Professional Documents
Culture Documents
BAB 1.PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi.Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perlakuan tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku dorman adalah kuncup.
Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan. Dormansi pada benih dapat berlangsung beberapa hari, semusim bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dormansinya. Pertumbuhan tidak akan terjadi selama benih belum melalui masa dormansinya, atau sebelum dikenakan suatu perlakuan khusus terhadap benih tersebut. Dormansi dapat dipandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari benih dalam mengadaptasikan siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungannya, baik musim maupun variasi-variasi yang kebetulan terjadi sehingga secara tidak langsung benih dapat menghindarkan dirinya dari kemusnahan alam. 2.1 Tipe Dormansi Dormansi fisik: yang menyebabkan pembatasan struktural terhadap perkecambahan, seperti kulit biji yang eras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada beberapa jenis benih tanaman. 1) Impermeabilitas kulit biji terhadap air 2) Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio 3) Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas Dormansi fisiologi: dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, umumnya dapat juga disebabkan pengatur tumbuh baik penghambat atau perangsang tumbuh. 1) Immaturity embrio Beberapa jenis tanaman mempunyai biji dimana perkembangan embrio tidak secepat jaringan sekelilingnya.Sehingga perkecambahan dari benih-benih demikian perlu ditunda, sebaiknya benih ditempaykan pada kondisi temperatur dan kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga samapi embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah. 2) After ripening Peristiwa dimana benih tidak mau berkecambah pada waktu dikecambahkan meskipun telah diberi rangsangan yang biasa dipakai untuk mematahkan dormansi dan benih baru dapat berkecambah setelah disimpan selama jangka waktu tertentu.
3) Dormansi sekunder Benih-benih yang pada keadaan normal mampu berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilanagan kemampuan untuk berkecambah. 4) Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolisme pada embrio Banyak dari jenis-jenis benih tanaman diketahui peka terhadap cahaya.
2.2 Cara-cara untuk memecahkan dormansi 1. Perlakuan mekanis Skirifikasi: mencakup cara-cara seperti mengikir atau menggosok kulit biji dengan kertas ampelas, melubangi kulit biji dengan pisau, perlakuan impaction (goncangan) untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Hal tersebut bertujuan untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air dan gas. Tekanan: benih-benih dari jenis tanaman tertentu (swee clover dan alfalfa) diberi perlakuan tekanan. 2. Perlakuan kimia Perlakuan dengan menggunakan bahan kimia sering pula dilakukan untuk memecahkan dormansi pada benih. Seperti contoh: asam sulfat dan asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. 3. Perlakuan perendaman dengan air Beberapa jenis benih terkadang diberi perlakuan perendaman di dalam air panas atau di air dingin dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. 4. Perlakuan dengan cahaya Cahaya tidak hanya mempengaruhi persentase perkecambahan benih, tetapi juga laju perkecambahan.Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.
PEMATAHAN DORMANSI
Benih dari spesies tanaman,mempunyai sifat dapat menunda perkecambahannya sampai benih tersebut menemukan kondisi lingkungan yang optimum untuk berkecambah. Akan tetapi tidak semua benih yang ditanamn dalam kondisi tumbuh optimum akan berkecambah, meskipun sebenarnya benih tidak mati. Benih hidup yang mempunyai sifat demikian disebut benih dorman. Dormansi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain yaitu impermiabilitas kulit biji terhadap air atau gas ataupun resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, embrio yang rudimenter, after ripening, dormansi sekunder dan bahan-bahan penghambat perkecambahan. Benih yang mengalami dormansi ini dapat distimuluskan untuk berkecambah dengan suatu perlakuan mekanis, fisis, maupun kimia. Benih yang berkulit keras seperti mengkudu atau famili Leguminoceae umumnya memiliki sifat dormansi disebabkan karena kulit biji keras sehingga impermiabel terhadap air atau gas atau embrio tidak dapat menembus kulit biji. Kadang benih diselimuti oleh lapisan lilin sehingga pengambilan air untuk proses perkecambahan terhalang. Perlakuan fisik dengan perusakan kulit (skarifikasi) misalnya pelukaan, goresan pada kulit benih merupakan salah satu cara meningkatkan permiabilitas benih dalam air maupun bahan kimia ditujukan untuk menghilangkan senyawa penghambat perkecambahan yang terdapat dalam kulit benih.
1.2 Tujuan Untuk mempelajari dan mengenal penyebab dormansi benih sreta melakukan dan membandingkan berbagai metode pemecahan dormansi benih.
Proses respirasi tertekan / terhambat. Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan. Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu :
Innate dormansi (dormansi primer) Induced dormansi (dormansi sekunder) Enforced dormansi
Dormansi Fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji.
Beberapa penyebab dormansi fisik adalah : Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Benih-benih yang termasuk dalam type dormansi ini disebut sebagai "Benih keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula. Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera. Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat. Dormansi Fisiologis, dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah : Immaturity Embrio Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada tempe-ratur dan kelembapan tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.
