You are on page 1of 31

MAKALAH GEOLOGI MINYAK BUMI PENCARIAN MIGAS DENGAN METODE SEISMIK

Disusun oleh :

Yoni Setiawan 101.101.021

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penyusun penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas berkat dan rahmat-Nya sehingga Penyusun dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul MAKALAH PENCARIAN MIGAS DENGAN METODE SEISMIK dengan baik. Karena tugas ini adalah merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah GEOLOGI MINYAK BUMI dalam jurusan teknik geologi. Sehingga tugas ini dapat menunjang nilai Penyusun dalam

menyelesaikan study semester IV ini. Dalam Makalah ini Penyusun merasa masih banyak

kekurangan-kekurangan baik pada teknis Makalah maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat Penyusun harapkan demi penyempurnaan pembuatan Makalah ini. Dalam Makalah ini Penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihakpihak yang membantu dalam menyelesaikan Makalah ini, yang tidak dapat Penyusun sebutkan namanya satu per satu. Akhirnya Penyusun berharap semoga Tuhan dapat memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai pembelajaran bagi kami. Akhir kata, semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya. Terima kasih.

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Penampang Hidropon ..................................................................... Gambar 2.Operasional siismik dilaut.............................................................. Gambar 3.Diagram Metode pemnembakan refrksi ......................................... Gambar 4.Pengukuran titik kontrol................................................................. Gambar 5.Pengukuran Lintasan ..................................................................... Gambar 6.Drilling ........................................................................................... Gambar 7.Preloading ...................................................................................... Gambar 8.Recording ....................................................................................... Gambar 9.Rekaman data seismik .................................................................... Gambar 10.Stracking Velocity........................................................................ Gambar 11.Koreksi MNO ............................................................................... Gambar 12.Proses penjumlahan trace-trace dalam CDP ............................... Gambar 13.Penampang Seismik Sebelum dan setelah migrasi ...................... Gambar 14.Penampang seismik ...................................................................... Gambar 15.Cebakan Minyak Struktur Antiklin ............................................. Gambar1 6Cebakan Minyak pada struktur Sesar............................................ Gambar1 7.Cebakan Stratigrafi Minyak dan Gas ...........................................

8 9 9 12 12 13 14 15 17 18 19 19 20 21 23 23 23

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN I.1 I.2 I.3 Latar Belakang ............................................................................ Rumusan Masalah ........................................................................ Maksud dan Tujuan ......................................................................

i ii iii

1 1 2

BAB II DASAR TEORI II.1. II.2. Pengertian Metode Seismik ......................................................... Jenis Seismik ................................................................................ 3 4

BAB III PEMBAASAN III.1 Akuisisi Data Seismik .................................................................. 7 7 8 10 15 21

III.1.A Sistem Perekaman Seismik .......................................................... III.1.B Prosedur Oprasi Seismik Laut ...................................................... III.1.A Pelaksanaan Survey Seismik ........................................................ III.2.A Pengolahan Data Seismik ............................................................. III.3.A Interpretasi Data Seismik .............................................................

BAB IV PENUTUP IV.1. Kesimpulan ................................................................................. IV.2. Saran ............................................................................................ 24 26

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dunia migas telah berkembang begitu pesat seiring dengan perkembangan zaman. Khususnya di Indonesia, telah banyak perkembangan mengenai sistem , proses, hingga penggunaan produk minyak dan gas bumi itu sendiri. Dan bahkan produk - produk minyak dan gas bumi menjadi perbincangan hangat sampai saat ini. Migas merupakan hal yang tidak asing lagi bagi kita baik lingkungan masyarakat maupun kalangan mahasiswa namun

kebanyakan mereka hanya sebatas mendengar tanpa mengetahui asal usulnya dari mana migas itu didapat. Sebagai sumber daya alam yang paling banyak di konsumsi oleh manusia,minyak dan gas bumi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan mungkin ada dari kalanggan masyarakat yang banyak mengetahui Minyak Bumi dan Gas itu berasal dari dalam bumi. Namun bagaimana ciri-ciri tempat keberadaan migas tersebut dan bagaimana cara mengambilnya mereka kurang

