You are on page 1of 75

FISIKA

Temperatur dan Termodinamika


I. TEMPERATUR
Temperatur adalah ukuran panas-
dinginnya dari suatu benda.
Panas-dinginnya suatu benda berkaitan
dengan energi termis yang terkandung
dalam benda tersebut.
Makin besar energi termisnya, makin
besar temperaturnya.
1.1. Kontak termal.
Dua buah benda dikatakan dalam
keadaan kontak termal bila energi
termal dapat bertukar diantara kedua
benda tanpa adanya usaha yang
dilakukan.

1.2. Kesetimbangan thermal
Yaitu situasi yang mana dua benda yang
dalam keadaan kontak thermal
menukarkan energi termal dalam jumlah
yang sama.
Waktu yang diperlukan untuk mencapai
kesetimbangan thermal tergantung sifat
benda tersebut.
Pada saat kesetimbangan thermal ke dua
benda mempunyai temperatur yang sama.
1.3. Hukum ke-nol Thermodinamika
Jika benda A dan B masing-masing
dalam keadaan setimbang thermal
dengan benda ke tiga C, maka benda A
dan B dalam keadaan setimbang thermal
terhadap satu sama lain.
1.3. Hukum ke-nol Thermodinamika
Benda ketiga C ini nanti yang akan kita
sebut thermometer. Dua benda A dan B
yang dalam kesetimbangan thermal
mempunyai tempertur yang sama.

2. TERMOMETER
Untuk mengukur temperatur sebuah benda
secara kuantitatif
Termometer ini terbuat dari bahan yang
bersifat termometrik (sifat fisiknya
bervariasi terhadap temperatur).
volume cairan
panjang kawat
hambatan kawat
volume gas pada tekanan konstan
tekanan gas pada volume konstan
warna pijar dsb.
2.1. Thermometer gas volume konstan.
Sifat termometrik dari termometer ini adalah
tekanan gas yang bervariasi terhadap
temperatur pada volume konstan.
T = aP + b
a dan b konstan.
Konstanta ini dapat ditentukan dengan
mengguna-kan dua titik tertentu.
Dari eksperimen ternyata untuk semua gas
mempunyai nilai b yang sama (pada tekanan nol
mempunyai temperatur yang sama, yaitu pada
temperatur -273,15
0
C

1954, dibuat ketentuan referensi temperatur yaitu
titik tripel air, yaitu air, uap air dan es dapat berada
dalam kesetimbangan, yaitu pada temperatur 0,01
o
C
dan tekanan 0,61 kPa.
Titik tripel air pada skala baru menjadi 273,16 K.
Jika b = 0 dan P3 adalah tekanan pada titik triple
maka :
a = 273,16 K/ P3
maka
T = (273,16 K/ P3) P
pada tekanan rendah dan temperatur tinggi gas real
dapat dipandang sebagai gas ideal, maka
T = 273,16 K lim P/ P3 (Temperatur gas ideal )

P3 0
2.2. Skala Temperatur Celcius dan Fahrenheit.
Pergeseran skala Celcius dengan
temperatur absolut kelvin T sebesar
273,15 , maka
Tc = T - 273,15
Oleh karena itu titik beku air (273,15 K)
berhubungan dengan 0,00 C dan titik
didih air (373,15 K) berhubungan dengan
100,00 C
Celcius-Fahrenheit







Hubungan antara skala celcius dan skala
Fahrenheit :
T
F
= 9/5 T
C
+ 32
2.3. Termometer yang lain.
Termometer hambatan platina : perubahan
hambatan 0,3 % setiap 1 K. Dapat digunakan
pada rentang : 14 K - 900 K dan dapat
dikalibrasi untuk 0,0003 K pada titik triple
air.
Termokopel : Sambungan dari dua logam/alloy
yang berbeda. Dapat mengukur pada rentang -
180 C sampai 1500 C tergantung pada
logamnya.
Thermistor : dari bahan semikonduktor.
Rentang temperatur yang terukur -50 C
sampai 100 C dengan ketelitian 0,001 C
Soal 1 :
Carilah temperatur dalam skala Celcius
yang ekivalen dengan 41
o
F!
Solusi :
t
c
= 5/9 (t
f
-32
o
)
= 5/9 (41
o
- 32
o
)
= 5
o
C
3. Pemuaian Termal
Bila temperatur sebuah benda naik, maka
benda biasanya memuai

