You are on page 1of 18

Ascaris lumbricoides

Phylum : Nemathelminthes Class : Nematoda (roundworms) Superfamily : Ascaridoidea Genus : Ascaris Penyakit : Ascariasis Geographical distribution (distribusi geografis) 1. Parasit manusia yang paling umum dan tersebar luas(kosmopolitan) 2. Insidens tinggi di daerah beriklim lembab dan panas 3. . China & Asia Tenggara : prevalensi tinggi

4. Afrika : infeksi rata-rata > 95% 5. Europe : rendah 6. Amerika Serikat bagian selatan : sedang MORFOLOGI 1. Cacing Dewasa - Nematoda - Ukuran : Dewasa : 20 35 cm x 3 6 mm Dewasa : lebih kecil, 15 31 cm x 2 4 mm - Mulut Berada di ujung anterior Terdiri dari 3 bibir : 1 dorsal 2 lateroventral Mempunyai buccal cavity bentuk segi tiga

- : ujung

posterior tajam melengkung ke ventral seperti kait. - Mempunyai 2 spicula panjang 2 mm, muncul dari orificium cloaca. - Di sekitar anus terdapat sejumlah papillae. - : ujung posterior tidak setajam yang ,lurus. Vulva di anterior tubuh. Mempunyai tubulus genitalis berpasangan terdiri dari uterus, oviduct, ovarium. - Life span : 10 12 bulan

2. Telur - Bulat atau oval, kecoklatan : 60 x 45 m - Dinding terdiri dari : Bagian terluar:lapisan albumin yang kokoh dengan permukaan berkerut-kerut, warna coklat karena menyerap pigmen empedu Bagian tengah: egg-shell, transparant tahan terhadap udara kering dan bahan kimia. Bagian dalam (dari egg-shell) : lapisan vitelline yang lunak dan lebih tahan (resistant) dibandingkan eggshell.

3. Telur fertilize: Bentuk bulat lonjong, Ukuran 60 x 45 mikron Dinding tebal terdiri 3 lapisan Lapisan plg luar albumin tebal dan bergerigi, warna coklat kuning

Unfertilized eggs (yang tidak dibuahi) :


- didapatkan pada tinja manusia - telur lebih memanjang (90 x 40 m), lebih tipis lapisan tengah (egg-shell) dan mantel protein juga lebih tipis, ovum atrofi, ditandai dengan sejumlah granula. Cacing betina penghasil telur dalam jumlah besar : 200.000 / hari Uterus dapat mengandung 27 juta telur.

Decorticated eggs : Biasanya didapatkan di luar usus, misalnya di abses hati. Lapisan albumin tidak ada, terlihat telur berbentuk oval dengan permukaan luar yang halus. SIKLUS HIDUP Cacing dewasa hidup di lumen usus mendapatkan sumber makanan dari makanan yang setengah tercerna dari hospes. Kopulasi terjadi di tempat ini dan telur keluar bersama tinja.

Siklus hidup

Telur-telur yang berada di tanah tahan terhadap udara kering, Zygot tumbuh berkembang pada suhu sekitar 25C. Pertumbuhan embryo terhenti pada suhu 15,5C dan telur tidak bisa hidup pada suhu >38C.
2-4 minggu berada di tanah yang lembab pada kadar O2 dan suhu optimal, embryo melakukan molting didalam shell dan berkembang menjadi larva stadium II yang infektif. Molting: pergantian kutikula lama menjadi kutikula baru. Pada golongan nematoda, molting terjadi 4 kali sepanjang siklus hidupnya.

Setelah tertelan manusia, telur menetas di doudenum. Larva penetrasi ke mukosa usus, memasuki sistem sirkulasi darah, melalui vena porta ke hati, ke jantung kanan, dan paru Migrasi ini memerlukan waktu sekitar 1 minggu. Larva tinggal di paru untuk beberapa hari, melakukan molting 2x dan keluar dari kapiler paru memasuki alveoli. Selanjutnya migrasi ke saluran pernafasan dan trachea epiglottis. dengan batuk larva tertelan masuk kembali ke usus halus. Proses migrasi yang kompleks ini, cacing tumbuh dari 200 300 m hingga menjadi 10x lebih panjang.

Masa interval sejak telur infektif tertelan manusia hingga menjadi cacing dengan

sistem seksual yang mature adalah 3 bulan.

Cacing dewasa cenderung migrasi keluar dari usus bila lingkungannya terganggu. Pemberian tetrachlorethylene, anestesi, dan demam mengakibatkan cacing bermigrasi menuju, : saluran empedu, appendix, sinus perinealis dan tuba Eustachius.

