You are on page 1of 6

MEKANISME PENGATURAN KESEIMBANGAN ASAM-BASA

Oleh Kevin Christian N, 0906554320 Pengaturan keseimbangan asam basa dalam tubuh mengacu pada regulasi konsentrasi ion hidrogen bebas (H+) dalam cairan tubuh. Ion hidrogen merupakan proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hidrogen. Regulasi ion hidrogen sangat penting karena sebagian besar aktivitas enzim dalam tubuh sangat dipengaruhi oleh konsentrasi ion hidrogen. Perubahan pada konsentrasi ion hidrogen akan menyebabkan perubahan fungsi tubuh secara keseluruhan. ASAM DAN BASA Asam merupakan suatu kelompok substansi yang akan mengalami disosiasi dalam larutan dan melepaskan ion hidrogen (H+) dan anion. Adapun contoh asam adalah asam hidroklorida (HCl) yang dalam air akan terdisosiasi membentuk ion hidrogen (H+) dan ion klorida (Cl-). Contoh lainnya adalah asam karbonat (H2CO3) yang juga akan terdisosiasi dalam air membentuk H+ dan ion bikarbonat (HCO3-). Asam kuat adalah asam yang dapat terdisosiasi dengan cepat dalam larutan dan melepaskan banyak ion H+ dalam larutan sedangkan asam lemah memiliki kecenderungan lebih sedikit untuk menguraikan ion-ionnya sehingga kurang kuat melepaskan H+. Contoh asam kuat adalah HCl sedangkan contoh asam lemah adalah H2CO3.

Sumber : Marieb E.N. & Hoehn K. Human anatomy & physiology 7th ed. Benjamin Cummings; 2006.

Basa merupakan substansi yang dapat bergabung dengan ion hidrogen bebas (H+) sehingga akan menghilangkannya dari larutan. Contoh basa adalah HCO3- yang dapat mengikat ion hidrogen membentuk H2CO3. Adapun protein alam tubuh juga dapat berfungsi sebagai basa karena beberapa asam amino yang membangun protein memiliki muatan akhir negatif yang dapat dengan mudah menerima H+. Sama halnya dengan asam, pada basa juga terdapat basa kuat dan lemah. Basa kuat adalah basa yang bereaksi kuat dan cepat dengan H+ sehingga menghilangkan H+ dengan cepat dari larutan sedangkan basa lemah berikatan dengan H+ jauh lebih lemah dibandingkan basa kuat. Contoh basa kuat yang khas adalah OH- dan basa lemah yang khas adalah HCO3-.

KONSENTRASI ION HIDROGEN DALAM TUBUH Konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh secara normal dipertahankan pada tingkat yang rendah yaitu 0,00004 mEq/L (40 nEq/L). Variasi normal dari ion hidrogen normalnya adalah 3-5 nEq/L dan dalam kondisi ekstrem konsentrasi H+ dapat bervariasi dari 10-160 nEq/L tanpa menyebabkan kematian. Biasanya untuk menyatakan konsentrasi H+, kita menggunakan skala logaritma dengan satuan pH dengan rumus pH = -log [H+]. Dari rumus ini kita dapat menghitung pH normal tubuh yaitu 7,4 dan dapat dilihat bahwa pH berbanding terbalik dengan konsentrasi H+. Nilai pH normal dan konsentrasi normal H+ dalam cairan tubuh dapat dilihat di tabel dibawah ini :

Dari tabel ini dapat dilihat bahwa pH normal darah arteri adalah 7,4 sedangkan pH darah vena dan cairan interstisial adalah 7,35 akibat adanya jumlah karbon dioksida (CO2) yang lebih banyak dan membentuk H2CO3. Telah dibahas sebelumnya bahwa pH normal arteri adalah 7,4, seseorang akan dianggap mengalami asidosis jika pH turun di bawah nilai ini dan mengalami alkalosis jika pH naik di atas nilai ini. Seseorang masih dapat hidup lebih dari beberapa jam dengan batas bawah pH 6,8 dan batas atas pH 8,0. Jika terjadi gangguan pH atau fluktuasi dari [H+], dapat terjadi hal-hal berikut : Gangguan aktivitas enzim-enzim dalam tubuh Perubahan eksitabilitas dari saraf dan otot rangka Mempengaruhi konsentrasi K+ dalam tubuh PERTAHANAN TERHADAP PERUBAHAN KONSENTRASI ION HIDROGEN Untuk mencegah terjadinya fluktuasi dari [H+], tubuh kita memiliki 3 sistem utama yang akan mengatur konsentrasi H+ dalam cairan tubuh yaitu : Sistem buffer asam-basa kimiawi dalam cairan tubuh yang akan segera bergabung dengan asam dan basa untuk mencegah perubahan konsentrasi H+ yang berlebihan Pusat pernapasan yang mengatur pembuangan CO2 dari cairan ekstrasel Ginjal yang dapat mengeksresikan urine asam ataupun basa sehingga menyesuaikan kembali konsentrasi H+ cairan ekstrasel menuju normal selama asidosis atau alkalosis Sistem buffer merupakan garis pertama pertahanan tubuh dalam menghadapi perubahan konsentrasi H+. Jika terjadi perubahan dalam konsentrasi H+, dalam sepersekian detik sistem buffer cairan tubuh akan bekerja untuk memperkecil perubahan ini. Sistem ini tidak mengeluarkan H+ dari

