You are on page 1of 20

ANALISA PANCASILA BERDASARKAN SILA-SILA DALAM SUDUT PANDANG ISLAM sebagai "BERHALA MODERN"

by HENTIKAN PEMURTADAN,PENISTAAN, DAN PENGHINAAN UMAT & SIMBOL ISLAM DI DUNIA on Wednesday, June 1, 2011 at 9:08pm

Sila 1: Ketuhanan Yang Maha Esa

Konsep ketuhanan dalam Pancasila tidak jelas maknanya, karena ditafsirkan menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu bangsa Indonesia ...yang terdiri dari berbagai macam ragam agama dan kepercayaannya itu. Penafsiran Ketuhanan Yang Maha Esa menurut Islam sangat berbeda dengan penafsiran menurut Kristen ataupun lainnya. Dalam Pancasila terdapat banyak Tuhan, yaitu Tuhannya orang-orang Islam, Tuhannya orang Kristen, Tuhannya orang Hindu, Tuhannya orang Budha dan lainnya, jadi Tuhan-Tuhan manusia Indonesia berkumpul dalam Pancasila sebagai wadah tunggal, sebagai collective ideologi (aqidah bersama).

Bagaimana konsep Ketuhanan dalam Islam samakah dengan Pancasila? Allah berfirman:

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi25 Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar. (Al Baqarah: 255)

Katakanlah: Dia-lah Allah, yang Maha Esa. (Al Ikhlas : 1)

Sebagaimana tercantum dalam surat Al Baqarah ayat 255, missi Islam adalah untuk menegakkan kalimah LA ILAHA ILLA ALLAH, tidak ada Illah kecuali hanya Allah saja. Jadi konsepsi dalam Islam hanya ada satu Illah saja, yaitu Allah Azza wa Jalla. Selainnya tidak!!! Tidak ada tuhan Yesus, tidak ada Sang Yhang Whidi, tidak ada Tao, tidak ada tuhantuhan lainnya. Yang ada hanya Allah Azza wa Jalla.

Bagaimana konsep Pancasila dengan Islam tentang Tuhan ini, sama atau tidak?

Pancasila mengakui adanya tuhan-tuhan selain Allah, sedangkan Islam melarangnya (Musyrik/Kafir). Allah berfirman:

Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (Al Maidah: 73)

Jadi disini jelaslah bertentangan konsep Islam dengan Pancasila. Akibat adanya kesatuan Tuhan dalam Pancasila dianggapnya semua agama adalah baik dan benar, inilah kemusyrikan yang nyata, jelas-jelas melanggar konsep Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman:

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orangorang yang telah diberi Al Kitab26 kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali Imran: 19)

Jadi jelaslah sila pertama dari Pancasila ini sangat bertentangan dengan Islam, karena dapat membuat seorang Muslim menjadi musyrik kepada Allah.

Sila ke 2: Kemanusian yang adil dan beradab

Dalam kontek Pancasila, sesuatu perbuatan dianggap adil dan beradab apabila sesuai dengan sifat manusiawi (kemanusian).

Jadi kemanusian yang adil dan beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan ma...nusia yang didasarkan kepada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri pribadi, sesama manusia maupun terhadap alam dan hewan.

Jelaslah menurut Pancasila, segala sesuatu yang tidak sesuai dengan kodrat manusiawi (nafsu) tidak dapat diterima dan dibenarkan sama sekali, padahal manusia yang tidak dilandasi dengan keimanan yang kuat maka cenderung mengikuti hawa nafsu yang sesat. Dalam Pancasila banyak hal-hal yang mengikuti hawa nafsu manusia bukan yang diturunkan Allah, misalnya:

- Hukum potong tangan bagi pencuri dan rajam bagi penzina adalah tidak manusiawi, jadi hal ini tidak dapat diterima oleh Pancasila, sedangkan hal ini adalah wahyu Allah yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim, jika ia tidak melaksanakannya maka ia telah KAFIR (Al Maidah: 44).

Dalam kontek Pancasila penzina adalah orang yang mempunyai suami dan istri lalu melakukan hubungan dengan orang lain, dikatakan berzina apabila mendapat tuntutan dari salah satunya, sedangkan muda mudi yang berhubungan tidak dianggap berzina, asalkan suka sama suka, tidak dihukum sama sekali. Sedangkan menurut Islam mereka adalah penzina semua yang harus dihukum. Bertolak belakang betul konsep adil dan beradab menurut Islam dan Pancasila.