Untuk sebuah batang panjang dengan panjang
L pada temperatur T, jika temperatut
berubah dengan AT, maka perubahan panjang
AL sebanding dengan AT dan panjang mula-
mula L :
AL = o L AT
dengan o dinamakan koefisien muai linear
(satuan o adalah 1/
o
c)
Koefisen muai linear pada suatu temperatur ttt T
diperoleh dengan mengambil limit T mendekati
nol :
o = lim AL/ L = 1 dL

AT0
AT L dT
Koefisien muai volume | didefinisikan dengan
cara yang sama sebagai rasio antara
perubahan volume terhadap temperatur pada
(tekanan konstan)
| = lim AV/ V = 1 dV

AT0
AT V dT
Untuk kebanyakan bahan, muai volume adalah
3x muai linear :
| = 3 o

Soal 1 :
Sebuah jembatan baja panjangnya
1000m. Berapakah pertambahan
panjangnya bila temperatur naik dari 0
o

sampai 30
o
C?
Solusi
Dari tabel, koefisien muai linear untuk baja
adalah 11 x 10
-6
K
-1
.
Jadi perubahan panjang untuk kenaikan
temperatur 30
o
C = 30K adalah :
AL = o L AT = 11 x 10
-6
K
-1
. 1000m . 30 K
= 0,33m

Soal 2:
Sebuah bejana kaca 1 L diisi sampai
penuh dengan alkohol pada 10
o
C. Jika
temperatur naik menjadi 30
o
C, berapa
banyak alkohol yang tumpah dari bejana
tersebut?
Solusi :
Dengan menggunakan AT = 20
o
C = 20K, dan koefisien
muai linear untuk kaca : o = 9 x 10
-6
K
-1
dan koefisien
muai volume untuk alkohol | = 1,1 x 10
-3
K
-1
, maka :
Perubahan volume bejana kaca :
AV
k
= | V
k
AT = 3 o V
k
AT
= 3(9 x 10
-6
K
-1
). 1 L. 20 K
= 5,4 x 10
-4
L = 0,54 ml
Perubahan volume alkohol :
AV
a
= | V
a
AT
= 1,1 x 10
-3
K
-1
. 1 L. 20 K
= 2,2 x 10
-2
L = 22 mL
Jadi jumlah alkohol yang tumpah adalah : 22mL-
0,54mL = 21,46mL


II.Kalor
Kalori : suatu materi yang tak terlihat, yang
mengalir dari benda yang bertemperatur
tinggi ke benda yang bertemperatur
rendah.

II.1 KALOR dan ENERGI TERMAL
Kalor adalah energi yang dipindahkan
akibat adanya perbedaan temperatur.
Sedangkan energi dalam (termis) adalah
energi karena temperaturnya.
II.1.1. Satuan Kalor
Satuan kalor adalah kalori dimana, 1 kalori
adalah kalor yang diperlukan untuk menaikkan
temperatur 1 gr air dari 14,5 C menjadi 15,5 C.
Dalam sistem British, 1 Btu (British Thermal
Unit) adalah kalor untuk menaikkan temperatur
1 lb air dari 63 F menjadi 64 F.
1 kal = 4,186 J = 3,968 x 10-3 Btu
1 J = 0,2389 kal = 9,478 x 10-4 Btu
1 Btu = 1055 J = 252,0 kal
II.1.2 Kesetaraan Mekanik dari Kalor
Dari konsep energi mekanik diperoleh
bahwa bila gesekan terjadi pada sistem
mekanis, ada energi mekanis yang hilang.
Dan dari eksperimen diperoleh bahwa
energi yang hilang tersebut berubah
menjadi energi termal.
Dari eksperimen yang dilakukan oleh
Joule (aktif penelitian pada tahun 1837-
1847) diperoleh kesetaraan mekanis dari
kalor :
1 kal = 4,186 joule
II.1.3 KAPASITAS KALOR dan KALOR JENIS
Kapasitas kalor (C) : jumlah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan temperatur dari suatu sampel bahan sebesar 1
o
C.
AQ = C AT
Kapasitas panas dari beberapa benda sebanding dengan
massanya, maka lebih mudah bila didefinisikan kalor jenis, c :
Kalor jenis, c : jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan
temperatur dari 1 gr massa bahan sebesar 1
o
C.
AQ = m c AT
T2
Bila harga c tidak konstan : Q = } m c dT
T1

