You are on page 1of 20

CARA MENGATASI PESERTA DIDIK YANG MEMPUNYAI MASALAH BELAJAR Oleh INDYA WAHYUNINGRUM (K2310050) Jurusan Pendidikan Fisika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui definisi dari masalah belajar. Kemudian setelah mengetahui definisi dari masalah belajar dapat mengidentifikasi masalah-masalah yang mempengaruhi proses dan dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar. Setelah

mengetahui faktor-faktornya langkah selanjutnya adalah menetukan langkahlangkah yang ditempuh untuk menjamin keberhasilan belajar dan menganalisis masalah belajar peserta didik. Dan yang terakhir adalah menemukan solusi untuk penanggulangan atau pemecahan masalah-masalah pembelajaran peserta didik Kata kunci : masalah belajar, pemecahan masalah, peserta didik

ABSTRACT The objective of this paper is to know the definition of learning problems. Then, after knowing the definition of learning problems can identify problems that affect the process and can determine the factors that affect the learning process. After finding out the factors the next step is to determine the steps taken to ensure the success of the study and analyze the learning problems of students. And the last is to find a solution to poverty or solving the learning problems of students Key words: learning problems, solving problems, learners

A. LATAR BELAKANG Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan peserta didik. Ini berarti bahwa bila guru bertindak mengajar, maka diharapkan peserta didik belajar. Namun pada saat tertentu didalam kegiatan belajar mengajar di sekolah sering ditemukannya masalah-masalah yang berkenaan dengan belajar yang dialami peserta didik tersebut. Masalahmasalah tersebut dipengaruhi oleh faktor internal (yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri) dan juga oleh faktor eksternal (yang berasal dari luar peserta didik itu sendiri). Masalah-masalah yang dialami oleh peserta didik apabila tidak segera di atasi tentunya akan menghambat proses belajar peserta didik dan akan berdampak pada pencapaian tujuan dari belajar tersebut. Peserta didik akan berhasil dalam proses belajar apabila peserta didik tersebut tidak mempunyai masalah yang dapat mempengaruhi proses belajarnya. Jika terdapat peserta didik yang mempunyai masalah dan permasalahan permasalahan tersebut tidak segera ditemukan solusinya, peserta didik akan mengalami kegagalan atau kesulitan belajar yang dapat mengakibatkan rendah prestasinya/tidak lulus, rendahnya prestasi belajar, minat belajar atau tidak dapat melanjutkan belajar. Untuk itu, sebagai seorang guru ataupun pendidik harus mengetahui kondisi peserta didik agar tercipta proses pembelajaran yang baik dan kondusif. B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian dari masalah belajar? 2. Jelaskan masalah-masalah yang mempengaruhi proses belajar? 3. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar? 4. Jelaskan
langkah-langkah yang ditempuh untuk menjamin keberhasilan belajar?

5. Jelaskan masalah belajar siswa? 6. Jelaskan upaya-upaya penanggulangan masalah belajar?


C. PEMBAHASAN

masalah

adalah

ketidaksesuaian

antara

harapan

dengan

kenyataan, ada yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985) mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya, menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri dan atau orang lain, ingin atau perlu dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar dapat didefinisikan Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya ( Anita E, Wool Folk, 1995 : 196 ). Menurut ( Garry dan Kingsley, 1970 : 15 ) Belajar adalah proses tingkah laku (dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan. Sedangkan menurut Gagne (1984: 77) bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari definisi masalah dan belajar maka masalah belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut : Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh peserta didik dan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalahmasalah belajar ini tidak hanya dialami oleh peserta didik yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa peserta didik yang pandai atau cerdas.

