You are on page 1of 4

Asuhan Keperawatan Kista Ovarium A.

DEFINISI Cystoma ovarii adalah pertumbuhan yang berlebihan pada ovarium oleh karena suatu sebab jadi membesar dan berisi cairan kadang berlendir, sehingga tumor tersebut membentuk suatu kantong yang besar dinamakan kista. (Syaifudin, 2000) Cystoma ovarii adalah suatu benjolan yang berada di ovarium yang dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah dimana pada kehamilan yang disertai kista ovarium seolah-olah terjadi perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar. (Sarwono, 1999) B. KLASIFIKASI Ovarium mempunyai kemungkinan untuk berkembang menjadi tumor jinak maupun tumor ganas. Pembagian tumor adalah sebagai berikut : Tumor kistik ovarium Merupakan jenis yang paling sering terutama yang non-neoplastik seperti kista retensi yang berasal dari korpus luteum, tetapi disamping itu ditemukan pula jenis yang betul merupakan neoplasma. Tumor solid ovarium Tumor solid ovarium ini terdiri dari beberapa jenis, antara lain: a. Fibroma b. Leiomioma c. Fibroadenoma d. Papiloma e. Angioma f. Limfangioma (Manuaba, 2004) C. ETIOLOGI Etiologi dari kista ovary belum diketahui secara pasti akan tetapi ada faktor yang menyebabkan tumor ovarium diantaranya : 1. Faktor genetik 2. Wanita yan menderita kanker payudara 3. Riwayat kanker kolon 4. Gangguan hormonal 5. Diet tinggi lemak 6. Merokok 7. Minum alkohol

1.

2.

8. Pengunaan bedak talk perineal 9. Sosial ekonomi yang rendah Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah nantinya yang akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa kista ovarium , tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan. Cairan yang mengisi kista sebagian besar berupa darah yang keluar dari akibat perlukaan yang terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium.Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi. D. MANIFESTASI KLINIK 1. Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama pada tumor yang kecil, sebag ian besar terdapatnya gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan aktifitas endokrin atau komplikasi tumortumor tersebut. 2. Tumor jinak ovarium yang diameternya kecil sering ditemukan secara kebetulan dan tidak memberikan gejala klinik yang berarti, tetapi pertumbuhan tumor ovarium dapat memberikan gejala karena besarnya, tetapi terdapat perubahan hormonal atau penyulit yang terjadi. 3. Pembesaran, tumor yang kecil mungkin didapatkan saat melakukan pemeriksaan rutin. Tumo dengan diameter sekitar 5 cm dianggap belum berbahaya kecuali bila dijumpai pada ibu yang telah mati haid (menopause atau setelah menopause). Besarnya tumor dapat memberikan gejala pendesakan ke segala arah dengan gangguan berkemih dan buang air besar, terasa berat di bagian bawah perut, dan teraba tumor di perut. 4. Gejala gangguan hormon, indung telur merupakan sumber hormon wanita yang paling utama sehingga bila terjadi pertumbuhan tumor dapat mengganggu pengeluaran hormon. Gangguan hormon selalu berhubungan dengan pola menstruasi yang menyebabkan gejala klinis berupa gangguan pola menstruasi dan gejala karena tumor mengeluarkan hormon. 5. Gejala klinis yang terjadi oleh karena komplikasi tumor. Gejala komplikasi tumor dapat berbentuk infeksio kista indung telur (demam, perut sakit, tegang dan nyeri lepas, penderita tampak sakit). Mengalami torsi oada tangkai (dengan gejala perut