Catatan : untuk gas kalor jenis biasanya dinyatakan untuk
satu mol bahan, dsb kalor jenis molar,
AQ = n c AT
Kalor jenis beberapa bahan pada 25 C.
3. KALOR LATEN
Suatu bahan biasanya mengalami perubahan
temperatur bila terjadi perpindahan kalor antara bahan
dengan lingkungannya.
Pada suatu situasi tertentu, aliran kalor ini tidak merubah
temperaturnya. Hal ini terjadi bila bahan mengalami
perubahan fasa.
Misalnya padat menjadi cair (mencair), cair menjadi uap
(mendidih) dan perubahan struktur kristal (zat padat).
Energi yang diperlukan disebut kalor transformasi.
Kalor yang diperlukan untuk merubah fasa dari bahan
bermassa m adalah
Q = m L
dimana L adalah kalor laten.
4. PERPINDAHAN KALOR
Bila dua benda atau lebih terjadi kontak
termal maka akan terjadi aliran kalor dari
benda yang bertemperatur lebih tinggi ke
benda yang bertemperatur lebih rendah,
hingga tercapainya kesetimbangan termal.
Proses perpindahan panas ini
berlangsung dalam 3 mekanisme, yaitu :
konduksi,
konveksi, dan
radiasi.
4.1. Konduksi
Proses perpindahan kalor secara konduksi
bila dilihat secara atomik merupakan
pertukaran energi kinetik antar molekul
(atom), dimana partikel yang energinya
rendah dapat meningkat dengan
menumbuk partikel dengan energi yang
lebih tinggi.

4.1. Konduksi
Sebelum dipanaskan atom dan elektron dari logam bergetar pada
posisi setimbang.
Pada ujung logam mulai dipanaskan, pada bagian ini atom dan
elektron bergetar dengan amplitudi yang makin membesar.
Selanjutnya bertumbukan dengan atom dan elektron disekitarnya
dan memindahkan sebagian energinya.
Kejadian ini berlanjut hingga pada atom dan elektron di ujung
logam yang satunya.
Konduksi terjadi melalui getaran dan gerakan elektron bebas.

Bila T2 dan T1 dipertahankan terus besarnya,
maka kesetimbangan termal tidak akan pernah
tercapai, dan dalam keadaan mantap/tunak
(stedy state), kalor yang mengalir persatuan
waktu sebanding dengan luas penampang A,
sebanding dengan perbedaan temperatur AT
dan berbanding terbalik dengan lebar bidang Ax
AQ/At = H A AT/Ax
Untuk penampang berupa bidang datar :







k adalah kondutivitas termal.
Konduktivitas termal untuk beberapa
bahan :
Untuk susunan beberapa bahan dengan
ketebalan L1, L2,, ... dan konduktivitas masing-
masing k1, k2,, ... adalah :
H = A (T1 - T2 )
(L1/k1)






Bagaimana dengan benda berbentuk silinder?

4.2. Konveksi
Apabila kalor berpindah dengan cara
gerakan partikel yang telah dipanaskan
dikatakan perpindahan kalor secara
konveksi.
Bila perpindahannya dikarenakan
perbedaan kerapatan disebut konveksi
alami (natural convection),
dan bila didorong, misal dengan fan atau
pompa disebut konveksi paksa (forced
convection).
Besarnya konveksi tergantung pada :
a. Luas permukaan benda yang bersinggungan dengan fluida (A).
b. Perbedaan suhu antara permukaan benda dengan fluida (AT).
c. koefisien konveksi (h), yang tergantung pada :
# viscositas fluida
# kecepatan fluida
# perbedaan temperatur antara permukaan dan fluida
# kapasitas panas fluida
# rapat massa fluida
# bentuk permukaan kontak