After ripening
Benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dika-takan membutuhkan jangka waktu "After Ripening". After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbedabeda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya. Dormansi Sekunder Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya. Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih terbatas. Dormansi yang disebabkan oleh hambatan metabolis pada embrio. Dormansi ini dapat disebabkan oleh hadirnya zat penghambat perkecambahan dalam embrio. Zat-zat penghambat perkecambahan yang diketahui terdapat pada tanaman antara lain : Ammonia, Abcisic acid, Benzoic acid, Ethylene, Alkaloid, Alkaloids Lactone (Counamin) dll. Counamin diketahui menghambat kerja enzim-enzim penting dalam perkecambahan seperti Alfa dan Beta amilase. Tipe dormansi lain selain dormansi fisik dan fisiologis adalah kombinasi dari beberapa tipe dormansi. Tipe dormansi ini disebabkan oleh lebih dari satu mekanisme. Sebagai contoh adalah dormansi yang disebabkan oleh kombinasi dari immaturity embrio, kulit biji indebiscent yang membatasi masuknya O2 dan keperluan akan perlakuan chilling. Cara praktis meme-cahkan dormansi pada benih tanaman pangan.
Untuk mengetahui dan membedakan/memisahkan apakah suatu benih yang tidak dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat.
Ada beberapa cara yang telah diketahui adalah : Dengan perlakuan mekanis. Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas. Dengan perlakuan kimia. Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum tanam.
Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit. Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA). Perlakuan perendaman dengan air. Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70 0C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan. Perlakuan dengan suhu. Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembap (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili. Perlakuan dengan cahaya. Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari. PERKECAMBAHAN BIJI DAN DORMANSI Posted by axingeniusboyz June 8, 2011 4 Comments
Biji merupakan komponen vital dari diet dunia. Biji gandum sendiri, yang mana terdiri dari 90% semua biji yang dibudidayakan. Perkecambahan termasuk proses dimana dimulainya dengan proses imbibisi air oleh dorman, biasanya kering, biji dan berakhir dengan proses elongasi dari axis embrionik (H. Lambers et al., 2008). Biji memiliki cadangan makanan yang membuatnya independen secara luas dari sumber daya lingkungan untuk bertahan hidup. Perubahan drastis tersebut dalam proses autotropik yang bergantung kepada suplai cahaya, CO2, air dan nutrisi anorganik dari sekelilingnya untuk pertumbuhan autotropik. Perkecambahan adalah proses ketika bagian dari embrio, biasanya radikula, memasuki kulit biji dan mungkin berproses dengan air dan O2 dan pada temperatur yang stabil. Dormansi didefinisikan sebagai keadaan dari biji dimana tidak memperbolehkan terjadinya perkecambahan, walaupun kondisi untuk berkecambah sudah terpenuhi (Tempertur, air dan O2). Dormansi secar efektif menunda proses perkecambahan. Keadaan diperlukan untuk memecah dormansi dan mengijinkan permintaan akan perkecambahan sering agak berbeda dari yang keadaan yang menguntungkan untuk tumbuh atau bertahan hidup dari tingkat kehidupan autotropik dari tanaman (H. Lambers et al., 2008). Proses Perkecambahan Biji (Jann dan Amen dalam Khan, 1934)
1. Penyerapan air * Masuk air secara imbibisi dan osmosis * Kulit biji * Pengembangan embrio dan endosperm * Kulit biji pecah, radikal keluar 2. Pencernaan Merupakan proses terjadinya pemecahan zat atau senyawa bermolekul besar dan kompleks menjadi senyawa bermolekul lebih kecil, sederhana, larut dalam air dan dapat diangkut melalui membran dan dinding sel. Makanan cadangan utama pada biji yaitu pati, hemiselulosa, lemak, protein: * tidak larut dalam air atau berupa senyawa koloid * terdapat dalam jumlah besar pada endosperm dan kotiledon * merupakan senyawa kompleks bermolekul besar * tidak dapat diangkut (immobile) ke daerah yang memerlukan embrionikaksis Proses pencenaan dibantu oleh enzim * senyawa organik yang diproduksi oleh sel hidup * berupa protein * merupakan katalisator organik * fungsi pokok: * enzim amilase merubah pati dan hemiselulosa menjadi gula * enzim protease merubah protein menjadi asam amino * enzim lipase merubah lemak menjadi asam lemak dan gliserin * aktivasi enzim dilakukan oleh air setelah terjadinya imbibisi * enzim yang telah diaktivasi masuk ke dalam endosperm atau kotiledon untuk mencerna cadangan makanan 3. Pengangkutan zat makanan Hasil pencernaan diangkut dari jaringan penyimpanan makanan menuju titik-titik tumbuh pada embrionik axis, radicle dan plumulae. Biji belum punya jaringan pengangkut, sehingga pengangkutan dilakukan secara difusi atau osmosis dari satu sel hidup ke sel hidup lainnya 4. Asimilasi Merupakan tahapan terakhir dalam penggunaan cadangan makanan. Merupakan proses pembangunan kembali, misalnya protein yang sudah dirombak menjadi asam amino disusun kembali menjadi protein baru. Tenaga atau energi berasal dari proses pernapasan 5. Pernafasan (Respirasi) Merupakan proses perombakan makanan (karbohidrat) menjadi senyawa lebih sederhana dengan membebaskan sejumlah tenaga. Pertama kali terjadi pada embrionik axis setelah cadangan habis baru beralih ke endosperm atau kotiledon. Aktivasi respirasi tertinggi adalah pada saat radicle menembus kulit. 6. Pertumbuhan Ada dua bentuk pertumbuhan embrionik axis: Pembesaran sel-sel yang sudah ada, Pembentukan sel-sel yang baru pada titik-titik tumbuh Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan
memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio. Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya. a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi * Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan. * Imnate dormancy (rest): dormansi yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ biji itu sendiri. b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji Mekanisme fisik Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri, terbagi menjadi: * Mekanis: embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik * Fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel * Kimia: bagian biji atau buah yang mengandung zat kimia penghambat Mekanisme fisiologis Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis, terbagi menjadi: * Photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya * Immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang * Termodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu c. Berdasarkan bentuk dormansi Kulit biji immpermeabel terhadap air (O2) * Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nukleos, pericarp, endocarp. * Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran. * Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skrifikasi mekanisme. * Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji, raphe/hilum, strophiole, adapun mekanisme higroskopinya diatur oleh hilum. * Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji. Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat. Dalam bergbagai program produksi, kesiapan dari biji untuk berkecambah. Dormansi biji adalah fenomena alami untuk bertahan hidup pada semak di dalam ekosistem yang tak terganggu.Biji mungkin memerlukan tipe berbeda dari perlakuan untuk merusak dormansi biji dan membuat biji lebih siap berkecambah dalam musim mendatang.