tubuh ataupun menambahkan H+ ke dalam tubuh namun hanya menjaga agar ion H+ tetap terikat sampai keseimbangan tercapai kembali. Garis pertahanan kedua adalah sistem pernapasan yang juga bekerja dengan cukup cepat. Sistem penapasan akan bekerja dalam beberapa menit untuk mngeluarkan karbondioksida (CO2) dari dalam tubuh yang berarti mengeluarkan H2CO3 dari tubuh. Kedua garis pertahanan tadi bekerja menjaga konsentrasi H+ dari perubahan yang terlalu banyak sampai garis pertahanan ketiga yang bekerja lebih lambat yaitu ginjal mengeluarkan kelebihan asam atau basa dari dalam tubuh. Walaupun ginjal memberikan respons yang relatif lambat dibandingkan garis pertahanan lainnya, beberapa jam sampai beberapa hari, ginjal merupakan sistem pengatur asam-basa yang paling kuat dalam tubuh. Sistem Buffer Ion Hidrogen dalam Cairan Tubuh Sistem Buffer adalah campuran dua zat kimia dalam larutan yang dapat meminimalisasi perubahan pH saat asam atau basa ditambahkan atau dikeluarkan dari larutan tersebut. Sistem buffer ini terdiri dari pasangan substansi yang bekerja dalam reaksi reversibel. Substansi pertama dapat melepaskan H+ bebas saat [H+] menurun dan substansi lainnya dapat mengikat H+ saat [H+] meningkat. Tubuh kita memiliki 4 sistem buffer yaitu : Sistem buffer bikarbonat Sistem buffer fosfat Sistem buffer protein Sistem buffer bikarbonat Sistem buffer bikarbonat merupakan sistem buffer yang paling penting pada cairan eksraseluler yang terdiri dari larutan air yang mengandung dua unsur yaitu asam lemah H2CO3 dan garam bikarbonat seperti NaHCO3.

H2CO3 dibentuk dari reaksi CO2 dengan H2O dengan bantuan enzim karbonik anhidrase. Enzim ini sangat banyak terutama di dinding alveoli paru tempat CO2 dilepaskan. Karbonik anhidrase juga terdapat di sel epitel tubulus ginjal tempat CO2 bereaksi dengan H2O untuk membentuk H2CO3. Garam bikarbonat terdapat secara dominan sebagai natrium bikarbonat (NaHCO3) dalam cairan ekstrasel. NaHCO3 berionisasi hampir secara lengkap membentuk ion bikarbonat dan ion natrium dengan reaksi : Jika dimasukkan bersama-sama akan didapatkan reaksi:

Bila asam kuat seperti HCl ditambahkan ke dalam larutan penyangga bikarbonat, peningkatan ion hidrogen yang dilepaskan oleh asam akan disangga oleh HCO3-

Sebagai hasilnya lebih banyak H2CO3 yang terbentuk menyebabkan peningkatan produksi CO2 dan H2O. CO2 yang berlebihan akan merangsang pernapasan yang akhirnya mengeluarkan CO2 dai cairan ekstrasel. Reaksi berlawanan terjadi jika suatu basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) ditambahkan ke larutan buffer bikarbonat. Dalam reaksi ini OH- dari NaOH bergabung dengan H2CO3 membentuk HCO3- tambahan. Jadi basa lemah NaHCO3 menggantikan basa kuat NaOH. Pada waktu yang sama konsentrasi H2CO3 turun menyebabkan lebih banyak CO2 bergabung dengan H2O untuk menggantikan H2CO3.

