You are on page 1of 11

A. JUDUL[L21] Penentuan Kualitas Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Roxb.

) Dari Berbagai Daerah Pemasaran dan Efektivitas Pembuatan Ekstrak Beradasarkan Parameter Kandungan Zat Aktif

B. LATAR BELAKANG MASALAH Obat tradisional merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang telah digunakan selama berabad-abad untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta pencegahan dan pengobatan penyakit.
[L22] Berdasarkan

bukti secara turun temurun dan

empiris, obat tradisional hingga kini masih digunakan oleh masyarakat di Indonesia dan di banyak negara lain, bahkan penggunaan obat tradisional oleh masyarakat sampai sekarang terus meningkat. Dengan demikian dituntut adanya perkembangan obat tradisional yang mencakup aspek pembuktian khasiat dan keamanannya, jaminan mutu / kualitas, bentuk sediaan, cara pemberian, pengemasan dan penampilan serta teknologi produksi (Depkes, 2008[L23] ). Salah satu faktor yang menentukan kualitas bahan baku obat tradisional adalah jenis dan kadar senyawa aktif yang bertanggungjawab terhadap respon biologis. Kandungan kimia dari bahan baku obat tradisional tidak dapat dijamin selalu konstan karena ada variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umur dan cara panen). Kunyit (Curcuma domestica Roxb) merupakan salah satu tumbuhan obat yang banyak tumbuh di berbagai daerah di Indonesia dan telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dalam pencegahan maupun pengobatan penyakit. Untuk mempermudah masyarakat dalam penggunaannya, di pasaran rimpang kunyit tersedia dalam bentuk simplisia yang siap digunakan. Kunyit memiliki banyak sekali khasiat diantaranya yang pernah dilaporkan adalah sebagai analgesik, antibakteri/antijamur, antidiabetik,

antihepatotoksik, anti inflamasi, anti oksidan, anti tumor, depresan, diuretika, hipolipidemik, hipotermik, dan insektisida (Purnomowati & Yoganingrum, 1997). Selain itu, kunyit juga berkhasiat untuk obat luka, pelancar ASI, peluruh batu empedu (Anonim, 1985b), obat maag (Tampubolon, 1981), untuk menghilangkan bau badan, mengobati penyakit eksem, penyakit kuning dan memulihkan stamina badan (Fauziah, 2001), penambah nafsu makan (Haryanti, 1997[L24] ). Dari penelitian dalam dunia kedokteran modern diketahui bahwa khasiat kunyit terutama disebabkan oleh 2 kelompok kandungan kimia utamanya yaitu senyawa berwarna kuning golongan kurkuminoid dan minyak atsiri (Sidik, 1995). Perbedaan kandungan senyawa kurkuminoid dan minyak atsiri akan mempengaruhi khasiat kunyit. Dalam buku standar Farmakope Herbal Indonesia disebutkan bahwa kunyit mengandung minyak atsiri

tidak kurang dari 5,80% v/b dan kurkuminoid tidak kurang dari 4,0% dihitung sebagai kurkumin (Anonim, 2008). Kadar senyawa aktif dalam simplisia tidak dapat dijamin selalu konstan tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman pada saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh (Anonim, 1985a). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kadar kurkumin dan minyak atsiri pada rimpang kunyit yang beredar di pasaran, mengingat tingginya penggunaan kunyit oleh masyarakat maupun industri obat tradisional. Dengan demikian dapat diketahui apakah kunyit yang beredar di pasaran sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam Farmakope Herbal Indonesia. Dalam penelitian ini dilakukan penentuan kualitas rimpang kunyit yang berasal dari enam daerah pemasaran yaitu Yogyakarta, Solo, Semarang, Purworejo, Bogor, Malang. Kualitas rimpang kunyit dilihat berdasarkan kadar senyawa aktif kurkumin dan minyak atsiri, serta profil kromatografinya. Kadar kurkumin dan minyak atsiri serta profil kromatografinya dibandingkan dengan buku standar Farmakope Herbal Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat maupunn industri obat tradisional mengenai kualitas rimpang kunyit yang beredar di pasaran yang memenuhi persyaratan sesuai Farmakope Herbal Indonesia dan rimpang kunyit yang belum memenuhi persyaratan sesuai Farmakope Herbal Indonesia agar dilakukan pengkajian lebih lanjut untuk meningkatkan kualitasnya.