Dormansi biji merusak perlakuan dapat diberikan pada biji yang berdasar tipe dan empat dari dormansi biji (Shanmugavalli, M; Renganayaki, PR; Menaka, C,). B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BENIH Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih terdiri dari eksternal dan internal. Pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi dalam berbagai cara oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesuai selama pertumbuhan akan merangsang tanaman untuk berbunga dan menghasilkan benih. Perubahan tanaman dari fase vegetative (terutama ketika tanaman menghasilkan daun-daun) menjadi fase reproduktif (ketika tanaman menghasilkan kuncup bunga, bunga dan benih) tergantung pada rangsangan eksternal. Kebanyakan spesies tidak akan memasuki fase reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga. Oleh karena itu terdapat beberapa rangsangan eksternal untuk menyebabkan perubahan itu terjadi. Berikut adalah unsur-unsur eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman:
1. Iklim
a. Cahaya
Cahaya mempunyai pengaruh penting terhadap tanaman yaitu proses fotosintesis dan pembungan. Cahaya merupakan salah satu kunci penentu dalam proses metabolisme dan fotosintesis tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai dari proses perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Respon tanaman terhadap cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan (mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau sering disebut tanaman toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam kondisi cahaya terbatas atau tanaman intoleran.
Kekurangan cahaya pada tumbuhan berakibat pada terganggunya proses metabolisme yang
berimplikasi pada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya sintesis karbohidrat. Faktor ini secara langsung mempengaruhi tingkat produktivitas tumbuhan dan ekosistem. Adaptasi terhadap naungan dapat melalui 2 cara: (a) meningkatkan luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan metabolit; contohnya perluasan daun ini menggunakan metabolit yang dialokasikan untuk pertumbuhan akar, (b) mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan. Pada tanaman jagung respon ketika intensitas cahaya berlebihan berupa penggulungan helaian daun untuk memperkecil aktivitas transpirasi. Proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel secara fisiologis mulia berkurang (Heru, 2009).
Cahaya sebagai sumber energi dan terutama untuk vegetasi mempunyai tiga faktor penting, yaitu :
1. Intensitasnya
Intensitas cahaya matahari suatu tempat tergantung dari ketinggian temapt tersebut, semakin tinggi suatu tempat maka semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Suhu dan penyinaran inilah yang nantinya kan digunakan untuk menggolongkan tanaman apa yang sesuai untuk dataran tinggi atau dataran rendah. Tanaman berbuahan yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi. Sedangkan dalam perkeambahan cahaya berperan sebagai faktor pengontrol perkecambahan. Secara alami suatu biji yang sudah masak makan terlepas dari pohonya dan jatuh ke tanah dan berkecambah dalam kondisi yang berbeda-beda. Kebanyakan biji-biji atau benih akan berkecambah dengan cahaya maupun tanpa cahaya. Pemberian cahaya pada benih dengan cahaya merah akan merubah Fm dalam biji menjadi Fim dan benih akan berkecambah dengan cepat. Berbeda dengan pengaruh intensitas radiasi yang terkait fotosintesis yaitu ketika klofofil memegang peranan penting karena di dalam kualitas radiasi matahari fitokrom merupakan senyawa yang menentukan sifat morfogenetik tanaman. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui alasan mengapa biji gulma tidak dapat berkecambah jika kanopi tanaman menutupi sempurna.
2. Kualitasnya
Cahaya matahari yang sampai pada tajuk atau kanopi tanaman tidak semuanya dapat dimanfaatkan, sebagian dari cahaya tersebut diserap, sebagian ditransmisikan, atau bahkan dipantulkan kembali. Kualitas cahaya matahari ditentukan oleh proporsi relatif panjang gelombangnya, selain itu kualitas cahaya tidak selalu konstan namun bervariasi dari musim ke musim, lokasi geografis serta perubahan komposisi udara di atmosfer.