Dalam interaksi belajar mengajar, peserta didik merupakan kunci utama keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar. Faktor-Faktor yang dialami dan dihayati oleh peserta didik dan hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar: 1. Faktor-Faktor Internal Belajar Pada saat belajar peserta didik menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat belajar dengan baik. Berikut ini beberapa masalah intern siswa dalam belajar : Sikap Terhadap Belajar Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang

sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap menerima, menolak atau

mengabaikannya begitu saja. Selama melakukan proses pembelajaran sikap peserta didik akan menentukan hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman peserta didik yang salah terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran. Sikap peserta didik ini akan berpengaruh terhadap tindakan belajar. Sikap yang salah akan membawa peserta didik merasa tidak peduli dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif. Tentunya hal ini akan sangat menghambat proses belajar. Sikap peserta didik terhadap belajar akan menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika peserta didik sudah tidak peduli terhadap belajar maka upaya pembelajaran yang dilakaukan akan sia-sia. Maka peserta didik sebaiknya

mempertimbangkan masak-masak akibat sikap terhadap belajar. Motivasi Belajar Tidak dapat dipungkiri bahwa dorongan belajar mempunyai peranan besar dalam menumbuhkan semangat pada peserta didik untuk belajar. Karena sebesar apapun seorang peserta didik memiliki semangat yang tinggi dan keinginan yang kuat, pasti akan tetap ditiup oleh angin kemalasan, tertimpa keengganan dan kelalaian. Maka tunas semangat ini harus dipelihara secara terus menerus. Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya

motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri peserta didik perlu diperkuat terus menerus. Motivasi yang diberikan dapat meliputi penjelasan tentang keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu. Bila peserta didik mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dan betapa besarnya ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu, maka peserta didik akan merasa haus untuk menuntut ilmu. Selain itu bagaimana seorang pendidik mampu membuat peserta didiknya merasa membutuhkan ilmu. Bila seseorang merasa membutuhkan ilmu maka tanpa disuruhpun peserta didik akan mencari ilmu itu sendiri. Sehingga semangat peserta didik untuk menunutut ilmu sangat tinggi, dan hal ini akan memudahkan proses belajar. Konsentrasi Belajar Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian, pendidik perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Yang perlu diperhatikan oleh pendidik ketika memulai proses belajar ialah sebaiknya seorang pendidik tidak langsung melakukan pembelajaran namun seorang pendidik harus memusatkan perhatian peserta didiknya sehingga siap untuk melakukan pembelajaran. Sebab ketika awal masuk kelas perhatian peserta didik masih terpecah-pecah dengana berbagai masalah. Sehingga sangat perlu untuk melkukan pemusatan perhatian dengan berbagai strategi. Menurut seorang ilmuwan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah tigapuluh menit telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar pendidik melakukan istirahat selama beberapa menit. Istirahat ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat berupa obrolan ringan yang mampu membuat peserta didik merasa rileks kembali. Dengan memberikan selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan. Mengolah Bahan Belajar Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan peserta didik untuk menerima dan memahami isi materi yang diajarkan sehingga menjadi

bermakna bagi peserta didik. Isi bahan belajar merupakan nilai nilai dari suatu ilmu pengetahuan, nilai agama, nilai kesusilaan, serta nilai kesenian. Kemampuan peserta didik dalam mengolah bahan pelajaran menjadi semakin baik jika peserta didik berperan aktif selama proses belajar. Misalnya, pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya materi yang disampaikan, sehingga peserta didik benarbenar memahami materi yang telah disampikan. Peserta didik akan mengolah bahan belajar dengan baik jika mereka merasa materi yang disampaikan menarik, sehingga seorang pendidik sebaiknya

menyampaikan materi secara menarik sehingga peserta didik akan memusatkan perhatiannya terhadap materi yang disampaikan oleh pendidik. Menyimpan Perolehan Hasil Belajar Menyimpan menyimpan isi perolehan pesan dan hasil cara belajar merupakan pesan. kemampuan Kemampuan

perolehan

menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang pendek maupun dalam jangka waktu yang panjang. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan , proses pengolahan kembali dan proses penggunaan kembali. Biasanya hasil belajar yang disimpan dalam jagka waktu yang panjang akan mudah dilupakan oleh peserta didik. Hal ini akan terjadi jika peserta didik tidak membuka kembali bahan belajar yang telah diberikan oleh seorang pendidik. Untuk mengatasi hal ini sebaiknya pendidik mengingatkan akan materi yang telah lama diberikan, serta memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga mau atau tidak mau peserta didik akan berusaha untuk mengingat kembali materi yang telah lama disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga Ingatan yang disimpan dalam jangka panjang akan semakin kuat. Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses

mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam hal baru maka peserta didik akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan lama. Dalam hal pesan lama maka peserta didik akan membangkitkan kembali pesan dan pengalaman lama untuk

suatu hasil belajar. Ada kalanya peserta didik mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan tersebut bukan hanya bersumber pada pemanggilan atau pembangkitannya sendiri. Gangguan tersebut dapat dikarenakan kesukaran penerimaan, pengolahan dan penyimpanan. Jika peserta didik tidak memperhatikan dengan baik pada saat penerimaan maka peserta didik tidak memiliki apa apa. Jika peserta didik tidak berlatih sungguh sungguh maka peserta didik tidak akan memiliki ketrampilan. Kemampuan Berprestasi Kemampuan berprestasi atau hasil belajar merupakan puncak suatu proses belajar. Pada tahap ini peserta didik membuktikan hasil belajar yang telah lama ia lakukan. Peserta didik menunjukan bahwa ia telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau menstransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari di sekolah diketahui bahwa ada sebagian peserta didik tidak mampu berprestasi dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta

pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Rasa Percaya Diri Peserta Didik Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa kemampuan berprestasi merupakan tahap pembuktian

perwujudan diri yang diakui oleh pendidik dan rekan sejawat peserta didik. Semakin sering peserta didik mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya akan meningkat. Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka peserta didik akan merasa lemah percaya dirinya. Intelegensi Dan Keberhasilan Belajar Intelegensi merupakan suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi actual bila peserta didik memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari. Dengan perolehan hasil belajar yang rendah, yang

disebabkan oleh intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah . Hal ini akan merugikan calon tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya kterampilan. Kebiasaan Belajar Kebiasaan-kebiasaan belajar peserta didik akan mempengaruhi kemampunanya dalam berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh pendidik. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti merokok. Kebiasaanmereka didorong untuk melakukan belajar dibidang

kebiasaan buruk tersebut dapat ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota kecil. Untuk sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidakmengertian peserta didik dengan arti belajar bagi diri sendiri. Cita-Cita Peserta Didik Cita-cita sebagai motivasi intrinsic perlu di ajarkan dan di arahkan. Ajaran memiliki cita-cita harus ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan besar bagi peserta didik sehingga peserta didik selalu termotivasi untuk belajar dengan serius demi menggapai cita-cita tersebut. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi maka peserta didik diharapkan berani bereksplorasi sesuai dengan kemampuannya sendiri. 2. Faktor-Faktor Ekstern Belajar Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik peserta didik. Disamping itu proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong oleh lingkungan peserta didik. Dengan kata lain aktifitas belajar dapat meningkat bila program pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai rekayasa pendidikan pendidik di sekolah merupakan faktor eksternal belajar. Ditinjau dari segi peserta didik, maka ditemukan beberapa faktor eksternal yang

berpengaruh pada aktivitas belajar. Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut: Pendidik Sebagai Pembina Peserta Didik Belajar

Pendidik adalah pengajar yang mendidik . Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik pemuda generasi bangsanya. Pendidik yang mengajar peserta didik adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang profesi bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia. Dengan penghasilan yang diterimanya setiap bulan ia dituntut berkemampuan hidup layak sebagai seorang pribadi pendidik. Tuntutan hidup layak tersebut sesuai dengan wilayah tempat tinggal dan tugasnya. Pendidik juga

menumbuhkan diri secara professional. Ia bekerja dan bertugas mempelajari profesi guru sepanjang hayat. Mengatasi masalah-masalah keutuhan secara pribadi, dan pertumbuhan profesi sebagai pendidik merupakan pekerjaan sepanjang hayat. Kemampuan mengatasi kedua masalah tersebut merupakan keberhasilan pendidik mengajar seorang peserta didik. Prasarana Dan Sarana Pembelajaran Prasarana pembelajaran meliputi sarana olahraga, gedung sekolah ruang belajar, tempat ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapnya sarana dan prasarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan melakukan proses pembelajaran yang baik. Justru disinilah muncul bagaimana mengolah sarana dan prasarana pembelajaran sehingga terselenggara proses belajar yang berhasil dengan baik. Kebijakan Penilaian Kegiatan penilaian merupakan proses belajar yang telah mencapai puncaknya pada hasil belajar peserta didik atau hasil kerja peserta didik. Sebagai suatu hasil maka dengan hasil kerja tersebut,proses belajar berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah peserta