mengetahui. Dengan beberapa pertanyaan tersebut kita sebagai seorang geologist mampu menjelaskan cirri-ciri keberadaan migas serta potensi minyak yang ada didaerah tersebut dengan cara menginterpretasikan data-data geologi dengan cara survai serta data-data regional yang sudah ada kemudian dilanjutkan dengan interpretasi data seismik. I.2 Rumusan masalah Dari uraian diatas maka diperoleh kesimpulan untuk mencari Migas yang mempunyai nilai ekonomis serta potensi yang

besar harus diperlukan adanya survai lapangan dan perlu dilanjutkan interpretasi data-data bawah permukaan untuk

memperkuat data yang sudah ada dengan cara mengunakan data seismik. Apa itu seismik ? Maka dalam pembahasan makalah ini penyusun akan membicarakan masalah Seismik dan apa saja jenisnya,cara pemasangan serta Teknik penginterpestasiannya?.

I.3

Maksud dan tujuan. Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi

salah satu tugas mata kuliah Gologi Minyak Bumi pada jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang seismik serta cara penginter prestasian.

BAB II DASAR TEORI II.1 Pengertian metode seismik. Metoda seismik adalah salah satu metoda eksplorasi yang didasarkan pada pengukuran respon gelombang seismik (suara) yang dimasukkan ke dalam tanah dan kemudian direleksikan atau direfraksikan sepanjang perbedaan lapisan tanah atau batas-batas batuan. Sumber seismik umumnya adalah palu godam (sledgehammer) yang dihantamkan pada pelat besi di atas tanah, benda bermassa besar yang dijatuhkan atau ledakan dinamit. Respons yang tertangkap dari tanah diukur dengan sensor yang disebut geofon, yang mengukur pergerakan bumi. Metode seismik merupakan salah satu bagian dari seismologi eksplorasi yang dikelompokkan dalam metode geofisika aktif, dimana pengukuran dilakukan dengan menggunakan sumber seismik (palu, ledakan, dll). Setelah usikan diberikan, terjadi gerakan gelombang di dalam mediu (tanah/batuan) yang memenuhi hukumhukum elastisitas ke segala arah dan mengalami pemantulan ataupun pembiasan akibat munculnya perbedaan kecepatan. Kemudian, pada suatu jarak tertentu, gerakan partikel tersebut di rekam sebagai fungsi waktu. Berdasar data rekaman inilah dapat diperkirakan bentuk lapisan/struktur di dalam tanah. Eksperimen seismik aktif pertama kali dilakukan pada tahun 1845 oleh Robert Mallet, yang oleh kebanyakan orang dikenal sebagai bapak seismologi instrumentasi. Mallet mengukur waktu transmisi gelombang seismik, yang dikenal sebagai gelombang permukaan, yang dibangkitkan oleh sebuah ledakan. Mallet meletakkan sebuah wadah kecil berisi merkuri pada beberapa jarak dari sumber ledakan dan

mencatat waktu yang diperlukan oleh merkuri untuk be-riak. Pada tahun 1909, Andrija Mohorovicic menggunakan waktu jalar dari sumber gempa bumi untuk eksperimennya dan menemukan

keberadaan bidang batas antara mantel dan kerak bumi yang sekarang disebut sebagai Moho. Pemakaian awal observasi seismik untuk eksplorasi minyak dan mineral dimulai pada tahun 1920an. Teknik seismik refraksi digunakan secara intensif di Iran untuk membatasi struktur yang mengandung minyak. Tetapi, sekarang seismik refleksi merupakan metode terbaik yang digunakan di dalam eksplorasi minyak bumi. Metode ini pertama kali didemonstrasikan di Oklahoma pada tahun 1921.

II.2 Jenis Seismik Terdapat dua macam metoda dasar seismik yang sering digunakan, yaitu seismik refraksi dan seismik refleksi. a. Seismik refraksi (bias) Metoda seismik refraksi mengukur gelombang datang yang dipantulkan sepanjang formasi geologi di bawah permukaan tanah. Peristiwa refraksi umumnya terjadi pada muka air tanah dan bagian paling atas formasi bantalan batuan cadas. Grafik waktu datang gelombang pertama seismik pada masing-masing geofon memberikan informasi mengenai kedalaman dan lokasi dari horison-horison geologi ini. Informasi ini kemudian digambarkan dalam suatu penampang silang untuk menunjukkan kedalaman dari muka air tanah dan lapisan pertama dari bantalan batuan cadas. Seismik bias dihitung berdasarkan waktu jalar gelombang pada tanah/batuan dari posisi sumber ke penerima pada berbagai jarak tertentu. Pada metode ini, gelombang yang terjadi setelah usikan

