You are on page 1of 34

ANALISIS FINANSIAL, RESIKO DAN SENSITIVITAS USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR

(Survei pada Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur Kabupaten Lamongan) Sunaryo Hadi Warsito , Zaenal Fanani , Budi Hartono Mahasiswa Program Studi Ilmu Ternak Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang dan Staf Pengajar Program Studi Ilmu Ternak Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang

ABSTRACT
This research aims to investigate : 1. The feasibility of the layer poultry business evaluated from facet of financial; 2. Risk of financial of the layer poultry enterprise 3. Influence of price change of chicken's egg and feed to earnings of farmer. Analysis the used is production cost structure analysis, revenue, advantage, financial, risk of financial and sensitivity. The method used is the method of survey undertaken in groups of layer poultry farming "Gunungrejo Makmur", which consists of 24 members. To simplify the calculation, so the sample was stratified or grouped into three based on the business scale. The result of research show that average of result in one year at scale of I used production cost equal to Rp 119,061,052 and obtained revenue equal to Rp 147,464,147 and also clean advantage which obtained equal to Rp 28,403,094; at scale of II used production cost equal to Rp 240,795,738 and obtained revenue equal to Rp 318,949,828 and also clean advantage which obtained equal to Rp 78,154,037; at scale of III used production cost equal to Rp 761,154,395 and obtained revenue equal to Rp 966,528,077 and also clean advantage which obtained equal to Rp 205,373,681. The result of analysis of financial show that at scale of I obtained by result of ARR equal to 69.86%; NPV equal to Rp 108,840,066; B/C Ratio 2.5890; PP equal to 16 days 7 months 1 year and of IRR equal to 54.5139%. At scale of II obtained by result of ARR equal to 91.55%; NPV equal to Rp 303,559,110; B/C Ratio 3.1106; PP equal to 7 days 4 months 1 year and of IRR equal to 68.4660%. At scale of III obtained by result of ARR equal to 72.45%; NPV equal to Rp 648,408,885; B/C Ratio 2.3576; PP equal to 13 days 9 months 1 year and of IRR equal to 48,2183%. Pursuant to analysis of financial as a whole that at all of group member scale farmer of the layer poultry of Gunungrejo Makmur still feasible to be developed by its enterprise. The result of risk analysis of financial show that at scale of I obtained by result of OER equal to 71.45%; CR equal to 3.25; DAR equal to 11.97%; ROA equal to 43.92%; ROE equal to 47.10%; DCR equal to 476.99%; Coefficient Variation of equal to 27.57% and Down of Limit equal to Rp 12,743,020. At scale of II obtained by result of OER equal to 66.70%; CR equal to 3.22; DAR equal to 11.81%; ROA equal to 56.73%; ROE equal to 61.62%; DCR equal to 576.28%; Coefficient Variation of equal to 37.36% and Down of Limit equal to Rp 19,765,221. At scale of III obtained by result of OER equal to 72.34%; CR equal to 3.07; DAR equal to 11.46%; ROA equal to 44.59%; ROE equal to 48.57%; DCR equal to 448.40%;

Coefficient Variation of equal to 47.57% and Down of Limit equal to Rp 9,970,779. Pursuant to risk analysis as a whole that at all of scale show generated risk level still is peaceful, because result of obtained advantage admit of to close over risk which possible happened. The result of analysis of sensitivity show that at scale of I will experience of loss at condition happened increase of price of feed start 10% and when at the same time happened degradation of egg price start 15% or will happened at condition of price of feed go up to start 15% and followed by egg price go down to start 10%. At scale of II not yet experienced of loss although happened increase of price of feed until 15% and when at the same time happened degradation of egg price until 15%. At scale of III will experience of loss at condition happened increase of price of feed start 10% and during at the same time happened degradation of egg price start 15%. Level of sensitivity to changes in feed prices are rising as well as egg prices decreased once advanced financial analysis the overall results obtained in all strata indicate that changes in the rate of decline in egg prices have higher sensitivity than a change in feed price increases. Key words : analysis, financial, risk of financial, sensitivity ----------------------------------------------------------------------------------

PENDAHULUAN
Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja dan terbukti paling tahan menghadapi krisis yang telah terjadi di Indonesia. subsektor subsektor peranannya ketahanan yang Demikian juga merupakan penting menjaga yang tidak sangat peternakan dalam pangan

jumlah perkapita, konsumen

penduduk, / gaya

pendapatan selera serta akan pemenuhan kesadaran hidup,

perubahan

meningkatnya masyarakat, menyebabkan tuntutan pada maka

meningkatnya

kebutuhan pangan baik kualitas dan kuantitasnya. Salah satu kebutuhan pangan hewani program tersebut yang adalah protein untuk sehingga sangat bangsa, menunjang

tergantikan oleh subsektor lainnya. Peranan tersebut menjadi begitu penting karena pangan asal hewan merupakan penyedia protein hewani sebagai kebutuhan pokok utama dalam pemenuhan gizi masyarakat. Hal ini ditunjang oleh peningkatan

pemerintah

mencerdaskan

diharapkan rakyat Indonesia tidak semakin tertinggal jauh oleh bangsa lain.

Salah satu komoditi ternak yang menyediakan protein hewani adalah ayam petelur. Ayam petelur selain menghasilkan produk protein hewani yang berupa telur utamanya, namun juga dagingnya yang berupa ayam afkir. dapat modal mudah usaha yang yang Usaha ayam petelur perputaran dan oleh ayam harga lapisan Sehingga petelur semakin cepat menghasilkan

mempunyai potensi besar di sektor agribisnis. Kekayaan sumber daya agribisnis sangat besar, agribisnis berperan sebagai mata pencaharian sebagian besar penduduk, serta agribisnis bagi sektor secara kapasitas Akibatnya, mengandalkan stimulasi kendala. Sementara itu menurut Inounu dkk. (2006) bahwa subsektor peternakan berperan nyata dalam ketahanan pangan nasional melalui penyediaan pedesaan Secara perunggasan protein maupun nasional merupakan hewani dan penyedia lapangan kerja baik di perkotaan. industri pemicu mempunyai pemasukan Ironisnya, belum dan potensi devisa potensi tergarap utilisasi untuk agribisnis ekonomi menghasilkan negara.

agribisnis optimal.

telurnya yang relatif murah yang terjangkau peternakan semakin masyarakat Indonesia.

Pertumbuhan

produksi

agribisnis dirasakan masih lambat. keinginan sektor

masih memberikan prospek pasar tahun meningkat seiring faktor faktor penunjang di atas, yang sangat memungkinkan peluang tersebut untuk dimanfaatkan. Berdasarkan kondisi tersebut maka sudah dan selayaknya tersebut didukung usaha perlu oleh peternakan dilindungi ayam

sebagai salah satu faktor pendukung pemulihan dirasakan masih akan menghadapi

kebijakan pemerintah agar usaha ini lebih berkembang. dengan (2003) bertekad Untuk menjadi bahwa Hal ini sejalan Anonimus telah sektor pernyataan menjadikan jangka lokomotif

pemerintah

utama pertumbuhan pembangunan di subsektor peternakan. Pada kenyataannya usaha peternakan ayam petelur merupakan usaha yang secara cepat dapat menghasilkan protein hewani dan

agribisnis sebagai sektor unggulan. panjangnya, bagi stimulasi diharapkan sektor agribisnis dapat pembangunan nasional. Indonesia

dengan harga yang relatif lebih murah ternak bila dibandingkan maka usaha siklus lainnya,

keberhasilan perlu

dari

suatu

usaha

peternakan ayam petelur, sehingga dilakukan suatu penelitian tentang Analisis Finansial, Resiko Finansial dan Sensitivitas Usaha Peternakan Ayam Petelur. Oleh karena itu yang menjadi permasalahan adalah suatu Bagaimana petelur ? 2. finansial suatu apabila terjadi pakan ayam) peternak ? Penelitian suatu Resiko usaha bertujuan peternakan suatu untuk ayam usaha c. melakukan analisis : a. Kelayakan petelur ditinjau dari segi finansial. b. finansial ayam peternakan dan petelur. dalam kelayakan penelitian : 1. finansial ayam sebagai usaha berikut

perputaran usaha ini sangat besar dan cepat. Namun demikian usaha peternakan ayam petelur tersebut masih sangat fluktuatif harganya karena komponen yang mendukung proses gobal rentan produksinya dunia. dalam Sehingga sangat usaha bergantung pada keadaan ekonomi peternakan ayam petelur sangat perkembangannya, karena itu peluang untuk mendapat keuntungan ataupun kerugian juga sangat besar kemungkinannya. Upaya keuntungan yang memperoleh besar dan

peternakan usaha

Bagaimana resiko peternakan Bagaimana

ayam petelur ? 3.

perubahan harga pendapatan

dan hasil produksi (telur terhadap

berkelanjutan merupakan sasaran utama bagi semua kegiatan usaha termasuk akhirnya di dalamnya usaha peternakan ayam petelur, yang pada akan meningkatkan kesejahteraan bagi pelaku usaha peternakan ayam petelur tersebut. Untuk mencapai sasaran tersebut perlu adanya langkah upaya, salah satu diantaranya dengan dapat yang mengetahui kelayakan suatu usaha peternakan ayam petelur. Berpijak dari keadaan di atas maka diperlukan suatu analisis untuk mengetahui seberapa besar tingkat

Pengaruh perubahan harga pakan hasi produksi (telur ayam) terhadap pendapatan peternak. Hasil penelitian diharapkan dimanfaatkan sebagai 1. bahan pertimbangan bagi peternak bersangkutan usaha dalam memutuskan manajemen menerapkan peternakan

ayam peternak

petelurnya

di

masa

menyatakan bahwa metode survei merupakan metode penelitian yang mengambil sampel dari beberapa populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (primer). Selain itu pengumpulan dilakukan langsung mendalam dan data primer juga yang 1996).

mendatang. 2. bahan informasi bagi lainnya untuk diketahui pada usaha dan dapat diterapkan

peternakan ayam petelurnya.

METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada kelompok usaha peternakan ayam petelur Gunungrejo Makmur, yang beranggotakan peternak - peternak di Modo, kecamatan Sugio, Karang Kedungpring, Babat, Geneng Widang, serta Sekaran,

melalui

pengamatan

wawancara

(Sumardjono,

Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan ilmiah, literatur atau referensi yang relevan dengan penelitian ini. Total sampel yang digunakan adalah 24 orang anggota kelompok, yang merupakan jumlah keseluruhan anggota peternakan Gunungrejo tersebut stratifikasi menjadi kelompok ayam Makmur. kemudian atau tiga usaha petelur Sampel dilakukan skala

Maduran dalam wilayah Kabupaten Lamongan (kecuali Widang, masuk kabupaten sengaja dengan Tuban). (purposive pertimbangan Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sampling) bahwa

kelompok usaha peternakan ayam petelur tersebut mempunyai catatan (recording) yang relatif lengkap mengenai usaha peternakannya dan belum pernah diteliti sebelumnya serta mengalami perkembangan Penelitian mulai usaha yang cukup baik.

pengelompokan

berdasarkan

usahanya. Pengelompokan tersebut bertujuan untuk memudahkan dalam perhitungan maupun sensitivitas. analisis finansial serta skala resiko finansial Penentuan

di lapangan dilaksanakan dengan 30 Agustus 2009. Metode Singarimbun penelitian dan Effendi

tanggal 16 Pebruari 2009 sampai yang (1995)

usaha dibagi atas skala kecil (strata I), skala menengah (strata II) dan skala besar (strata III) dengan menggunakan rumus Teken dan Asnawi (1997) sebagai berikut :

digunakan adalah metode survei.

a. skala kecil b. skala menengah c. skala besar

: < X 0,5sd : antara X : > X + 0,5sd

menggambarkan analisis input ouput usaha yang meliputi analisis biaya produksi, penerimaan dan keuntungan, dipergunakan analisis sensitivitas. yang untuk selanjutnya perhitungan resiko dan

0,5sd sampai dengan X + 0,5sd Di mana X merupakan rata rata kepemilikan ayam petelur dan sd merupakan simpangan deviasi. Berdasarkan rumus tersebut diperoleh hasil dengan jumlah

finansial,

Analisis Biaya Produksi Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan Biaya selama proses produksi. dibedakan menjadi dua, yakni : a. Biaya tetap Merupakan dipengaruhi berikut : TFC = FC x n (Himawati, 2006) Keterangan : TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) N = tetap banyaknya ini meliputi peralatan, input biaya kandang, biaya oleh yang produksi tidak yang

sampel sebanyak

24 peternak

dengan rata rata kepemilikan ternak 2281 ekor, standar deviasi jumlah pemeliharaan sebesar 1856 ekor, maka yang termasuk kategori peternak skala kecil (strata I) adalah peternak dengan populasi ayam petelur kurang dari 1353 ekor. Pada skala menengah (strata II) dengan populasi antara 1353 ekor sampai dengan 3209 ekor, sedangkan pada skala besar (strata III) dengan populasi lebih dari 3209 ekor.

dihasilkan dan dirumuskan sebagai

Analisis Data Data diperoleh keadaan anggota peternakan data kuantitatif kualitatif yang nanti untuk atau usaha petelur Sedangkan untuk akan obyek digunakan penelitian

Biaya

penyusutan

menjelaskan dan menggambarkan responden, dalam hal ini adalah kelompok ayam digunakan

gudang, pajak (Himawati, 2006)

dan bunga. Biaya

penyusutan dihitung sebagai berikut Pb - Ps D= T Keterangan :

Gunungrejo Makmur.

= Depresiasi (penyusutan)

Q = Total Produksi

Pb = Harga beli (Rp) Ps = Harga jual (Rp) T = lama pemakaian (tahun) selisih yang besar oleh Merupakan kecilnya produksi biaya b. Biaya variabel dipengaruhi Analisis Keuntungan Keuntungan antara total merupakan penerimaan

dengan total biaya produksi dan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut (Himawati, 2006) : = TR TC Keterangan : TR TC = Keuntungan = Total Revenue = Total Cost

yang dihasilkan (biaya

operasi) dan dirumuskan sebagai berikut (Himawati, 2006) : TVC = VC x n Keterangan : TVC VC n = Total Variable Cost = Variable Cost = banyaknya unit biaya dapat produksi ditulis secara sebagai

Analisis Finansial : 1. Average Rate of Return (ARR) ANI TI ARR = ------- AI = --------AI 2 Keterangan : ANI = Average Net Income AI TI Kriteria : Suatu proyek dapat diterima apabila ARR-nya melebihi suatu target ARR. = Average Investment = Total Investment (Sjahrial, 2008)

Akhirnya matematis berikut :

TC = TFC + TVC Keterangan : TC = Total Cost TFC = Total Fixed Cost TVC = Total Variable Cost

Analisis Penerimaan Penerimaan merupakan hasil kali antara harga dengan total produksi dan dituliskan sebagai

berikut (Himawati, 2006) : TR = Pq x Q Keterangan : TR = Total Revenue Pq = Harga per satuan unit NPV = 2. Net Present Value (NPV)
n

NCFt A0 (1+r)

t=1

Keterangan : NCFt = aliran kas masuk bersih yang proyek periode t r A0 = tingkat diskonto (biaya modal rata rata tertimbang) = investasi yang diasumsikan dikeluarkan ke nol (Sjahrial, 2008) Kriteria : NPV > 0 berarti investasi tersebut layak, NPV < 0 berarti investasi tersebut tidak layak dan NPV = 0 berarti investasi tersebut berada dalam keadaan impas (BEP) pada awal tahun pertama atau tahun diharapkan tersebut dari pada

4. Payback Period (PP) Nilai Investasi PP = ------------------------ x 1 tahun Aliran Kas Bersih (Sjahrial, 2008) Kriteria : Apabila investasi lebih pendek dari PP maksimum maka usul investasi diterima.

5. Internal Rate of Return (IRR) NPV1 IRR = i1 + ----------------- (i2 i1) NPV1 - NPV2 Keterangan : i1 i2 = nilai coba coba discount factor pertama (NPV positif) = nilai coba coba discount factor kedua (NPV negatif) NPV1 = NPV dengan nilai discount factor pertama (NPV positif) NPV2 = NPV dengan nilai discount factor kedua (NPV negatif) (Prawirokusumo, 1990) Kriteria : Apabila IRR lebih besar atau sama dengan sosial discount factor berarti usaha tersebut layak.

3. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Merupakan perbandingan antara nilai sekarang aliran kas masuk bersih dengan nilai sekarang investasi (Sjahrial, 2008) Kriteria : B/C Ratio > 1 berarti usaha tersebut layak B/C Ratio < 1 berarti usaha tersebut tidak layak B/C Ratio = 1 berarti usaha tersebut impas (BEP).