Pengertian cahaya berkaitan dengan radiasi yang terlihat (visible) oleh mata, dan hanya sebagian kecil saja yang diterima dari radiasi total matahari. Radiasi matahari terbagi dua, yaitu yang bergelombang panjang (long wave radiation) dan yang bergelombang pendek (short wave radiation). Batas terakhir dari radiasi gelombang pendek adalah radiasi ultraviolet, sedangkan batas akhir radiasi gelombang panjang adalah sinar inframerah. Radiasi dengan panjang gelombang antara 400 hingga 700 um adalah yang digunakan untuk proses fotosintesis. Cahaya matahari yang sampai ke bumi hanya sebagian saja, selebihnya cahaya tersebut tersaring oleh beberapa komponen atmosfer atau dipantulkan kembali ke angkasa luar. Cahaya matahari gelombang pendek tersaring dan diserap oleh lapisan ozon (O3) di atmosfer, sedangkan cahaya gelombang panjang tersaring oleh uap air di udara, cahaya gelombang panjang lainnya dipecahkan/dipencarkan dan dipantulkan oleh awan dan lapisan debu di atas permukaan bumi.
Pengaruh kualitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman telah banyak diselidiki, dimana diketahui bahwa spektrum yang nampak (visible) diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Apabila tanaman ditumbuhkan pada cahaya biru saja daunnya akan berkembang secara normal, namun batangnya akan menunjukkan tanda-tanda terhambat pertumbuhannya. Apabila tanaman ditumbuhkan pada cahaya kuning saja, cabang-cabangnya akan berkembang tinggi dan kurus dengan buku (internode) yang panjang dan daunnya kecilkecil. Dari penelitian tersebut telah membuktikan bahwa cahaya biru dan merah memegang peranan penting untuk berlangsungnya proses fotosintesis.
3. Fotoperiodesitasnya
Seperti halnya faktor temperatur, cahaya bervariasi dalam intensitas dan lama waktu bercahaya. Di daerah tropis dengan intensitas yang tinggi fotooksidasi lebih kecil dibandingkan di daerah sedang karena itu foto respirasinya cepat. Hal ini mengakibatkan sintesis protein berkurang (Campbell, NA. 2002).
Kita ketahui bahwa panjang gelombang distribusinya dari pagi-sore berbeda. Pada pagi hari kebanyakan panjang gelombang pendek dan semakin sore panjang gelombang pendek berkurang dan panjang gelombang panjang bertambah. Oleh karena itu fotosintesis paling efektif sesudah siang hari (Anonimb, 2010).
Fotoperiodisitas yaitu panjangnya penyinaran matahari pada siang hari. Biasanya dari daerah tropik semakin ke kutub panjang penyinaran matahari semakin panjang. Dalam hal ini kita mengenal tanaman hari panjang, dan tanaman hari pendek.
a. Tanaman hari panjang : Tanaman yang baik hidupnya pada suatu daerah maupun untuk ke fase generatif memerlukan panjang hari penyinaran kurang dari 12 jam.
b. Tanaman hari pendek : Tanaman yang baik hidupnya pada suatu daerah maupun untuk ke fase generatif memerlukan panjang hari penyinaran kurang dari 12 jam.
Kini terdapat penggolongan tambahan sebanyak empat jebi, yaitu tanaman yang berhari panjang-pendek (long short-day, yang memerlukan hari panjang sebelum hari pendek), tanaman berhari pendek-panjang (short long day, yang memerlukan hari pendek sebelum hai panjang), stenofotoperiodik (yang memerlukan panjang hari medium) dan amfifotoperiodik (yang memerlukan hari panjang atau hari pendek tetapi bukan hari medium) (Mugnisjah, 2004). Kelompok Tnm hari pendek Tnm hari panjang Tnm hari netral
Sayuran kentang, ketela rambat kacang-kacangan bayam, lobak, selada tomat, lombok, okra Buah strawberry strawberry
Bunga chrysanthemum, Cosmos bouvardia, Stevia poinsetia China aster, gardenia, delphinium Carnation, dianthus, Violet cyclamen
Sumber:http://justminehortikulture.blogspot.com Meskipun sejumlah spesies terbukti tidak peka terhadap faktor panjang penyinaran tetapi hal ini menentukan apakah tanaman-tanaman tersebut hanya dapat membentuk bagian-bagian vegetatif saja. Di dalam tanaman hari pendek panjnagnya penyinaran merupakan faktor pembatas yang berakibat membentuk bagian-bagian vegetatif yang bersifat gigas (besar) sedang
pembungaannya dikekang. Tanaman hari panjang jika tanaman pada daerah yang panjang penyinarannya lebih pendek akan menunjukkan pertumbuhan internodia yang lebih pendek dan cenderung membentuk roset dan pembungaan tanaman hari panjang ini akan dikekang (Anonimb, 2010).
