You are on page 1of 11

KISI-KISI UJIAN KOMPRE PENGERTIAN BELAJAR, PEMBELAJARAN PENGAJARAN DAN PENDIDIKAN

1.

Pengertian Belajar: Pengertian Belajar Cronbach (1954) berpendapat : Learning is shown by a change in behaviour as result of experience ; belajar dapat dilakukan secara baik dengan jalan mengalami. Menurut Spears : Learning is to observe, to read, to imited, to try something themselves, to listen, to follow direction, dimana pengalaman itu dapat diperoleh dengan mempergunakan panca indra. Robert. M. Gagne dalam bukunya : The Conditioning of learning mengemukakan bahwa: Learning is a change in human disposition or capacity, wich persists over a period time, and wich is not simply ascribable to process of growth. Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Dalam teori psikologi konsep belajar Gagne ini dinamakan perpaduan antara aliran behaviorisme dan aliran instrumentalisme. Menurut Slavin dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan proses perolehan kemampuan yang berasal dari pengalaman. Menurut Gagne dalam Catharina Tri Anni (2004), belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Sedangkan menurut Bell-Gredler dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills, and attitude. Kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Ciri-ciri belajar adalah : (1) Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengethauan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor); (2) perubahan itu merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan . interaksi ini dapat berupa interaksi fisik dan psikis; (3) perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen. Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. Menurut Slameto, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Skinner yang di kutip oleh Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul Belajar dan pembelajaran, bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respons yang tercipta melalui proses tingkah laku. R. Gagne seperti yang di kutip oleh Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, memberikan dua definisi belajar, yaitu: 1. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. 2. Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. M. Sobry Sutikno mengemukakan, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning yang dikutip oleh Ngalim Purwanto, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulangulang dalam suatu situasi. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Jika di dalam proses belajar tidak mendapatkan peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, dapat dikatakan bahwa orang tersebut mengalami kegagalan di dalam proses belajar. 2. Pengertian Pembelajaran: Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan , penguasaan kemahiran dan tabiat , serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan , guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.

Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ciri utama dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran. 3. Pengertian Pengajaran: Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Antara pendidikan, pembelajaran dan pengajaran saling terkait. Pendidikan akan dapat mencapai tujuan jika pembelajaran bermakna dengan pengajaran yang tepat. Sebaliknya pendidikan tidak akan mencapi tujuan jika pembelajaran tidak bermakna dengan pengajaran yang tidak tepat. Pengajaran: 1. 2. 3. 4. hanya mentransfer ilmu pengetahuan menekankan IPTEK dan SKILL memiliki batasan waktu hanya menitik beratkan pada isi dari metode pangajaran

Aktivitas nyata mengajarkan (transfer knowledge) pengetahuan, teknologi dan ketrampilan serta meningkat kecerdasan dan pengendalian emosinya sehingga seseorang mampu survive di dalam kehidupannya. 4. Pengertian Pendidikan: Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikiann akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat Pendidikan juga diartikan sebagai upaya manusia secara historis turun-temurun, yang merasa dirinya terpanggil untuk mencari kebenaran atau kesempurnaan hidup Menurut Undang-Undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara. Implikasi pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran dalam dunia pendidikan tidak bisa dipisahkan. Antara pendidikan, pembelajaran dan pengajaran saling terkait. Pendidikan akan dapat mencapai tujuan jika pembelajaran bermakna dengan pengajaran yang tepat. Sebaliknya pendidikan tidak akan mencapai tujuan jika pembelajaran tidak bermakna dengan pengajaran yang tidak tepat.