C. PERUMUSAN MASALAH[L25] 1. Apakah kadar kurkumin dan minyak atsiri pada rimpang kunyit yang berasal dari

berbagai daerah pemasaran memenuhi persyaratan sesuai Farmakope Herbal Indonesia? 2. Rimpang kunyit yang berasal dari daerah pemasaran manakah yang mengandung

kadar kurkumin dan minyak atsiri tertinggi?

D. TUJUAN[L26] Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Memberikan informasi bagi industri obat tradisional mengenai kualitas rimpang kunyit

yang memenuhi persyaratan sesuai Farmakope Herbal Indonesia. 2. Memberikan informasi mengenai rimpang kunyit yang belum memenuhi persyaratan

sesuai Farmakope Herbal Indonesia agar dilakukan pengkajian lebih lanjut untuk meningkatkan kualitasnya.

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN[L27] Jika hasil penelitian memberikan informasi mengenai daerah yang mempunyai kualitas rimpang kunyit yang memenuhi persyaratan sesuai Farmakope Herbal Indonesia, maka informasi tersebut dapat membantu industri obat tradisional untuk mendapatkan kualitas bahan baku yang baik, khususnya kunyit. Tapi jika hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas rimpang kunyit belum memenuhi persyaratan sesuai Farmakope Herbal Indonesia, maka perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut untuk meningkatkan kualitasnya.

F. KEGUNAAN 1. Peneliti Dapat mengembangkan kreativitas [L28] dan memperluas khasanah keilmuan mahasiswa, serta sebagai salah satu wahana untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan mahasiswa dalam melakukan penelitian. 2. Masyarakat Dapat mendorong masyarakat dalam usaha peningkatan kualitas rimpang kunyit yang baik dan sesuai persyaratan. Serta dapat memberikan informasi dalam mendapatkan rimpang kunyit yang baik. 3. Kaum cendekia Mendasari penelitian lebih lanjut tentang kualitas rimpang kunyit yang beredar di pasaran daerah lain. 4. Industri Memberikan informasi bagi industri obat tradisional mengenai kualitas rimpang kunyit yang memenuhi persyaratan sesuai Farmakope Herbal Indonesia.
[L29]

G. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kunyit (Curcuma xanthorriza Roxb.) Rimpang kunyit (Curcuma xanthorriza Roxb.) merupakan tanaman obat asli Indonesia yang banyak dipakai oleh masyarakat sebagai obat tradisional untuk bermacam-macam penyakit serta tersebar luas di berbagai daerah di Indonesia. Klasifikasi tanaman kunyit (Curcuma domestica Roxb.) dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Monocotyledonae, Ordo : Zingiberales,

Keluarga : Zingiberaceae, Genus : Curcuma, Spesies : Curcuma domestica Roxb. (Backer & Van den Brink, 1968; Van Stennis, 2002).

2.

Standar Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Roxb.) Rimpang kunyit adalah rimpang Curcuma domestica Roxb., suku Zingiberaceae,

mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 5,80% v/b dan kurkuminoid tidak kurang dari 4,0% dihitung sebagai kurkumin (Anonim, 2008). Pemerian simplisia berupa keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan, keras, rapuh, garis tengah hingga 6 cm, tebal 2-5 mm; permukaan luar berkerut, warna cokelat kekuningan hingga cokelat; bidang irisan berwarna cokelat kuning buram, melengkung tidak beraturan, tidak rata, sering dengan tonjolan melingkar pada batas antara silinder pusat dengan korteks; korteks sempit, tebal 3-4 mm. Bekas patahan berdebu, warna kuning jingga hingga cokelat jingga terang. Bau khas, rasa tajam dan agak pahit (Anonim, 2008).

3.