Cahaya dalam hubungannya dengan proses pertumbuhan tanaman dapat mempunyai beberapa macam kegunaan antara lain :
a. Fotosintesis
c. Sejumlah peristiwa yang terjadi dalam tubuh tanaman. Misalnya, sintesis khlorofil, kelakuan stomata dan sebagainya
d. Transpirasi
Tanaman-tanaman dapat dibagi sesuai dengan kebutuhan cahaya di dalam proses hidupnya menjadi :
a. Heliophytes
Tanaman yang termasuk Heliophytes adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik pada keadaan yang penuh dengan sinar matahari.
b. Sciophytes
Adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik pada intensitas cahaya yang lebih rendah. 1) Fakultatif Sciophytes
Adalah tanaman yang dapat hidup baik, baik pada keadaan penuh sinar matahari maupun pada keadaan teduh.
2) Obligativ sciophytes
Adalah tanaman-tanaman yang dapat hidup baik tanpa sinar matahari yang intensif. Kebanyakan tanaman yang termasuk tanaman air, Ipomea repens, terate dan sebagainya, faktor cahaya tidak merupakan faktor yang membatasi dalam proses hidupnya. Tetapi pada tanamantanaman darat adanya faktor-faktor lain selain cahaya, misalnya temperatur dan lembab relatif dapat mengadakan suatu pengaruh bersamaan terhadap proses hidupnya. Dengan demikian pengaruh tunggal cahaya tak dapat diketahui dengan pasti. Dengan penyelidikan didapat kenyataan bahwa kerusakan seedlings biasanya disebabkan karena faktor keteduhan dan lebih sedikit disebabkan oleh faktor cahaya. Pada tanaman aciophytes membutuhkan cahaya yang lebih rendah daripada heliophytes. Sebagai perbandingan adalah jika pada situasi yang sama heliophytes tahan pada intensitas 4.200 lux dan pada sciophytes pada 27 lux (Anonimb, 2010). Panjang hari dilaporkan berkorelasi positif dengan nisbah bunga jantan/betina dalam tanaman berhari pendek Heteropogon contortus. Hal ini sehubungan dengan sistem pemuliaan tanaman yang bersangkutan menurut pergeseran latitude dari tempat menumbuhkannya. Lamanya fotoperiode kritikal dapat berubah oleh kondisi suhu. Dalam tanaman berhari pendek, suhu
rendah dapat memperpanjang fotoperiode kritikal sehingga membatasi pembungaan(Mugnisjah, 2004). b. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif, induksi bunga, pertumbuhan dan differensiasi perbungaan (inflorescence), mekar bunga, munculnya serbuk sari, pembentukan benih dan pemasakan benih. Tanaman tropis tidak memerlukan keperluan vernalisasi sebelum rangsangan fotoperiode terhadap pembungaan menjadi efektif. Tetapi, pengaruh suhu terhadap induksi bunga cukup kompleks dan bervariasi tergantung pada tanggap tanaman terhadap fotoperiode yang berbeda. Suhu malam yang tinggi mencegah atau memperlambat pembungaan dalam beberapa tanaman (Anonimb, 2010).
Cekaman suhu terhadap makhluk hidup bersifat spesifik. Tidak ada batas suhu terendah bagi kelangsungan hidup spora, biji dan bahkan lumut kerak dan lumut daun tertentu pada kondisi kering. Batas suhu terendah untuk bertahan hidup pada keadaan yang lebih normal sangat tergantung pada spesies dan sejauh mana jaringan telah diadaptasikan terhadap embun es. Tumbuhan yang sedang tumbuh aktif sering dapat bertahan hidup hanya pada beberapa derajat di bawah 0C, sedangkan banyak yang dapat bertahan pada sekitar 40C. Beberapa tumbuhan tinggi dapat tumbuh dan berbunga di bawah salju.
Suhu rendah merupakan faktor pembatas terpenting bagi persebaran tumbuhan. Tumbuhan mengalami penciutan pada saat pembekuan karena kristal es memasuki ruang udara di luar sel dan di dalam sel hidup dapat terjadi pembekuan es secara alami. Selain itu, aktivitas enzim pada suhu rendah terganggu sehingga terjadi ketidakseimbangan metabolisme dalam sel. Pada kondisi suhu tinggi yang ekstrem, enzim dapat mengalami denaturasi dan pemutusan asam nukleat pada sebagian besar organisme. Sifat merusak pada tumbuhan terutama pada fungsi fotosintesis yang tidak terjadi karena fotosistem yang peka terhadap panas. Dengan demikian, faktor suhu sangat menentukan penyebaran tumbuhan dalam biosfer (Anonimb, 2010). Sebagai contoh, padi hirida memerlukan suhu harian 20-30oC untuk proses produksinya. Tomat
tumbuh baik pada temperatur 20-27C, pembentukan buah terhambat pada temperatur >30C atau <10C (Anonima, 2010).
c. Curah Hujan
Curah hujan secara langsung atau tidak langsung penting untuk pengaturan waktu dan ruang dalam pembentukan bunga dan buah pada tumbuhan tropis. Kepentingan tanaman terhadap besarnya curah hujan sudah dirasakan sejak panen. Adapun titik yang kritis adalah saat pembungaan. Apabila saat pembungaan banyak hujan turun, maka proses pembungaan akan terganggu. Tepung sari menjadi busuk dan tidak mempunyai viabilitas lagi. Kepala putik dapat busuk karena kelembaban yang tinggi (Sanusi, 2009).