Analisis Resiko Finansial 1. Rasio Biaya Operasi / Operating Expense Ratio TFOE TFC OER = GPFR x 100%

Keterangan : OER = Operating Expense Ratio TFOE = Total Farm Operating Expense TFC = Total Fixed Cost GPFR = Gross Profit Farm Revenue (Syamsuddin, 2004) Kriteria pengujian : OER < 65% menunjukkan kondisi aman, artinya usaha tersebut menguntungkan. OER antara 65% sampai 80% menunjukkan kondisi hati hati, artinya usaha tersebut batasan berada minimum dalam untuk

Kriteria pengujian : CR > 1,5 menunjukkan aman, artinya usaha tersebut berada pada kondisi yang aman atau mampu untuk membayar semua kewajiban lancarnya aktiva dimilikinya. CR antara 1,1 sampai 1,5 menunjukkan hati hati, artinya usaha tersebut harus berjaga jaga karena berada pada keamanan dapat lancarnya yang dimilikinya. CR < 1,1 menunjukkan tidak aman, artinya usaha tersebut berada pada kondisi yang tidak aman atau karena untuk berbahaya kemampuan kondisi minimal membayar batas untuk hutang dengan menggunakan lancar yang

mendapatkan keuntungan. OER > 80% menunjukkan kondisi tidak aman, artinya usaha tersebut tidak menguntungkan. (Anonimus, 2006 yang dikutip oleh Chumairoh, 2008)

menggunakan aktiva lancar

2. Rasio Likuiditas Current Assets Current Ratio = -----------------------Current Liabilities Keterangan : Current Assets = aktiva lancar (Syamsuddin, 2004) Current Liabilities = hutang lancar

membayar hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya sangat kecil. (Anonimus, 2006 yang dikutip oleh Chumairoh, 2008)

3. Rasio Solvabilitas Total Debt DAR = ------------------- x 100% Total Assets Keterangan : Total Debt = total hutang (Syamsuddin, 2004) Kriteria pengujian : DAR < 30% menunjukkan aman, usaha kategori prosentase termasuk kecil. DAR antara 30% sampai 75% menunjukkan hati hati, artinya keadaan usaha tersebut termasuk kategori dalam peringatan atau batas minimal dalam hutang. DAR > 75% menunjukkan tidak aman, artinya keadaan usaha dalam bahaya tersebut kategori karena termasuk keadaan sebagian keadaan hal aman penggunaan artinya tersebut aman keadaan termasuk karena hutangnya Total Assets = total aktiva

4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas yang digunakan pada perhitungan dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE). NFI + IOD ROA = ATA Keterangan : NFI (Net Farm Income) = pendapatan bersih ; IOD (Interest On Debt) = bunga hutang ; dan ATA (Average Total Assets) = rata rata total modal (modal sendiri dan hutang) (Syamsuddin, 2004) Kriteria pengujian : ROA > 5% menunjukkan aman, artinya usaha tersebut dalam keadaan aman atau menguntungkan. ROA antara 0 sampai 5% menunjukkan keadaan atau hati hati, artinya usaha tersebut dalam batas keamanan minimal keuntungan x 100%

(peringatan). ROA < 0% menunjukkan tidak aman, artinya usaha tersebut dalam keadaan tidak aman atau tidak menguntungkan. (Anonimus, 2006 yang dikutip oleh Chumairoh, 2008 )

besar atau hampir seluruh aktiva yang dimiliki berasal dari hutang. (Anonimus, 2006 yang dikutip oleh Chumairoh, 2008)

10

NFI ROE = ASE Keterangan : NFI (Net Farm Income) = pendapatan bersih ASE (Average Stockholders Equity) = rata rata modal peternak sendiri (Syamsuddin, 2004) Kriteria pengujian : ROE > 15% menunjukkan aman, artinya usaha tersebut dalam keadaan aman atau menguntungkan. ROE antara 5 sampai 15% menunjukkan hati hati, artinya usaha tersebut dalam keadaan batas keamanan atau keuntungan minimal. ROE < 5% menunjukkan tidak aman, artinya usaha tersebut dalam keadaan tidak aman atau tidak menguntungkan. (Anonimus, 2006 yang dikutip oleh Chumairoh, 2008) x 100%

Keterangan : EBIT = Earning Before Interest and Tax (laba sebelum bunga dan pajak) TFC = Total Fixed Cost I PR = Interest (bunga pinjaman) = Principal Repayment (pinjaman pokok) t = tax (pajak) (Syamsuddin, 2004) Kriteria pengujian : DCR > 150% menunjukkan aman, artinya keuntungan yang diperoleh usaha tersebut cukup untuk membayar hutang. DCR antara 110 sampai 150% menunjukkan hati hati, artinya keuntungan yang diperoleh usaha tersebut berada pada batas minimal kecukupan untuk membayar hutang. DCR artinya diperoleh < 110% tidak aman, yang tersebut menunjukkan

keuntungan usaha

berada pada tingkat bahaya 5. Rasio Kemampuan Membayar Hutang / Debt Coverage Ratio EBIT + TFC DCR = I + PR (1 t) x 100% atau ketidakcukupan dalam membayar hutang. (Anonimus, 2006 yang dikutip oleh Chumairoh, 2008)

11

6. Analisis Resiko Finansial Secara Statistik Parameter yang dipakai sebagai ukuran untuk keuntungan yang diharapkan selama satu tahun adalah hasil rata rata (mean) keuntungan tiap bulan. adalah :
n

Semakin koefisien oleh variasi

besar

nilai

menunjukkan semakin besar dengan

bahwa resiko yang harus ditanggung peternak dibandingkan keuntungannya. variasi : V CV = E Keterangan : CV = Koefisien variasi V = Simpangan baku E = Hasil rata rata Batas bawah menunjukkan nilai rata rata terendah yang mungkin diterima oleh peternak dan dirumuskan seperti berikut : L = E 2V Keterangan : L = Batas bawah E = Rata rata hasil V = Simpangan baku Berdasarkan rumus rumus di atas dapat diperoleh hubungan antara batas nilai bawah dengan koefisien variasi (Hernanto,1991) : Apabila nilai CV < 0,5 atau L > 0 maka peternak terhindar dari kerugian.

Rumus koefisien

Rumusnya

Ei
i=1

E = --------n Keterangan : E = nilai rata rata keuntungan yag diharapkan Ei = hasil bersih pada bulan pertama n = jumlah bulan dalam satu tahun Untuk mengukur resiko finansial secara statistik dipergunakan ukuran ragam dan simpangan baku dengan rumus :
n

(Ei E)
i=1

V = ----------------(n 1) Simpangan baku merupakan akar dari ragam dan menunjukkan yang harus besarnya rumus : V= resiko

ditanggung oleh peternak, dengan

Apabila nilai CV > 0,5 atau L < 0 maka peternak peluang mempunyai mengalami kerugian.

Keterangan : V = Ragam V = Simpangan baku

12

Analisis Sensitivitas Analisis dipergunakan untuk sensitivitas melihat

jumlah produksi yang dihasilkan, yang antara lain berupa biaya sewa tanah dan penyusutan. Sedangkan biaya yang variabel besarnya merupakan selalu biaya berubah

mengenai perubahan harga pakan dan hasil produksinya (telur ayam) terhadap pendapatan peternak. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa biaya kedua dan faktor manfaat tersebut usaha Untuk merupakan bagian terbesar dari arus peternakan ayam petelur.

tergantung jumlah produksi yang akan dihasilkan atau dengan kata lain biaya yang digunakan untuk sesuatu kali cara pullet, barang, yang barang Pada berupa berupa tersebut habis terpakai dalam satu proses produksi. awal pemeliharaan ayam petelur dengan pemeliharaan biaya variabelnya

perubahan harga pakan dan hasil produksinya dihitung sebesar 5%, 10% dan 15%.

biaya pembelian pakan, obat

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Struktur Biaya, Peneri maan dan Keuntungan Analisis usaha peternakan pada umumnya dilakukan untuk yang yang usaha selisih dengan Untuk produk mengetahui diperoleh. diperoleh peternakan antara keuntungan Keuntungan dalam sebuah merupakan penerimaan suatu

obatan dan vaksin, tenaga kerja dan lain lain. peternakan kelompok Makmur ayam, modal. Biaya tetap pada usaha ayam peternak Kabupaten penyusutan Penyusutan petelur pada Gunungrejo Lamongan kandang, ayam

meliputi : sewa tanah, penyusutan penyusutan peralatan dan bunga memerlukan biaya paling besar pada penggunaan biaya tetap, yakni pada strata I rata rata mencapai 72,26% atau Rp 9.898.413 ; strata II 72,49% atau Rp 20.342.460 ; dan strata III 69,31% atau Rp 42.945.111 dari total biaya tetap. biaya tetap Sedangkan total menghabiskan

pengeluaran atau biaya. menghasilkan harus dikeluarkan. variabel.

diperlukan beberapa item biaya yang Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya Biaya tetap merupakan semua biaya yang dikeluarkan yang besarnya tidak bergantung pada

pengeluaran pada strata I rata rata

13

sebesar 11,51% atau Rp 13.699.129 ; strata II Rp 11,65% atau Rp dari utama sebagai 28.062.619 ; dan strata III 8,14% atau 61.959.760 keseluruhan total biaya. Biaya variabel merupakan komponen yang memerlukan biaya yang cukup besar yakni pada strata I total biaya variabel mencapai 88,49% atau Rp 105.361.923 ; strata II 88,35% atau Rp 212.733.120 ; dan strata biaya. III 91,86% atau Rp 699.194.636 dari keseluruhan total Biaya variabel pada usaha ayam peternak Kabupaten petelur pada Gunungrejo Lamongan target peternakan kelompok Makmur