Pendidikan: 1. mengajarkan tentang segala nilai kehidupan 2. tidak memiliki batasan waktu dalam belajar 3. mengajarkan kematangan mental seseorang. (Pengertian pertama) Pendidikan merupakan upaya nyata untuk memfasilitasi individu lain, dalam mencapai kemandirian serta kematangan mentalnya sehingga dapat survive di dalam kompetisi kehidupannya. (pengertian kedua)Pendidikan adalah pengaruh bimbingan dan arahan dari orang dewasa kepada orang lain, untuk menuju kearah kedewasaan, kemandirian serta kematangan mentalnya. (pengertian ketiga)Pendidikan merupakan aktivitas untuk melayani orang lain dalam mengeksplorasi segenap potensi dirinya, sehingga terjadi proses perkembangan kemanusiaannya agar mampu berkompetisi di dalam lingkup kehidupannya (Insan Cerdas dan Kompetitif). Unsur dalam sistem pembelajaran adalah seorang siswa atau peserta didik, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Kurikulum dan Pembelajaran, mengemukakan unsur unsur pembelajaran sebagai berikut : 1. Unsur dinamis pembelajaran pada diri guru a. Motivasi pembelajaran siswa b. Kondisi guru siap membelajarkan siswa Unsur pembelajaran kongruen dengan unsur belajar a. Motivasi belajar menuntut sikap tanggap dari pihak guru serta kemampuan untuk mendorong motivasi dengan berbagai upaya pembelajaran. b. Sumber yang digunakan sebagai bahan belajar terdapat pada buku pelajaran, pribadi guru, dan sumber masyarakat. c. Pengadaan alat-alat Bantu belajar dilakukan oleh guru, siswa sendiri, dan bantuan orangtua. d. Menjamin dan membina suasana belajar yang efektif e. Subjek belajar yang berada dalam kondisi kurang mantap perlu diberikan binaan. (Oemar Hamalik, 1995:68)

2.

TEORI-TEORI YANG MELANDASI PENDIDIKAN Teori Nativisme (Schopenhauer) Aliran narivisme ini dipelopori oleh Schopenhauer. Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Pembawaan yang telah terdapat pada waktu dilahirkannya itulah yang menentukan hasil perkembangannya. Menurut nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan. Pendidikan dan lingkungan tidak berpengaruh sama sekali dan tidak berkuasa dalam perkembangan seorang anak. Dalam ilmu pendidikan hal tersebut dinamakan dengan pesimisme pedagogis. Misalnya ada seorang anak SMA yang mempunyai bakat bermain gitar. Pikiran dan perasaannya selalu termotivasi untuk bermain gitar. Dia selalu bermain gitar berjam-jam, tanpa merasakan kebosanan. Pekerjaannya hanya bermain gitar bahkan sekolahnya saja tidak menarik hatinya. Orang tuanya selalu menasehatinya bahkan orang tuanya melarang dia untuk bermain gitar dan memutuskan senar gitarnya. Orang tuanya menginginkan dia kelak menjadi seorang arsitek. Hanya karena paksaan dari orang tuanya dan bimbingan dari gurunya saja dia bersekolah. Tetapi saat dia lepas dari pengawasan orang tuanya dan gurunya, dia kembali kepada gitar dan mencurahkan perhatiannya untuk bermain gitar. Contoh tersebut merupakan suatu bukti bahwa pendidikan dan lingkungan sama sekali tidak berkuasa, itulah kata nativisme. Dengan demikian jelaslah bahwa menurut aliran ini perkembangan manusia dalam menjalani hidupnya tergantung pada pembawaannya (faktor hereditas). Menurut penelitian, faktor hereditas mempengaruhi kemampuan intelektual dan kepribadian seseorang. Dalam perspektif hereditas, perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh : 1. Bakat atau pembawaan Anak dilahirkan dengan membawa bakat-bakat tertentu. Bakat ini dapat diumpamakan sebagai bibit kesanggupan atau bibit kemungkinan yang terkandung dalam diri anak. Setiap anak memilliki bermacam-macam bakat sebagai pembawaannya, seperti bakat musik, seni, agama, akal yang tajam, dan sebagainya. Anak yang mempunyai bakat musik misalnya, maka minat dan perhatiannya akan sangat besar terhadap musik. Ia akan mudah mempelajarinya, mudah mencapai kecakapan-kecakapan yang berhubungan dengan musik. Dia dapat mencapai kemajuan dalam bidang musik, bahkan mungkin mencapai prestasi yang luar biasa seperti ahli musik dan pencipta lagu. Dengan demikian jelaslah bahwa bakat atau pembawaan mempunyai pengaruh terhadap perkembangan individu. 2. Sifat-sifat keturunan Sifat-sifat keturunan yang diwariskan oleh orang tua atau nenek moyangnya terhadap seorang anak dapat berupa fisik maupun mental. Mengenai fisik misalnya muka