Tipe Iklim
(jumlah
bulan
basah) 11-12,12
Jumlah 0
bulan
kering
Jenis
bebuahan
yang
sesuai 9
Gandaria,kapulasan,kemang,kesemek
Duku,durian,mundu,papaya,pisang
Sumber:
Ashari,S.1998
Selain itu,aktivitas serangga penyerbuk juga berkurang saat kelembaban tinggi.apabila terjadi
kerusakan pada tepung sari dan kepala puti berarti penyerbukan telah gagal. Hal ini juga berarti bahwa pembuahan dan selanjutnya,panen, telah gagal dan harus menunggu tahun berikutnya. Pada tanaman padi tidak memerlukan hujan selama masa berbunga. Sehingga terjadi produksi benih pada tanaman padi.
d. Kelembaban Nisbi
Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau apda kapasitas udara untuk menampung uap air
Kelembaban nisbi (relative humidity), yaitu perbandingan antara jumlah uap air yang sebenarnya terhadap jumlah uap air yang maksimal dapat dikandung pada suhu dan tekanan itu. Perbandingan dinyatakan dalam persen (%) (Anonimc, 2010). RH mempengaruhi kadar air benih, dan kadar air benih mempengaruhi mempengaruhi respirasi benih
a.
Setiap
penurunan
kadar
air
1%
menggandakan
masa
hidup
dua
kali,
dan
b. Setiap penurunan suhu ruang simpan 5oC akan menggandakan masa hidup benih dua kali. Pengaruh kelembaban nisbi ternyata berinteraksi dengan pengaruh suhu terhadap perkecambahan serbuk sari. Kelembaban nisbi atmosfer juga berpengaruh juga terhadap populasi serangga dan pathogen. Disamping itu, rontok benih berkorelasi negative dengan kelembaban nisbi, karenanya, kelembaban nisbi yang rendah dapat menyebabkan kehilangan benih sebelum panen (Mugnisjah, 2004). Sebagai contoh, padi hirida memerlukan kelembaban relatif 80% untuk proses produksinya. Interaksi antara bahan penghambat pertumbuhan,
kelemababan nisbi dan periode simpan berpengaruh pada tumbuh serempak benih tersebut.
e.
Angin
Angin sebenarnya dapat bersifat menguntungkan serta merugikan dalam usaha produksi benih yang dihasilkan, hal ini tergantung pada kencang tidaknya angin. Angin yang terlalu kencang dalam peredarannya akan mengakibatkan beberapa masalah seperti akan banyaknya air yang hilang baik pada tanaman maupun permukaan tanah. Sedangkan angin yang terlalu kencang akan bermanfaat dalam penyebaran serbuk sari sehingga akan terjadi penyerbukan yang dibantu oleh angin. Namun dalam proses menjelang pemanenan benih, benih yang telah terbentuk akibat penyerbukan angin perlu dilakukan pengeringan terlebih dahulu, agar air yang terbawa oleh angin tidak mengurangi kualitas benih yang dihasilkan.
Pada saat penyebaran serbuk sari dengan adanya bantuan angin sangat diharapkan akan menghasilkan produksi benih yang lebih bervariasai sehingga akan mendapatkan varietas tanaman yang lebih beraneka ragam. Agar dalam penyebaranya pun tidak akan merugikan sehingga menghasilkan benih yang kurang baik maka dalam menghasilkan benih yang bermutu ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu memperhatikan cuaca yang terjadi, suhu udara karena jika suhu udara lembab dengan angin yang ada maka akan mengakibatkan angin membawa kandungan air di dalamnya. Sehingga jika terdapat kandungan air dalam angin akan mengakibatkan benih yang dihasilkan juga terdapat kandungan airnya dan itu akan mengakibatkan 2. kualitas benih menurun karena benih tidak murni. Biologis
Untuk biologis disini, kita artikan adalah serangga baik yang merugikan maupun yang menguntungkan. Aktivitas ini diharapkan berlangsung di lahan produksi benih yang tergantung pada serangga untuk penyerbukannya. Sebagai contoh, produksi benih Desmodium uncinatum sangat tergantung pada aktivitas lebah. Lebah yang lebih banyak harus didatangkan ke dalam pertanaman yang memerlukan untuk penyerbukan, jika kerapatan lebah menjelang tengah hari pada hari yang sangat cerah adalah rendah. Perhatian harus diberikan untuk mengurangi kompetisi pasokan makanan, misalnya dengan memindahkan atau menghilangkan bunga dari pohon, perdu atau tanaman lainnya yang berbunga puncak pada waktu yang sama dengan pertanaman untuk menghasilkan benih. Sebaliknya, untuk mempertahankan populasi lebah yang
tinggi, pasokan makanan alternative juga perlu ditingkatkan jika pertanaman untuk menghasilkan benih tidak berbunga lebat (Mugnisjah, 2004).
Serangga terutama lebah, tidak akan bekerja dengan baik dalam kondisi cuaca yang sangat basah (Sanusi, 2009). Tempat untuk pertanaman benih karenanya harus dipilih yang dapat menjamin penyerbukan berlangsung dengan optimum. angin yang terlalu cepat tidak disenangi lebah penyerbuk sehingga dapat berakibat pada rendahnya hasil pula.