Telur merupakan produk peternakan sumber Pada 98,30% ayam strata atau I petelur hasil Rp penerimaan

peternak. sebesar

penerimaan dari telur rata rata 144.957.004 ; strata II 99,13% atau Rp 316.173.042 ; dan strata III 99,80% atau Rp 964.581.410 dari total penerimaan. Berdasarkan kenyataan di atas maka jumlah produksi telur dan harga telur juga merupakan komponen yang harus juga mendapatkan perhatian yang serius guna mencapai keberhasilan usaha peternakan ayam petelur. Keuntungan yang merupakan utama dalam usaha pada peternakan ayam petelur kelompok peternak

meliputi : pakan, obat dan vaksin, listrik dan air, tenaga kerja, dan lain lain. Pengadaan pakan memerlukan biaya yang cukup besar yang nilainya pada strata I rata rata mencapai 92,01% atau Rp 96.945.664 ; strata II 92,36% atau Rp 196.489.173 biaya variabel. kondisi yang demikian harus
;

Gunungrejo

Makmur Kabupaten Lamongan pada strata I rata rata setiap tahun mencapai laba kotor dan bersih sebesar Rp 42.102.224 dan Rp 28.403.094 ; strata II Rp 106.216.708 dan Rp 78.154.037 ; strata III Rp 267.333.441 dan Rp 205.373.681.

strata III 92,09% Dengan melihat maka pakan guna usaha

atau Rp 643.860.250 dari seluruh

merupakan salah satu komponen diperhatikan keberhasilan Analisis Finansial Tujuan analisis finansial mengetahui dilakukannya adalah untuk usaha apakah mencapai

peternakan ayam petelur.

14

peternakan kelompok untuk Seluruh dalam

ayam peternak

petelur

pada

vaksin, listrik dan air, tenaga kerja serta lain lain. Beberapa indikator yang digunakan untuk analisis finansial berupa Average Rate of Return (ARR), Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Payback Period (PP) dan Internal Rate of Return (IRR).

Gunungrejo atau tidak. ayam

Makmur Kabupaten Lamongan layak dikembangkan modal usaha yang digunakan

peternakan

petelur secara umum berasal dari modal sendiri. Anggota Anggota memulai Asumsi asumsi peternak peternak dengan yang digunakan antara lain : 1) kelompok kelompok usaha

1. Average Rate of Return (ARR) Hasil perhitungan ARR selama satu tahun periode produksi seperti disajikan pada tabel 5 adalah strata I sebesar 69,86% memberikan yang pada Gunungrejo pengertian pada yang bahwa usaha

mengeluarkan biaya sewa tanah ; 2)

memasukkan ayam berupa pullet ; 3) Pajak tidak diperhitungkan ; 4) Biaya pemasaran, mendatangkan bahan peternakan ataupun biaya tak terduga dimasukkan ke dalam biaya lain lain ; 5) Anggota kelompok peternak hanya mempunyai hutang kepada ketua kelompok berupa pakan beserta obat dan vaksin ; 5) Bunga bank yang berlaku 12% per tahun dan bunga deposito sebesar 6% per tahun serta jangka pinjaman dalam kurun waktu 5 tahun. Struktur peternakan Gunungrejo ayam, permodalan pada Makmur kandang terdiri usaha dari kelompok

untuk setiap nilai Rp 1.000.000,diinvestasikan kelompok Makmur peternakan ayam petelur strata I peternak akan

memberikan tingkat rata rata keuntungan sebesar Rp 698.600,setiap tahunnya. Pada strata II sebesar 91,55% yang memberikan pengertian bahwa untuk setiap nilai Rp 1.000.000,- yang diinvestasikan pada usaha peternakan ayam petelur strata II pada kelompok peternak Gunungrejo Makmur akan memberikan tingkat rata rata keuntungan sebesar Rp 915.500,setiap tahunnya. III sebesar Sedangkan strata 72,45% yang

modal tetap yang meliputi tanah, beserta peralatannya. Sedangkan modal

tidak tetap meliputi pakan, obat dan

15

memberikan yang pada Gunungrejo

pengertian pada

bahwa usaha

2. Net Present Value (NPV) Hasil peternakan kelompok Makmur ayam peternak yang NPV petelur usaha pada dengan

untuk setiap nilai Rp 1.000.000,diinvestasikan kelompok Makmur peternakan ayam petelur strata III peternak akan

Gunungrejo

dihitung

menggunakan social discount rate sebesar 6% (setara bunga deposito 6% per tahun) seperti terlihat pada tabel 5 pada strata I adalah sebesar Rp 108.840.066; strata II sebesar Rp 303.559.110 dan pada strata III sebesar Rp 648.408.885. Usaha peternakan tersebut pada semua strata berdasarkan nilai NPV layak untuk dikembangkan, karena NPV yang dihasilkan lebih besar dari nol.

memberikan tingkat rata rata keuntungan sebesar Rp 724.500,setiap tahunnya. Bila dibandingkan dibawah dari strata yang ada maka strata III menghasilkan nilai ARR strata II. Hal ini terjadi dikarenakan pada strata III harga jual telur yang diproduksinya dijual secara harga partai dibandingkan strata lain yang dapat menjual secara retail (eceran). Selain itu penerimaan strata III dari penjualan kotoran dan karung bekas pakan masih rendah yakni hanya 0,20% dari total penerimaan apabila dibandingkan dengan strata II sebesar 0,87% dan strata I sebesar 1,70%. Namun secara keseluruhan hasil ARR yang diperoleh anggota peternak Gunungrejo Makmur pada semua strata masih lebih besar daripada yakni suku bunga 6% deposito 12%, maupun pinjaman bank yang berlaku sebesar ketiga dan sehingga strata tersebut

3. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Berdasarkan hasil analisis B/C Ratio seperti terlihat pada tabel 5, dapat dilihat bahwa pada strata I diperoleh hasil B/C Ratio sebesar 2,5890 ; strata II sebsar 3,1106 ; dan strata III sebesar 2,3576. sebesar Rp 1,maka Artinya akan dari setiap modal yang ditanamkan menghasilkan pada strata I sebesar Rp 2,5890 yang berarti peternak masih memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,5890 ; pada strata II sebesar Rp 3,1106 yang berarti peternak masih memperoleh keuntungan sebesar Rp 2,1106 ;

masuk kategori layak.

16

dan pada strata III sebesar Rp 2,3576 yang berarti peternak masih memperoleh Rp 1,3576. semua kelompok Makmur keuntungan. keuntungan sebesar Jadi dari hasil analisis pada petelur usaha pada

petelur pada kelompok peternak Gunungrejo Makmur pada strata I akan menutup modal yang tertanam selama 1 tahun 7 bulan 16 hari, pada strata II selama 1 tahun 4 bulan 7 hari dan pada strata III selama 1 tahun 9 bulan 13 hari. Sehubungan dengan jangka pinjaman di bank selama 5 tahun, sedangkan hasil PP pada semua strata masih di bawah 5 tahun maka usaha peternakan tersebut pada semua strata masih layak untuk dikembangkan.

tersebut dapat disimpulkan bahwa strata ayam peternak masih peternakan

Gunungrejo mendapatkan yang

Keuntungan

diperoleh pada strata III tidak lebih tinggi daripada strata II, hal ini disebabkan karena marjin keuntungan yang diperoleh strata III lebih kecil sebagai akibat menjual harga telur tidak secara retail atau eceran. Selain itu penerimaan strata III dari penjualan kotoran dan karung bekas pakan masih rendah yakni hanya 0,20% dari total penerimaan apabila dibandingkan dengan strata II sebesar 0,87% dan strata I sebesar 1,70%.

6. Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan jumlah antara penerimaan dan pengeluaran yang telah dihitung dengan present value sama dengan nol. Perhitungan IRR dilakukan dengan beberapa kali ujicoba dengan social discount rate sampai menghasilkan nilai NPV yang negatif. Seperti tersaji pada

4. Payback Period (PP) Berdasarkan hasil PP seperti terlihat pada tabel 5, bahwa PP strata I dalam kurun waktu 1 tahun 7 bulan 16 hari, strata II dalam kurun waktu 1 tahun 4 bulan 7 hari dan strata III dalam kurun waktu 1 tahun 9 bulan 13 hari. Hal ini berarti bahwa usaha peternakan ayam

tabel 5 bahwa nilai IRR strata I sebesar 54,5139% ; strata II sebesar 68,4660% dan strata III sebesar 48,2183%. ayam Berdasarkan nilai IRR pada kelompok tersebut maka usaha peternakan petelur peternak Gunungrejo Makmur pada strata I masih dapat menguntungkan sampai pada suku bunga pinjaman

17

maksimum strata bunga II

54,5139% masih

dan

pada dapat

return dari masing masing proyek (Syamsuddin, 2004). indikator yang Beberapa dalam digunakan

menguntungkan sampai pada suku pinjaman maksimum 68,4660% serta pada strata III masih dapat menguntungkan sampai pada suku bunga pinjaman maksimum 48,2183%. keseluruhan tersebut masih Berarti usaha layak secara untuk peternakan

analisis resiko untuk menghitung tingkat resiko meliputi : rasio biaya (Operating Expenses Ratio / OER), rasio likuiditas (Current Ratio / CR), rasio solvabilitas (Debt to Assets Ratio / DAR), rasio profitabilitas dan rasio (Return on Assets / ROA Return on Equity / kemampuan hutang DCR) dan ROE),

dikembangkan karena nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari social discount rate sebesar 6% ataupun suku bunga pinjaman yang berlaku sebesar 12%. Analisis Resiko Finansial Pengukuran suatu proyek adalah sangat penting penilaian dalam atas mengadakan

mengembalikan penghitungan resiko

(Debt Coverage Ratio /

finansial secara statistik.