pertama (first break) diabaikan, sehingga sebenarnya hanya data first break saja yang dibutuhkan. Parameter jarak (offset) dan waktu jalar dihubungkan oleh sepat rambat gelombang dalam medium. Kecepatan tersebut dikontrol oleh sekelompok konstanta fisis yang ada di dalam material dan dikenal sebagai parameter elastisitas. b. Seismik refleksi Metoda seismik refleksi mengukur waktu yang diperlukan suatu impuls suara untuk melaju dari sumber suara, terpantul oleh batasbatas formasi geologi, dan kembali ke permukaan tanah pada suatu geophone. Refleksi dari suatu horison geologi mirip dengan gema pada suatu muka tebing atau jurang.Metoda seismic repleksi banyak dimanfaatkan untuk keperluan Explorasi perminyakan, penetuan sumber gempa ataupun mendeteksi struktur lapisan tanah. Seismic refleksi hanya mengamati gelombang pantul yang datang dari batasbatas formasi geologi. Gelombang pantul ini dapat dibagi atas beberapa jenis gelombang yakni: Gelombang-P, Gelombang-S, Gelombang Stoneley, dan Gelombang Love. Sedangkan dalam seismik pantul, analisis dikonsentrasikan pada energi yang diterima setelah getaran awal diterapkan. Secara umum, sinyal yang dicari adalah gelombang-gelombang yang terpantulkan dari semua interface antar lapisan di bawah permukaan. Analisis yang dipergunakan dapat disamakan dengan echo sounding pada teknologi bawah air, kapal, dan sistem radar. Informasi tentang medium juga dapat diekstrak dari bentuk dan amplitudo gelombang pantul yang direkam. Struktur bawah permukaan dapat cukup kompleks, tetapi analisis yang dilakukan masih sama dengan seismik bias, yaitu analisis berdasar kontras parameter elastisitas medium.

Perbandingan metode seismik dengan metode geofisika lainnya Keunggulan : .Dapat mendeteksi variasi baik lateral maupun kedalaman dalam parameter fisis yang relevan, yaitu kecepatan seismik. .Dapat menghasilkan citra kenampakan struktur di bawah permukan .Dapat dipergunakan untuk membatasi kenampakan stratigrafi dan beberapa kenampakan pengendapan. .Respon pada penjalaran gelombang seismik bergantung dari densitas batuan dan konstanta elastisitas lainnya. Sehingga, setiap perubahan konstanta tersebut (porositas, permeabilitas, kompaksi, dll) pada prinsipnya dapat diketahui dari metode seismik. .Memungkinkan untuk deteksi langsung terhadap keberadaan hidrokarbon Kelemahan : .Banyaknya data yang dikumpulkan dalam sebuah survei akan sangat besar jika diinginkan data yang baik .Perolehan data sangat mahal baik akuisisi dan logistik dibandingkan dengan metode geofisika lainnya. .Reduksi dan prosesing membutuhkan banyak waktu,

membutuhkan komputer mahal dan ahli-ahli yang banyak. .Peralatan yang diperlukan dalam akuisisi umumnya lebih mahal dari metode geofisika lainnya. .Deteksi langsung terhadap kontaminan, misalnya pembuangan limbah, tidak dapat dilakukan.

BAB III PEMBAHASAN

III.1 Akuisisi Data Seismik


Untuk memperoleh hasil pengukuran seismik refleksi yang baik, diperlukan pengetahuan tentang sistem perekaman dan parameter lapangan yang baik pula. Parameter akan sangat ditentukan oleh kondisi lapangan yang ada yaitu berupa kondisi geologi daerah survei. Teknik-teknik pengukuran seismik meliputi : III.1.A Sistem Perekaman Seismik Tujuan utama akuisisi data seismik adalah untuk memperoleh pengukuran travel time dari sumber energi ke penerima. Keberhasilan akusisi data bisa bergantung pada jenis sumber energi yang dipilih. Sumber energi seismik dapat dibagi menjadi dua yaitu sumber impulsif dan vibrator. Sumber impulsif adalah sumber energi seismik dengan transfer energinya terjadi secara sangat cepat dan suara yang dihasilkan sangat kuat, singkat dan tajam. Sumber energi impulsif untuk akuisisi data seismik yang digunakan untuk akusisi data seismik di laut adalah air gun. Sumber energi vibrator merupakan sumber energi dengan durasi beberapa detik.Panjang sinyal input dapat bervariasi.