Hasil akhirnya adalah kecenderungan penurunan kadar CO2 dalam darah tetapi penurunan CO2 dalam darah menghambat pernapasan dan menurunkan laju eksiprasi CO2. Peningkatan HCO3- yang terjadi dalam darah dikompensasi dengan peningkatan eksresi HCO3- oleh ginjal. Sistem buffer fosfat Sistem buffer fosfat berperan penting pada cairan tubulus ginjal dan cairan intrasel. Elemen utama dari sistem buffer fosfat adalah H2PO4- dan HPO4-. Bila asam kuat seperti HCl ditambahkan dalam campuran kedua zat ini maka hidrogen akan diterima oleh HPO42- dan diubah menjadi H2PO4-. Hasil dari reaksi ini adalah HCl digantikan asam lemah NaH2PO4 sehingga penurunan pH minimal. Bila suatu basa kuat seperti NaOH yang ditambahkan ke dalam sistem buffer, OH- akan disangga oleh H2PO4- untuk membentuk HPO42- dengan air. Dalam keadaan ini basa kuat NaOH ditukar dengan suatu basa lemah Na2HPO4 sehingga pH hanya meningkat sedikit. Sistem buffer protein Sistem buffer protein merupakan salah satu sistem buffer paling kuat dalam tubuh karena konsentrasinya yang tinggi terutama dalam sel. pH sel memiliki perubahan yang kira-kira sebanding dengan pH cairan ekstrasel meskipun pH sel sedikit lebih rendah dari cairan ekstrasel. Terdapat sedikit H+ dan HCO3- yang berdifusi melalui membran sel walaupun ion-ion ini membutuhkan waktu beberapa jam untuk menjadi seimbang dengan cairan ekstrasel. Akan tetapi CO2 dapat dengan cepat berdifusi melalui semua membran sel. Difusi elemen sistem buffer bikarbonat ini menyebabkan pH dalam cairan intrasel berubah ketika terjadi perubahan pH cairan ekstrasel. Karena alasan ini sistem buffer intrasel akan membantu mencegah perubahan pH cairan ekstrasel namun dibutuhkan waktu beberapa jam untuk menjadi efektif secara maksimal.

Mekanisme kerja buffer protein : Bila terjadi peningkatan pH, COOH akan berdisosiasi menjadi asam lemah sebagai donor H+ Bila terjadi penurunan pH, NH2 (gugus amino) bertindak sebagai basa lemah akseptor H+ NH3+ (ion amino) Pengaturan Pernapasan Terhadap Keseimbangan Asam-Basa Garis pertahanan kedua terhadap gangguan asam-basa adalah pengaturan konsentrasi CO2 ekstrasel oleh paru. Berdasarkan persamaan Henderson-Hasselbach, pembentukan CO2 berbanding terbalik dengan pH akibatnya jika CO2 meningkat akan menurunkan pH. Jika pembentukan CO2 metabolik (asidosis metabolik) meningkat, paru paru akan mengimbanginya dengan meningkatkan ventilasi alveolus yang akan mempercepat pengeluaran CO2 dari tubuh. Peningkatan ventilasi akan mengeluarkan CO2 dari cairan ekstrasel yang melalui kerja secara besar-besaran akan mengurangi konsentrasi H+. Dan sebaliknya jika pembentukan CO2 metabolik menurun akan menurunkan ventilasi alveolus. Penurunan ventilasi akan meningkatkan CO2 yang berefek pada peningkatan konsentrasi H+ dalam cairan ekstrasel. Pengaturan Keseimbangan Asam-Basa oleh Ginjal Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan mengekskresikan urine yang asam atau basa. Mekanisme ekskresi urine asam atau basa oleh ginjal adalah sebagai berikut : Sejumlah besar HCO3- difiltrasi secara terus menerus ke dalam tubulus. Bila HCO3- ini diekskresikan ke dalam urine, keadaan ini menghilangkan basa dari dalam darah Sejumlah besar H+ juga disekresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel epitel tubulus sehingga menghilangkan asam dari darah. Bila lebih banyak H+ yang disekresikan daripada HCO3- yang difiltrasi, akan terjadi kehilangan asam dari cairan ekstrasel, sedangkan bila lebih banyak HCO3- yang difiltrasi daripada H+ yang disekresikan, akan terjadi kehilangan basa. Bila terjadi pengurangan konsentrasi H+ cairan ekstrasel (alkalosis), ginjal gagal mengabsorbsi semua bikarbonat yang difiltrasi sehingga meningkatkan ekskresi bikarbonat. Karena HCO3- ini normalnya menyangga hidrogen dalam cairan ekstrasel, kehilangan bikarbonat ini sama dengan penambahan satu H+ ke dalam cairan ekstrasel.

Pada asidosis, ginjal tidak mengekskresikan bikarbonat ke dalam urine tetapi mereabsorbsi semua bikarbonat yang difiltrasi dan menghasilkan bikarbonat baru yang kemudian ditambahkan ke cairan ekstrasel. Hal ini mengurangi konsentrasi H+ cairan ekstrasel kembali menuju normal.

Sehingga disimpulkan ginjal mengatur konsentrasi H+ dengan 3 mekanisme dasar yaitu : Sekresi ion H+ Reabsorbsi HCO3 Produksi HCO3- baru DAFTAR PUSTAKA 1. Sherwood, L. Human physiology. 7th ed. Canada: Brooks/Cole, Cengage Learning, 2007. p. 569584. 2. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi 11. Jakarta : EGC, 2006. Hal 401-409

You might also like