Konveksi : H = h x A x AT
4.3. Radiasi
Pada proses radiasi, energi termis diubah menjadi
energi radiasi.
Energi ini termuat dalam gelombang elektromagnetik,
khususnya daerah inframerah (700 nm - 100 m).
Saat gelombang elektromagnetik tersebut berinteraksi
dengan materi energi radiasi berubah menjadi energi
termal.
Untuk benda hitam, radiasi termal yang dipancarkan per
satuan waktu per satuan luas pada temperatur T kelvin
adalah :
E = eo T
4

dimana o : konstanta Boltzmann : 5,67 x 10-8 W/ m2 K
4
.
e : emitansi (0 s e s 1)
III. THERMODINAMIKA

III.1. GAS IDEAL
Definisi mikroskopik gas ideal :
a. Suatu gas yang terdiri dari partikel-partikel yang
dinamakan molekul.
b. Molekul-molekul bergerak secara serampangan dan
memenuhi hukum-hukum gerak Newton.
c. Jumlah seluruh molekul adalah besar
d. Volume molekuladalah pecahan kecil yang dapat
diabaikan dari volume yang ditempati oleh gas
tersebut.
e. Tidak ada gaya yang cukup besar yang beraksi pada
molekul tersebut kecuali selama tumbukan.
f. Tumbukannya eleastik (sempurna) dan terjadi dalam
waktu yang sangat singkat.
Jumlah gas di dalam suatu volume
tertentu biasanya dinyatakan dalam mol.
Misalkan suatu gas ideal ditempatkan
dalam suatu wadah (container) yang
berbentuk silinder

Hukum Boyle : Bila gas dijaga dalam
temperatur konstan, tekanannya ber-banding
terbalik dengan volume.
Hukum Charles & Gay-Lussac : Jika tekanan
gas dijaga konstan, volume berbanding lurus
dengan temperatur.
Kesimpulan tersebut dapat dirangkum sebagai
persamaan keadaan gas ideal :
pV = nRT
R = konstanta gas universal
= 8,31 J/mol .K
= 0,0821 Lt . atm/mol.K
III.2. KALOR dan USAHA
Kalor dan usaha sama-sama berdimensi tenaga
(energi).
Kalor merupakan tenaga yang dipindahkan
(ditransferkan) dari suatu benda ke benda lain karena
adanya perbedaan temperatur.
Dan bila transfer tenaga tersebut tidak terkait dengan
perbedaan temperatur, disebut usaha (work).

Mula-mula gas ideal menempati ruang dengan volume V
dan tekanan p. Bila piston mempunyai luas penampang
A maka gaya dorong gas pada piston F = pA.
Dimisalkan gas diekspansikan (memuai) secara
quasistatik, (secara pelan-pelan sehingga setiap saat
terjadi kesetimbangan), piston naik sejauh dy, maka
usaha yang dilakukan gas pada piston :

dW = F dy
= p A dy
A dy adalah pertambahan volume gas,
dW = p dV
Bila volume dan tekanan mula-mula V
i
dan p
i
dan
volume dan tekanan akhir V
f
dan p
f
, maka usaha total
yang dilakukan gas :
V
f
W = } p dV
V
i






Kerja yang dilakukan gas pada saat ekspansi dari
keadaan awal ke keadaan akhir adalah luas dibawah
kurva dalam diagram pV.

Tampak bahwa usaha yang dilakukan dalam
setiap proses tidak sama, walaupun mempunyai
keadaan awal dan keadaan akhir yang sama.
Usaha yang dilakukan oleh sebuah sistem bukan
hanya tergantung pada keadaan awal dan akhir,
tetapi juga tergantung pada proses perantara
antara keadaan awal dan keadaan akhir.