- Presiden sebagai kepala negara dan pemegang kekuasaan tertinggi negara dapat membebaskan seseorang dari tuntutan hukuman (hak Grasi, Rehabilitasi dsbnya), ini adalah adil menurut harkat kemanusiaan, sedangkan menurut Islam siapapun tidak berhak membebaskan seseorang dari hukuman yang telah ditentukan, walau Nabi sekalipun, sebab ini adalah hak tunggal yang hanya dimiliki oleh Allah saja.

- Ekonomi Pancasila ala kapitalis, hak perorangan, yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin, tanpa mempunyai kewajiban sedikitpun untuk mengeluarkan hartanya, yang dalam Islam dikenal dengan Zakat, inikah kemanusian yang adil?

- Dan seterusnya.

Sila kedua ini sudah jelas sangat bertentangan dengan konsep Islam, karena sifat manusia tidaklah terlepas dengan nafsu yang selalu condong kearah maksiat, itulah sebabnya Islam tidak mengizinkan seseorang untuk mengikuti harkat kemanusiaan yang berdasarkan pada hawa nafsu belaka, seorang manusia harus tunduk dibawah kehenda wahyu yang diturunkan Allah. Allah berfirman:

Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasulNya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. Kami mendengar, dan kami patuh. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (An Nur: 51)

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (Al Ahzab: 36)

Itulah konsep Islam, otak/fikir, hawa nafsu harus tunduk dibawah ketentuan Allah dan RasulNya.

Sila ke 3: Persatuan Indonesia

Pancasila menyebutkan, seorang warga negara Indonesia harus bersatu padu dalam segala hal, mengutamakan kepentingan negara dan bangsa dari pada kepentingan pribadi ataupun golongan (termasuk kepentingan agama s...ekalipun).

Bolehkah ummat Islam bersatu padu dengan orang-orang kafir dalam segala hal?

Allah berfirman:

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orangorang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (Al Fath :29)

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali (mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (At Taubah: 23)

Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasihsayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung. (Al Mujadilah: 22)

Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya. (At Taubah: 73)

Jihad, Mazhab Hanafi mengartikannya:

Lughoh: Menggunakan sesuatu secara maksimal baik berupa perkataan maupun perbuatan.

Syariah: Membunuh orang-orang kafir, memancung kepala mereka, mengambil harta mereka dan meruntuhkan rumah-rumah berhala (ibadah) mereka guna menegakkan Islam.

Buka Al Quran lagi: Al Maidah: 54, An Nisa: 144, Ali Imran: 28, Al Maidah: 51 dan 57.

Dengan tegas dan jelas Allah Azza wa Jalla melarang kaum Muslimin untuk bersatu dengan orang-orang kafir, apabila dalam menjalankan ibadah kepada Allah, Islam tidak mengenal toleransi beragama (beribadah bersama-sama), ummat Islam hanya diperintahkan bersatu, hanya berdasarkan taqwa kepada Allah, yaitu dengan sesama Muslim bukan sama orang kafir yang membenci Islam.

Pancasila dapat menimbulkan sifat nasionalisme, dan demikianlah tujuan Pancasila

Dengan Persatuan Indonesia harus pula dikembangkan semangat cinta tanah air dan bangsa (nasionalisme) serta semangat pengabdian dan pengorbanan kepada tanah air dan bangsa (Patriotisme), yang hakekatnya bersumber pada kesadaran senasib dan seperjuangan dalam menghadapi tantangan hidup.

Dengan tegas dan jelas dikatakan Pancasila bertujuan untuk menciptakan sikap nasionalisme ini dapat menimbulkan kebanggaan raas, merasa lebih tinggi dan baik dari bangsa lain, serta memandang rendah mereka, Islam memandang mulia dan tidaknya seseorang bukan tergantung dari ras, melainkan taqwanya kepada Allah semata.

Islam diturunkan untuk menghapuskan nasionalisme dan mempersatukan ummat manusia seluruh dunia dibawah naungan Al Quran dan Sunnah. Allah berfirman: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.Mereka berkata: Mengapa Engkau hendak

menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (Al Baqarah: 30)

Khilafah adalah sistem pemerintahan dalam Islam, manusia sebagai wakil Allah untuk menjalankan semua yang diturunkan-Nya, semua peraturan-peraturan dan perundangundangan tidak boleh keluar/menyimpang dari wahyu Allah, daerah kekuasaannya meliputi seluruh Alam ini.

