You are on page 1of 6

OPTIMALISASI KUALITAS RPP MELALUI SUPERVISI AKADEMIK BAGI GURU SD KELAS IV, V, VI DABIN I UPTD DIKPORA KECAMATAN PASARKLIWON

SURAKARTA Oleh : Drs. Muryanto A.H., M.Pd. (Pengawas TK/SD UPTD Dikpora Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah melalui supervisi akademik dapat mengoptimalkan kualitas RPP guru kelas IV, kelas V, dan kelas VI. Subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru kelas IV, kelas V, dan kelas VI sekolah dasar Daerah Binaan (Dabin) I UPTD Dikpora Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai Oktober 2009 meliputi tahap persiapan proposal, tahap pembuatan instrumen, tahap pelaksanaan supervisi akademik terdiri dari dua siklus, tahap menganalisis, tahap bahasan, dan tahap pembuatan laporan. Metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan sekolah dengan melakukan dua tindakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan hasil tindakan, dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi, observasi, dan wawancara. Alat pengumpulan data dengan dokumen catatan personal guru, lembar pengamatan, dan lembar wawancara. Analisis data menggunakan deskriptif komparatif yang dilanjutkan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui supervisi akademik dapat mengoptimalkan kualitas RPP yang ditunjukkan dengan peningkatan rata-rata dari keadaan awal 2,07 (kategori kurang / belum baik), dan setelah supervisi akademik secara kelompok pada siklus I rata-rata menjadi 3,36 dengan kategori cukup baik, dan setelah supervisi akademik secara individu pada siklus II rata-rata menjadi 4,28 dengan kategori baik sekali (hampir sempurna). Kata kunci: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Supervisi Akademik. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan sampai saat ini masih menjadi pembicaraan menonjol di kalangan pendidikan khususnya, dan di masyarakat umumnya. Mutu pendidikan di Indonesia oleh para pakar pendidikan dinilai masih rendah. Menurut panggamatan penulis, rendahnya kinerja guru merupakan salah satu unsur penyebab rendahnya mutu pendidikan. Rendahnya kualitas guru tampak pada pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru kurang mempersiapkan diri, yaitu tidak adanya perencanaan yang baik sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Untuk itu peneliti melakukan penelitian tindakan untuk mengoptimalkan kualitas guru dalam hal pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pada pasal 20 dijelaskan, bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar selain menyusun contoh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di sekolah dasar juga menyusun contoh/model silabus dan RPP. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman kepada para kepala sekolah, guru, dan pembina pendidikan lainnya dalam memahami dan

melaksanakan Standar Nasional Pendidikan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang sering disebut KTSP sudah dilaksanakan di Kota Surakarta sejak tahun pelajaran 2007/2008. Berdasar pada standar isi (SI) yang terdiri dari standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) dibuatlah silabus. Dalam pembuatan silabus seorang guru dituntut untuk mengembangkan kompetensi dasar yang ada dilengkapi dengan materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Setelah silabus dibuat, selanjutnya guru membuat RPP. RPP merupakan perangkat yang harus dibuat oleh guru untuk persiapan mengajar agar pengelolaan kelas saat pelaksanaan pembelajaran dapat berhasil. Kenyataan di lapangan RPP pembelajaran tematik yang dibuat guru kualitasnya masih sangat rendah, artinya guru belum bisa mengintegrasikan dengan luwes beberapa mata pelajaran dalam satu hari melalui tema yang ada ke dalam kegiatan strategi pembelajaran / langkah-langkah pembelajaran sehingga pengelolaan kelas dalam PBM belum optimal. Ada guru yang tidak membuat RPP dengan alasan belum bisa membuat RPP pembelajaran tematik. Setelah penelitian ini pengawas sekolah diharapkan akan lebih sering mengadakan supervisi akademik dan memberi pembinaan, khususnya dalam membuat RPP dan KBMnya. Dengan supervisi akademik akan memotivasi guru untuk meningkatkan tanggung jawabnya dan meningkatkan kinerjanya lebih profesional. Berdasar kondisi awal dan kondisi akhir, kualitas RPP guru ada kesenjangan. Untuk memecahkan masalah ini peneliti melakukan penelitian supervisi akademik untuk mengoptimalkan kualitas RPP pembelajaran guru kelas IV, V dan VI Dabin I UPTD Dikpora Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta.Diharapkan melalui supervisi akademik yang dilaksanakan oleh pengawas sekolah dapat mengoptimalkan kualitas RPP yang dibuat oleh guru Dabin I UPTD Dikpora Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang masalah di atas dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Apakah melalui supervisi akademik dapat mengoptimalkan kualitas RPP bagi guru SD kelas IV, kelas V, dan kelas VI Dabin I UPTD Dikpora Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta? II. LANDASAN TEORI A. Hakikat RPP Menurut Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 pasal 20 bahwa perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran sering disebut RPP. Membuat RPP tidaklah mudah karena guru dituntut terampil dan kreatif. RPP dibuat berdasarkan silabus. RPP kelas IV, kelas V, dan kelas VI melalui pendekatan mata pelajaran. Berbeda dengan RPP kelas I, kelas II, dan kelas III yang dibuat melalui pendekatan tematik, dan selanjutnya menetapkan jaringan tema, penyusunan silabus, dan terakhir penyusunan rencana pembelajaran. Menurut Ella Yulaelawati (2004) dalam bukunya Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi dan Aplikasi, pengalaman belajar perlu disusun untuk memberikan gagasan kepada para guru tentang rincian kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan. Agar pengalaman belajar ini dapat mencapai tujuan pendidikan pada berbagai tingkat, maka perlu disusun terlebih dahulu tentang kriteria penentuan pengalaman belajar.

B. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu strategi pembelajaran dengan tujuan agar pada proses kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Menurut Pupuh Fathurrohman (2007) strategi pembelajaran adalah sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kontek ini rekayasa dapat diartikan suatu siasat, kiat, atau cara dalam pencapaian tujuan pembelajaran. C. SUPERVISI AKADEMIK 1. Hakikat Supervisi Hakikat supervisi adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah untuk melihat dari dekat bagaimana mengajarnya seorang guru di suatu kelas kemudian hasilnya digunakan untuk bahan pembinaan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar. Pengertian supervisi menurut Ngalim Purwanto dalam Administrasi dan Supervisi Pendidikan (1995: 76) supervisi ialah aktifitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Pembinaan dalam penelitian akan membahas pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah di gugusnya. Menurut Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 118/1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya Bab I pasal 1 pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, dasar, dan menengah. Pengertian pembinaan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis (1997/1998: 4) adalah memberi arahan, bimbingan, contoh, dan saran dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Memberikan arahan adalah upaya pengawas sekolah agar guru dan tenaga lain di sekolah yang diawasi dalam melaksanakan tugasnya lebih terarah dan mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Memberikan bimbingan adalah upaya pengawas sekolah agar guru dan tenaga lain mengetahui lebih rinci kegiatan yang harus dilaksanakan dan cara melaksanakannya. Memberikan contoh adalah upaya pengawas sekolah yang dilaksanakan dengan cara yang bersangkutan bertindak sebagai guru yang melaksanakan proses belajar mengajar/bimbingan umtuk materi tertentu di depan kelas dengan tujuan agar guru yang diawasi dapat mempraktekkan model/membimbing dengan baik. Memberikan saran adalah upaya pengawas sekolah agar suatu proses pendidikan yang dilaksanakan di sekolah lebih baik daripada hasil yang dicapai sebelumnya atau berupa saran kepada pimpinan untuk menindaklanjuti pembinaan yang tidak dapat dilaksanakan sendiri. Menurut Usman, supervisi adalah pelayanan profesional bagi dan guru yang bertujuan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan meningkatkan kualitas belajar mengajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, supervisi adalah pengawasan utama, pengontrolan tertinggi. (2009: 1107). 2. Pengertian Supervisi Akademik

Supervisi akademik disebut juga supervisi pengajaran. Menurut Ngalim Purwanto, supervisi pengajaran ialah kegiatan-kegiatan kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi baik personel maupun material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik dan terciptanya tujuan pendidikan. Pengawas sekolah menurut Badan Standar Nasional Pendidikan di dalam naskah akademik tentang Standar Pengawas Satuan Pendidikan (2006: 2) adalah tenaga kependidikan profesional berstatus PNS yang diberi tugas tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan dan pengawasan pendidikan pada sekolah/satuan pendidikan. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Negara No. 118/1996 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya Bab I pasal 1 pengertian pengawas sekolah adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan pendidikan di sekolah dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan pra sekolah, dasar, dan menengah. Dalam Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 118/1996 Bab VI pasal 7 (1997: 11) tugas pengawas sekolah antara lain memberikan arahan dan bimbingan kepada guru tentang pelaksanaan proses belajar mengajar/bimbingan. Menurut Nurhadi dalam kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban Pengawas bertugas merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan dan pengelolaan pendidikan serta memberikan pelayanan profesional kepada kepala sekolah dan guru termasuk menyebarkan gagasan baru atau pelaksanaan pembelajaran yang bermutu secara efisien. 3. Teknik Supervisi Ada macam-macam teknik supervisi yang dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah, pengawas, dan pembina sekolah dasar antara lain: (1) Kunjungan Kelas (Classroom Vsitation). Kunjungan kelas dapat dilaksanakan secara berencana untuk memperoleh gambaran tentang proses belajar mengajar dan pengelolaan kelas yang dilaksanakan guru; (2) Observasi Kelas (Classromm Observation). Observasi kelas dapat dilaksanakan untuk mengetahui usaha serta kegiatan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar yang mencakup penguasaan bahan, penguasaan metode, pengorganisasian kelas, penggunaan media, dan faktor-faktor penunjang lainnya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan; (3) Percakapan Pribadi (Individual Conference). Percakapan pribadi dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu untuk masalah-masalah khusus; (4) Kunjungan Antarkelas atau Antarsekolah. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menukar pengalaman serta hal-hal lain ysng menunjang pelaksanaan ineraksi belajar mengajar. Seseorang guru mengunjungi guru lain yang mengajar untuk menambah pengalaman mengajar atau mengamati rekan guru lain yang sedang memberi contoh-contoh mengajar yang baik; (5) Rapat Khusus. Kegiatan ini dilakukan antara pembina dengan para guru di sekolah. Hal ini bisanya dilaksanakan dalam rangka menyampaikan pembicaraan yang bersifat umum; (6) Pertemuan-pertemuan Gugus. Pertemuan-pertemuan gugus dilaksanakan pada kelompok-kelompok kerja guru seperti Kelompok Kerja Guru (KKG) Kelas IV, KKG Kelas V, KKG Kelas VI, dan Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KK3S), dan Pertemuan Kelompok Guru Mata Pelajaran. Pertemuan-pertemuan tersebut dapat dilaksanakan oleh masing-masing kelompok atau gabungan dari beberapa kelompok kerja.

4. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui penerapan supervisi akademik dapat mengoptimalkan kualitas penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bagi guru-guru kelas IV, V, dan VI SD Dabin I UPTD Dikpora Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta. III. METODE PENELITIAN A. Seting dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai bulan Oktober 2009. Lokasi yang digunakan dalam penelitian tindakan sekolah ini di sekolah dasar Dabin I UPTD Dikpora Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta yang terdiri dari tiga SD Negeri yaitu SD Negeri Kauman, SD Negeri Pasarkliwon, SD Negeri Demangan, dan tiga SD Swasta yaitu SD Kanisius Keprabon I, SD Kasatriyan, dan SD Al Irsyad. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan sekolah yang menjadi subjek adalah guru-guru kelas IV, kelas V, dan kelas VI sekolah dasar Dabin I UPTD Dikpora Kecamatan Pasarkliwon sejumlah 18 guru. B. Teknik dan Alat Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang penulis pergunakan adalah kolaborasi dengan kepala sekolah tempat guru tersebut mengajar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa instrumen penyusunan perencanaan pembelajaran. C. Analisis data Analisis data yang peneliti gunakan adalah analisis deskriptif komparatif dengan membandingkan kondisi awal, hasil siklus I (supervisi akademik secara kelompok/KKG) dan hasil siklus II (supervisi akademik secara individu/percakapan pribadi). D. Prosedur penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan sekolah (PTS). Pelaksanaan penelitian meliputi: 1) perencanaan tindakan, 2) pelaksanaan dari perencanaan tindakan, 3) pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan, dan 4) refleksi terhadap hasil pengamatan tindakan. IV. HASIL PENELITIAN A. Deskriptif Kondisi Awal Kondisi awal RPP guru-guru kelas IV, kelas V, dan kelas VI Dabin I UPTD Dikpora Kecamatan Pasarkliwon Surakarta sangat rendah. Hasil rata-rata dalam satu Dabin 2,07 (kurang baik) maka perlu dilakukan supervisi akademik. Deskripsi Hasil Silkus I Dari hasil siklus I disimpulkan bahwa RPP pembelajaran guru-guru kelas IV, V, dan VI Dabin I UPTD Dikpora Kecamatan Pasarkliwon Surakarta mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan kondisi awal di mana nilainya kurang baik (rata-rata 2,07) sedangkan pada siklus I (setelah supervisi akademik berkelompok) hasilnya meningkat rata-ratanya menjadi cukup baik (3,36). Deskripsi Hasil Siklus II

Hasil pengamatan penyusunan RPP pembelajaran pada siklus II ada peningkatan hasil dari siklus I cukup baik (rata-rata 3,36) menjadi baik sekali/hampir sempurna (rata-rata 4,28). Dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan hasil dari siklus I supervisi secara kelompok/KKG dengan supervisi secara individu/percakapan pribadi. V. PENUTUP 1. Simpulan Supervisi akademik dapat mengoptimalkan kualitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bagi guru-guru kelas IV, kelas V, dan kelas VI Dabin I UPTD Dikpora Kecamatan Pasarkliwon Kota Surakarta. 2. Rekomendasi Pengawas TK/SD dapat mengoptimalkan kualitas penyusunan RPP bagi guru-guru kelas IV, kelas V, dan kelas VI melalui supervisi akademik baik dengan pendekatan individual maupun kelompok.

DAFTAR PUSTAKA Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) Naskah Akademik Tentang Standar Pengawas Satuan Pendidikan, Direktorat Pendidikan, Jakarta. Depdikbud (1998) Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, Dirjen Pendasmen, Jakarta. Depdiknas (2001) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Depdiknas (2008) Pedoman Penelitian Tindakan Sekolah Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah Sma/Smk, Dirjen PMPTK, Jakarta. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (2006) Pengelolaan Kegiatan Belajar di SD, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Semarang. Ella Yulaelawati (2004) Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi, Pakar Raya, Bandung. Fathurrohman Pupuh & Sutikno Sobry (2007) Strategi Belajar Mengajar, Rafika Aditama, Bandung Ngalim Purwanto (1995) Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Rosdakarya, Bandung. Nurhadi (2004) Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban, Grasindo, Jakarta. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

You might also like