1. Rasio Biaya Operasi (Operating Expenses Ratio / OER) Perhitungan rasio biaya operasi atau OER pada tabel 6 menunjukkan pada masing masing strata adalah strata I sebesar 71,45%, strata II sebesar sebesar 66,70% 72,34%. dan strata III Rasio biaya

anggaran modal (capital budgeting) secara menyeluruh. Dengan adanya kemampuan untuk mengukur resiko yang terkandung dalam masing masing proyek maka akan untuk tingkat adanya Untuk memungkinkan yang secara seseorang

operasi pada strata I selama satu tahun sebesar 71,45% artinya setiap penerimaan sebesar Rp 1.000.000,selama satu tahun akan memerlukan biaya sebesar Rp 714.500,-. Sedangkan rasio biaya operasi pada strata II selama satu tahun sebesar 66,70% artinya setiap penerimaan sebesar Rp 1.000.000,- selama satu

dapat memandang proyek proyek mempunyai berbeda karena pengembalian (return) yang sama perbedaan tingkat resiko. haruslah dibedakan

dapat mengukur suatu proyek maka variabilitas

18

Tabel 1. Hasil Average Rate of Return (ARR), Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Payback Period (PP) dan Internal Rate of Return (IRR) pada Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur

Strata I

ARR 69,86%

NPV Rp 108.840.066

B/C Ratio 2,5890

PP 1,6269 (1 tahun 7 bulan 16 hari) 1,3541 (1 tahun 4 bulan 7 hari) 1,7865 (1 tahun 9 bulan 13 hari)

IRR 54,5139 %

II

91,55%

Rp 303.559.110

3,1106

68,4660 %

III

72,45%

Rp 648.408.885

2,3576

48,2183 %

tahun

akan

memerlukan

biaya

dalam proses produksinya. Chumairoh maka (2008)

Lebih

sebesar Rp 667.000,-.

Sementara

lanjut Anonimus (2006) yang dikutip menyatakan usaha dalam Namun strata II bahwa semakin rendah nilai OER, semakin efisien peternakan tersebut

itu rasio biaya operasi pada strata III selama satu tahun sebesar 72,34% artinya setiap penerimaan sebesar Rp 1.000.000,- selama satu tahun akan memerlukan biaya sebesar Rp 723.400,-. pada kriteria Nilai rasio biaya operasi strata berdasarkan oleh disampaikan ketiga yang

menghasilkan keuntungan. strata tersebut, yang maka

bila dibandingkan diantara ketiga merupakan untuk dan III. paling efisien

Anonimus (2006) seperti dikutip oleh Chumairoh (2008) termasuk kategori hati - hati karena berada dalam rentang antara 65% sampai 80%. Sedangkan yang termasuk kategori aman adalah dengan nilai rasio biaya operasi kurang dari 65%. Artinya usaha yang dilakukan oleh ketiga strata tersebut kurang efisien

dalam memanfaatkan sumber biaya menghasilkan penerimaan yang besarnya sama dengan strata I Sedangkan paling kurang efisien adalah strata III, karena nilai rasio biaya operasinya merupakan yang tertinggi. Besarnya operasi sangat nilai rasio biaya oleh dipengaruhi

19

harga sapronak (pullet, pakan, obat dan vaksin) serta harga jual output yang berupa telur dan kotoran ayam beserta karung bekas pakan. yang diperoleh dari Pada strata III paling rendah penerimaan penjualan kotoran dan karung bekas pakan apabila dibandingkan dengan strata I maupun II yakni hanya sebesar 0,20% dari total penerimaan, sedangkan pada strata I sebesar 1,70 dan strata II sebsar 0,87. Selain itu pada strata III menjual harga telurnya yang lebih rendah karena dijual dengan harga partai disebabkan produksinya yang lebih banyak. dan II dengan Sedangkan pada strata I dapat harga menjual eceran telurnya karena

mempunyai arti bahwa setiap Rp 1.000.000,oleh aktiva hutang lancar Nilai CR hutang lancar lancar sebesar yang Rp dimiliki oleh peternak strata I dijamin 3.250.000,-. 1.000.000,oleh aktiva 3,22 pada yang Rp

strata II berarti bahwa setiap Rp lancar sebesar dimiliki oleh peternak strata II dijamin 3.220.000,-. Sedangkan nilai CR

3,07 pada strata III mempunyai arti bahwa setiap Rp 1.000.000,- hutang lancar yang dimiliki oleh peternak strata III dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 3.070.000,-. pada kriteria ketiga yang strata Nilai CR oleh berdasarkan

disampaikan

Anonimus (2006) seperti dikutip oleh Chumairoh (2008) termasuk kategori aman karena nilai CR lebih dari 1,5 yang berarti ketiga strata kelompok peternak atau semua dimilikinya. Syamsuddin Gunungrejo untuk Makmur membayar lancarnya

produksinya yang relatif lebih sedikit. 2. Rasio Likuiditas (Current Ratio / CR) Perhitungan rasio likuiditas yang dipergunakan adalah Current Ratio hutang (CR) yaitu perbandingan Berdasar hasil antara jumlah aktiva lancar dengan lancar. penelitian seperti yang terlihat pada tabel 6 menunjukkan CR pada strata I sebesar 3,25 ; strata II sebesar 3,22 dan strata III sebesar 3,07. Nilai CR 3,25 pada strata I

berada pada kondisi yang aman mampu kewajiban

menggunakan aktiva lancar yang Sedangkan menurut (2004) menyatakan

tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang berapa tingkat CR yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biasanya tingkat

20

CR ini juga sangat tergantung pada jenis usaha dari masing masing perusahaan.

seperti (2008)

dikutip termasuk

oleh

Chumairoh aman

kategori

karena nilai DAR lebih kecil 30% yang berarti keadaan usaha semua strata kelompok peternak

3.

Rasio Solvabilitas (Debt to Rasio solvabilitas yang

Assets Ratio / DAR) dipergunakan adalah Debt to Assets Ratio (DAR) yang mengukur jumlah aktiva usaha peternakan yang

Gunungrejo Makmur dalam keadaan aman sebab prosentase hutangnya termasuk kecil.

4. Rasio Profitabilitas (Return on Assets / ROA Equity / ROE) Rasio dipergunakan profitabilitas adalah Return yang on dan Return on

dibiayai oleh hutang atau modal yang berasal dari kreditur. Berdasar hasil penelitian seperti yang terlihat pada tabel 6 menunjukkan DAR pada strata I sebesar 11,97% ; strata II sebesar 11,81% dan strata III sebesar 11, 46%. Nilai DAR 11,97% pada strata I berarti bahwa nilai hutang yang ada besarnya senilai 11,97% dari jumlah harta yang dimiliki oleh peternak strata I. Nilai DAR 11,81% pada strata II berarti bahwa nilai hutang yang ada besarnya senilai 11,81% dari jumlah harta yang dimiliki oleh peternak strata II. Selanjutnya Nilai DAR 11,46% pada strata III berarti bahwa nilai hutang yang ada besarnya senilai 11,46% dari jumlah harta yang dimiliki oleh peternak strata III. Nilai DAR berdasarkan pada ketiga strata kriteria yang

Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Nilai ROA satu tahun pada strata I sebesar 43,92% mempunyai arti bahwa setiap Rp 1.000.000,harta yang diinvestasikan keuntungan akan bersih menghasilkan

sebesar Rp 439.200,- dalam satu tahun. Nilai ROA satu tahun pada strata II sebesar 56,73% mempunyai arti bahwa setiap Rp 1.000.000,harta yang diinvestasikan keuntungan akan bersih menghasilkan tahun.

sebesar Rp 567.300,- dalam satu Sedangkan nilai ROA satu tahun pada strata III sebesar 44,59% mempunyai arti bahwa setiap Rp 1.000.000,keuntungan harta bersih sebesar yang Rp diinvestasikan akan menghasilkan

disampaikan oleh Anonimus (2006)

21

445.900,- dalam satu tahun. ROA berdasarkan seperti (2008) dikutip termasuk pada ketiga kriteria oleh

Nilai strata yang

616.200,-

dalam

satu

tahun.