Kurkuminoid dalam Curcuma xanthorizza Roxb Kurkuminoid yang terdapat dalam kunyit terdiri dari dua jenis yaitu kurkumin dan

desmetoksikurkumin. Kedua senyawa tersebut mempunyai khasiat meningkatkan sekresi empedu, menetralkan racun, menghilangkan rasa nyeri sendi, menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah, antibakteri, dapat mencegah perlemakan hati, antioksidan, dan penangkal senyawa radikal yang berbahaya (Tonnesen, 1989 cit. Darmawan, 2004). Berbagai khasiat yang pernah dilaporkan, kurkumin mempunyai efek anti radang (Herman dkk., 1990). Rumus struktur komponen kurkuminoid dalam kunyit seperti pada Gambar 1. Gambar 1. Stuktur senyawa kurkuminoid (Anonim, 1999)

4.

Minyak atsiri Minyak atsiri adalah minyak yang bersifat mudah menguap yang terdiri dari campuran zat

yang mudah menguap dengan komposisi dan titik didih yang berbeda-beda. Setiap substansi yang dapat menguap memiliki titik didih dan tekanan uap tertentu dan hal ini dipengaruhi oleh suhu. Pada umumnya tekanan uap ini sangat rendah untuk persenyawaan yang memiliki titik didih sangat tinggi. Selanjutnya intensitas suatu bau (harum yang dihasilkan dengan beberapa pengecualian pada kondisi tertentu) merupakan menifestasi dari sifat mudah menguap persenyawaan yang menghasilkan bau harum tersebut (Guenther, 1987).

Kandungan minyak atsiri dalam rimpang kunyit yang dominan adalah kamfora, kamfen, kurkumen, bergamoten germakren B, kurserenon, germakron, dan xanthorrhizol (Kertia dkk, 2005). Point 1, 2, 3, dan 4 dapat dijadikan dalam satu kesatuan yaitu: Kunyit, kandungan kimianya, serta pentingnya penelitian ini.

5.

Metode Penetapan Kadar Kurkumin dan Minyak atsiri Kunyit (Curcuma xanthorizza

Roxb) Penetapan kadar kurkumin menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis-Densitometri. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat digunakan untuk penetapan kuantitatif dengan mengukur besar dan intensitas bercak. Alat untuk mengukur besar dan intensitas bercak secara langsung pada lempeng KLT adalah densitometer yang terdiri dari alat mekanik yang menggerakkan lempeng atau alat pengukur sepanjang sumbu x dan sumbu y, perekam, integrator atau komputer yang sesuai. Untuk zat yang dapat memberikan respon terhadap UV-vis, fotometer dengan sumber cahaya, digunakan alat optik yang mampu menghasilkan cahaya monokromatis dan foto sel dengan sensitivitas yang sesuai untuk mengukur pantulan (Anonim, 2008). Penetapan kadar minyak atsiri dengan metode penyulingan dengan air. Pada metode ini bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air mendidih. Bahan tersebut mengapung atau terendam sempurna tergantung dari bobot jenis dan jumlah bahan yang akan disuling. Metode ini digunakan untuk bahan-bahan yang tidak rusak oleh pendidihan (Guenther, 1987). Point 5 jangan diberi sub judul metode, krn ada sub judul sendiri tentang metode.

H. METODE PENELITIAN 1. a. Variabel Penelitian Variabel Terikat

Variabel terikat berupa kadar kurkumin dan minyak atsiri rimpang kunyit b. Variabel Bebas

Variabel bebas berupa tempat pengambilan rimpang kunyit di beberapa daerah pemasaran 2. Waktu dan Tempat Penelitian akan dilakukan selama 4 bulan setelah proposal disetujui oleh Dikti.
[L210] Penelitian

akan dilakukan di laboratorium Universitas Ahmad Dahlan.

3.

Alat dan Bahan[L211]

Peralatan yang digunakan penelitian ini adalah: alat penyerbuk, mikroskop digunakan untuk mengidentifikasi mikroskopis serbuk rimpang kunyit. Alat untuk ekstraksi menggunakan panci ekstraksi, pengaduk, kompor listrik, penangas air, kipas angin, alat gelas, serta alat destilasi. Alat untuk penetapan kadar secara kromatografi menggunakan, bejana kromatografi, pipa kapiler, lampu UV 254 nm, gunting, penggaris, TLC- scanner, mikropipet. Alat penetapan kadar air yaitu serangkaian alat pendingin balik, Bahan yang digunakan meliputi rimpang kunyit yang diambil di daerah pemasaran Yogyakarta, Magelang, Solo, Tawangmangu, Purwokerto. Pereaksi untuk identifikasi mikroskopik yaitu air, fluorogusin LP dan kloralhidrat LP. Cairan penyari yang digunakan yaitu aquades, etanol P. Fase diam berupa silika gel 60 F254, fase gerak berupa kloroform PMetanol P (95:5), heksan P-etil asetat P (1:1). Pereaksi toluen jenuh air untuk penetapan kadar air. 4. Jalannya penelitian Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan, dimana tahapan-tahapan tersebut antara lain:[L212] A. a. Proses pasca panen Pengumpulan bahan baku