Sayyid Quthub mengatakan: Masyarakat Islam ialah suatu masyarakat yang Universal, yakni tidak Rasial, tidak nasional dan tidak pula terbatas didalam lingkungan batas-batas geografis. Dia terbuka untuk seluruh anak manusia tanpa memandang jenis, warna kulit atau bahasa, bahkan juga tidak memandang agama dan keyakinan atau Aqidah31. Menyerukan sikap Nasionalime adalah hal yang dilarang dalam Islam, Rasulullah bersabda:

Bukan tergolong ummatku yang menyerukan Ashobiyyah, bukan tergolong ummatku yang berperang atas dasar Ashobiyyah, bukan tergolong ummatku yang mati atas dasar ashobiyyah. (HR. Abu Dawud)

Selanjutnya Sayyid Quthub berkata: Sebagai tindak lanjut dari penghapusan dinding-dinding raas, bahasa dan warna kulit, maka Islam meniadakan pula batas geografi antara berbagai bangsa, yang menciptakan perasaan Nasional sempit dan yang menjadi sumber bagi persaingan sengit antara nation-nation yang berbeda beda. Persaingan inilah yang melahirkan sistem penjajahan yang intipatinya ialah eksploitasi bangsa atas bangsa, jenis atas jenis dan tanah air atas tanah air.

Persatuan Indonesia ini juga akan melahirkn sikap patriotisme, mengabdi dan rela mengorbankan diri demi untuk kepentingan negara dan bangsa. Inilah perbuatan musyrik yang dianjurkan Pancasila. Seorang Muslim diperintahkan beribadah (mengabdi) dan berkorban semata-mata karena Allah saja. Allah berfirman:

Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Al Anam: 162) Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah). (Al Anam: 163)

Said Hawa mengatakan, salah satu yang mengakibatkan batalnya syahadat adalah terlalu cinta pada tanah air, berjuang karenanya semata.

Cinta Tanah Air sebagian dari Iman adalah Hadis Palsu (namun tidak ada larangan mencintai tanah air asal jangan melupakan cinta kepada Allah)

Berikut ucapan para ulama ahli hadits:

1. As-Shoghoni berkata: Termasuk hadits-hadits yang palsu. 2. As-Suyuthi berkata: Saya tidak mendapatinya. 3. As-Sakhowi berkata: Saya tidak mendapatinya. 4. Al-Ghozzi berkata: Ini bukan hadits. 5. Az-Zarkasyi: Saya belum mendapatinya. 6. Sayyid Muinuddin ash-Shofwi berkata: Ini bukan hadits. 7. Mula al-Qori berkata: Tidak ada asalnya menurut para pakar ahli hadits. 8. Al-Albani berkata: Maudhu (palsu). 9. Lajnah Daimah yang diketahui oleh Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan: Ucapan ini bukan hadits nabi shallallahu alaihi wa sallam, ia hanyalah ucapan yang beredar di lisan manusia lalu dianggap sebagai hadits

Nabi Muhammad SAW bersabda; Jika ada umatku yang mati dalam keadaan ashobiyah, maka dia sudah bukan umatku lagi." ( Hadist Riwayat. Imam Muslim.) *Note: Ashobiyah adalah fanatisme sempit terhadap kelompok, suku, etnis atau bangsa.

Sila ke 4: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan

Pancasila menyebutkan, seluruh rakyat Indonesia harus tunduk dan patuh kepada semua peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh dewan perwakil...an yang berdasarkan pada rasio sehat. Jadi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan berarti, bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya memakai sistem perwakilan sedang putusan-putusan harus berdasarkan kepentingan rakyat, yang diambil melalui musyawarah yang dipimpin oleh rasio yang sehat serta dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Dalam sistem Pancasila, pemegang kekuasaan tertinggi adalah rakyat yang diatur/diwakilkan melalui perwakilan (MPR/DPR). Hal ini sangat bertentangan dengan sistem dalam Islam, ketaatan harus hanya kepada Allah semata dan wajib mengikuti undang-undang-Nya serta haram meninggalkan peraturan ini dan mengikuti undang-undang buatan manusia-manusia lainnya. Allah berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (An-Nisa:59)

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). (Al Maidah: 55)

Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya35. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). (Al Araf: 3)

Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (Al Jaatsiyah: 18 )

Pemimpin tertinggi ummat Islam adalah Allah, Rasul-Nya kemudian orang-orang yang beriman yang tunduk dan patuh kepada wahyu yang diturunkan Allah, bukan orang yang mengikuti rasio sehat yang tak terlepas dengan kemauan nafsu. Seorang Muslim harus tunduk dan patuh hanya kepada perintah Allah dan Rasul-Nya, diperkenankan taat kepada manusia asalkan ia beriman dan tidak mengajak kepada maksiat terhadap Allah.