Gelombang outputnya berupa gelombang sinusoidal. Seismik refleksi resolusi tinggi menggunakan vibrator dengan frekuensi 125 Hz atau lebih. Perekaman data seismik melibatkan detektor dan amplifier yang sangat sensistif serta magnetic tape recorder. Alat untuk menerima gelombang-gelombang refleksi untuk survei seismik di laut

adalah

hidropon. Hidropon merespon perubahan tekanan. piezoelektrik yang terdeformasi oleh

Hidropon terdiri atas kristal

perubahan tekanan air. Hal ini akan menghasilkan beda potensial output. Elemen piezoelektrik ditempatkan dalam suatu kabel streamer yang terisi oleh kerosin untuk mengapungkan dan insulasi. Model hidropon seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Penampang hidropon

Hampir semua data seismik direkam secara digital. Karena output dari hidropon sangat lemah dan output amplitude decay dalam waktu yang sangat singkat, maka sinyal ini harus diperkuat. Amplifier bisa juga dilengkapi dengan filter untuk meredam frekuensi yang tidak diinginkan (SANNY, 2004). III.1.B Prosedur Operasional Seismik Laut Kapal operasional seismik dilengkapi dengan bahan peledak, instrumen perekaman serta hidropon, dan alat untuk penentuan posisi tempat dilakukannya survey seismik seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2. Menurut KEARN & BOYD (1963), terdapat dua pola penembakan dalam operasi seismik di laut yaitu : A. Profil Refleksi, pola ini memberikan informasi gelombanggelombang seismik sebagai gelombang yang merambat secara vertikal melalui lapisan-lapisan di bawah permukaan. Teknik ini

B. melakukan tembakan disepanjang daerah yang disurvei dengan kelajuan dan penembakan yang konstan. Jarak penembakan antara satu titik terhadap lainnya disesuaikan dengan informasi refleksi yang diperlukan, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3.

Gambar 2. Operasional seismik di laut

C. Profile Refraksi, Pola ini memberikan informasi gelombanggelombang seismik yang merambat secara horizontal melalui lapisan-lapisan di bawah permukaan. Pada teknik ini kapal melakukan tembakan pada titik-titik tembak yang telah ditentukan (Gambar 3).

Gambar 3. Diagram metode penembakan Refraksi (a) dan Refleksi (b)

10

III.1.C Pelaksanaan Survey Seismik Pelaksanaan survey seismik melibatkan beberapa departemen yang bekerja secara dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Departemen-departemen yang terlibat antara lain: Topografi,

Seismologist, Processing, Field Quality Control (QC) dan departemen pendukung lainya. Dept. Topografi bertugas untuk memplotkan koordinat teoretik hasil desain. Dept Seismologist bertugas mulai dari pembentangan kabel, penempatan Shot point (proses drilling dan preloading) dan selanjutnya dilakukan penembakan dan recording yang teknis pelaksanaanya dikerjakan di LABO. Data hasil recording diolah oleh departemen processing untuk mendapatkan output data akhir pelaksanaan survey. Untuk mengontrol serta meningkatkan kualitas dalam kegiatan akuisisi data seismik maka dilakukan juga Field QC. Berikut gambaran umum pekerjaan survey seismik. A. Topografi Dalam survey seismik posisi koordintat SP (shot point) dan TR (trace) sangat penting sekali diperhatikan, karena hal ini menyangkut dengan kualitas data yang akan dihasilkan. Departemen Topografi melakukan pengeplotan /pematokan koordinat-koordinat SP dan TR teoritik yang telah didesain. Dalam membuat desain survei seismik terdapat beberapa parameter lapangan yang harus diperhatikan : 1. Trace interval : Jarak antara tiap trace 2. Shot point interval: jarak antara satu SP dengan SP yang lainnya 3. Far Offset: Jarak antara sumber seismik dengan trace terjauh terjauh. 4. Near Offset: Jarak antara sumber seismik dengan trace terdekat. 5. Jumlah shot point: Banyaknya SP yang digunakan dalam satu lintasan