Simplisia diperoleh dari lima daerah yaitu Yogyakarta, Magelang, Solo, Tawangmangu, Purwokerto. b. Sortasi Kering

Mengambil simplisia yang masih memenuhi persyaratan yang tertera pada Materia Medika Indonesia. B. Identifikasi Makroskopis Identifikasi serbuk secara makroskopi simplisia dilakukan dengan acuan buku Farmakope Herbal Indonesia Edisi I, di Laboratorium Biologi Universitas Ahmad Dahlan. Identifikasi dilakukan guna menjamin kebenaran jenis dari tanaman. C. Proses pembuatan serbuk rimpang kunyit Sebanyak........kg Rimpang kunyit yang telah di sortir dan di identifikasi kemudian dibuat serbuk untuk diidentifikasi secara mikroskopis maupun dilanjutkan ke proses ekstraksi. Serbuk simplisia dibuat dengan suatu alat tanpa menyebabkan kerusakan atau kehilangan kandungan kimia yang dibutuhkan, dan diayak hingga diperoleh serbuk dengan derajat kehalusan tertentu (Anonim, 2008) D. Susut pengeringan

Menimbang saksama 1 sampai 2 g simplisia dalam botol timbang dangkal tertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu penetapan dan ditara. Bahan dalam botol timbang diratakan dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 sampai 10 mm, dimasukkan dalam ruang pengering, tutup dibuka, kemudian dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan dalam keadaan tertutup dan mendingin dalam eksikator hingga suhu ruang. E. Identifikasi serbuk secara mikroskopis

Identifikasi serbuk secara mikroskopis serbuk dilakukan dengan acuan buku Farmakope Herbal Indonesia Edisi I, di Laboratorium Biologi Universitas Ahmad Dahlan. Identifikasi dilakukan guna menjamin kebenaran jenis dari tanaman. F. Ekstraksi simplisia

Simplisia yang berasal dari masing-masing daerah di ekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 90% untuk memperoleh senyawa kurkumin dan didestilasi untuk memperoleh minyak atsiri. G. Penetapan kadar senyawa akif kurkumin dan minyak atsiri dengan KLT Densitometri

Pola Kromatografi Fase gerak Fase diam Larutan uji : Kloroform P-metanol P (95:5) : Silika gel 60 F254 : 5% dalam etanol P

Larutan pembanding : Kurkumin 0,1% dalam etanol P Volume penotolan : Masing-maisng 2 L larutan uji dan larutan pembanding ditotolkan

pada lempeng silika gel 60 F254 Deteksi : UV366

Penetapan kadar minyak atsiri Menimbang sejumlah bahan yang diperkirakan mengandung 0,3 mL minyak atsiri , dimasukkan ke labu alas bulat 1 L, ditambah 200 sampai 300 mL air suling, kemudian labu dihubungkan dengan pendingin dan buret berskala. Labu yang berisi bahan dipanaskan dengan tangas udara, sehingga penyulingan berlangsung dengan lambat tetapi teratur. Setelah penyulingan selesai, dibiarkan tidak kurang dari 15 menit, dicatat volume minyak atsiri pada buret. Kadar minyak atsiri dihitung dalam %v/b.