Sedangkan nilai ROE satu tahun pada strata III sebesar 48,57% mempunyai arti bahwa setiap Rp 1.000.000,keuntungan modal bersih pada sendiri sebesar ketiga kriteria oleh yang Rp Nilai strata yang Chumairoh aman diinvestasikan akan menghasilkan 485.700,- dalam satu tahun. ROE berdasarkan seperti (2008) yang semua dikutip termasuk berarti strata

disampaikan oleh Anonimus (2006) Chumairoh aman kategori

karena nilai ROA lebih dari 5% yang berarti usaha kelompok peternak Gunungrejo Makmur semua strata dalam keadaan menguntungkan. Berdasarkan nilai ROA maka strata II yang paling menguntungkan sebab mempunyai atau tingkat pengembalian dalam hal ini keuntungan

disampaikan oleh Anonimus (2006) kategori

karena nilai ROE lebih dari 15% usaha dalam kelompok Makmur keadaan peternak Gunungrejo

adalah keuntungan kotor terhadap harta atau assets yang paling tinggi, sedangkan strata I yang paling sedikit memberikan keuntungan sebab tingkat pengembalian atau keuntungan kotor yang diperoleh jumlahnya paling rendah. Nilai ROE satu tahun pada strata I sebesar 47,10% mempunyai arti bahwa setiap Rp 1.000.000,modal sendiri yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 471.000,- dalam satu tahun. pada strata Nilai ROE satu tahun II sebesar 61,62% yang Rp

menguntungkan.

Berdasarkan nilai

ROA maka strata II yang paling menguntungkan sebab keuntungan yang diperoleh dalam hal ini keuntungan bersih yang jumlahnya paling tinggi diantara kedua strata yang lain, sedangkan strata I yang paling sedikit memberikan keuntungan sebab keuntungan yang diperoleh paling rendah diantara kedua strata yang lainnya.

mempunyai arti bahwa setiap Rp 1.000.000,keuntungan modal bersih sendiri sebesar diinvestasikan akan menghasilkan

22

5. Rasio Kemampuan Mengem balikan Hutang (Debt Coverage Ratio / DCR) Rasio kemampuan (DCR) sering mengembalikan hutang atau Debt Coverage Ratio dipergunakan sebagai pembanding mengenai kemampuan pendapatan atau keuntungan yang dihasilkan suatu usaha untuk menutup angsuran pinjaman. Berdasar hasil

strata I sebesar 476,99% ; strata II sebesar 576,28% dan strata III sebesar 448,40%. Nilai DCR pada ketiga strata berdasarkan kriteria yang disampaikan oleh Anonimus (2006) seperti dikutip oleh Chumairoh (2008) termasuk kategori aman karena nilai DCR lebih dari 150%. usaha tersebut Hal ini berarti ayam cukup bahwa petelur untuk keuntungan yang diperoleh pada peternakan masih

penelitian seperti yang terlihat pada tabel 6 menunjukkan DCR pada

membayar hutang.

Tabel 2. Hasil Rasio Biaya Operasi (Operating Expenses Ratio / OER), Rasio Liquiditas (Current Ratio / CR), Rasio Solvabilitas (Debt Rasio Profitabilitas (Return on Assets

to Assets Ratio / DAR), / ROA dan

Return on Equity / ROE) dan Rasio Kemampuan Hutang (Debt Coverage Ratio / DCR) pada

Mengembalikan

Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur

Strata I II III

OER 71,45 % 66,70 % 72,34 %

CR 3,25 3,22 3,07

DAR 11,97 % 11,81 % 11,46 %

ROA 43,92 % 56,73 % 44,59 %

ROE 47,10 % 61,62 % 48,57 %

DCR 476,99 % 576,28% 448,40 %

23

6. Resiko Finansial Secara Statistik Varian atau standar deviasi pada perhitungan varian analisis dari hasil resiko yang merupakan

keuntungan bersih atau dengan kata lain besarnya oleh satu resiko tahun yang adalah harus II Rp ditanggung selama deviasi sebesar 29.194.407. Rp peternak strata

diharapkan (E).

Varian menunjukkan

Sedangkan nilai standar 97.701.451 artinya

besarnya tingkat resiko dari masing masing proyek atau usaha, apabila semakin tinggi nilai varian maka semakin tinggi pula tingkat resiko suatu usaha tersebut (Syamsuddin, 2004). Lebih lanjut Syamsuddin bahwa varian (2004) dengan maka mengatakan menggunakan

pada strata III diperoleh hasil

besarnya fluktuasi keuntungan bersih atau dengan kata lain besarnya resiko yang harus ditanggung oleh peternak strata III selama satu tahun adalah Rp 97.701.451. Jika nilai standar deviasi atau varian yang diperoleh dari hasil perhitungan pada masing masing strata dibandingkan maka tingkat resiko pada strata III merupakan yang paling tinggi diantara ketiga strata tersebut. Namun diperoleh besarnya pada nilai varian yang perhitungan analisis

perbandingan antara usaha yang satu dengan yang lain harus hati hati karena dan hal tidaklah tersebut merupakan pengukuran absolut dari penyebaran, mempertimbangkan penyebaran hasil yang diperoleh dalam hubungannya dengan nilai hasil yang dharapkan. Hasil perhitungan pada tabel 3 menunjukkan varian selama satu tahun pada masing masing strata kelompok peternak Gunungrejo Makmur. Pada strata I diperoleh hasil sebesar Rp 7.830.036 artinya besarnya fluktuasi keuntungan bersih atau dengan kata lain besarnya oleh satu resiko tahun yang adalah harus I Rp ditanggung selama 7.830.036. peternak strata

resiko dalam penelitian belum tentu mencerminkan tingkat resiko, sebab menurut Syamsuddin (2004) menyatakan bahwa varian merupakan pengukuran variabilitas yang bersifat absolut, apabila proyek maka atau Hasil akan usaha kurang yang tepat digunakan untuk mengukur berbeda koefisien 27,57%

besarnya. perhitungan variasi selama satu tahun menunjukkan bahwa pada strata I sebesar yang berarti bahwa jumlah resiko yang harus ditanggung oleh peternak strata I nilainya 27,57% dari jumlah keuntungan

Nilai standar deviasi pada

strata II diperoleh hasil sebesar Rp 29.194.407 artinya besarnya fluktuasi

24

bersih yang diterima peternak strata I selama satu tahun. Nilai koefisien variasi pada strata II sebesar 37,36% yang berarti bahwa jumlah resiko yang harus ditanggung oleh peternak strata II nilainya 37,36% dari jumlah keuntungan bersih yang diterima peternak strata II selama satu tahun. Sedangkan nilai koefisien variasi pada strata III sebesar 47,57% yang berarti bahwa jumlah resiko yang harus ditanggung oleh peternak strata III nilainya 47,57% dari jumlah keuntungan bersih yang diterima peternak strata III selama satu tahun. Besarnya angka yang diperoleh pada ketiga yang resiko dengan strata tersebut menunjukkan atau terjadi (2004) dapat tingkat pada yang perbandingan besarnya tingkat resiko sesungguhnya sebagai yang mungkin dikatakan indikator

lainnya, sedangkan strata I mempunyai tingkat resiko yang paling rendah. Hasil perhitungan nilai batas bawah selama satu tahun menunjukkan bahwa pada strata yang I sebesar Rp 12.743.020 artinya bahwa

besarnya keuntungan bersih terendah yang mungkin diterima oleh peternak strata I selama satu tahun sebesar Rp 12.743.020. Nilai batas bawah pada strata II sebesar Rp 19.765.221 yang artinya bahwa besarnya keuntungan bersih terendah yang mungkin diterima oleh peternak strata II selama satu tahun sebesar Rp 19.765.221. Sedangkan Nilai batas bawah pada strata III sebesar Rp 9.970.779 yang artinya bahwa besarnya keuntungan bersih terendah yang mungkin diterima oleh peternak strata III selama satu tahun sebesar Rp 9.970.779. Menurut Hernanto (1991) batas bawah (L) menunjukkan nilai rata rata terendah yang mungkin diterima oleh peternak. Jika nilai L > 0 maka peternak yang peternakan ayam mengusahakan

masing masing strata. Hal ini sejalan Syamsuddin menyatakan bahwa pengukuran dengan koefisien variasi memepertimbangkan variabilitas yang relatif antara masing masing proyek sehingga akan sangat tepat untuk yang demikian digunakan berbeda dalam besarnya. nilai pengukuran proyek proyek atau usaha usaha Dengan berdasarkan

petelur akan terhindar dari kerugian. Sebaliknya apabila nilai L < 0 maka peternak akan mengalami kerugian. Dengan demikian berdasarkan nilai batas bawah yang diperoleh pada ketiga strata menunjukkan anggota peternak ayam petelur Gunungrejo Makmur

koefisien variasi yang diperoleh maka strata III mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi dari kedua strata yang

25

Kabupaten terhindar dari kerugian yang mungkin terjadi. Berdasarkan tabel 3 secara keseluruhan maka usaha peternakan ayam petelur yang dilakukan pada Tabel 3.

strata I memiliki tingkat resiko keuangan yang paling rendah, sedangkan strata III memiliki resiko keuangan yang paling tinggi.