Konsep demokrasi dalam Pancasila bersumber dari kebiasaan nenek moyang bangsa Indonesia yang animisme, Hindu maupun Budha. Demokrasi Pancasila demokrasi yang telah dipraktekkan oleh bangsa Indonesia sejak dahulu kala (oleh nenek moyang) dan masih dijumpai sampai sekarang.

Demokrasi Pancasila berdasarkan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat yang dilaksanakan sepenuhnya oleh dewan perwakilan. Sistem demokrasi Pancasila ini terlihat dalam MPR maupun DPR yang terdiri dari beberapa golongan agama dan kepercayaan, ada wakil Islam, Kristen, Hindu, Budha, Komunis, Kejawen dan lain sebagainya, menjadi satu dalam MPR/DPR yang membuat peraturan-peraturan maupun hukum. Sedangkan Islam menghendaki Syuro (Ali Imran: 159) yang terdiri hanya dari wakil Islam, Islam yang taat saja, bukan dari berbagai golongan.

Rasulullah berkata: Kumpulkanlah para ahli ibadat yang bijaksana diantara ummatku dan musyawaratkanlah urusanmu itu diantara kamu, dan janganlah membuat keputusan dengan satu pendapat saja37. Demikianlah dalam Islam, semua keputusan yang diambil tidak boleh sama sekali bertentangan dengan Al Quran maupun As Sunnah. Demokrasi Pancasila, MPR/DPR, banyak menelurkan keputusan-keputusan yang bertentangan dengan Islam, seperti UU tentang perkawinan dan lainnya. Seorang Muslim tidak diizinkan sama sekali menjadi anggota parlemen yang selalu memojokan Islam. Allah berfirman:

Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam jahannam. (An Nisa: 140)

Demikianlah ketentuan Islam, ini adalah sistem politik dalam Islam, politik non cooperatif. Apalagi kalau kita melihat MPR/DPR sekarang di Indonesia ini, wakil-wakil Islam hanya

mencari kursi saja, tidak membawa ideologi Islam sejati, padahal ketika berkampaye selalu menggunakan ayat-ayat Al Quran, namun setelah menarik simpati ummat Islam, dan dipilih, mereka lupa sama sekali dengan ayat Allah yang dibacakannya. MPR/DPR sekarang tidak lebih sebagai parlemen/Majelis untuk memojokan ummat Islam, kaki tangan penguasa. Padahal jika ummat Islam menelaah perjuangan Rasulullah Saw., Beliau (Rasulullah Saw.) tidak pernah mau duduk bersama Abu Jahal (di darut nadwah), sekalipun Abu Jahal menawarkan kepada Rasulullah Saw. untuk bergantian memerintah Makkah.

Jadi jelaslah sudah, Musyawarah menurut Pancasila dan Islam adalah bertentangan, Islam bersumber pada wahyu Allah Yang Maha Sempurna, sedangkan Pancasila bersumber dari filsafat, hasil pemikiran otak manusia yang lemah, apalagi digali dari sumber-sumber kafir Barat dan ditambah lagi dengan sumber-sumber Indonesia tempo doeloe, animisme.

Sila ke 5: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sila kelima dari Pancasila ini pada hakekatnya adalah manifestasi daripada rasa nasionalisme, yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam. (lihat pembahasan sila ke III). Konsep keadila...n sosial dalam Islam sangat berbeda dengan konsep dalam Pancasila. Konsep keadilan sosial dalam Islam sepenuhnya bersumber dari rasa Taqwa kepada Allah semata, semua bentuk keadilan sosial tidak boleh menyimpang dari konsep Al Quran dan Sunnah Rasulullah, tujuan keadilan dalam Islam untuk menciptakan kebahagian bagi seluruh ummat manusia didunia ini, tidak terbatas pada teritorial suatu daerah ataupun bangsa saja.