(hidung), bentuk badan, dan suatu penyakit. Sedangkan mengenai mental misalnya sifat pemalas, sifat pemarah, pendiam, dan sebagainya. Dengan demikian jelaslah bahwa sifat-sifat keturunan ikut menentukan perkembangan seorang anak. Ajaran filsafat Natifisme digolongkan dalam filsafat Idealisme berkesimpulan bahwa pekembangan anak hanya ditentukan oleh faktor hereditas atau faktor dalam keturunan yang bersifat kodrati. Tokoh aliran ini Arthur Schopenhauer (1788- 1860) menganggap faktor pembawaan yang bersifat kodrati dari kelahiran, yang tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar atau pendidikan. Potensi kodrati ini menjadi ciri khas pribadi anak dan bukan hasil pendidikan. Tanpa potensi-potensi heriditas yang baik, seseorang tidak mungkin mencapai taraf yang dikehendaki, meskipun dididik secara maksimal. Seorang anak yang potensi hereditasnya rendah, tidak mungkin mencapai taraf pendidikan yang tinggi, meskipun dididik secara maksimal. Maka tergasnya pendidikan tidak dapat merubah manusia, karena potensi itu bersifat kodrati, sehingga aliran ini dianggap pesimistis, karena menerima kepribadian anak sebagaimana adanya, tanpa kepercayaan adanya nilai-nilai pendidikan yang dapat ditanamkan untuk merubah kepribadiannya. Teori Tabularasa : (John Locke dan Francis Bacon) Teori ini mengatakan bahwa anak yang baru dilahirkan itu dapat diumpamakan sebagai kertas putih yang belum ditulisi. Jadi sejak lahir anak itu tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa. Anak dapat dibentuk sekehendak pendidikannya. Di sini kekuatan ada pada pendidik. Pendidik dan lingkungan berkuasa atas pembentukan anak. Pendapat John Locke di atas dapat disebut juga empirisme, yaitu suatu aliran atau paham yang berpendapat bahwa segala kecakapan dan pengetahuan manusia itu timbul dari pengalaman yang masuk memlalui alat indra. Teori Konvergensi (William Stern) Teori yang diakui dan dipegangi oleh umum adalah teori konvergensi. Teori ini merupakan kompromi atau dialektika dari nativisme dan empirisme. Teori ini mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Pelopor dari aliran ini adalah William Stern. Sebagai contohnya misalnya seorang balita dalam tahun pertama belajar berbicara. Dorongan serta bakat itu tidak ada. Dia meniru (imitate) suara-suara yang didengarnya dari ibunya dan orang-orang di sekitarnya. Kemampuan dia berbicara tidak dapat berkembang jika tidak ada bantuan dari luar yang membantunya. Dalam hal ini jika tidak ada suara-suara atau kata-kata yang didengar dari ibunya, dia tidak mungkin dapat berkata-kata. Dalam aliran konvergensi ini masih terdapat dua aliran, yaitu aliran konvergensi yang lebih menekankan kepada pengaruh pembawaan dan aliran konvergensi yang menekankan kepada pengaruh lingkungan. Munculnya kedua kecenderungan dalam aliran konvergensi tersebut

