitan. ( Q.S, Qaaf (50); 6-11 ) 10 62 III Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
Mengapakah mereka tiada juga beriman? ( Q.S, Al-Anbiya (21): 30 11 66 III Atau siapakah yang
telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak
mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan
(sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). ( Q.S, An-Naml (27):
60 12 71 III Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan. dan kamu
memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan
ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan. ( Q.S, An-Nahl (16): 5-6) 13 74 III Dan (dia
telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya)
perhiasan. dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya. ( Q.S, An-Nahl (16): 8 ) 15
77 III Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar
Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. dan Sesungguhnya
Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus. (
Q.S, Al-Khafi 188 ) 17 82 III Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki)
mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. ( Q.S, Al-Araaf (7): 31 ) 18 83 III Telah meriwayatkan
Muhammad bin Basher, meriwayatkan Muhammad ibn Jafar, meriwayatkan Abu Bakar ibn Nafi
meriwayatkan Syuba dari Salamah ibn Khail dari Muslim Al-Batin, dari Said ibn jabir dari Ibn Abbas
Pakailah pakaianmu yang serba putih maka itu sebaik pakaianmu dan gunakanlah untuk kafan
orang mati, dan sebaik-baik celak matamu ialah yang dibuat dari batu itsmid (batu celak) sebab itu
menerangkan mata dan menumbuhkan rambut. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Atturmidzi, ibn Majah)
19 85 III Telah meriwayatkan Muhammad bin Basher, meriwayatkan Muhammad ibn Jafar,
meriwayatkan Abu Bakar ibn Nafi meriwayatkan Syuba dari Salamah ibn Khail dari Muslim Al-
Batin, dari Said ibn jabir dari Ibn Abbas berkata: Pada Zaman Jahiliyah dahulu orang-orang
perempuan Tawaf di Bait ( Kabah ) dengan telanjang bulat hanya kemaluannya saja yang sekedar
ditutup secarik kain. Mereka berteriak- teriak: Pada hari ini kuhalalkan sebagian atau seluruhnya,
dan apa yang tertutup ini tidak kuhalalkan Maka turunlah ayat ini KHUDZUU ZIINATAKUM
INDAKULLI MASJIDIN dan turunlah pula ayat berikutnya QULMAH HARRAMA ZIINATALLAAHI..
yaitu dua ayat sampai akhir. 20 87 III Meriwayatkan Abu Amar, meriwayatkan Fadlu Ibnu Musa
dan Muhammad Ibnu Amrin, telah meriwayatkan Waqid Ibnu Amrin Ibnu Said Ibnu Muaaj
berkata; datanglah Anas Ibnu Malik memangilnya, maka dia berkata: siapa engkau ? maka dia
jawab : saya Waqid Ibn Amrin dia berkata sungguh dia pemuda yang bahagia, dan sesungguhnya
kebahagiaan adalah kemulyaan/ kebesaran manusia dan berpanjangan. Dan sesunguhnya
Rasulullah saw, dikirimkan baju jubah dari hadiah yang bersulam benang emas, baju Rasulullah
ketika naik kelihatan cahaya, baik dalam keadaan berdiri, atau duduk, maka manusia menjadi
menyentuh dan meraba-raba. Mereka berkata apa yang kami lihata setiap hari baju yang bergarit.
Telah berkata apakah kalian mengagumi baju ini? Mereka berkata , Kami sama sekali belum
pernah melihat pakaian lebih indah dari ini Nabi bersabda: sesugguhnya saputangan Saad bin
Muadz di surga jauh lebih indah dari yang kalian lihat RIWAYAT HIDUP PENULIS 1. Nama Lengkap
: Muhammad Fatah Yasin 2. Tempat dan Tanggal Lahir : Tamban, 10 Januari 1988 3. Agama : Islam
4. Kebangsaan : Indonesia 5. Status Perkawinan : Belum Kawin 6. Alamat : Jalan, Purwosari I.2, Rt.
08 Kec. Tamban Kab. Batola, Kalimantan Selatan 7. Pendidikan a. SDN Purwosari I 2 ( 2000) b.
MTSN Tamban ( 2003) c. MA, Dakwah Islamiah ( 2006 ) d. Fakultas Ushuluddin IAIN Antasari
Banjarmasin Jurusan Tafsir Hadits (TH) Angkatan 2006 8. Organisasi : 9. Orang Tua : a. Ayah Nama
: H. M. Ladi Nawidi Pekerjaan : Guru Swasta Alamat : Purwosari 1.2, RT 08 Kec. Tamban Kab. Barito
Kuala, Kalimantan Selatan b. Ibu : Nama : Sri Wahyuni. SPdI Pekerjaan : Guru Swasta Alamat :
Purwosari 1.2 RT 08, Km 06 Tamban Kab. Barito Kuala Kalimantan Selata 10. Saudara ( Jumlah
Saudara) : Enam (6) Orang 11. Suami/ Isteri : 12. Anak ( Jumlah Anak ) : Banjarmasin, 17 Januari
2011 Penulis Muhammad Fatah Yasin, S.ThI

You might also like