Dengan cara yang sama,
kalor yang dipindahkan masuk atau keluar dari
sebuah sistemtergantung pada proses perantara
di antara keadaan awal dan keadaan akhir.
III.3. HUKUM PERTAMA THERMODINAMIKA
Suatu proses dari keadaan awal i ke keadaan akhir f,
untuk setiap keadaan perantara (lintasan) yang berbeda
memberikan Q dan W yang berbeda, tetapi mempunyai
harga Q - W yang sama.
Q - W hanya tergantung pada keadaan awal dan
keadaan akhir saja.
Q - W ini dalam termodinamika disebut perubahan tenga
internal (AU = U
f
- U
i
), sehingga :
AU = Q - W
yang dikenal sebagai hukum pertama termodinamika,
yang merupakan hukum kekekalan energi.
Untuk perubahan infinitisimal :
dU = dQ - dW
III.4. KALOR JENIS GAS IDEAL
Secara mikroskopis, temperatur dari gas dapat
diukur dari tenaga kinetik translasi rata-rata dari
molekul gas tersebut, Untuk molekul yang terdiri
satu atom, momoatomik, seperti He, Ne, gas
mulia yang lain, tenaga yang diterimanya
seluruhnya digunakan untuk menaikkan tenaga
kinetik translasinya.
Oleh karena itu total tenaga internalnya :
U = 3/2 NkT
= 3/2 nRT
Tampak bahwa U hanya merupakan fungsi T
saja.

Untuk suatu proses volume konstan (i -> f ), usaha yang
diakukan gas : W = p dV = 0, maka menurut hukum
pertama termodinamika,
Q = AU = 3/2 n R AT
n cv AT = 3/2 n R AT
cv = 3/2 R
Seluruh kalor yang diterimanya, digunakan untuk
menaikkan tenaga internal sistem. cv adalah kalor jenis
molar gas untuk volume konstan.
Untuk suatu proses volume konstan (i -> f ), usaha yang
dilakukan gas W = p dV = p AV, maka menurut hukum
pertama termodinamika
AU = Q - W
= n cp AT - p AV
Karena kedua proses tersebut mempunyai
temperatur awal dan akhir yang sama maka AU
kedua proses sama. n c
v
AT = n c
p
AT - p
AV
Dari pV = nRT diperoleh p AV = n R AT , maka
n c
v
AT = n c
p
AT - n R AT
c
p
- c
v
= R
Karena c
v
= 3/2 R, maka c
p
= 5/2 R,
perbandingan antara kuantitas tersebut
= c
p
/ c
v
= 5/3
Untuk gas diatomik dan poliatomik dapat
diperoleh dengan cara yang sama :
gas diatomik ( U = 5/2 nRT) : = 7/5
gas poliatomik (U = 3 nRT) : = 4/3
III.5. PROSES-PROSES DALAM TERMODINAMIKA

III.5.1. Proses Isokoris (volume konstan)
Bila volume konstan, p/T = konstan,
p
i
/ T
i
= p
f
/T
f








Pada proses ini AV = 0, maka usaha yang
dilakukan W = 0, sehingga
Q = AU = n c
v
AT


III.5.2. Proses Isobaris (tekanan konstan)
Bila tekanan konstan, V/T = konstan,
V
i
/ T
i
= V
f
/T
f






Pada proses ini usaha yang dilakukan
W = p AV = p (Vf - Vi ) , sehingga

AU = Q - W
AU = n cp AT - p AV


III.5.3 Proses Isotermis (temperatur konstan)
Bila temperatur konstan, pV = konstan
p
i
V
i
= p
f
V
f








Pada proses ini AT = 0, maka perubahan tenaga internal AU = 0,
dan usaha yang dilakukan :
W = } p dV
p = nRT/V, maka
W = nRT } (1/V) dV
W = nRT ln (Vf/Vi)

Q = W


III.5.4. Proses Adiabatis
Pada proses ini tidak ada kalor yang masuk, maupun keluar dari sistem, Q
= 0. Pada proses adiabatik berlaku hubungan pV= konstan

p
i
V
i
= p
f
V
f













Usaha yang dilakukan pada proses adiabatis :
W = } p dV
p = k/V , k = konstan , maka
W = } (k/V ) dV
W = 1/(1-) { p
f
V
f
- p
i
V
i
}

AU = -W


III.6. PROSES TERBALIKKAN & PROSES TAK TERBALIKKAN
Secara alami kalor mengalir dari temperatur tinggi ke temperatur
rendah, tidak sebaliknya.
Balok meluncur pada bidang, tenaga mekanik balok dikonversikan
ke tenaga internal balok & bidang (kalor) saat gesekan.
Proses tersebut termasuk proses tak terbalikkan (irreversible).
Kita tidak dapat melakukan proses sebaliknya.