Resistensi terhadap hama merupakan faktor umum untuk dapat menghasilkan produksi yang maksimum. Jika tanaman memiliki kemampuan berproduksi tinggi, namun tidak disertai dengan mekanisme resistensi terhadap hama, maka jika terjadi serangan hama, tanaman tersebut tidak mampu berproduksi secara maksimum. Kualitas produksi juga yang diserang juga dapat diserang oleh bermacam-macam hama . 3. Tanah
Tanah yang dapat meningkatkan produksi benih adalah tanah yang subur. Tanah yang subur disini diartikan sebagai tanah yang memiliki sifat fisika, kimia maupun biologi yang mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga menghasilkan benih yang bermutu dan optimum. Sehingga tanah tersebut bukanlah tanah yang asam maupun basa, memiliki drainase baik agar terhindar dari rendaman air tetapi cukup menyimpan air agar tidak kekeringan. Tanah yang demikian banyak berasal dari tanah alluvial. Pokok-pokok dari faktor tanah meliputi : 1) Sejumlah air yang tersedia didalam tanah, 2) Jarak yang ditempuh pergerakan air yang tersedia, 3) Kecepatan pergerakan air yang tersedia 4) Oksigen yang tersedia didalam tanah.
Dalam iklim yang dingin, tanah yang berat lambat menghangat pada awal musim, dan hal ini dapat menangguhkan pertumbuhan awal dan pemasakannya berikutnya. Sebagai contoh, tomat baik ditanam pada tanah yang berdrainase baik, dengan pH optimum 6.0 -7.0 pada kondisi pengapuran. Persiapan tanah dan pemupukan hampir sama dengan untuk produksi buah, atau lebih tinggi terutama kandungan phosfor. Pemberian N biasanya setengah dari pemberian kalium untuk memelihara keseimbangan antara pembungaan dan pertumbuhan vegetative (Anonima, 2010).
1. Genetik
Faktor genetik yaitu varietas-varietas yang mempunyai genotipe baik seperti produksi tinggi, tahan terhadap hama penyakit, responsive terhadap kondisi pertumbuhan yang lebih baik. Genetik pada kali ini yang akan dibahas adalah tentang kualitas genetik itu sendiri. Hal ini disebabkan, dengan mengetahui kualitas genetik maka dapat menghasilkan genetik varietas yang diinginkan. Kualitas genetik adalah suatu tingkatan di mana suatu lot benih mewakili keragaman genetik dari sumber benih yang dipilih. Keragaman genetik mungkin lebar ataupun sempit tergantung pada tujuan penanaman.
Pada biji, biasanya embrio terbentuk setelah proses pembuahan sel telur oleh sel jantan. Sel jantan dan sel betina masing-masing memberikan satu set kromosom atau inti DNA. Betina dan jantan masing-masing memberikan sitoplasma yang mengandung organel yang memiliki sistim genetiknya sendiri khususnya mitokondria dan plastida. Kloroplast (Chloroplast) DNA pada tanaman angiosperma biasanya diturunkan melalui sel induknya, sementara dalam jenis tanaman daun jarum (coniferous) khususnya diturunkan oleh sel jantan.
Pada beberapa biji tanaman daun jarum (conifrous) dimana pembuahan tidak terjadi sampai benih tumbuh mencapai ukuran penuh, sifat benih yang paling penting berkembang sesuai dengan tanaman induk dan keadaan lingkungan. Pada kebanyakan biji angiosperma dimana embrio berkembang bersamaan dengan struktur lainnya sel jantan asing pasti akan berpengaruh. Sebagai contoh pada tanaman jati (Tectona grandis) pembuahan sendiri menghasilkan buah yang lebih kecil daripada pembuahan silang (crossing). Pada angiosperm kemungkinan keadaannya lebih rumit dari pada conifers.
Adanya perbedaan masa hidup benih yang diturunkan pada turunannya tidak terbatas hanya pada tingkat spesies saja, namun juga dijumpai pada tingkat kultivar. Pada penelitian yang membandingkan masa hidup beberapa kultivar dari spesies yang sama menunjukkan adanya
perbedaan masa hidup yang nyata. Pada penelitian terhadap delapan kultivar kedelai, Burgess (1938) menemukan adanya perbedaan pada daya kecambah setelah empat tahun disimpan, yakni dari 21 hingga 99 %, padahal sewaktu disimpan lima bulan daya kecambahnya berkisar antara 95 sampai 99 %.
Vigor benih sewaktu disimpan merupakan faktor penting yang mempengaruhi umur simpannya.Vigor dan viabilitas benih tidak selalu dapat dibedakan terutama pada lot-lot yang mengalami kemunduran cepat. Terlepas dari masalah tersebut,beberapa peneliti menunjukkan bahwa lot-lot benih yang mengalami kemunduran cepat mengandung benih yang bervigor rendah dan benih yang masih bervigor. Proses kemunduran benih berlangsung terus dengan semakin lamanya benih disimpan sampai akhirnya semua benih mati. Lot benih yang baru dan vigor mempunyai daya simpan lebih lama dibanding dengan lot benih yang lebih tua yang mungkin sedang mengalami proses kemunduran secara cepat. Semakin lama benih di simpan, maka benih mengalami penurunan viabilitas dan vigornya.