Analisis Resiko Finansial Secara Statistik pada Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur Keuntungan Bersih Rata Rata (Rp) 28.403.094 78.154.037 205.373.681

Strata I II III

Varian (Rp) 7.830.037 29.194.408 97.701.451

Koefisien Variasi (%) 27,57 37,36 47,57

Batas Bawah (Rp) 12.743.020 19.765.221 9.970.779

5.6. Analisis Sensitivitas Kelayakan suatu usaha dapat berubah karena disebabkan adanya suatu perubahan pada faktor faktor biaya dan penerimaan, sebagai akibatnya dapat saja suatu proyek yang semula layak diusahakan menjadi tidak layak untuk diusahakan. Pada usaha peternakan ayam petelur, perubahan harga pakan dan telur sangat besar peranannya karena merupakan komponen yang memberikan kontribusi terbesar pada arus output input usaha peternakan. Pada tabel 4 menunjukkan bahwa pada strata I masih layak untuk diusahakan atau dikembangkan apabila

dalam kondisi seperti berikut : harga pakan tetap dan telur tetap atau turun sampai 15%; pakan naik sampai 5% dan telur tetap atau turun sampai 15%; pakan naik sampai 10% dan telur tetap atau turun sampai 10%; pakan naik sampai 15% dan telur tetap atau turun sampai 5%. Selanjutnya pada strata I akan menjadi tidak layak karena akan mengalami dalam kerugian apabila terjadi terjadi kenaikan harga pakan mulai 10% dan waktu bersamaan penurunan harga telur mulai 15% atau akan terjadi pada kondisi harga pakan naik mulai 15% dan diikuti harga telur turun mulai 10%.

26

Tabel 4.

Analisis Keuntungan Selama Satu Tahun Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur dengan Harga Telur dan Pakan Berubah pada Strata I

Harga Telur (Rp) Harga Pakan (Rp)

Tetap 28.403.094 23.555.811 18.708.528 13.861.245 tabel 5

Turun 5% 21.155.244 16.307.961 11.460.678 6.613.394

Turun 10% 13.907.394 9.060.111 4.212.827

Turun 15% 6.659.544 1.812.260

Tetap

Naik 5%

Naik 10%

-3.035.023

Naik 15% Pada

-634.456

-7.882.306

menunjukkan

sampai 15% dan telur tetap atau turun sampai 10%. Selanjutnya pada strata III akan menjadi tidak layak karena akan mengalami dalam kerugian apabila terjadi terjadi kenaikan harga pakan mulai 10% dan waktu bersamaan penurunan harga telur mulai 15%. Berdasarkan hasil keuntungan seperti tersaji pada tabel 4, 5 dan 6 secara keseluruhan maka strata I

bahwa pada strata II masih layak untuk diusahakan atau dikembangkan, karena dalam kondisi harga pakan naik sampai 15% dan dalam waktu bersamaan harga telur turun sampai 15% masih belum terjadi kerugian pada usaha peternakan ayam petelur pada kelompok peternak Gunungrejo Makmur. Pada tabel 6 menunjukkan bahwa pada strata III masih layak untuk diusahakan atau dikembangkan apabila dalam kondisi seperti berikut : harga pakan tetap dan telur tetap atau turun sampai 15%; pakan naik sampai 5% dan telur tetap atau turun sampai 15%; pakan naik sampai 10% dan telur tetap atau turun sampai 10%; pakan naik

merupakan kelompok peternak yang memiliki tingkat sensitivitas yang paling tinggi untuk berpeluang pakan mengalami gejolak telur. dan kerugian perubahan apabila harga terjadi

Sedangkan yang paling rendah tingkat sensitivitasnya terhadap perubahan harga pakan dan telur adalah strata II.

27

Tabel 5.

Analisis Keuntungan Selama Satu Tahun Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur dengan Harga Telur dan Pakan Berubah pada Strata II

Harga Telur (Rp) Harga Pakan (Rp)

Tetap 78.154.089 68.329.630 58.505.172 48.680.713

Turun 5% 62.345.437 52.520.978 42.696.520 32.872.061

Turun 10% 46.536.785 36.712.326 26.887.868 17.063.409

Turun 15% 30.728.133 20.903.674 11.079.216 1.254.761

Tetap

Naik 5%

Naik 10%

Naik 15%

Tabel 6. Analisis Keuntungan Selama Satu Tahun Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur dengan Harga Telur dan Pakan Berubah pada Strata III

Strata III Perubahan Harga

Tetap 205.373.681 173.180.669 140.987.656 108.794.644

Turun 5% 157.144.611 124.951.598 92.758.586 60.565.573

Turun 10% 108.915.540 76.722.528 44.529.515 12.336.503

Turun 15% 60.686.470 28.493.457

Tetap

Naik 5%

Naik 10%

-3.699.555

Naik 15%

-35.892.568

28

Lebih

lanjut

bila

dilakukan

sebesar 12,3355% , 25,7157% dan 38,7491%. Jadi pada strata I perubahan dalam penurunan harga telur mempunyai tingkat sensitivitas lebih tinggi daripada perubahan dalam kenaikan harga pakan. Tingkat sensitivitas pada strata II diperoleh hasil bahwa setiap kenaikan harga pakan 5%, 10% dan 15% akan terjadi penurunan nilai ARR sebesar 11,51%, 23,02% dan 34,52% ; untuk nilai NPV diperoleh hasil penurunan sebesar Rp 41.380.403, Rp 82.761.020 dan Rp 124.141.641 ; untuk nilai B/C Ratio terjadi penurunan sebesar 0,2887 , 0,5754 dan 0,8631 ; untuk nilai PP terjadi penambahan waktu sebesar 1 bulan 20 hari, 3 bulan 21 hari dan 6 bulan 8 hari ; untuk nilai IRR terjadi penurunan sebesar 7,6285% , 15,3685% dan 23,3981%. Sedangkan bila terjadi penurunan harga telur 5%, 10% dan 15% akan terjadi penurunan nilai ARR sebesar 18,52%, 37,04% dan 55,55% ; untuk nilai NPV diperoleh hasil penurunan sebesar Rp 66.585.823, Rp 133.171.866 dan Rp 199.757.908 ; untuk nilai B/C Ratio terjadi penurunan sebesar 0,4630 , 0,9259 dan 1,3889 ; untuk nilai PP terjadi penambahan waktu sebesar 2 bulan 26 hari, 6 bulan 27 hari dan 1 tahun 1 bulan 4 hari ; untuk nilai IRR terjadi penurunan sebesar 12,3375% , 25,1107% dan

analisis finansial (ARR, NPV, B/C Ratio, PP, IRR) terhadap perubahan harga pakan maupun telur akan diperoleh hasil pada strata I seperti tersaji pada tabel 11 dan pada strata II (tabel 12) serta pada strata III (tabel 13) diperoleh hasil tingkat sensitivitas bahwa pada strata I : setiap kenaikan harga pakan 5%, 10% dan 15% akan terjadi penurunan nilai ARR sebesar 11,92%, 23,84% dan 35,76% ; untuk nilai NPV diperoleh hasil penurunan sebesar Rp 20.416.756, Rp 40.833.510 dan Rp 61.250.266 ; untuk nilai B/C Ratio terjadi penurunan sebesar 0,2980 , 0,5961 dan 0,8942 ; untuk nilai PP terjadi penambahan waktu sebesar 2 bulan 16 hari, 5 bulan 25 hari dan 10 bulan 9 hari ; untuk nilai IRR terjadi penurunan sebesar 8,1662% , 16,6518% dan 25,7912%. Sedangkan bila terjadi

penurunan harga telur 5%, 10% dan 15% akan terjadi penurunan nilai ARR sebesar 17,82%, 35,65% dan 53,48% ; untuk nilai NPV diperoleh hasil penurunan sebesar Rp 30.527.943, Rp 61.055.888 dan Rp 91.583.831 ; untuk nilai B/C Ratio terjadi penurunan sebesar 0,4457 , 0,8914 dan 1,3371 ; untuk nilai PP terjadi penambahan waktu sebesar 4 bulan 1 hari, 10 bulan 7 hari dan 1 tahun 8 bulan 25 hari ; untuk nilai IRR terjadi penurunan

29

39,0368%.

