You are on page 1of 10

KLIMAKTERIUM

A. PENDAHULUAN

&

MENOPAUSE

Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, sosial, dan bukan hanya bebas dari penyakit yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan fungsinya. Kesehatan reproduksi bukan hanya membahas masalah kehamilan atau persalinan, tetapi mencakup seluruh siklus kehidupan wanita yang salah satunya adalah masa menopause, yaitu suatu masa yang dimulai pada akhir masa reproduksi dan berakhir pada masa senium (lanjut usia), yaitu pada usia 40-65 tahun. Pada usia ini akan banyak muncul masalah kesehatan karena masalah kesehatan sangat erat kaitannya dengan peningkatan usia. Perkembangan dan fungsi seksual wanita secara normal dipengaruhi oleh sistem poros hipotalamus-hipofisis-gonad yang merangsang dan mengatur produksi hormon-hormon seks yang dibutuhkan. Hipotalamus menghasilkan hormon gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang akan merangsang kelenjar hipofisis untuk menghasilkan follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon FSH dan LH ini yang akan mempersiapkan sel telur pada wanita. FSH dan LH akan meningkat secara bertahap setelah masa haid dan merangsang ovarium untuk menghasilkan beberapa follicle (kantong telur). Dari beberapa kantong telur tersebut hanya satu yang matang dan menghasilkan sel telur yang siap dibuahi. Sel telur dikeluarkan dari ovarium (disebut ovulasi) dan ditangkap oleh fimbria (organ berbentuk seperti jari-jari tangan di ujung saluran telur) yang memasukkan sel telur ke tuba fallopii (saluran telur). Apabila sel telur dibuahi oleh spermatozoa maka akan terjadi kehamilan tetapi bila tidak, akan terjadi haid lagi. Begitu seterusnya sampai mendekati masa klimakterium, dimana fungsi ovarium semakin menurun. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan Umur Harapan Hidup (UHH) orang Indonesia adalah 75 tahun. Umur harapan hidup wanita adalah 67 tahun dan pria 63 tahun. UHH dari 10 Kabupaten di Propinsi Lampung dari tahun 2002-2004 mengalami peningkatan bila dilihat per kabupaten atau per kota, UHH berkisar 66,4 tahun. UHH Kota Metro adalah 71,8 tahun dan Kabupaten Lampung Timur memiliki UHH 69,3 tahun (Profil Kesehatan Lampung, 2005). Hal ini berarti wanita memiliki UHH lebih tinggi dari pada pria dan akan menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit.

B. PENGERTIAN
1

1. Klimakterium Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang wanita sebelum mencapai senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan sampai masa nonreproduktif. Masa-masa klimakterium : a. Pramenopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause, keluhan klimakterik

sudah mulai timbul, hormon estrogen masih dibentuk. Bila kadar estrogen menurun maka akan terjadi perdarahan tak teratur. b. Menopause adalah henti haid yang terakhir yang terjadi dalam masa klimakterium dan hormon estrogen tidak dibentuk lagi, jadi merupakan satu titik waktu dalam masa tersebut. Umumnya terjadi pada umur 45-55 tahun. c. Pascamenopause adalah masa 3-5 tahun setelah menopause, dijumpai hipergonadotropin (FSH dan LH), dan kadang-kadang hipertiroid. Sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seorang wanita terjadi berbagai perubahan dan penurunan fungsi pada ovarium seperti sklerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, penurunan sekresi estrogen, gangguan umpan balik pada hipofise. Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin, sehingga terganggunya interaksi antara hipotalamus hipofise. Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi luteum . Kemudian turunnya fungsi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadoropin itu, ternyata yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH. Klimakterium bukan suatu keadaan patologik, melainkan suatu masa peralihan yang normal, yang berlangsung beberapa tahun sebelum dan beberapa tahun sesudah menopause. Kita menjumpai kesulitan dalam menentukan awal dan akhir klimakterium, tetapi dapat dikatakan bahwa klimakterium mulai kira-kira 6 tahun sebelum menopause berdasarkan
2

endokrinologik (kadar estrogen mulai turun dan kadar hormone gonadotropin naik), dan gejala-gejala klinis. Secara endokrinologis, masa klimakterium ditandai oleh turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Gambaran klinis dari defesiensi estrogen dapat berupa gangguan siklus haid, gangguan neurovegetatif, gangguan psikis dan gangguan somatic. 1. 2. Gangguan siklus haid: perdarahan tidak teratur, seperti oligomenore, polimenore, Gangguan nerovegetatif: gejolak panas ( hotflushes), keringat banyak, rasa

dan hipermenore. kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan darah yang goyah, jari-jari atrofi, gangguan usus ( meteorismus ). 3.
4.