Sedangkan konsep keadilan sosial dalam Pancasila bersumber dari sifat-sifat manusiawi, segala sesuatu dipandang baik dan buruk diukur dengan karsa dan rasa manusia, bukan pada wahyu yang diturunkan Allah. Seperti perzinaan (pelacuran) hal ini diizinkan oleh manusia Pancasila (terbukti dengan dilokallisasikannya komplek-komplek WTS oleh Pemerintah), demi untuk tersalurnya kebutuhan nafsu manusia, hal ini dipandang sebagai kebutuhan pokok manusia.

Sedangkan hukum potong tangan bagi pencuri, rajam bagi penzina, poligami dan lainnya ditinggalkan dengan naluri kemanusiaan (biadab). Keadilan sosial dalam Pancasila terbatas untuk rakyat yang berdomisili di Indonesia, diprioritaskan terutama untuk bangsa Indonesia, walaupun orang itu kafir. Sedangkan Islam

selalu memberikan perioritas pertama pada pemeluknya walau dimanapun tempatnya, Islam tidak terbatas pada teritorial.

Jelaslah pertentangan sila kelima ini dengan Islam, perbedaannya dari tujuan maupun awalnya, Islam menghendaki terciptanya keadilan sosial bagi seluruh dunia, sedangkan Pancasila terbatas pada wilayah Indonesia.

Setelah kita menganalisa isi (kandungan) dari Pancasila secara menyeluruh, kesimpulan terakhir yang kita peroleh adalah; Semua kandungan Pancasila adalah bertentangan dengan Islam. Demikian pula secara fundamental sistem Pancasila berdasarkan sistem jahil, maka secara otomatis semua produknya adalah jahili. Ummat Islam selama ini ditipu oleh UlamaUlama (syu) Pancasilais, dengan menempelkan ayat-ayat Allah pada butir-butir Pancasila, padahal semua itu adalah taktik untuk menenangkan ummat Islam, agar dikatakan Pancasila tidak bertentangan dengan Islam, mereka inilah yang disitir oleh Allah sebagai anjing, karena dia tahu ayat namun dijualnya dengan murah. Allah berfirman:

Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayatayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisahkisah itu agar mereka berfikir. (Al Araf: 176)

Ummat Islam harus waspada dan hati-hati dengan perbuatan semacam ini, walau bagaimanapun yang haq itu tak akan tercampur dengan yang bathil, yang haq pasti haq karena bersumber dari yang haq pula, dan sebaliknya. Seandainya yang bathil ada persamaan dengan yang haq, maka hal itu adalah bathil, walau kelihatannya haq. Demikian juga dengan Pancasila, walaupun disusupi ayat-ayat Al -Quran, pasti dia akan tetap bathil, karena dasarnya adalah sudah bathil.

================================================================== ======== ANALISA FUNGSI-FUNGSI PANCASILA DIATAS MENURUT ISLAM

1. Sebagai Azas Tunggal

Dijadikannya Pancasila sebagai azas tunggal bagai rakyat Indonesia, berarti semua langkah dan geraknya harus sesuai dengan Pancasila, baik itu kehidu...pan berpolitik, bermasyarakat (pergaulan), berekonomi, berpendidikan dan lainnya, bahkan dalam tata cara menjalankan ajaran agamanya, sedikitpun tidak boleh bertentangan dengan Pancasila, dialah pengatur.

Islam adalah Dien yang supra lengkap, ia mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, dari tata cara hidup sebagai individu sampai tata cara hidup bermasyarakat, kalau Pancasila dijadikan Azas Tunggal, lalu Islam sebagai apa? Apakah hanya sebagai stempel saja, ataukah hanya sebagai teori-teori ideal tanpa adanya suatu pengamalan? Dengan dijadikannya Pancasila sebagai Azas Tunggal, maka ia telah menyingkirkan Islam dari Indonesia, menggantikan semua fungsi-fungsinya. Ummat Islam tidak bisa menjalankan hukumnya, ekonominya, pendidikannya, politiknya dan lainnya yang sesuai dengan Islam, berarti ini adalah suatu kekalahhan total buat ummat Islam Indonesia, karena selalu mendapatkan julukan fasik, zholim, kafir (QS. Al Maaidah: 44, 45, 47) dan lain sebagainya dari Allah. Disebabkan ia tidak menjalankan syariah yang diturunkan Allah.