11

6. Jumlah Trace: Banyaknya trace yang digunakan dalam satu SP 7. Record length lamanya merekam gelombang seismic. 8. fold coverage: Jumlah atau seringnya suatu titik di subsurfece terekam oleh geophone di permukaan Program kerja yang dilakukan oleh departemen Topografi antara lain: Survey Lokasi Posisi Lokasi Survey Daerah Survey Akses kelokasi survey Perencanaan Pekerjaan Pembuatan peta kerja B. Pengukuran Titik Kontrol Langkah pertama dalam pembuatan titik kontrol adalah mendistribusikan pilar-pilar GPS pada seluruh area.Kemudian BM GPS ini dipasang pada area survai sesuai dengan distribusi dimana pilar tersebut dipasang.Titik BM yang telah diketahui digunakan untuk menentukan koordinat-koordinat lain yang belum diketahui, misalnya koordinat shoot point atau koordinat receiver.Pada dasarnya

pengukuran GPS selalu diikatkan dengan titik dari Bakosurtanal yang bertujuan untuk mengikatkan titik koordinat secara global sehingga titik koordinat tersebut dapat dikorelasikan dengan titik koordinat peta yang lain.

12

Gambar.4.pengukuran titik control

C. Pengukuran Lintasan Seismik Pengukuran Lintasan Seismik & Pemasangan patok SP dan TRPengukuran lintasan seismik yang meliputi pengukuran titik tembak (SP) dan titik rekam (TR) dilakukan dengan menggunakan peralatan total station.Pembuatan Titian dan RintisanTitian dibuat untuk mempermudah dan memperlancar kerja ketika survey menemukan lokasi yang tidak bisa dilewati sepeti: irigasi, parit, sungai atau rawa Sehingga mengefektifkan waktu dan kerja crew baik drilling maupun recording.

Gambar.5.Pengukuran Lintasan

13

D. Drilling Pemboran dangkal pada survey Seismik bertujuan untuk membuat tempat penanaman dinamit sebagai sumber energi (source) pada perekaman. Kedalaman lubang bor biasanya 30 m dengan diameternya sekitar 11 cm. Penentuan kedalaman lubang bor ini berdasarkan test percobaan yang dilakukan sebelumnya. Kedalaman ini terletak di bawah lapisan lapuk (weathering zone).

Gambar.6.Drilling

E. Preloading Pada survey seismik digunakan sumber energi dinamit untuk di darat, dan airgun digunakan khusus untuk daerah survey di dalam air. Dinamit yang digunakan bermerk Power Gel ini terbungkus dalam tabung plastik dan dapat disambung-sambung sesuai dengan berat yang diinginkan untuk ditanam. Di dalam tabung ini dinamit diisi dengan detenator atau cap sebagai sumber ledakan pertama, serta dipasang pula anchor agar dinamit tertancap kuat di dalam tanah.Pemasangan dinamit (preloading) dilakukan langsung setelah pemboran selesai, dengan tujuan untuk menghindari efek pendangkalan dan runtuhan di dalam lubang. Pengisian dinamit dilakukan oleh regu loader yang dipimpin oleh seorang shooter yang telah mempunyai pengetahuan keamanan yang berhubungan dengan bahan peledak dan telah memiliki lisensi tertulis dari migas.

14

Gambar.7.Preloading

F. Recording Perekaman merupakan pekerjaan akhir dari akuisisi data seismik, yaitu merekam data seismik ke dalam pita magnetik (tape) yang nantinya akan diproses oleh pusat pengolahan data (processing centre). Sebelum melakukan perekaman kabel dibentangkan sesuai dengan posisi dan lintasannya berdasarkan desain survey 2D. Pada saat perekaman, yang memegang kendali adalah observer dengan memakai perlengkapan alat recording yang disebut LABO

Gambar.8.Recording

G. Persiapan Peralatan Peralatan yang digunakan dalam proses recording antara lain:1. Kabel Trace: Kabel penghubung antar trace.2. Geophone: Penerima getaran dari gelombang sumber yang berupa sinyal analog.3. SU (Stasiun Unit): Pengubah sinyal analog dari trace ke dalam digital yang

15

akan ditransfer ke LABO.4. PSU (Power Stasiun Unit): Berfungsi memberikan energi pada SU 70 A / 16 Volt. H. Penembakan (Shooting) peledakan dan perekaman tidak semua data terekam sempurna, kadang-kadang dinamit tidak meledak, Up Hole tidak terekam dengan baik, banyak noise, dsb. Kejadian ini disebut misfire, beberapa istilah misfire yang sering digunakan di lapangan: Cap Only : dinamit tidak meledak, detenator meledak. Dead Cap : hubungan pendek, dinamit tidak meledak. Loss wire : kabel deto tidak ditemukan. Weak Shot : tembakan lemah, frekuensi rendah. Line Cut : kabel terputus saat shooting. Parity Error : instrumen problem. No CTB : no confirmation time break. Loss Hole : lubang dinamit tidak ditemukan. Reverse Polaritty : polaritas terbalik. atau blaster). Dead Trace : trace mati. Noise Trace : terdapat noise pada trace.