Laju kemunduran vigor dan viabilitas benih tergantung pada beberapa faktor,diantaranya faktor genetik dari spesises atau kultivarnya, kondisi benih, kondisi penyimpanan, keseragaman lot benih serta cendawan gudang, biar kondisi penyimpanannya memungkinkan pertunbuhannya. Penurunan vigor dan viabilitas kadang digambarkan dengan suatu kurva kelansungan hidup sigmoid. Kurva kelansungan hidup benih kering yang disimpan pada kondisi yang menguntungkan dapat dipenggal menjadi 3 bagian yang berbeda. Bagian pertama mewakili benih pada waktu masih vigor dan kemunduran fungsi kehidupannya berlangsung lambat. Bagian ini berakhir pada tingkat daya kecambah 90-75%. Bagian kedua yang kemundurannya berlangsung dengan cepat,bagian kedua ini berlangsung hingga ketingkat 25 hingga 10%. Akhirnya bagian ketiga yang proses kemundurannya menjadi lambat kembali dan berlangsung terus sampai semua benihnya mati.Kurva vigor sangat mirip dengan kurva viabilitas hanya saja kehilangan vigor mendahului kehilangan viabilitas.
Benih mencapai kematangan fisiologis sewaktu terikat dengan tanaman induknya. Pada saat kematangan fisiologis itu benih memiliki viabilitas dan vigor benih yang maksimal, demikian pula dengan berat keringnya. Pertumbuhan tanaman induk yang baik merupakan syarat yang mantap sewaktu kematangan benihnya. Hal inilah yang menjamin tingginya viabilitas dan vigor benih tersebut. Selanjutnya penyakit dan hama, kekurangan air serta kekurangan makanan, baik pada tanaman induk sewaktu pertumbuhan dan perkembangannya atau pada waktu pematangan fisik benih tersebut, faktor yang demikian berpengaruh terhadap tingginya viabilitas dan vigor benih (Kartasapoetra, 2003) . Viabilitas Daya kecambah (viabilitas) kian meningkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai maximum germination jauh sebelum masak fisiologis atau berat maksimum tercapai. Sampai masak fisiologis tercapai 100% ini konstan. Sesudah itu akan menurun dengan kecepatan yang sesuai dengan keadaan jelek dilapangan (Jurnalis Kamil, 1979).
Vigor dihubungkan dengan bobot benih . Dalam hal ini dihubungkan dengan kekuatan kecambah, kemampuan benih menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak menguntungkan serta bebas dari serangan mikroorganisme. Sewaktu benih di tanam bila benih menurun maka kecepatan berkecambah menjadi lemah dan berat kering atau bobot benih saat dikecambahkan menjadi rendah yang nantinya akan menghasilkan panen yang rendah (Oren L.Justice dan Louis N.Bass).
Uji kedalaman tanam tergolong uji kekuatan benih dengan lingkungan sub optimal. Hasil pengujian mempunyai keterkaitan dengan pertumbuhan benih dilapangan yang mengalami pemadatan tanah akibat hujan atau traktor. Berdasarkan pada kondisi lingkungan pengujian viabilitas benih dapat dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam kondisi lingkungan sesuai (favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai (unfavourable). Pengujian viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai termasuk kedalam pengujian vigor benih.
Faktor-faktor yang berperan sebagai penyebab tingginya laju penurunan viabilitas benih kedelai selama penyimpanan adalah benih kedelai yang disimpan memiliki vigor awal yang rendah, benih disimpan atau dikemas pada kadar air yang tinggi, kondisi penyimpanan yang lembab dan panas, dan kerusakan beniholeh hama, penyakit terbawa benih dan kerusakan benih secara mekanis (Purwantoro, 2009).
C. PENUTUP
Berdasarkan materi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi benih adalah
a. Iklim, meliputi
1) Cahaya
2) Suhu
3) Curah Hujan
4) Kelembaban Nisbi
5) Angin
b. Biologis
c. Tanah
a. Genetika
BAB 6. Kesimpulan Dormansi dan perkecambahan merupakan cara untuk memperbanyak tanaman. Dalam proses perbanyakan tanaman akan berhasil jika melakukannya dengan cara yang baik dan benar, disamping cara kita merawatnya faktor iklim, pemilihan bibit, pemilihan media tanam juga mempengaruhi hasil dari perbanyakan tanaman tersebut. Disamping itu perlukaan dan perlakuan biji pada dormansi benih sangat mempengaruhi perkecambahan.
Daftar pustaka
Heddy, S., Susanto, H. W., dan Kurniati, metty.1994.Pengantar produksi Tanaman dan Penanganan Pasca Panen.Jakarta: PT Raja Grafindo persada. Sutopo, Lita. Tanpa Tahun. Teknologi Benih. Jakarta: CV Rajawali. Prawiranata, W., Harran, Said., dan Tjodronegoro, Pin. 1981.Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Bogor: Fakultas pertanian IPB Sutopo, L. Tanpa tahun.Teknologi benih.Jakarta: CV Rajawali. Prawiranata, Harran, dan Tjondronegoro. 1981. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jilid II. Bogor: Fakultas Pertanian IPB. Kuswanto, H. 1996. Dasar-Dasar Teknologi, Produksi dan sertifikasi benih. Yogyakarta: Andi.