didik. Pelaku aktif dalam pembelajaran adalah pendidik. Dengan demikian, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi, dari sisi hasil belajar peserta didik yang merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dinilai dari ukuran-ukuran pendidik, tingkat sekolah dan tingkat nasional. Jika digolongkan lulus maka dapat dikatakan proses belajar peserta didik dan tindak mengajar pendidik berhenti sementara. Jika digolongkan tidak lulus, terjadilah proses belajar ulang bagi peserta didik dan mengajar ulang bagi pendidik. Lingkungan Sosial Peserta Didik Di Sekolah Tiap peserta didik dalam lingkungan sosial memiliki kedudukan, peranan dan tanggung jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti hubungan sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi hubungan akrab kerjasama, kerja berkoprasi,

berkompetisi, bersaing, konflik atau perkelahian. Kurikulum Sekolah Kurikulum yang diberlakukan di sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh pemerintah, atau yayasan pendidikan. Kurikulum disusun berdasarkan tuntutan kemajuan masyrakat. Dengan kemajuan dan perkembangan masyrakat timbul tuntutan kebutuhan baru dan akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi. Adanya rekonstruksi itu menimbulkan kurikulum baru. Perubahan kurikulum sekolah menimbulkan masalah seperti tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah, isi pendidikan berubah, kegiatan belajar mengajar berubah serta evaluasi berubah. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar Kesulitan belajar ini merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis pernyataan (manifestasi). Karena pendidik bertanggung jawab terhadap proses belajar-mengajar, maka ia seharusnya memahami manifestasi gejala-gejala kesulitan belajar. Pemahaman ini merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.

Pada dasarnya dari setiap jenis-jenis masalah, khususnya dalam masalah belajar murid di SD, cenderung bersumber dari faktor-faktor yang melatarbelakanginya ( penyebabnya ). Seorang guru setelah mengetahui siapa murid yang bermasalah dalam belajar serta jenis masalah apa yang dihadapinya. Selanjutnya guru dapat melaksanakan tahap berikutnya, yaitu mencari sebab-sebab terjadinya masalah yang dialami murid dalam belajar. Meskipun seorang guru tidak mudah menentukan sebab-sebab terjadi masalah yang sesungguhnya, karena masalah belajar cenderung sangat kompleks. Pada garis besarnya sebab-sebab timbulnya masalah belajar pada peserta didik dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu : 1. Faktor-faktor Internal ( faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri ), antara lain: Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahan ( alergi, asma, dan sebagainya ). Ketidakseimbangan mental ( adanya gangguan dalam fungsi mental ), sepertimenampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf

kecerdasannya cenderung kurang. Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri (maladjustment ), tercekam rasa takut, benci, dan antipati serta ketidakmatangan emosi. Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran. 2. Faktor Eksternal ( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ), yaitu berasal dari a). Sekolah, antara lain : Sifat kurikulum yang kurang fleksibel Terlalu berat beban peserta didik (murid) atau pendidik (guru) Metode mengajar yang kurang memadai

Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar b). Keluarga (rumah), antara lain :

Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis. Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya Keadaan ekonomi.

Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa lingkungan sekolah, terutama guru. Guru yang akrab dengan murid, menghargai usaha-usaha murid dalam belajar dan suka memberi petunjuk kalau murid menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan perasaan sukses dalam diri muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri dalam diri murid. Melalui contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki penilaian diri yang positif akan ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri yang positif. Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang akrab dengan murid, kurang menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa kurang diperhatikan dan akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau kurangnya minat belajar sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar. Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari sekolah seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya. Menurut Belmon dan Morolla (1971 : 107) menyimpulkan dari hasil penelitiannya, bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang banyak jumlah anak, mempunyai keterampilan intelektual lebih rendah daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang jumlah anaknya sedikit. Langkah-langkah yang ditempuh untuk menjamin keberhasilan belajar adalah : 1) Identifikasi masalah peserta didik, 2) Diagnosa, 3) Prognosa,

4) Pemberian Bantuan, 5) Follow up (tindak lanjut) 1. Identifikasi Masalah Peserta Didik Identifkasi masalah peserta didik adalah untuk menentukan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar yang sangat memerlukan bantuan. Langkah ini "sangat mendasar sekali" dan merupakan awal kegiatan bimbingan terhadap peserta didik yang bermasalah, untuk menentukan masalah yang dialaminya. Dalam bimbingan belajar peserta didik, masalah yang terjadi dijaga kerahasiaannya. Hal ini dilakuakan agar peserta didik yang mengalami permasalahan tidak terbebani, tidak ragu dan tanpa rasa takut mengungkapkan permasalahannya dengan jujur. Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, instrumen. 2. Diagnosa Diagnosa dilakukan dalam bimbingan belajar, diartikan sebagai rumusan-rumusan masalah siswa, jenis kesulitan serta latar belakang kesulitan dalam pelajaran, serta kesulitan belajar atau masalah yang mengganggu aktivitasnya sehari-hari sehingga mempengaruhi belajarnya. 3. Prognosa Prognosa merupakan kegiatan memperkirakan permasalahan, apabila peserta didik yang mengalami kesulitan belajar tidak segera mendapat bantuan. Bertujuan untuk menentukan bantuan yang dapat diberikan kepadanya. 4. Pemberian Bantuan Bantuan yang diberikan dengan menggunakan pengarahan, motivasi, belajar. Cara mengatasi masalah kesulitan belajar melalui latihan-latihan dan tugas baik individu maupun kelompok, secara rutin. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang ditujukan kepada individu atau kelompok siswa agar yang bersangkutan dapat mengenali dirinya sendiri, baik

kemampuan yang dimilikinya maupun kelemahannya agar selanjutnya dapat mengambil keputusan dan dapat bertanggung jawab dalam menentukan jalan hidupnya atau memecahkan sendiri kesulitan yang dihadapi serta dapat memahami lingkungannya secara tepat sehingga dapat memperoleh kebahagiaan hidupnya. Langkah-langkah bimbingan belajar : 1. Mengenal siswa yang mendapat kesulitan belajar dengan menggunakan norma atau ukuran kriteria tertentu. 2. Mencari sebab-sebab siswa mendapat kesulitan. 3. Mencari usaha untuk membantu memecahkan kesulitankesulitan itu. 4. Mengadakan pencegahan supaya kesulitan yang dialami seseorang tidak menular kepada yang lain (Sutijono, S, 1991 : 49). Jika permasalahan siswa tidak segera ditemukan solusinya, siswa akan mengalami kegagalan atau kesulitan belajar yang dapat mengakibatkan rendah prestasinya/tidak lulus, rendahnya prestasi belajar, minat belajar atau tidak dapat melanjutkan belajar (S. Sucitae, 1972 : 2). 5. Tindak Lanjut Tindak lanjut kegiatan bimbingan belajar, untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan atau ketidakberhasilan, usaha-usaha memberikan bantuan pemecahan masalah yang telah diberikan. Kesulitan diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; belajar siswa mencakup pengertian yang luas,

(d) slow learner, dan (e) learning disabilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut. 1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai. 2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik. 3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah. 4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.

5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain : a. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya. b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan. d. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya. e. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya. f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya. Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut Burton bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila : 1. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level)

minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference). 2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever. 3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater). Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana peserta didik dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar peserta didik : (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian. Upaya-Upaya Penanggulangan Masalah Belajar 1. Perhatikan Mood Untuk mengenal mood anak, seorang ibu harus mengenal karakter dan kebiasaan belajar anak. Apakah anak belajar dengan senang hati atau dalam keadaan kesal. Jika belajar dalam suasana hati yang senang, maka apa yang akan dipelajari lebih cepat ditangkap. Bila saat belajar, ia merasa kesal, coba untuk mencari tahu penyebab munculnya rasa kesal itu. Apakah karena pelajaran yang sulit atau karena konsentrasi yang pecah. Nah di sini tugas orangtua untuk menyenangkan hati si anak.

