You are on page 1of 4

Abstrak Salah satu penyakit tanaman cabai di Indonesia yang pada saat ini banyak ditemukan adalah penyakit

yang disebabkan oleh infeksi virus, di antaranya virus gemini. Penyakit pada cabai yang disebabkan oleh virus gemini disebut Penyakit Kuning. Virus gemini hanya dapat ditularkan oleh vektor, yaitu vektor kutu kebul Bemisia tabaci. Di Indonesia virus gemini pertama kali diketahui menyerang tanaman tembakau di Bojonegoro, Jawa Timur dan mengakibatkan kerusakan sebesar 30%. Infeksi virus gemini juga telah terdeteksi pada tanaman cabai di daerah Jawa Barat, DI Yogyakarta dan Kalimantan Selatan, dan pada tanaman tomat di Jawa Barat dan tanaman cabai di Sumatera. Berdasarkan fakta tersebut di atas, diperlukan upaya mencari terobosan pengendalian virus gemini dari beberapa aspek yang dapat memberikan andil bagi pengendalian penyakit kuning pada cabai. Upaya pengendalian serangga vektor tampaknya perlu mendapat prioritas yang sangat tinggi. Upaya tersebut ditempuh dengan melakukan kajian secara biologi mengenai kisaran inang dan dinamika populasi serangga vektor. Selanjutnya dilaksanakan juga kajian eksplorasi musuh alami sebagai salah satu upaya pengendalian vektor. Pengendalian secara kimia dapat ditempuh melalui uji efektivitas insektisida yang ada di pasaran. Dalam jangka panjang penelitian ini bertujuan untuk mengatasi masalah penyakit virus yang disebabkan oleh virus gemini pada tanaman cabal dan mengetahui mekanisme pengendalian kutu kebul sebagai vektor. Tujuan khusus penelitian ini adalah mendapatkan teknik pengendalian dengan cara budidaya melalui kajian kisaran inang dan dinamika populasi kutu kebul, pengendalian secara biologi melalui eksplorasi musuh alami baik predator maupun parasitoid, pengedalian secara kimia melalui pemilihan insektisida yang ada di pasaran untuk mengetahui efektivitas terhadap kutu kebul. Penelitian tersebut akan dilanjutkan dengan memadukan dari berbagai teknik yang diperoleh di lapangan sehingga dapat memberikan andil dalam pengendalian terpadu penyakit kuning. Untuk mencapai tujuan tersebut beberapa tahap penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun pertama adalah: (1) Kajian kisaran inang kutu kebul , (2) Dinamika populasi kutu kebul dan keterjadian penyakit, (3) Sampling dan identifikasi musuh alami, dan (4)

Pengendalian kutu kebul dengan insektida di rumah kaca. Sedan gkan tahun kedua yaitu: (5) Uji coba tanaman barrier dan repelen, (6) Dinamika populasi kutu kebul dan keterjadian penyakit (lanjutan), (7) Studi biologi dan efektivitas musuh alami (8) Uji efektivitas insektisida di lapang, dan tahun ketiga (9) Uji teknik terpadu (budidaya, biologi dan kimia) di lapangan. Hasil penelitian tahun pertama yang telah dicapai adalah telah ditemukannya 30 an jenis tanaman budidaya dan tumbuhan liar yang biasa dijumpai di sekitar pertanaman cabai dataran tinggi di Lampung, beberapa di antaranya dapat menjadi inang kutu kebul, B. tabaci. Tumbuhan liar babadotan (Ageratum conyzoides L) ternyata merupakan inang yang sangat baik bagi kutu kebul. Dengan demikian keberadaan tumbuhan ini perlu mendapat perhatian dalam budidaya tanaman cabal. Keterjadian penyakit kuning ternyata sangat dipengaruhi oleh populasi serangga vektor, kutu kebul. Hasil penelitian di Lampung Barat menunjukkan bahwa semakin tinggi populasi kutu kebul, B. tabaci, maka keterjadian penyakit kuning pada tanaman cabai makin tinggi. Hasil penelitian yang lain adalah ditemukannya lebih dari 10 spesies musuh alami B. tabaci. Sebagian musuh alami tersebut merupakan predator, dan sebagian lagi berupa parasitoid. Adapun insektisida yang dianggap memiliki kemampuan mengendalikan B. tabaci adalah insektisida berbahan aktif Buprofezin dan Karbaril. Dua jenis insektisida tersebut terbukti lebih balk daripada tiga jenis insektisida lain yang telah diuji. Setelah tiga tahun, dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui teknik pengendalian terpadu kutu kebul sehingga mampu menekan penyakit kuning pada tanaman cabai. Dalam proses penelitian ini digunakan indikator antara (proxy indicator) berupa diketahuinya tanaman barrier dan repelen, musuh alami yang efektif, insektisida yang efektif, korelasi antara dinamika populasi kutu kebul dan keterjadian penyakit, serta kombinasi teknik pengendalian terpadu kutu kebul. Top