Jadi

pada

strata

II

39,1824%. juga

Jadi

pada tingkat

strata

III

perubahan dalam penurunan harga telur mempunyai tingkat sensitivitas lebih tinggi daripada perubahan dalam kenaikan harga pakan. Tingkat sensitivitas pada strata III diperoleh hasil bahwa setiap kenaikan harga pakan 5%, 10% dan 15% akan terjadi penurunan nilai ARR sebesar 11,35%, 22,71% dan 34,07% ; untuk nilai NPV diperoleh hasil penurunan sebesar Rp 135.596.965, Rp 271.193.937 dan Rp 406.790.902 ; untuk nilai B/C Ratio terjadi penurunan sebesar 0,2839 , 0,5678 dan 0,8517 ; untuk nilai PP terjadi penambahan waktu sebesar 2 bulan 28 hari, 6 bulan 24 hari dan 1 tahun 0 bulan 4 hari ; untuk sebesar nilai IRR terjadi , penurunan dan 8,1273% 16,6367%

perubahan dalam penurunan harga telur mempunyai sensitivitas lebih tinggi daripada perubahan dalam kenaikan harga pakan. Secara keseluruhan pada semua strata pada kelompok peternak ayam petelur Gunungrejo Makmur akan mengalami tingkat sensitivitas yang tinggi dengan adanya perubahan harga pakan yang naik maupun harga telur yang turun. Hal itu terjadi karena kedua komponen tersebut merupakan faktor yang utama dalam mempengaruhi arus kas masuk maupun keluar usaha peternakan ayam petelur.

25,0016%.

Sedangkan bila terjadi

penurunan harga telur 5%, 10% dan 15% akan terjadi penurunan nilai ARR sebesar 17,02%, 34,03% dan 51,04% ; untuk nilai NPV diperoleh hasil penurunan sebesar Rp 203.140.841, Rp 406.281.688 dan Rp 609.422.531 ; untuk nilai B/C Ratio terjadi penurunan sebesar 0,4253 , 0,8506 dan 1,2760 ; untuk nilai PP terjadi penambahan waktu sebesar 4 bulan 22 hari, 1 tahun 0 bulan 3 hari dan 2 tahun 1 bulan 9 hari ; untuk nilai IRR terjadi penurunan sebesar 12,1374% , 24,9686% dan

30

Tabel 7. Analisis Perubahan Harga Pakan dan Telur Selama Satu Tahun Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur Terhadap Hasil ARR, NPV, B/C Ratio, PP dan IRR pada Strata I

Perubahan Harga Pakan naik 5% Pakan naik 10% Pakan naik 15% Normal / tetap Telur turun 5% Telur turun 10% Telur turun 15%

ARR 57,94% 46,02% 34,10% 69,86% 52,04% 34,21% 16,38%

NPV 88.423.310 68.006.556 47.589.800 108.840.066 78.312.123 47.784.178 17.256.235

B/C Ratio 2,2910 1,9929 1,6948 2,5890 2,1433 1,6976 1,2519

PP 1 tahun 10 bulan 2 hari 2 tahun 1 bulan 11 hari 2 tahun 5 bulan 25 hari 1 tahun 7 bulan 16 hari 1 tahun 11 bulan 17 hari 2 tahun 5 bulan 23 hari 3 tahun 4 bulan 11 hari

IRR 46,3477% 37,8621% 28,7227% 54,5139% 42,1784% 28,7982% 15,7648%

Tabel 8. Analisis Perubahan Harga Pakan dan Telur Selama Satu Tahun Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur Terhadap Hasil ARR, NPV, B/C Ratio, PP dan IRR pada Strata II

Perubahan Harga Pakan naik 5% Pakan naik 10% Pakan naik 15% Normal / tetap Telur turun 5% Telur turun 10% Telur turun 15%

ARR 80,04% 68,53% 57,03% 91,55% 73,03% 54,51% 36,00%

NPV 262.178.707 220.798.090 179.417.469 303.559.110 236.973.287 170.387.244 103.801.202

B/C Ratio 2,8229 2,5352 2,2475 3,1106 2,6476 2,1847 1,7217

PP 1 tahun 5 bulan 27 hari 1 tahun 7 bulan 28 hari 1 tahun 10 bulan 15 hari 1 tahun 4 bulan 7 hari 1 tahun 7 bulan 3 hari 1 tahun 11 bulan 4 hari 2 tahun 5 bulan 11 hari

IRR 60,8375% 53,0975% 45,0679% 68,4660% 56,1285% 43,3553% 29,4292%

31

Tabel 9. Analisis Perubahan Harga Pakan dan Telur Selama Satu Tahun Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur Terhadap Hasil ARR, NPV, B/C Ratio, PP dan IRR pada Strata III
Perubahan Harga Pakan naik 5% Pakan naik 10% Pakan naik 15% Normal / tetap Telur turun 5% Telur turun 10% Telur turun 15% ARR 61,10% 49,74% 38,38% 72,45% 55,43% 38,42% 21,41% NPV 512.811.920 377.214.948 241.617.983 648.408.885 445.268.044 242.127.197 38.986.354 B/C Ratio 2,0737 1,7898 1,5059 2,3576 1,9323 1,5070 1,0816 PP 2 tahun 0 bulan 11 hari 2 tahun 4 bulan 7 hari 2 tahun 9 bulan 17 hari 1 tahun 9 bulan 13 hari 2 tahun 2 bulan 5 hari 2 tahun 9 bulan 16 hari 3 tahun 10 bulan 22 hari IRR 40,0910% 31,5816% 23,2167% 48,2183% 36,0809% 23,2497% 9,0359%

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan : 1. Berdasarkan analisis finansial secara keseluruhan bahwa pada semua strata anggota kelompok peternak ayam petelur Gunungrejo Makmur masih layak untuk dikembangkan usahanya. 2. Berdasarkan analisis resiko secara keseluruhan bahwa pada semua strata menunjukkan tingkat resiko yang ditimbulkan masih karena resiko Sehingga peternak diperoleh masih dapat yang mungkin anggota ayam aman, menutupi terjadi. kelompok petelur hasil keuntungan yang

strata 3. Hasil akan kondisi pakan

masih analisis

layak

untuk

dikembangkan usahanya. sensitivitas menunjukkan bahwa pada strata I mengalami kerugian pada terjadi mulai kenaikan 10% dan harga pada

waktu bersamaan terjadi penurunan harga telur mulai 15% atau akan terjadi pada kondisi harga pakan naik mulai 15% dan diikuti harga telur turun mulai 10%. strata harga pada 15%. II pakan waktu Pada belum sampai Pada mengalami 15% dan

kerugian walaupun terjadi kenaikan bersamaan telur III strata terjadi sampai akan

penurunan

harga

Gunungrejo Makmur pada semua

mengalami kerugian pada kondisi

32

terjadi mulai harga

kenaikan 10% dan

harga dalam

pakan waktu Tingkat dilakukan strata telur

arah strata II sehingga diperoleh hasil yang lebih optimal. Sedangkan pada strata III harus lebih dari mengoptimalkan penerimaan

bersamaan sensitivitas hasil dalam lebih secara sensitivitas pada

terjadi setelah

penurunan

telur mulai 15%.

hasil penjualan kotoran ayam dan karung bekas pakan ternak serta perlu adanya nilai upaya jual untuk telurnya meningkatkan

analisis finansial lanjutan diperoleh semua bahwa harga menunjukkan perubahan

penurunan tinggi

menjadi lebih baik yakni setara harga eceran seperti pada strata atau skala usaha yang lainnya.

mempunyai tingkat sensitivitas yang daripada perubahan tingkat tinggi bila dalam kenaikan harga pakan dan keseluruhan termasuk

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2003. Pola Kemitraan Alter natif Andalan Sektor Agribisnis. http://www.situshijau_co.id.htm. Diakses 22 Juni 2008. Chumairoh, I.N. 2008. Analisis Resiko Finansial. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Hernanto, F. 1991. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta. Himawati, D. 2006 . Analisa Resiko Finansial Usaha Peternakan Ayam Pedaging pada Peternakan Plasma Kemitraan KUD Sari Bumi di Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Inounu, I. , A. Priyanti, E. Martindah, I.S. Nurhayati dan R. A. Saptati . 2006 . Restrukturisasi Sistem Produksi Perunggasan di Indonesia . Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

terjadi perubahan harga pada kedua komponen tersebut. Saran : 1. Secara umum usaha peternakan ayam peternak petelur pada kelompok Makmur Sehingga dukungan dari Gunungrejo

Kabupaten Lamongan layak untuk dikembangkan. diperlukan suatu

berbagai pihak termasuk pemerintah guna untuk lebih mengembangkan sentra usaha peternakan khususnya peternakan ayam petelur di daerah Lamongan yang masih belum begitu besar Jawa Timur. 2. Pada strata I anggota kelompok peternak Gunungrejo Makmur harus lebih dikembangkan usahanya ke populasinya bila dibandingkan dengan daerah lain di

33

Prawirokusumo, S. 1990 . Ilmu Usaha Tani. BPFE. Yogyakarta. Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta. Sumardjono, M.1996 .Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian . Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Syamsuddin, L . 2004 . Manajemen Keuangan Perusahaan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sjahrial, D. 2008. Manajemen Keuangan . Edisi 2 . Penerbit Mitra Wacana Media. Jakarta. Teken dan Asnawi . 1997 . Teori Ekonomi Mikro . Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB Bogor.

34

You might also like