Dijadikannya Pancasila sebagai Azas Tunggal, hal ini sangat bertentangan dengan prinsipprinsip dalam Aqidah Islam, dalam Islam semua aktifitas seorang Muslim adalah sematamata berdasarkan Allah (keridhoan-Nya, Dia telah mengatur, memberikan Syariah, peraturan-peraturan dalam kehidupan ini). Allah berfirman:

Katakanlah: sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Semesta Alam. (Al Anam: 162) Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah). (Al Anam: 163)

Kalau ada orang Muslim, mengerjakan sesuatu bukan karena Allah semata, maka ia telah syirik, menyekutukan Allah. Karena ketika ia shalat selalu mengucapkan seluruh aspek kehidupannya hanya untuk Allah, namun dilain waktu, ia berbuat bukan semata-mata karena Allah. Demikian juga halnya, jika seorang Muslim melakukan suatu pekerjaan semata-mata berdasarkan Pancasila bukan karena Allah, maka ia dikatagorikan telah musyrik kepada Allah.

Dijadikannya Pancasila sebagai satu-satunya azas oleh penguasa Orde Baru sungguh sangat bertentangan dengan maksud diciptakan Pancasila itu sendiri. Soekarno melarang salah satu kekuatan Orpol ataupun Ormas untuk berazaskan Pancasila, karena ia mengatakan selanjutnya Pancasila milik kita bersama, PNI yang beraliran nasionalis/memperjuangkan tegaknya Pancasila tetap berdasarkan/berazaskan Marhaen bukan pada Pancasila.

Jelaslah, dijadikannya Pancasila sebagai satu-satunya azas oleh penguasa Orde Baru dibawah rezim Soeharto adalah sangat bertentangan, baik dengan Islam sebagai Dien yang supra lengkap maupun dengan maksud diciptakannya Pancasila.

2. Sebagai falsafah, ideologi dan Pandangan Hidup (way of live)

Pancasila sebagai falsafah, ideologi dan pandangan hidup (way of live) bangsa Indonesia, berarti semua langkah dan dasar perbuatan orang-orang Indonesia harus sesuai dengan Pancasila. Kedudukan Pancasila yang demikian ini dapat menempatkan dirinya sebagai agama baru dalam masyarakat Indonesia, karena agama sendiri adalah sesuatu yang mengatur kehidupan manusia, bahkan Pancasila mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari semua agama di Indonesia. Seorang Muslim, harus mengakui tanpa adanya keraguan sedikitpun, bahwa Islam adalah Dien mereka satu-satunya, dan inilah yang paling benar. Allah berfirman:

Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orangorang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (Ali Imran: 19)

Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan. (Ali Imran: 83)

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Ali Imran: 85)

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada dien Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) Dien yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar Rum: 30)

Maududi berkata tentang Dien ini: Dien dapat diartikan sebagai: hukum, undang-undang, peraturan, batas-batas ajaran, syariah dan jalan fikiran, ideologi atau teori dan praktek yang mengikat hidup manusia (way of live). Selanjutnya ia berkata: Dienullah (Islam) mencakup

semua peraturan hidup yang sempurna dan multi komplek, baik dari aspek Itikad, Syariat, Akhlaq, Muamalah maupun aspek kehidupan lainnya.

Jadi Dien (falsafah, ideologi dan Pandangan Hidup) yang benar adalah hanya Islam, lainnya adalah bathil. Dienul Islam adalah merupakan suatu sistem menyeluruh yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, Dienul Islam adalah Dien yang datangnya dari Allah sebagai aturan dalam kehidupan manusia dibumi ini, seorang yang telah menyatakan dirinya sebagai seorang Muslim sudah seharusnyalah tidak mencari Dien (falsafah, ideologi, dan Pandangan Hidup) diluar Islam, karena hanya Islamlah satu-satunya Dien yang dapat menyelamatkan kehidupan ummat manusia dipermukaan bumi ini. Adapun jika seorang Muslim mencari Dien selain dari Islam, maka ia tidak berhak lagi disebut sebagai seorang Muslim.