Login or register to post comments

Sat, 09/10/2010 - 07:47 #2 musrianto.solok

Offline Joined: 8 Oct 2010 , Posts: Pengendalian Penyakit Kuning Keriting Pada Tanaman Cabai Sejak awal tahun 2003 terjadi epidemik serangan penyakit kuning keriting di berbagai daerah seperti Yogyakarta, Magelang, Jawa Barat, Lampung dan lain-lain (Hidayat 2003, Hartono 2003 dan Sulandari 2004). Di Lembang gejala seperti ini ditemukan pada 2 tanaman cabai di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) pada tahun 1992, yang waktu itu dikelompokkan pada , karena penularan secara mekanis pada berbagai tanaman indikator tidak bereaksi, gejala hanya muncul pada tanaman cabai yang ditulari secara penyambungan. Semua antisera untuk virus yang menyerang cabai (CMV, TMV, ToMV, PVY, PVX ) tidak bereaksi (Duriat dan Gunaeni 2003). Gejala penyakit tanaman cabai pada umumnya berwarna mosaik kuning atau hijau muda mencolok. Kadang-kadang pucuk menumpuk keriting diikuti dengan bentuk helaian daun menyempit atau cekung, tanaman tumbuh tidak normal menjadi lebih kerdil dibandingkan dengan tanaman sehat. Penyebab Penyakit kuning keriting pada cabai disebabkan oleh dengan bentuk partikel segi lima secara berpasangan atau kembar. Partikel virus Gemini kadang-kadang ada yang hanya satu atau malah tiga partikel berdekatan. Hidayat et al. (1999) mengidentifikasi virus Gemini pada cabai dari Baranangsiang, Gemini pada cabai dari Baranangsiang, Segunung, dan Cugenang dengan metode PCR, menyimpulkan bahwa DNA isolat Baranangsiang dan Cugenang berukuran sama yaitu 1,5 kb, sedangkan DNA isolat Segunung berukuran 1,7 kb. Di lapangan virus ini ditularkan oleh vektor kutu kebul Satu ekor vektor mampu menularkan virus dan membuat tanaman sakit. Laju penyebaran penyakit bertambah sesuai dengan peningkatan populasi vektor. Musuh alami kutu kebul yang paling efektif adalah kumbang macan. Masa inkubasi virus dalam tanaman antara 10-15 hari. Tanaman inang virus dan vektornya cukup banyak dari berbagai jenis sayuran seperti terung-terungan, kacang-kacangan, dan gulma berdaun lebar serta tanaman hias. Gejala virus pada tanaman ini bervariasi dari mulai belang hijau, malformasi daun (mengkerut, cekung, keriting), urat daun menguning sampai kuning mencolok, dan pertumbuhannya kerdil. Top

Login or register to post comments

Sat, 09/10/2010 - 07:51 #3 dwipa.solok Offline

Joined: 8 Oct 2010 , Posts: ejak awal tahun 2003 terjadi epidemik serangan penyakit kuning keriting di berbagai daerah seperti Yogyakarta, Magelang, Jawa Barat, Lampung dan lain-lain (Hidayat 2003, Hartono 2003 dan Sulandari 2004). Di Lembang gejala seperti ini ditemukan pada 2 tanaman cabai di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) pada tahun 1992, yang waktu itu dikelompokkan pada , karena penularan secara mekanis pada berbagai tanaman indikator tidak bereaksi, gejala hanya muncul pada tanaman cabai yang ditulari secara penyambungan. Semua antisera untuk virus yang menyerang cabai (CMV, TMV, ToMV, PVY, PVX ) tidak bereaksi (Duriat dan Gunaeni 2003). Gejala penyakit tanaman cabai pada umumnya berwarna mosaik kuning atau hijau muda mencolok. Kadang-kadang pucuk menumpuk keriting diikuti dengan bentuk helaian daun menyempit atau cekung, tanaman tumbuh tidak normal menjadi lebih kerdil dibandingkan dengan tanaman sehat. Penyebab Penyakit kuning keriting pada cabai disebabkan oleh dengan bentuk partikel segi lima secara berpasangan atau kembar. Partikel virus Gemini kadang-kadang ada yang hanya satu atau malah tiga partikel berdekatan. Hidayat et al. (1999) mengidentifikasi virus Gemini pada cabai dari Baranangsiang, Gemini pada cabai dari Baranangsiang, Segunung, dan Cugenang dengan metode PCR, menyimpulkan bahwa DNA isolat Baranangsiang dan Cugenang berukuran sama yaitu 1,5 kb, sedangkan DNA isolat Segunung berukuran 1,7 kb. Di lapangan virus ini ditularkan oleh vektor kutu kebul Satu ekor vektor mampu menularkan virus dan membuat tanaman sakit. Laju penyebaran penyakit bertambah sesuai dengan peningkatan populasi vektor. Musuh alami kutu kebul yang paling efektif adalah kumbang macan. Masa inkubasi virus dalam tanaman antara 10-15 hari. Tanaman inang virus dan vektornya cukup banyak dari berbagai jenis sayuran seperti terung-terungan, kacang-kacangan, dan gulma berdaun lebar serta tanaman hias. Gejala virus pada tanaman ini bervariasi dari mulai belang hijau, malformasi daun (mengkerut, cekung, keriting), urat daun menguning sampai kuning mencolok, dan pertumbuhannya kerdil. sumber : http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&ta... Top

You might also like