Penetapan kadar kurkumin Pembuatan larutan uji

Menimbang saksama lebih kurang 500 mg serbuk, kemudian direfluks selama 30 menit menggunakan etanol P, disaring, residu direfluks kembali dengan cara yang sama sebanyak 2 kali. Filtrat dikumpulkan ke dalam labu tentukur 50 mL, ditambahkan etanol P sampai tanda. Pembuatan larutan pembanding Kurkumin 0,1 % dalam etanol P, dibuat enceran hingga diperoleh serapan yang mendekati serapan larutan uji. Pengukuran Masing-masing 25 L larutan uji dan enceran larutan pembanding ditotolkan pada lempeng silika gel 60 F254, dikembangkan dengan fase gerak heksan P-etil asetat P (1:1), diukur secara KLT-Densitometri, pada panjang gelombang 425 nm. Kadar kukruminoid sebagai kurkumin dalam larutan uji dihiutng dengan rumus : Keterangan

H.

Pembuatan Ekstrak Kental Rimpang Kunyit

Satu bagian serbuk kering simplisia dimasukkan ke dalam maserator, ditambah 10 bagian PELARUT???. Direndam selama 6 jam pertama sambil sekali-sekali diaduk, kemudian didiamkan selama 18 jam. Maserat dipisahkan dengan cara pengendapan, dekantasi. Sentrifugasi, atau filtrasi???. Proses penyarian diulangi sekurang-kurangnya dua kali dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan, kemudian diuapkan dengan penguap vakum atau penguap tekanan rendah hingga diperoleh ekstrak kental. Rendemen yang diperoleh yaitu persentase bobot (b/b) antara ekstrak kental dengan bobot serbuk simplisia. Rendemen harus mencapai angka sekurang-kurangnya 11,0 % sebagaimana ditetapkan pada monnografi yang tertera pada Farmakope Herbal Indonesia.

I.

Pemeriksaan identitas ekstrak secara organoleptis

Pemeriksaan terhadap ekstrak kental melliputi, warna, bau, rasa, dibandingkan dengan pemerian ekstrak kental yang tertera pada monografi. J. Penetapan kadar air

Menimbang saksama sejumlah bahan yang diperkirakan mengandung 1 sampai 4 mL air, dimasukkan ke dalam labu yang telah dikeringkan dalam almari pengering. Masukkan lebih kurang 200 mL toluen jenuh air ke dalam labu, kemudian labu dipasang pada rangkaian alat pendingin balik. Toluen jenuh air dimasukkan ke dalam tabung penerima melalui pendingin sampai leher alat penampung. Labu dipanaskan selama 15 menit.

Setelah toluen mulai mendidih, penyulingan diatur dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian air tersuling, kemudian kecepatan penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan toluen jenuh air, sambil dibersihkan dengan sikat tabung yang disambungkan pada sebuah kawat tembaga dan telah dibasahi dengan toluen jenuh air. Penyulingan dilanjutkan selama 5 menit. Tabung penerima didinginkan hingga suhu ruang. Jika ada tetes air yang melekat, tabung pendingin dan tabung penerima digosok dengan karet yang diikatkan pada sebuah kawat tembaga dan dibasahi dengan toluen jenuh air hingga tetesan air turun. Volume air dibaca setelah air dan toluen memisah sempurna. Kadar air dihitung dalam % v/b.

K.

Penetapan Kadar Minyak Atsiri dan Kurkuminoid Ekstrak Kental Rimpang Kunyit

dengan KLT-Densitometri

Pola Kromatografi Fase gerak Fase diam Larutan uji : Kloroform P-metanol P (95:5) : Silika gel 60 F254 : 5% dalam etanol P

Larutan pembanding : Kurkumin 0,1% dalam etanol P Volume penotolan : Masing-maisng 2 L larutan uji dan larutan pembanding ditotolkan

pada lempeng silika gel 60 F254 Deteksi : UV366

Penetapan kadar minyak atsiri Menimbang sejumlah bahan yang diperkirakan mengandung 0,3 mL minyak atsiri , dimasukkan ke labu alas bulat 1 L, ditambah 200 sampai 300 mL air suling, kemudian labu dihubungkan dengan pendingin dan buret berskala. Labu yang berisi bahan dipanaskan dengan tangas udara, sehingga penyulingan berlangsung dengan lambat tetapi teratur. Setelah penyulingan selesai, dibiarkan tidak kurang dari 15 menit, dicatat volume minyak atsiri pada buret. Kadar minyak atsiri dihitung dalam %v/b.