III.2.A Pengolahan Data Seismik Tujuan dari pengolahan data seismik adalah untuk memperoleh gambaran yang mewakili lapisan-lapisan di bawah permukaan bumi. Tujuan utama pemrosesan data seismik menurut VAN DER KRUK (2001) adalah : 1. untuk meningkatkan signal to noise ratio (S/N) 2. untuk memperoleh resolusi yang lebih mengadaptasikan bentuk gelombang sinyal. tinggi dengan

16

3. mengisolasi sinyal-sinyal yang diinginkan (mengisolasi sinyal refleksi dari multiple dan gelombang-gelombang permukaan). 4. untuk memperoleh gambaran yang realistik dengan koreksi geometri . 5. untuk memperoleh informasi-informasi mengenai bawah permukaan (kecepatan, reflektivitas, dll).

Secara garis besar urutan pengolahan SANNY (2004) adalah sebagai berikut : 1. Field Tape

data seismik menurut

Data seismik direkam ke dalam pita magnetik dengan standar format tertantu.Standarisasi ini dilakukan oleh SEG (Society of Exploration Geophysics). Magnetic tape yang digunakan biasanya adalah tape dengan format: SEG-A, SEG-B, SEG-C, SEG-D, dan SEG-Y. Format data terdiri dari header dan amplitudo. Header berisi informasi mengenai survei, project dan parameter yang digunakan dan informasi mengenai data itu sendiri (Gambar 9). 2. Demultiplex Data seismik yang tersimpan dalam format multiplex dalam pita magnetik lapangan sebelum diperoses terlebih dahulu harus diubah susunannya.Data yang tersusun berdasarkan urutan pencuplikan disusun kembali berdasarkan receiver atau channel (demultiplex). Proses ini dikenal dengan demultiplexing. 3. Gain Recovery Akibat adanya penyerapan energi pada lapisan batuan yang

kurang elastis dan efek divergensi sferis maka data amplitudo (energi gelombang) yang direkam mengalami penurunan sesuai dengan jarak yang ditempuh. Untuk menghilangkan efek ini maka perlu dilakukan

17

pemulihan kembali energi yang hilang sedemikian rupa sehingga pada setiap titik seolah-olah datang dengan jumlah energi yang sama. Proses ini dikenal dengan istilah Automatic Gain Control (AGC) sehingga nantinyamenghasilkan kenampakan data seismik yang lebih mudah diinterpretasi. 4. Editing dan Muting Editing adalah proses untuk menghilangkan semua rekaman yang buruk, sedangkan mute adalah proses untuk menghilangkan sebagian rekaman yang diperkirakan sebagai sinyal gangguan seperti ground roll, first break dan lainnya yang dapat mengganggu data (Gambar 9).

Gambar 9. Rekaman data seismik

5. Koreksi statik Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan pengaruh topografi (elevasi shot dan receiver) sehingga shot point dan receiver seolaholeh ditempatkan pada datum yang sama.

18

6. Dekonvolusi Dekonvolusi dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi pengaruh ground roll, multiple, reverberation, ghost serta

memperbaiki bentuk wavelet yang kompleks akibat pengaruh noise.Dekonvolusi merupakan proses invers filter karena konvolusi merupakan suatu filter. Bumi merupakan low pass filter yang baik sehingga sinyal impulsif diubah menjadi wavelet yang panjangnya sampai 100 ms. Wavelet yang terlalu panjang mengakibatkan turunnya resolusi seismik karena kemampuan untuk membedakan dua event refleksi yang berdekatan menjadi berkurang. 7. Analisis Kecepatan Tujuan dari analisis kecepatan adalah untuk menentukan kecepatan yang sesuai untuk memperoleh stacking yang terbaik. Pada grup trace dari suatu titik pantul, sinyal refleksi yang dihasilkan akan mengikuti bentuk pola hiperbola. Prinsip dasar analisa kecepatan pada proses stacking adalah mencari persamaan hiperbola yang tepat

sehingga memberikan stack yang maksimum (Gambar 10).