mendadak sakit tidak tertahan, memeriksakan diri karena sakit, keadaan umum penderita cukup baik kecuali sakitnya). (Sarwono, 1999) E. PATOFISIOLOGI Cystoma ovari berkembang sebagai hasil hiperstimulasi ovari yang disebabkan oleh tingginya kadar LH. Kadar LH lebih tinggi daripada normalnya tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. LH yang terus menerus tinggi meningkatkan pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan kelenjaradrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista. Tumor ini dapat bertangkai dan meluas ke dalam rongga panggul atau rongga abdomen. Tumor ini dapat berdegenerasi karena perubahan dalam aliran darah yang menuju tumor akibat pertumbuhan, kehamilan atau atrofi uterus pada menopause. Torsi atau berputarnya tumor bertangkai dapat juga terjadi. Tumor kadang-kadang dapat dipalpasi pada abdomen, tumor ini paling seringterdiagnosis jika teraba massa pada pemeriksaan panggul bimanual. Kebanyakan tumor tidak menimbulkan gejala, sehingga tidak memerlukan penanganan. Tetapi, masalah dapat timbul jika terjadi perdarahan abnormal yang berlebihan sehingga menimbulkan anemia; penekanan pada kandung kemih yang menyebabkan sering berkemih dan urgensi, serta potensial untuk terjadinya sistitis; penekanan pada rektum menyebabkan konstipasi; dan nyeri jika tumor berdegenerasi atau jika terjadi torsi dari tumor bertangkai. Pemeriksaan Diagnostik 1. Laparoskopi Pemerikasaan ini untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari oarium atau tidak dan untuk menentukan sifatsifat tumor itu 2. Ultrasonografi Dengan pemeriksaan ini dapat di tentukan letak dan batas tumor. Apakah tumor berasal dari uterus oarium dan kandung kemih, apakah tumor kisti dan solid dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang ebas dan yang tidak 3. Foto Rongten Untuk menentukan hidrotoraks, selanjutnya pada kista dermoid kadang-kadang dapt dilihat adanya gigi dalam

tumor penggunaan foto rongten pada pielogram intra ena dan pemasukan bubur barium dalam kolon 4. Parasentesis Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites perlu diangkat bahwa tindakan tersebut dapa mencemarkan kaum peritosi dengan isi kista bila dinding kista berbusuk (Prawirihardjo, 2005:350) F. PENATALAKSANAAN Pada prinsipnya tumor ovarium neoplastik perlu operasi sedangkan nonneoplastik tidak. Tumor ovarium yang tidak memberi gejala atau keluhan pada penderita dan besarnya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan besar tumor tersebut adalah kista folikel atau kista corpus luteum (tumor nonneoplastik). Tumor tersebut mengalami pengecilan secara spontan menghilang, pada pemeriksaan ulang setelah beberapa minggu dapat ditemukan ovarium kembali normal. Oleh sebab itu diambil sikap menunggu selama 2-3 bulan sambil dilakukan periksa ginekologi ulang Tindakan operatif pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas adalah pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor, tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium. Pada operasi ovarium yang diangkat harus segera dibuka untuk mengetahui adanya keganasan atau tidak. Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat adalah histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral. G. KOMPLIKASI 1. Torsi Komplikasi yang sering terjadi, terutama pada tumor dengan ukuran sedang. Tumor bertangkai sering terjadi putaran tangkai, secara berlahan sehingga tidak banyak menimbulkan nyeri, perputaran tangkai yang mendadak menimbulkan nyeri abdomen mendadak dan segara memerlukan tindakan. 2. Ruptur dari kista Terjadi pada torsi tangkai kista, dapat pula sebagai akibat trauma. Jika kista hanya mengandung cairan serus rasa nyeri akibat robekan dan iritasi peritoneum segera berkurang, tetapi jika disertai perdarahan yang timbul

1.

2.

3. a.

b. c. 4. 5. 6.