Gangguan psikis: mudah tersinggung, lekas lelah, semangat berkurang, susah tidur. Gangguan somatic: infark miokard aterosklerosis, osteosklerosis, osteoporosis,

afipositas, kolpitis, ektropium uretra, inkontinensia urin, disuria, desnsus, prolaps, penyakit kulit klimakterik, dispareumia artritis, sklerosis koroner, adipositas, gejala endokrinium berupa hipertirosis defeminisasi, virilasi dan gangguan libido. Klimakterium berakhir kira-kira 6-7 tahun sesudah menopause. Pada saat ini kadar estrogen telah mencapai nilai yang rendah yang sesuai dengan keadaan senium, dan gejalagejala neurovegetatif telah terhenti. Dengan demikian, lamanya klimakterium 13 tahun. 2. Menopause Menopause adalah haid terakhir pada wanita, yang juga sering diartikan sebagai berakhirnya fungsi reproduksi seorang wanita. Oleh karena itu, tidak jarang seorang wanita takut menghadapi saat menopausenya. Kehidupan menjelang dan setelah menopause inilah yang sering disebut sebagai masa senja atau masa klimakterium. Sebenarnya menopause bukan merupakan masalah patologis tetapi merupakan masalah fisiologis yang dialami setiap wanita di dunia tetapi sangat mengganggu kebahagiaan sebuah keluarga dan wanita itu sendiri. Di dalam pengalaman hidupnya, seorang wanita akan
3

mengalami perubahan-perubahan alamiah ini. Namun proses alamiah ini berbeda pada setiap wanita menopause. Ada yang melewatinya tanpa merasa terganggu, namun sebagian besar wanita menopause melalui perubahan alamiah ini dengan cobaan yang berat, gangguan fisik dan tekanan psikis yang menekan. Hal ini disebabkan karena berhentinya produksi estrogen dan menurunnya daya tahan tubuh seiring dengan bertambahnya usia. Penyebab menopause adalah matinya (burning out) ovarium. Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel primordial yang akan dirangsang oleh LH dan FSH dan produksi estrogen dari ovarium berkurang sewaktu jumlah folikel primordial mencapai nol. Ketika produksi estrogen turun dibawah nilai kritis, estrogen tidak lagi dapat menghambat produksi dari FSH dan LH, juga tidak dapat merangsang lonjakan LH dan FSH ovulasi untuk menimbulkan siklus osilasi. Sebaliknya, FSH dan LH (terutama FSH) diproduksi sesudah menopause dalam jumlah besar dan kontinyu. Estrogen diproduksi dalam jumlah di bawah nilai kritis untuk jangka waktu yang singkat sesudah menopause, tetapi setelah beberapa tahun, ketika folikel primordial yang tersisa menjadi atretik, produksi estrogen oleh ovarium turun menjadi hampir nol. Pada saat menopause, seorang wanita harus menyesuaikan kembali kehidupannya dari kehidupan yang secara fisiologis dirangsang oleh produksi estrogen dan progesterone menjadi kehidupan yang kosong tanpa hormone-hormon tersebut. Hilangnya estrogen seringkali menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis yang bermakna pada fungsi tubuh, termasuk:
a.

Rasa panas yang ditandai dengan kemerahan kulit yang ekstrem, Sensasi psikis dari dispnea, Gelisah, Letih, Ansietas, Kadang-kadang keadaan psikotik yang bermacam-macam, dan Penurunan kekuatan dan klasifikasi tulang diseluruh tubuh,

b.
c.

d.
e. f.

g.

kira-kira pada 15 % wanita, gejala-gejala ini cukup berat sehingga membutuhkan perawatan. Jika psikoterapi gagal, pemberian estrogen sehari-hari dalam jumlah kecil akan dapat meredakan gejala, dan bila secara perlahan-perlahan dosisnya diturunkan, wanita pascamenopause tersebut cenderung dapat menghindari gejala yang berat.