Gambar 10. Stacking velocity

8. Koreksi Dinamik/Koreksi NMO Koreksi ini diterapkan untuk mengoreksi efek adanya jarak offset antara shot point dan receiver pada suatu trace yang berasal dari satu

19

CDP (Common Depth Point). Koreksi ini menghilangkan pengaruh offset sehingga seolah-olah gelombang pantul datang dalam arah vertikal (normal incident) (Gambar 11).

Gambar 11. Koreksi NMO: (a) belum dikoreksi (b kecepatan yang sesuai (c) kecepatan yang lebih rendah (d) kecepatan yang lebih tinggi (VAN DER KRUK, 2001)

9. Stacking Stacking adalah proses penjumlahan trace-trace dalam satu gather data yang bertujuan untuk mempertinggi sinyal to noise ratio (S/N). Proses ini biasanya dilakukan berdasarkan CDP yaitu trace-trace yang tergabung pada satu CDP dan telah dikoreksi NMO kemudian dijumlahkan untuk mendapat satu trace yang tajam dan bebas noise inkoheren (Gambar 12).

Gambar 12. Proses penjumlahan trace-trace dalam satu CDP (stacking)

20

10. Migrasi Migrasi adalah suatu proses untuk memindahkan kedudukan

reflektor pada posisi dan waktu pantul yang sebenarnya berdasarkan lintasan gelombang. Hal ini disebabkan karena penampang seismik hasil stack belumlah mencerminkan kedudukan yang sebenarnya, karena rekaman normal incident belum tentu tegak lurus terhadap bidang permukaan, terutama untuk bidang reflektor yang miring. Selain itu, migrasi juga dapat menghilangkan pengaruh difraksi gelombang yang muncul akibat adanya struktur-struktur tertentu (patahan, lipatan) (Gambar 13).

(a)

(b)
Gambar 13. Penampang seismik: (a) sebelum migrasi; (b) setelah migrasi

21

III.3.A INTERPRETASI DATA SEISMIK Tujuan dari interpretasi seismik secara umum menurut ANDERSON & ATINUKE (1999) adalah untuk mentransformasikan profil seismik refleksi stack menjadi suatu struktur kontinu/model

geologi secara lateral dari subsurface (Gambar 14).

(a)

(b) Gambar 14. (a) Penampang seismic; (b) Interpretasi seismic {A=Mannville(clastic);B=Wabamun(karbonat);C=Ireton(lempung);D=Duve may(lempung);E=CookingLake(karbonat);F=Beaverhill(lempung);G=Ledu k(reef)}

22

Sedangkan beberapa tujuan khusus dari interpretasi seismik menurut VAN DER KRUK (2001) adalah : 1. Pemetaan Struktur-Struktur Geologi. Untuk pemetaan struktur-struktur geologi pada data seismik, posisi horizon-horizon utama dan gangguan dipetakan dan bentuk serta posisi sesar diidentifikasi.Tujuannya adalah untuk

memperoleh profil geologi dan untuk memperoleh kedalaman horizon serta gangguan. 2. Analisis Sekuen Seismik Tujuan utama dari analisis sekuen seismik adalah : Mengidentifikasi batas-batas sekuen pada data seismik Menentukan sekuen pengendapan dalam waktu Menganalisis fluktuasi muka air laut 3. Analisis Fasies Seismik Sekuen seismik dapat juga untuk menyelidiki karakteristik refleksi di dalam suatu sekuen, yang berhubungan dengan seismik fasies. Tidak hanya waktu sekuen sendimentasi yang diperoleh namun juga memungkinkan untuk mengambil kesimpulan yang dapat menggambarkan tentang lingkungan pengendapannya.

Tujuan interpretasi seismik khusus dalam eksplorasi minyak dan gas bumi adalah untuk menentukan tempat-tempat

terakumulasinya (struktur cebakan-cebakan)minyak dan gas. Minyak dan gas akan terakumulasi pada suatu tempat jika memenuhi tiga syarat, yaitu: (1) Adanya Batuan sumber (source rock), adalah lapisanlapisan batuan yang merupakan tempat terbentuknya minyak dan gas,(2) Batuan Reservoir yaitu batuan yang permeabel tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi setelah bermigrasi dari batuan sumber, (3) Batuan Penutup, adalah batuan yang impermeabel

23

sehingga minyak yang sudah terakumulasi dalam batuan reservoir akan tetap tertahan di dalamnya dan tidak bermigrasi ke tempat yang lain.Berikut adalah beberapa contoh cebakan-cebakan minyak dan gas bumi yang diperoleh dari data seismik (Gambar 15, 16 dan 17).