Terjadi migrasi larva ke, limpa, hati, kelenjar getah bening, dan otak. Pada saat larva keluar dari kapiler paru dan memasuki saluran nafas menyebabkan perdarahan diikuti batuk, demam dan sesak nafas. Bila larva dalam jumlah besar mengakibatkan gumpalan bekuan darah, menimbulkan pneumonitis.. Jumlah cacing dewasa yang besar menyebabkan (obstruksi) mekanis, cacing dewasa penetrasi kedinding usus atau appendix menimbulkan perdarahan lokal, peritonitis, dan appendicitis. Cacing dewasa betina bermigrasi ke saluran empedu hati, menyebabkan abses, atau sepanjang duktus pancreaticus dengan akibat pancreatitis

Infeksi berat menyebabkan : * kehilangan nafsu makan * absorpsi makanan yang telah tercerna menurun Ascariasis dapat mengakibatkan protein energy malnutrition. Pada anak-anak yang dinfeksi oleh 13-14 cacing kehilangan 4 gr protein/hari dari diet yang mengandung 35-50 gr protein/hari. Migrasi cacing terhalang oleh demam yang tinggi, pemberian kemoterapi dan pemberian anestesi.

Diagnosa
identifikasi telur cacing ditinja. dengan menghitung jumlah telur dapat memperkirakan jumlah cacing dewasa yang ada di usus. Ascariasis stadium larva menimbulkan eosinofilia yang tinggi,. Pemeriksaan radiologis dan serologis

PENULARAN Infeksi karena menelan telur Ascaris yang mencemari tanah. Biasanya dilakukan oleh anak ketika bermain dihalaman sekitar rumah. EPIDEMIOLOGI Ascariasis tinggi insidensnya di daerah lembab beriklim panas. Luasnya penularan tergantung dari tingkat sanitasi masyarakat. Ascariasis juga disebut infeksi rumah tangga dan halaman belakang. Prevalensi lebih tinggi pada anak ,kurang mematuhi kebersihan seperti mencuci tangan sebelum makan dan memasukkan jari tangan kedalam mulut.

Penularan dari tangan ke mulut (hand to mouth transmission) Di negara-dimana kotoran manusia digunakan sebagai pupuk tanaman, maka sayuran yang tercemar menjadi sumber infeksi. Tanah yang tercemar telur- cacing tetap infektif dalam waktu lama (> 10 tahun), Kwashiorkor erat hubungannya dengan infeksi Ascaris. Penyakit/infeksi ini juga mengakibatkan defisiensi vitamin A dengan gejala night blindness. Pertumbuhan anak menjadi tidak normal.

IMUNITAS Imunitas pada manusia bersifat parsial. Imunitas utama adalah jenis imunitas humoral dalam menghadapi paparan stadium larva yang bermigrasi. Imunitas terhadap cacing dewasa yang bermigrasi keluar usus adalah jenis imunitas seluler. Efek imunopatologis berupa conjunctivitis, urticaria dan asthma, serta tingginya IgE dalam serum penderita.

PENGOBATAN 1. Pyrantel pamoate (11 mg/kg BB), maksimum dose : 1g Single dose : sangat efektif 2. Mebendazole : pengobatan 3 hari, 100 mg 2 x 1/hari Efek samping : diare, nyeri perut, leukopenia Tidak boleh diberikan pada kehamilan (kontraindikasi) 3. Piperazine citrate, 75 mg/kg BB; maksimum : 3,5 g/hari Pengobatan : 2 hari

Sangat efektif untuk kasus dengan obstruksi intestinalis Obat ini membuat cacing paralisis sehingga mengurangi peristaltik usus dan cacing dengan mudah keluar bersama feces. Apabila ada obstruksi usus dilakukan tindakan bedah.

PENCEGAHAN
1. Lingkungan : 1. higiene perorangan, sanitasi lingkungan (masyarakat), mencegah tanah terkontaminasi oleh telur cacing. 2. Pendidikan kesehatan. 3. Pengobatan massal. - Bukan untuk mengeliminasi infeksi seluruhnya tetapi untuk mengurangi jumlah cacing - Pemberian anthelmentic broadspektrum 2-3 x dalam setahun kepada masyarakat khususnya anak-anak. - Anthelmentic broadspectrum : pyrantel pamoate (Combantrin) mebendazole, flubendazole, levamizole.

A. lumbricoides unfertilized egg in a wet mount, 200 magnification (www.dpd.cdc.gov/dpdx)

A. lumbricoides fertilized eggs in a wet mount, 200 magnification. A larva is visible in the egg

(www.dpd.cdc.gov/dpdx)

You might also like