Proses terbalikkan terjadi bila sistem melakukan proses dari
keadaan awal ke keadaan akhir melalui keadaan setimbang yang
berturutan.
Hal ini terjadi secara quasi-statik. Sehingga setiap keadaan dapat
didefinisikan dengan jelas P, V dan T-nya.
Sebaliknya pada proses irreversible, kesetimbangan pada keadaan
perantara tidak pernah tercapai, sehingga P,V dan T tak
terdefinisikan.

III.7. MESIN KALOR
Rangkaian dari beberapa proses termodinamika yang
berawal dan berakhir pada keadaan yang sama disebut
siklus.






Untuk sebuah siklus, AT = 0 oleh karena itu AU = 0.
Sehingga
Q = W.
Q menyatakan selisih kalor yang masuk (Q1) dan kalor
yang keluar (Q2) (Q = Q1- Q2) dan W adalah kerja total
dalam satu siklus.

III.7.1. Siklus Carnot
Tahun 1824 Sadi Carnot menunjukkan bahwa
mesin kalor terbalikkan adengan siklus antara
dua reservoir panas adalah mesin yang paling
efisien.
Siklus Carnot terdiri dari proses isotermis dan
proses adiabatis.

Proses a-b : ekaspansi isotermal pada temperatur T
h

(temperatur tinggi). Gas dalam keadaan kontak dengan
reservoir temperatur tinggi. Dalam proses ini gas
menyerap kalor T
h
dari reservoir dan melakukan usaha
W
ab
menggerakkan piston.
Proses b-c : ekaspansi adiabatik. Tidak ada kalor yang
diserap maupun keluar sistem. Selama proses
temperatur gas turun dari T
h
ke T
c
(temperatur rendah)
dan melakukan usaha W
ab
.
Proses c-d : kompresi isotermal pada temperatur T
c

(temperatur tinggi). Gas dalam keadaan kontak dengan
reservoir temperatur rendah. Dalam proses ini gas
melepas kalor Q
c
dari reservoir dan mendapat usaha
dari luar W
cd
.
Proses d-a : kompresi adiabatik. Tidak ada kalor yang
diserap maupun keluar sistem. Selama proses
temperatur gas naik dari T
c
ke T
h
dan mendapat usaha
W
da
.


Efisiensi dari mesin kalor siklus Carnot :
q = W/Q
h
= 1 - Q
c
/Q
h

karena Q
c
/Q
h
= T
c
/T
h
maka
q = 1 - T
c
/T
h
III.7.2. Mesin Bensin
Proses dari mesin bensin ini dapat didekati dengan
siklus Otto.
Proses O-A : Udara ditekan masuk ke dalam silinder
pada tekanan atmosfir dan volume naik dari V
2
menjadi
V
1
.
Proses A-B : gas ditekan secara adiabatik dari V
1

menjadi V
2
dan temperaturnya naik Dari T
A
ke T
B
.

Proses B-C : terjadi proses pembakaran gas
(dari percikan api busi), kalor diserap oleh gas
Q
h
. Pada proses ini volume dijaga konstan
sehingga tekanan dan temperaturnya naik
menjadi p
C
dan T
C
.
Proses C-D : Gas berekspansi secara adiabatik,
melakukan kerja W
CD
.
Proses D-A : kalor Q
c
dilepas dan tekanan gas
turun pada volume konstan.
Proses A-O : dan pada akhir proses, gas sisa
dibuang pada tekanan atmosfir dan volume gas
turun dari V
1
menjadi V
2
.
Bila campuran udara-bahan bakar dianggap gas
ideal, efisiensi dari siklus Otto adalah :
q = 1 - 1/(V
1
/V
2
) -1.
V
1
/V
2
disebut rasio kompresi.
III.7.3. Mesin Diesel.
Mesin diesel diidealkan bekerja dengan siklus Diesel.