Pancasila adalah kecil dan tak ada artinya jika dibandingkan dengan Islam sebagai Dien, karena Islam telah mengatur segala aspek kehidupan manusia, sedangkan Pancasila tidak !!! Cendikiawan terkemuka didunia ini tidak pernah mengatakan Pancasila adalah falsafah apalagi pandangan hidup (way of live), karena ketidakjelasan ajaran yang dibawakannya, bermakna kosong, mereka hanya mengakui Islam, marxisme, Materialisme, Komunisme, liberalisme beserta aliran-alirannya. Sebagai ideologi, falsafah, maupun pandangan hidup.

Seorang Muslim di Indonesia, sudah seharusnyalah tidak mengakui Pancasila yang kerdil dan bermakna kosong itu sebagai falsafah, ideologi maupun pandangan hidup baginya, tapi harus meyakini, Islamlah satu-satunya yang benar. Islam telah membuktikan hal ini, hampir 15 abad diturunkan namun ia tetap sesuai dengan zaman dan tempat maupun didunia ini, tidak pernah mengalami perubahan sejak diturunkannya hingga kini, tidak seperti lainnya, selalu mengalami perubahan-perubahan. Itulah ketinggian Islam yang fitri.

3. Sebagai Sumber dari Segala sumber Hukum

Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, berarti seluruh hukum dan perundang-undangan di Indonesia tidak boleh menyimpang dari Pancasila, semua hukum dan perundang-undangan harus digali bersumber pada Pancasila.

Dengan adanya fungsi Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, ini berarti seseorang dapat membuat hukum selain dari hukum yang telah ditetapkan oleh Allah, menurut Islam ini adalah syirik, kerena satu-satunya yang berhak membuat hukum hanyalah Allah semata.

Allah berfirman:

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. (Al Araf: 54)

Katakanlah: Sesungguhnya Aku berada di atas hujjah yang nyata (Al Quran) dari Tuhanku, sedang kamu mendustakannya. Tidak ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan dia pemberi keputusan yang paling baik. (Al Anam: 57)

Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Yusuf: 40)

Sumber dari segala sumber hukum menurut Islam adalah Allah semata, Dia-lah yang berhak menciptakan dan mengambil keputusan tentang sesuatu hukum, selainnya tidak berhak sama sekali. Allah memerintahkan kepada mereka yang mengakui dirinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya agar memutuskan semua perkara dengan hukum yang telah diturunkan Allah, jika mereka tidak berhukum dengan yang diturunkan Allah, maka jelas ia kafir, zholim dan fasiq. Allah berfirman:

Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (Al Maidah: 49)

Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya lah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali. (Asy Syura: 10)

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh NabiNabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (Al Maidah: 44) Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka (pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (Al Maidah: 45)

Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah didalamnya43. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik44. (Al Maidah: 47)

Segala sumber dari segala sumber hukum dipermukaan bumi ini hanya wahyu yang diturunkan Allah, inilah konsepsi Islam, seseorang diperbolehkan membuat hukum, keputusan dan peraturan apabila tidak menyimpang dari hukum yang telah ditetapkan Allah namun jika berdasarkan pada rasio dan nafsu belaka jelas hal ini tidak dapat diterima sama sekali oleh Islam.

Menyatakan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum adalah musyrik, benarbenar musyrik yang nyata!!! Jika seorang Muslim Indonesia mengakuinya, janganlah sebut dirinya lagi sebagai orang Islam lagi, karena jika ia menyatakannya dengan penuh kesadaran dan pengetahuan, maka jelas akan mengeluarkannya dari aqidah Islam.

4. Sebagai moral/etika, ukuran baik dan buruknya perbuatan

Pancasila dipandang sebagai ukuran suatu perbuatan, apakah perbuatan itu baik atau buruk. Dalam Pancasila sudah tersusun mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, seperti mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan golongan (agama) ini dianggap baik. Sedangkan membela kepentingan Islam dianggap ekstrim ataw melakukan tindak kan terorisme.

Dengan adanya fungsi Pancasila sebagai pembeda, berarti ia sudah menyabot tugas Islam pada ummatnya. Ukuran baik dan buruk menurut Pancasila adalah tergantung dengan (berdasarkan pada) akal manusia (rasio), karena pada hakekatnya Pancasila adalah merupakan perenungan jiwa yang sangat dalam.