secara akut perdarahan bebas dapat berlangsung terus kedaslam rongga peritoneum. 3. Suppurasi kista Peradangan kista dapat terjadi setelah torsi atau dapat pula berdiri sendiri, yaitu secara hematogen atau limfogen. Kista dermoid lebih sering terkena radang. 4. Perubahan keganasan Biasanya bila terjadi keganasan berupa CA epidermoid, kadang berbentuk sarcoma. . KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN I. Pengkajian A. DATA SUBJEKTIF Biodata Umur penderita cystoma ovarii rata-rata antara 30-60 th. Pendidikan dan tingkat sosial ekonomi yang rendah cenderung terkena cystoma ovarii. (Hanifa, 2005. Hal 381) Keluhan Utama Terdapat benjolan di bawah perut. Ada yang terletak di depan uterus dapat menekan kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan nmiksi. (Prawirohardjo, 2005:347) Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan yang lalu Pernah menderita penyakit PMS (Penyakit menular seksual) Penyakit yang berhubungan, (andiloma akuminota, gonorea, adnexitis) (Hanifa, hal 382) Riwayat penyakit Terdapat benjolan di bagian perut, nyeri abdomen, dismenorea. Riwayat penyakit keluarga Adanya faktor heredier, karena prematuritas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu. Riwayat Perkawinan Menikah lebih dari satu kali, sering berganti-ganti pasangan (multipartner) Riwayat KB Pemakaian KB IUD diduga mempunyai hubungan dengan cystoma ovarii Pola kebiasaan sehari-hari

a. Nutrisi Kystoma ovarii dapat terjadi penurunan nafsu makan b. Eliminasi Gangguan pada miksi akibat pembesaran cystoma ovarii dan dapat terjadi gangguan defekasi (Prawirohardjo, 2005:347) c. Istirahat Tumor ovarii dapat menyebabkan nyeri abdomen hipermenoria dan arhenoblastoma dapat menebabkan amenorea yang mengganggu istirahat. d. Aktifitas Terganggu akibat rasa nyeri yang timbul (Prawirohardjo, 2005:342) B. DATA OBJEKTIF a. Keadaan umum baik bila tumor ovarii masih kecil tidak menimbulkan gangguan atau keluhan bila klien mengalami nyeri. Suhu : Dapat normal maupun mengalami peningkatan apabila terjadi infeksi pada tumor Nadi : Biasanya bila tenang tidak ada penurunan tekanan Pernafasan : Dapat mengalami peningkatan sehubungan dengan gejala sekunder yaitu sesak nafas karena adanya sirkulasi O2 dalam darah berkurang sehubungan dengan penurunan kadar Hb karena adanya pendarahan. (Prawirohardjo, 2005:349) b. Pemeriksaan Fisik Muka : Pada pasien pada Gynekologis dengan perdarahan banyak pada konjungtiva tampak anemis. Abdomen : Teraba adanya masa abnormal pada perut bagian bawah konsisten keras Bentuk tidak teratur, gerakan bebas tidak sakit tapi kadang-kadang ditemui nyeri. Terdapat benjolan pada perut bagian bawah/ rongga panggul Genetalia : Dapat terjadi pengeluaran darah pervagina kadang seelumnya terdapat keputihan yang lama. Anus : Akan timbula hemoroid, luka dna varises pecah karena keadaan obstipasi akibat penekannan kista ovarii pada remtum. Ekstermirtas : Penekanan pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dari panggul dapat menyebabkan odem tungkai. (Hanifa, 2005:391) c. Pemeriksaan Penunjang

USG abdominal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis Pemeriksaan Laboratorium Hb akan terjadi penurunan apabila desertai perdarahan yang hebat Terapi Pengobatan operasi : Pengangkatan tumor ovarii\um Pengobatan operatif : Histerektomi dan salpingoooforektomi bilateral (Prawirohardjo, 2005:349) DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA KEPERAWATAN 1. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Kriteria Hasil: Px tidak lagi menyeringai Px tidak lagi memegang perut Penuruan skala nyeri Intervensi: Beri posisi yang nyaman kepada Px Kompres panas maupun dingin Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian analgesic 2. Resiko tinggi terjadinya metastase Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik 3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tindakan medis Kriteria Hasil Px mau menerima tindakan keperawatan Px responsif terhadap setiap tindakan medis yang dilakukan Tidak tampak wajah takut pada Px Intervensi Menyatakan kesadaran terhadap ansietas dan cara sehat untuk mengatasinya Mengakui dan mendiskusikan takut. Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatangani. Menunjukkan pemecahan masalah dan pengunaan sumber efektif. Intervensi : a) Observasi peningkatan gelisah, emosi labil. Rasional : Memburuknya penyakit dapat menyebabkan atau meningkatkan ansietas.

b) Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit rangsangan. Rasional : Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan energi. c) Tunjukkan/ Bantu dengan teknik relaksasi, meditasi, bimbingan imajinasi. Rasional : Memberikan kesempatan untuk pasien menangani ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol. d) Identifikasi perspsi klien terhadap ancaman yang ada oleh situasi. Rasional : Membantu pengenalan ansietas/ takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu untuk individu. e) Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan perasaan. Rasional : Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah terhadap identifikasi dan ekspresi. Mendorong penerimaan situasi dan kemampuan diri untuk mengatasi. DAFTAR PUSTAKA Prawiroharjo,Sarwono.2005.Ilmu Kandungan .Jakarta : YBPSP ---------.2005. Ilmu Kebidanan .Jakarta : YBPSP Manuaba ,I Gede Bagus.2004,Kapita Selekta Kedokteran dan KB .Jakarta : EGC 1. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada tumor (Tujuan: Setelah diberi tindakan keperawatan nyeri berkurang sampai hilang sama sekali) Intervensi a. Kaji tingkat dan intensitas nyeri. (R/ mengidentifikasi lingkup masalah) b. Atur posisi senyaman mungkin. (R/ Menurunkan tingkat ketegangan pada daerah nyeri) c. Kolabarasi untuk pemberian terapi analgesik. (R/menghilangkan rasa nyeri) d. Ajarkan dan lakukan tehnik relaksasi. (Merelaksasi otot otot tubuh). 2. Gangguan rasa nyaman ( cemas ) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya. (Tujuan : Setelah 1 X 24 Jam diberi tindakan, gangguan rasa nyaman (cemas) berkurang.

Intervensi a. Kaji dan pantau terus tingkat kecemasan klien. (R/ mengidentifikasi lingkup masalah secara dini, sebagai pedoman tindakan selanjutnya ) b. Berikan kesempatan tentang apa yang dia rasakan (R/ memberikan minat dan memperbaiki kesalahan konsep) c. Berikan penjelasan tentang semua permasalahan yang berkaitan dengan penyakitnya. (R/ Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu tentang keadaan dirinya ) d. Bina hubungan yang terapeutik dengan klien. (R/ Hubungan yang terapeutuk dapat menurunkan tingkat kecemasan klien. 3. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan feminimitas dan efek hubungan seksual (Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperwatan menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi perubhan pada citra tubuh. Intervensi a. Kaji stress emosi klien (R/ untuk melakukan tindakan selanjutnya) b. Berikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya terhadap perubahan status kesehatannya (R/ Memberikan minat dan perhatian serta memperbaiki kesalahan konsep) c. Berikan informasi yang akurat (R/ memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya dan mengasimilasi informasi) d. Berikan dukungan spiritual kepada klien (R/ agar klien tetap bersemangat dan tidak berputus asa terhadap perubahan status kesehatannya) 4. Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan perawatan luka operasi yg kurang adequat. (Tujuan : Selama dalam perawatan, infeksi luka operasi tidak terjadi) Intervensi a. Pantau dan observasi terus tentang keadaan luka operasinya. (R/ Deteksi dini tentang terjadinya infeksi yang lebih berat )

b. Lakukan perawatan luka operasi secara aseptik dan antiseptik. (R. menekan sekecil mungkin sumber penularan eksterna ) c. Kolaborasi dalam pemberian antibiotika. (R/ Membunuh mikro organisme secara rasional ) 3.4 Evaluasi Hasil yang diharapkan : 1. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks 2. Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi 3. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran infeksi endogen 4. Pasien menerima terhadap perubahan/ citra tubuh terhadap diriny DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC Lowdermilk, perta. 2005. Maternity Womens Health Care. Seventh edition. Philadelphia : Mosby. netsains.com/2009/08/tips-praktis-mengatasi-kistaovarium Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC

You might also like