You are on page 1of 4

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa implikasi bertambahnya jumlah lanjut usia. Bahkan ada yang menyatakan abad 21 ini merupakan abad lanjut usia (era of population aging). Dengan demikian lanjut usia perlu mendapatkan perhatian dalam pembangunan nasional. Disisi lain, lanjut usia menjadi sumber daya manusia yang mempunyai pengalaman luas. Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam pemerintah. Implikasi ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan usia lanjut (old age ratio dependency). Setiap penduduk usia produktif akan menanggung semakin banyak penduduk usia lanjut. Wirakartakusuma dan Anwar (1994) memperkirakan angka ketergantungan usia lanjut pada tahun 1995 adalah 6,93% dan tahun 2015 menjadi 8,74% yang berarti bahwa pada tahun 1995 sebanyak 100 penduduk produktif harus menyokong 7 orang usia lanjut yang berumur 65 tahun ke atas sedangkan pada tahun 2015 meningkat menjadi 9 orang usia lanjut. Ketergantungan lanjut usia disebabkan kondisi orang lanjut usia banyak mengalami kemunduran fisik maupun psikis, artinya mereka mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan-perubahan yang mengarah pada perubahan yang negatif. Semua proses kehidupan diawali dengan kelahiran, proses

pertumbuhan menuju dewasa sampai akhirnya mengalami penuaan, fungsi tubuh membentuk dan menjadi tidak efisien, kemudian mulai timbul masalah seperti terganggunya penglihatan dan berkurangnya pendengaran. (Samhuri, et al., 2005). Kondisi ini diperparah oleh tidak adanya waktu, tempat, dan kesempatan bagi lansia dalam melakukan aktivitas untuk mengisi sisa

hidupnya, sehingga lansia menjadi kehilangan self efficacy. Latihan atau exercise sangat penting untuk menghindari perubahan yang tiba-tiba dan gaya hidup aktif kegaya hidup sederhana. Kaum lansia akan mengalami stres karena perubahan secara drastis dan kesedihan, serta kehinaan dari akibat perubahan pola hidup tersebut. (Darmojo, et al., 1999). Aktivitas olahraga akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh, dengan perkataan lain mempunyai kesegaran jasmani yang baik bila jantung dan peredaran darah baik sehingga tubuh seluruhnya dapat menjalankan fungsinya dalam waktu yang cukup lama. (Sumosardjuno, 1998). Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan denyut jantung waktu istirahat, yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Kecepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun (Powell, 2000). Senam bugar lansia (SBL) termasuk senam aerobic low impact (menghindari gerakan loncat-loncat), intensitas ringan sampai sedang, bersifat menyeluruh dengan gerakan yang melibatkan sebagian besar otot tubuh, serasi sesuai gerak sehari-hari dan mengandung gerakan-gerakan melawan beban badan dengan pemberian beban antara bagian kanan dan kiri secara seimbang dan berimbang. Manfaat gerakan-gerakan dalam senam bugar lansia yang diterapkan dapat meningkatkan komponen kebugaran kardio-respirasi, kekuatan dan ketahanan otot, kelenturan dan komposisi badan seimbang. (Suhardo, 2001). Dari studi pendahuluan didapatkan jumlah lansia yang tinggal di Panti Wreda Pucang Gading Semarang, berjumlah 115 orang. Senam bugar lansia yang digunakan di Panti Wreda adalah senam bugar yang memenuhi kaidah senam aerobik dengan intensitas sedang dan merupakan senam badan, kaya dengan gerakan yang melawan gaya gravitasi sehingga memberi tahanan pada otot. Senam Bugar Lansia dilakukan 4 kali dalam 1 minggu. Senam tidak dapat diikuti oleh semua lansia di panti karena adanya kelemahan fisik atau menderita penyakit kardio-respirasi dan menderita penyakit akut yang serius.

Selain Senam Bugar Lansia, setiap pagi dilakukan olahraga atau latihan fisik seperi jalan santai dan jogging yang dilaksanakan pada hari Jumat. Dari hasil wawancara dengan 5 orang lansia yang mengikuti senam 4 orang rutin mengikuti dan 1 orang tidak rutin dalam mengikuti Senam Bugar Lansia. Dari 5 lansia tersebut, 4 orang mengungkapkan setelah megikuti Senam Bugar Lansia badannya tambah bugar dan 1 orang mengungkapkan setelah mengikuti Senam Bugar Lansia badannya lemas dan capek. Kemungkinan ketergantungan fungsional pada lansia inaktif akan meningkat sebanyak 40%-60% dibanding lansia yang bugar dan aktif secara fisik, oleh karena itu lansia perlu untuk melakukan senam agar dapat meningkatkan kondisi fisik lansia dan dapat mengurangi ketergantungan fungsional. ( Darmojo, 2004 ). Namun demikian kebugaran lansia ini juga dipengaruhi oleh usia serta jenis kelaminnya. Seornag lansia dengan usia yang semakin senja akan banyak terjadi penyakit kronik degeneratif secar progresif. Penyakit-penyakit ini meliputi penyakit akibat aterosklerosis, berbagai penyakit oto-imun dan keganasan, termasuk diantaranya adalah diabetes tak tergantung insulin, artritis rematoid dan osteoartritis, serta penyakit paru obstruktif menahun. Penyakit-penyakit tersebut sangat berhubungan dengan proses degeneratif yang selalu terjadi dengan bertambahnya usia sehingga akan berpengaruh terhadpa kebugaran seorang lansia (Darmojo, 2009). Berkaitan dengan latar belakang masalah di atas maka dalam penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kebugaran pada lansia.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat kebugaran pada lansia di Panti Wreda Pucang Gading Semarang?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum peneltiian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat kebugaran pada lansia di Panti Wreda Pucang Gading Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan usia lansia, jenis kelamin lansia, status gizi, dan pola tidur. b. Mendeskripsikan senam bugar lansia di Panti Wreda Pucang Gading (SBL). c. Mendeskripsikan tingkat kebugaran lansia di Panti Wreda Pucang Gading. d. Menganaisis hubungan usia, jenis kelamin, status gizi, dan pola tidur dengan tingkat kebugaran pada lansia di Panti Wreda Pucang Gading e. Menganalisi hubungan senam bugar lansia (SBL) dengan tingkat kebugaran pada lansia di Panti Wreda Pucang Gading.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Dapat menambah pengetahuan tentang pengertian dan manfaat senam bugar lansia dapat meningkatkan kebugaran pada lansia di Panti Wreda Pucang Gading. 2. Bagi Pasien Terciptanya lansia yang aktif dan teratur dalam melakukan aktivitas atau olahraga dan dapat mempertahankan kebugaran atau kondisi prima.

You might also like