membuat orang yang mengikutinya menjadi skeptis atau ragu-ragu. Sebenarnya, manakah yang menentukan perkembangan itu, pembawaan ataukah lingkungan? Atau manakah yang lebih kuat, pembawaan atau lingkungan? Bagaimanapun kuatnya alasan kedua aliran pandangan diatas, namun keduanya kurang realistis. Suatu kenyataan, bahwa potensi hereditas yang baik saja, tanpa pengaruh lingkungan pendidikan yang positif tidak akan membina kepribadian yang ideal. Sebaliknya, meskipun lingkungan pendidikan yang positif dan maksimal, tidak akan menghasilkan kepribadian yang ideal, tanpa potensi hereditas yang baik. Oleh karena itu, perkembangan pribadi sesungguhnya adalah hasil proses kerja sama antara kedua faktor, baik internal (potensihereditas) maupun faktor eksternal )lingkungan-pendidikan). Tiap pribadi adalah hasil konvergensi faktor-faktor internal dan eksternal. Teori ini dikemukakan oleh William Stern (1871-1938) dan akhirnya dikenal sebagai tokoh aliran konvergensi. Dari uraian tersebut, maka jelaslah bahwa manusia walupun dilahirkan diumpamakan seperti kertas yang putih bersih atau lahir dengan pembawaan yang dapat berkembang sendiri, tapi perkembangan itu tidak akan maju kalau tidak melalui proses tertentu, yaitu proses pendidikan. Dalam sejarah tercatat sejumlah kisah anak-anak yang tidak memperoleh pendidikan. Contohnya: anak liar, Victor namanya yang tertangkap di distrik Averon, Perancis Selatan pada tahun 1799 dan Peter, ditemukan dekat Hanover pada tahun 1723. Serta dua gadis cilik Amala dan Kampala ditemukan di Kidnapur India pada tahun 1920 oleh Mr. Singh. Kedua anak tersebut diasuh oleh srigala, sehingga akibatnya segala gerak gerik dan tingkah lakunya menyerupai srigala. Dan dongengan Ibn Thufail tentang Hayy bin Yaqdzan yang hidup disebuah pulau dengan seekor rusa. Dari berbagai contoh diatas, sangat medukung kebenaran faktual ayat Al-Qura>n tentang pendidikan yang merupakan lembaga untuk memanusiakan manusia. Tanpa pendidikan manusia hanya setingkat lebih tinggi dari hewan. Anak yang tidak memperoleh pendidikan sama sekali, tidak akan mungkin dapat hidup bermasyarakat dengan baik. Maka pendidikan sebenarnya mengangkat derajat manusia ketaraf insaniyah yang sebenarnya, dan atas dasar inilah setiap anak perlu pendidikan. Ide pendidikan, baik teori nativisme, empirisme dan konvergensi tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam Islam sendiri sudah ditegaskan dasar-dasar terebut. Diantaranya ayat berikut:

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fit}rah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fit}rah itu. Tidak

ada peubahan pada fit}rah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui

Hadis Nabi: ) ( Artinya: Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fit}rah )suci), dan hanya kedua orang tuanyalah yang menyebabkan yahudi, nasroni, atau majusi (HR. Muslim). Dari dua dasar ini mengandung pengertian, bahwa Islam memiliki konsep pendidikan yang luhur dan universal. Yaitu setiap manusia dilahirkan dengan memiliki fitrah (kesucian/kemurnian) yang dalam istilah Lokce dikenal dengan tabularasa. Fitrah tersebut akan dipengaruhi oleh lingkungan pendidikannya yang dalam istilah Schopenhaur disebut Nativisme, sehingga keterpaduan dasar dan ajar inilah yang diyakini dapat dikembangkan melalui dunia pendidikan. Fitrah:Titik tolak perbedaan masing-masing aliran (nativisme, empirisme, dan konvergensi) adalah terletak pada faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia. Apakah perkembangan manusia ditentukan oleh faktor pembawaan (nativisme) ataukah oleh faktor pendidikan dan lingkungan (empirisme), atau keduanya saling pengaruh-mempengaruhi (konvergensi). Dalam masalah ini, islam sebagai sebuah agama yang komprehensif mempunyai pandangan yang berbeda dengan nativisme, empirisme, dan konvergensi. Islam menampilkan teori fithrah (potensi positif) sebagai dasar perkembangan manusia. Dasar konseptualisasinya tentu saja mengacu pada al-Quran dan hadist. Allah SWT berfirman : Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah. Tetapkanlah pada fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Ar-Rum : 30). Sementara dalam salah satu hadist Nabi disebutkan bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrahnya (potensi untuk beriman-tauhid kepada Allah dan kepada yang baik). Kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu menjadi yahudi, Nasranni, atau Majusi. Dari Abu Hurairah r.a berkata : Bersabda nabi saw.: Tidak ada bayi yang dilahirkan melainkan lahir di atas fitrah, maka ayah bundanya yang mendidiknya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi, bagaikan lahirnya seekor binatang yang lengkap/sempurna (HR. Bukhari) Kata fitrah berasal dari bahasa Arab, yaitu fatara yang berarti sifat bawaan setiap sesuatu dari awal penciptaannya atau bisa juga berarti sifat dasar manusia. Fitrah juga berarti sifat dasar manusia, yaitu beragama. Maksudnya adalah bahwa setiap manusia pada dasarnya memiliki