2. Siapkan Ruang Belajar Kesulitan belajar anak bisa juga karena tempat yang tersedia tidak memadai. Karena itu, coba sediakan tempat belajar untuk anak. Selain itu, saat mengajari anak ini Anda bisa melakukannya dengan menularkan cara belajar yang baik. Misalnya bercerita kepada anak tentang bagaimana dahulu ibunya menyelesaikan mata pelajaran yang dianggap sulit. Biasanya anak cepat larut dengan cerita ibunya sehingga ia mencoba mencocok-cocokkan dengan apa yang dijalaninya sekarang. 3. Komunikasi Masa kecil kita, pelajaran yang disukai tergantung bagaimana cara guru itu mengajar. Tidak bisa dipungkiri perhatian terhadap mata pelajaran, tentu ada kaitan dengan cara guru mengajar di kelas. Sempatkan juga waktu dan dengarkan anak-anak bercerita tentang bagaimana cara guru mereka mengajar di sekolah. Jika, anak Anda aktif maka banyak sekali cerita yang lahir termasuk bagaimana guru kelas memperhatikan baju, ikat rambut, dan sepatunya. Khusus soal komunikasi ini, biarkan anak-anak bercerita tentang gurunya. Sejak dini biasakan anak berperilaku sportif dan pandai menyampaikan pendapatnya. Selamat mencoba. 4. Mengidentifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Adapun langkah-langkah mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar. a) Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam satu kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan belajar baik bersifat umum maupun khusus dalam bidang studi b) Meneliti nilai ulangan yang tercantum dalam record academic kemudian dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas atau dengan kriteria tingkat penguasaan minimal kompetensi yang dituntut. c) Menganalisis hasil ulangan dengan melihat sifat kesalahan yang dibuat. d) Melakukan observasi pada saat siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar yaitu mengamati tingkah laku siswa dalam mengerjakan tugas-tugas tertentu yang diberikan di dalam kelas,

berusaha mengetahui kebiasaan dan cara belajar siswa di rumah melalui check list e) Mendapatkan kesan atau pendapat dari guru lain terutama wali kelas,dan guru pembimbing. 5. Mengalokasikan letaknya kesulitan atau permasalahannya, dengan cara mendeteksi kesulitan belajar pada bidang studi tertentu, seperti catatan keterlambatan penyelesaian tugas, ketidakhadiran, kekurang aktifan dan kecenderungan berpartisipasi dalam belajar. 6. Melokalisasikan jenis faktor dan sifat yang menyebabkan mengalami berbagai kesulitan. 7. Memperkirakan alternatif pertolongan. Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya baik yang bersifat mencegah (preventif) maupun penyembuhan (kuratif).

D. KESIMPULAN Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui berbagai media penanganan yang khusus intensif serta terpadu antara pendidik, peserta didik(siswa) dan orang tua di rumah. Karena walau bagaimanapun juga sebagaian waktu anak lebih banyak dihabiskan di rumah dari pada di sekolah di bawah pengawasan orang tua.Dalam hal ini pendidik dalam hal ini guru di sekolah dan orang tua di rumah dituntut untuk benar-benar mengerti akan tipe atau jenis masalah yang dihadapi oleh siswa/anak. Dengan memahami jenis masalah, diharapkan pendidik mempu memberikan solusi

penanggulangan sesuai dengan masalah yang bersangkutan.

E. DAFTAR PUSTAKA http://forum.detik.com/2012/01/01/masalah-peserta-didik. http://tyaeducationjournals.blogspot.com/2012/01/01/efektivitas-danefisiensi-anggaran. http://www.detiknews.com/2012/01/01/masalah-pembelajaran.

http://www.sib-bangkok.org/2012/01/01/faktor-yang-mempengaruhiprestasi-peserta-didik. Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. http://sayapbarat.wordpress.com/2012/01/01/masalah-pendidikan-diindonesia.

You might also like