Sedangkan Islam mengukur sesuatu perbuatan, baik dan buruknya berdasarkan pada wahyu Allah, Al Quran dan Sunah. Allah berfirman:

(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (Al Baqarah: 185)

Al Quran Ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (Al Jaatsiyah: 20)

Suatu ketika Aisyah ra. ditanyakan tentang akhlaq Rasulullah Saw., maka ia mejawab: Akhlaq Rasulullah adalah Al Quran (Al Hadist). Al Quran diturunkan sebagai pembeda antara perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk, dan contoh akhlaq/moral yang paling baik adalah pribadi Nabi Muhammad Saw. yang didasarkan pada wahyu Allah ini. Allah berfirman:

Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Al Qalam: 4)

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al Ahzab: 21)

Konsep Islam tentang akhlaq ini sepenuhnya bersumber pada Al Quran dan Sunah, sedangkan moral Pancasila bersumber dari hawa nafsu yang selalu condong kepada keburukan/maksiat. Allah berfirman:

Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang. (Yusuf: 53)

Akhir-akhir ini banyak terjadi kerusakan moral pada bangsa Indonesia akibat Pendidikan moral Pancasila yang merusak, moral Pancasila mengajak manusia Indonesia menjadi binatang. Pendidikan moral Pancasila telah merusak dan mengajak ummat Islam Indonesia untuk musyrik kepada Allah, dengan ajaran-ajaran sesatnya, menyatakan semua agama baik dan benar, beribadah bersama-sama (toleransi beragama) dan lainnya.

Banyaknya kerusakan moral pada bangsa Indonesia akibat moral Pancasila yang hanya menggunakan sangsi hukum (pengadilan) bagi pelanggarnya, sedangkan hukum yang digunakan dan diadopsi merupakan peninggalan kolonial Belanda yang dapat diputar balikan. Diberi uang, habis perkara. Di Indonesia ini seseorang takut melaksanakan perbuatan tercela (jelek) karena terdorong oleh rasa takut pada hukum (KUHP) dunia saja. Sedangkan Islam hukum dunia dan akherat kelak. Itulah perbedaan menyolok pada kedua sistem diatas, Islam dan Pancasila.

KESIMPULAN

Pertentangan ini terutama disebabkan karena Pancasila adalah kumpulan dari berbagai ajaran, baik dari Islam, agama-agama (selain Islam), filsafat, doktrin, isme-isme dan sejenisnya yang dijadikan sebagai ideologi kompromistis yang... diharamkan Islam. Karena Islam adalah ajaran supra lengkap, yang tidak perlu mendapat tambahan dari sistem selainnya dalam membangun pengikutnya sebagai masyarakat utama. Pancasila sendiri diterima wakil-wakil Islam dengan pertimbangan sementara dan sangat terburu-buru dengan berprasangka baik. Namun dalam perjalanannya setelah beberapa puluh tahun lahirnya Pancasila, ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya telah mengakibatkan kerugian dan penderitaan ummat Islam yang menjadi mayoritas bangsa Indonesia.

Seorang yang mengaku dirinya Islam dan beriman, belum tentu dianggap Islam maupun beriman seratus persen sebelum menjalankan atau mengamalkan ajaran Islam secara kaffah,

secara keseluruhan. Pengikut dan pendukung Pancasila, apalagi menerimanya sebagai ideologi, falsafah, way of life, maka ia telah ingkar dengan ajaran Islam. Kalau secara sadar, ia mengetahui itu bertentangan dengan ajaran Islam namun mengikuti dan mendukungnya (Pancasila) maka ia adalah DZOLIM, sedangkan kalau secara tidak sadar, karena ketidak tahuannya, ia adalah JAHIL. Maka dengan demikian seorang yang telah bersyahadat, menyatakan dirinya Muslim, haram mengikuti dan mendukung Pancasila. Karena Pancasila jelas bertentangan dengan Islam. Muslim Indonesia wajib mengatakan Pancasila adalah sistem yang harus diganti dengan sistem Islam. Sistem yang jauh lebih baik dan sempurna dari sistem manapun didunia ini, dari dulu hingga sekarang dan sampai hari qiamat. Hanya Islam-lah yang akan menghantarkan bangsa Indonesia menuju bangsa yang adil, makmur dan penuh kedamaian. Dan mereka yang bukan Islam, hanya Islamlah yang dapat menjaga kehormatan dan keamanan mereka. Karena Islam adalah rahmat untuk seluruh alam

http://www.facebook.com/media/set/?set=a.1702002833369.2088086.1336911592

You might also like