Penetapan kadar kurkuminoid Pembuatan larutan uji

Menimbang saksama lebih kurang 50 mg ekstrak, dilarutkan dalam 25 m L etanol P di dalam tabung reaksi. Larutan disaring ke dalam labu tentukur 50 m L, kertas saring dibilas dengan etanol P secukupnya sampai tanda. Pembuatan larutan pembanding Kurkumin 0,1 % dalam etanol P, dibuat enceran hingga diperoleh serapan yang mendekati serapan larutan uji. Pengukuran Masing-masing 25 L larutan uji dan enceran larutan pembanding ditotolkan pada lempeng silika gel 60 F254, dikembangkan dengan fase gerak heksan P-etil asetat P (1:1), diukur secara KLT-Densitometri, pada panjang gelombang 425 nm. Kadar kukruminoid sebagai kurkumin dalam larutan uji dihiutng dengan rumus : Keterangan

L.

Pemeriksaan terhadap Senyawa Aktif Kurkumin dan Minyak atsiri

M. N. Pembuatan fraksi kurkuminoid ekstrak kunyit Sebanyak 2 kg serbuk kunyit dimaserasi dengan etil asetat (perbandingan 1:5) selama 3 hari. Sari diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 700 C hingga diperoleh ekstrak cair. Ekstrak cair diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental direndam dengan nheksan, cairan dipisahkan dari endapan, dan diulang hingga diperoleh cairan jernih (fase nheksan). Fase ekstrak etil asetat dan fase n-heksan dipisahkan dengan cara didekantir. Endapan yang telah dipisahkan kemudian diuapkan, ekstrak dikeringkan O. a. 1) Penetapan parameter spesifik dan non spesifik Parameter spesifik Kadar senyawa larut air Timbang seksama lebih kurang 5 g serbuk (4/18) yang telah dikeringkan di udara. Masukkan dalam labu bersumbat, tambahkan 100 ml air jenuh kloroform, kocok berkali-kali selama 6 jam, biarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 1050 C dan ditara, panaskan sisa pada suhu 1050 C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam % sari larut air. 2) Kadar senyawa larut etanol Timbang seksama lebih kurang 5 g serbuk (4/18) yang telah dikeringkan di udara. Masukkan dalam labu bersumbat, tambahkan 100 ml etanol 95% P, kocok berkali-kali

selama 6 jam, biarkan selama 18 jam. Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal beralas datar yang telah dipanaskan 1050 C dan ditara, panaskan sisa pada suhu 1050 C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam % sari larut etanol. b. 1) Parameter non spesifik Kadar air

Dilakukan dengan cara destilasi Cara penetapan : Tabung penerima dan pendingin dibersihkan. Ke dalam labu kering dimasukkan sejumlah bahan yang diperkirakan mengandung 1 sampai 4 ml air. Masukkan lebih kurang 200 ml toluen P yang telah dijenuhkan dengan air dimasukkan ke dalam labu. Tuangkan toluen ke dalam tabung penerima melalui alat pendingin. Labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit atau hingga destilasi sempurna. Setelah air dan toluene memisah sempurna volume air yang tertampung dibaca. Kadar air dihitung dalam % v/b. P. Destilasi minyak atsiri rimpang kunyit Sebanyak 2 kg simplisia rimpang kunyit diletakkan diatas penyekat berpori dalam dandang berisi air lalu dipasang kondensor yang telah dilengkapi dengan alat penampung minyak atsiri. Kemudian dandang dipanaskan hingga minyak atsiri terdestilisir, minyak ditampung dalam alat penampung dan pemanasan dilakukan sampai tidak ada lagi minyak yang menetes setelah itu minyak diambil dan dimasukkan dalam corong pisah. Saring minyak atsiri dengan natrium sulfat anhidrat, masukkan minyak dalam flakon dilapisi alumunium foil. Q. a. Penetapan kadar Kurkumin Totolkan masing-masing 25 L larutan uji dan enceran Larutan pembanding pada silika gel 60 F254, kembangkan dengan fase gerak n-heksan P-etilasetat P (1:1), ukur secara kromatografi lapis tipis-densitometri, pada panjang gelombang 425 nm. b. Minyak atsiri Hasil destilasi dibaca dengan menggunakan GC-MS di laboratorium analisis Farmasi UGM.

You might also like