kecenderungan beragama tauhid, artinya memiliki kecenderungan dasar untuk meyakini adanya dzat yang Maha Esa sebagai Tuhan dan penciptanya yang patut dan wajib disembah dan diangungkan. Makna yang terkandung dalam ayat dan hadist di atas ialah bahwa setiap manusia pada dasarnya baik, memiliki fitrah, dan juga jiwanya sejak lahir tidaklah kosong seperti kertas putih (yang diibaratkan oleh John Locke dalam teori tabularasanya) tetapi berisi kesucian dan sifat-sifat dasar yang baik. Dengan demikian pandangan Islam terhadap perkembangan anak sama sekali berbeda dengan konsep perkembangan anak menurut nativisme, empirisme, dan konvergensi. Fitrah merupakan keutamaan yang diberikan oleh Allah kepada manusia yang menjadi potensi manusia yang educable. Potensi tersebut bersifat kompleks yang terdiri atas : ruh (roh), qalb (hati), aql (akal), dan nafs (jiwa). Potensi-potensi tersebut bersifat ruhaniah atau mental-psikis. Selain itu manusia juga dibekali potensi fisik-sensual berupa seperangkat alat indera yang berfungsi sebagai instrumen untuk memahami alam luar dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikian fitrah merupakan konsep dasar manusia yang ikut berperan dalam membentuk perkembangan peserta didik di samping lingkungan (pendidikan). Fitrah yang bersifat potensial tersebut harus dikembangkan secara faktual dan aktual. Untuk melakukan upaya tersebut, Islam memberikan prinsip-prinsip dasarnya berupa nilai-nilai Islami sehingga pertumbuhan potensi manusia terbimbing dan terarah. Dalam proses inilah faktor pendidikan sangat besar peranannya bahkan menentukan bentuk corak kepribadian seseorang. Nampaknya itulah yang menjadikan Nabi Muhammad mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu. Berdasarkan konseptualisasi itulah pendidikan diharapkan dapat berfungsi sebagai wahana dalam mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan fitrahnya. Dengan demikian jelaslah bahwa Islam mengakui peranan faktor dasar manusia (fitrah) dan faktor pendidikan dalam perkembangan anak. Hanya saja konsep Islam mengenai sifat dasar manusia maupun proses pendidikan yang diperlukan berbeda dengan pendirian-pendirian aliran di atas. Fitrah atau potensi (ketauhidan, kebaikan, kebenaran, dan kemanusiaan) peserta didik dengan bantuan pendidik akan berkembang dinamis. Jika kepribadian dan paradigmanya telah terbentuk maka ia akan melakukan proses mandiri menuju kesempurnaan dirinya menuju ridha Allah, sebuah posisi yang selalu dicari oleh semua muslim.

4 KOMPETENSI GURU 1. Pedagogik Kempetensi pedagogic merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan b. Pemahaman terhadap peserta didik c. Pengembangan kurikulum atau silabus d. Perancangan pembelajaran e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan idiologis f. Pemanfaatan tegnologi pembelajaran g. Evaluasi hasil belajar; dan h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2. Kepribadian Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup kepribadian yang: a. Beriman dan bertaqwa b. Berakhlak mulia c. Arif dan bijaksana d. Demokratis e. Mantap f. Berwibawa g. Stabil h. Dewasa i. Jujur j. Sportif k. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat 3. Sosial Kompetensi social merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk a. Berkomunikasi lisan, tulis dan/atau isarat secara santun b. Menggunakan tegnologi komunikasi dan informasi secara fungsional c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua orang tua atau wali peserta didik d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta system nilai yang berlaku; dan e. Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

4. Professional Kompetensi professional merupakan kemampuan Guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, tegnologi, atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan: a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran dan kelompok mata pelajaran yang akan diampu. b. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran yang akan diampu

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen PPRI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional

Writter Imam_masyhurie@ovi.com

You might also like