Berbeda dengan mesin bensin, pembakaran gas
dilakukan dengan memberikan kompresi hingga
tekanannya tinggi.
Pada proses BC terjadi pembakaran gas berekspansi
sampai V
3
dan dilanjutkan ekspansi adiabatik sampai V
1
.
Rasio kompresi siklus Diesel lebih besar dari siklus Otto
sehingga lebih efisien.

III.7. 4. Heat Pumps dan Refrigerators.
Heat pump adalah peralatan mekanis untuk
memanaskan atau mendinginkan ruang dalam
rumah/gedung. Bila berfungsi sebagai pemanas gas
yang bersirkulasi menyerap panas dari luar (eksterior)
dan melepaskannya di dalam ruang (interior). Bila
difungsikan sebagai AC, siklus dibalik.

Efektifitas dari heat pump dinyatakan
dalam Coefisien of Perfoment (COP),
COP =Q
h
/W
Refrigerator, seperti dalam heat pump,
memompa kalor Q
c
dari makanan di dalam
ruang ke luar ruangan.
COP = Q
c
/W
III.8. HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA
Mesin kalor yang telah dibahas sebelumnya
menyatakan :
+ kalor diserap dari sumbernya pada temperatur
tinggi (Q
h
)
+ Usaha dilakukan oleh mesin kalor (W).
+ Kalor dilepas pada temperatur rendah (Q
c
).
Dari kenyataan ini menujukkan bahwa efisiensi
mesin kalor tidak pernah berharga 100 %.
karena Q
c
selalu ada dalam setiap siklus. Dari
sini Kelvin-Planck menyatakan :
Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor,
yang beroperasi pada suatu siklus, hanyalah
mentransformasikan ke dalam usaha semua
kalor yang diserapnya dari sebuah sumber.

Sebuah heat pumps (atau refrigerator),
menyerap kalor Qc dari reservoir dingin dan
melepaskan kalor Qh ke reservoir panas. Dan
ini hanya mungkin terjadi bila ada usaha/kerja
yang dilakukan pada sistem. Clausius
menyatakan :
Untuk suatu mesin siklis maka tidak mungkin
untuk menghasilkan tidak ada efek lain, selain
daripada menyampaikan kalor secara kontinyu
dari sebuah benda ke benda lain yang
bertemperatur lebih tinggi.









Secara sederhana, kalor tidak dapat mengalir dari objek
dingin ke objek panas secara spontan.
III.9. ENTROPI
Konsep temperatur muncul dalam hukum ke-nol termodinamika.
Konsep energi internal muncul dalam hukum pertama
termodinamika.
Dalam hukum kedua termodinamika muncul konsep tentang entropi.
Misal ada proses terbalikkan, quasi-statik, jika dQ adalah kalor
yang diserap atau dilepas oleh sistem selama proses dalam interval
lintasan yang kecil,
dS = dQ/T

Entropi dari alam naik bila proses yang berlangsung alamiah
Perubahan entropi dari suatu sistem hanya tergantung pada keadaan
awal dan keadaan akhir sistem.

f
AS = } dS = } dQ/T
i
Untuk proses dalam satu siklus perubahan entropi nol AS =
0.
Untuk proses adiabatik terbalikkan, tidak ada kalor yang masuk
maupun keluar sistem, maka AS = 0. Proses ini disebut proses
isentropik.
Entropi dari alam akan tetap konstan bila proses terjadi secara
terbalikkan.

Untuk proses quasi-statik, terbalikkan, berlaku hubungan :
dQ = dU + dW dimana dW = pdV.

Untuk gas ideal, dU = ncv dT dan P = nRT/V, oleh karena
itu
dQ = dU + pdV = ncv dT + nRT dV/V
bila dibagi dengan T
dQ/T = ncv dT/T + nR dV/V
AS = } dQ/T = ncv ln(T
f
/T
i
) + nR ln(V
f/
V
i
)

You might also like