Gambar 15. Cebakan Minyak Struktur Antiklin

Gambar 16. Cebakan Minyak Pada Struktur Fault (sesar)

Gambar 17. Cebakan Stratigrafi Minyak dan Gas

BAB IV PENUTUP IV.1. Kesimpulan Dalam pencarian migas itu memerlukan tahapan waktu yang sangat lama dari mulai survey lapangan dan interpretasi datadata baik data regional maupun data dari bawah permukan dan semua itu tidak bisa dilakukan degan sendiri harus memerlukan beberapa kelompok dan berbagai kelompok tersebut mempunyai keahlian tersendiri atau mempunyai bidang masing-masing sesuai kemampuan. Metoda seismik adalah salah satu metoda eksplorasi yang didasarkan pada pengukuran respon gelombang seismik (suara) yang dimasukkan ke dalam tanah dan kemudian direleksikan atau direfraksikan sepanjang perbedaan lapisan tanah atau batas-batas batuan. Eksperimen seismik aktif pertama kali dilakukan pada tahun 1845 oleh Robert Mallet, yang oleh kebanyakan orang dikenal sebagai bapak seismologi instrumentasi. Terdapat dua macam metoda dasar seismik yang sering digunakan, yaitu seismik refraksi dan seismik refleksi. Metoda seismik refraksi mengukur gelombang datang yang dipantulkan sepanjang formasi geologi di bawah permukaan tanah. Metoda seismik refleksi mengukur waktu yang diperlukan suatu impuls suara untuk melaju dari sumber suara, terpantul oleh batas-batas formasi geologi, dan kembali ke permukaan tanah pada suatu geophone.

24

25

Keunggulan :

.Dapat mendeteksi variasi baik lateral maupun kedalaman dalam parameter fisis yang relevan, yaitu kecepatan seismik. .Dapat menghasilkan citra kenampakan struktur di bawah permukan .Dapat dipergunakan untuk membatasi kenampakan stratigrafi dan beberapa kenampakan pengendapan. .Respon pada penjalaran gelombang seismik bergantung dari densitas batuan dan konstanta elastisitas lainnya. Sehingga, setiap perubahan konstanta tersebut (porositas, permeabilitas, kompaksi, dll) pada prinsipnya dapat diketahui dari metode seismik. .Memungkinkan untuk deteksi langsung terhadap keberadaan hidrokarbon Kelemahan : .Banyaknya data yang dikumpulkan dalam sebuah survei akan sangat besar jika diinginkan data yang baik .Perolehan data sangat mahal baik akuisisi dan logistik dibandingkan dengan metode geofisika lainnya. .Reduksi dan prosesing membutuhkan banyak waktu,

membutuhkan komputer mahal dan ahli-ahli yang banyak. .Peralatan yang diperlukan dalam akuisisi umumnya lebih mahal dari metode geofisika lainnya. .Deteksi langsung terhadap kontaminan, misalnya pembuangan limbah, tidak dapat dilakukan.

26

IV.2. Saran Perlu data-data lain seperti data log untuk memperkuat data seismik sehingga data tersebut lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA ANDERSON, N and A. ATINUKE 1999. Overview of The Shallow Seismic Reflection Technique.University of Missouri: 27 pp. KEARNS, R and F. C. BOYD. 1963. The Effect of a Marine Seismic Exploration on Fish Population in British Colombia.Vancouver, Canada : 7 pp. SANNY, T. A. 2004. Panduan Kuliah Lapangan Geofisika Metode Seismik Refleksi.Dept. Teknik Geofisika, ITB, Bandung : 34hal. VAN DER KRUK 2001. Reflection Seismik 1, Institut fr Geophysik ETH, Zrich : 86 pp. GINANJAR., ABDUL LATIEF.2006. Seismic Reflection(Acquisition, Processing and Interpretation). Chevron Indonesia Company SUKMONO, SIGIT. 1999. Seismik Refleksi. Teknik Geofisika ITB. Bandung. SUKMONO, SIGIT. 2001. Karakteristik Reservoar Seismik. Missouri-Rolla,

Lab.Geofisika Reservoir Teknik Geofisika ITB. Bandung.

You might also like