C. TANDA-TANDA AWAL KLIMAKTERIUM DAN MENOPAUSE

1. Tanda Awal Klimakterium Masa ini ditandai denngan berbagai macam keluhan endokrinologis dan vegetatif, yaitu, terjadi perubahan pada ovarium seperti sclerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel dan menurunnya sintesis steroid seks, lalu henti haid. Dan ditandai dengan turunnya kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. 2. Tanda Awal Menopause Perubahan yang dialami oleh wanita dengan menjelang menopause adalah; merasa tua, mudah tersinggung, mudah kaget sehingga jantung berdebar, takut tidak bisa memenuhi kebutuhan seksual suami, rasa takut bahwa suami akan menyeleweng. Keinginan seksual menurun dan sulit mencapai kepuasan (orgasme), dan juga merasa tidak berguna dan tidak menghasilkan sesuatu, merasa memberatkan keluarga dan orang lain. Pada perubahan fisik seorang wanita mengalami perubahan kulit. Lemak bawah kulit menghilang sehingga kulit mengendor, sehingga jatuh dan lembek. Kulit mudah terbakar sinar matahari dan menimbulkan pigmentasi dan menjadi hitam. Pada kulit tumbuh bintik hitam, kelenjar kulit kurang berfungsi sehingga kulit menjadi kering dan keriput. Karena menurunnya estrogen dapat menimbulkan perubahan kerja usus menjadi lambat, dan mereabsorbsi sari makanan makin berkurang. Kerja usus halus yang semakin berkurang maka akan menimbulkan gangguan buang air besar berupa obstipasi.
5

Perubahan yang terjadi pada alat genetalia meliputi liang senggama terasa kering, lapisan sel liang senggama menipis yang menyebabkan mudah terjadi (infeksi kandung kemih dan liang senggama). Daerah sensitive makin sulit untuk dirangsang. Saat berhubungan seksual dapat menjadi nyeri. Perubahan pada tulang terjadi oleh karena kombinasi rendahnya hormon paratiroid. Tulang mengalami pengapuran, artinya kalium menurun sehingga tulang keropos dan mudah terjadi patah tulang terutama terjadi pada persendian paha. D. GANGGUAN KLIMAKTERIUM DAN MENOPAUSE

1. Gangguan pada klimakterium Gangguan neurovegetatif, yang disebut juga gangguan vasomotorik dapat muncul sebagai gejolak panas (hot flushes), keringat banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan darah yang goyah, berdebar-debar, susah bernafas, jari-jari atrofi dan gangguan usus. Gangguan psikis muncul dalam bentuk mudah tersinggung, depresi, kelelahan, semangat berkurang, dan susah tidur. Gangguan somatic, selain gangguan haid atau amenorea, mencakup pulakolpitis atrofikans, ektropium treter, osteoporosis, atritis, aterosklerosis, sclerosis koroner, dan adipositas. Kelainan haid sering juga terjadi pada pramenopause. Kelainan tersebut dapat bersifat oligomenorea, atau polimenorea. Sering juga banyaknya darah waktu haid berubah, sehingga dapat terjadi hipomenorea atau hipermenorea. Yang paling mengganggu adalah metroragia yang disebabkan oleh tidak lagi teraturnya ovulasi dalam pramenopause, jadi siklus sering bersifat anovulatoar yang dapat menimbulkan perdarahan disfungsional. Dalam hal ini endometrium yang dipengaruhi oleh estrogen tanpa pengaruh progesterone member gambaran hyperplasia glandularis sistika. Metroragia ini paling sering terjadi dalam tahun-tahun terakhir pramenopause.
6

2. Gangguan menopause a. Menopause premature b. Terhentinya haid pada umur 40 tahun c. Terdapat gejala premenopause hot flushes, kenaikan gonadotropin d. Menopause terlambat e. Berhentinya haid setelah umur 55 tahun f. Kelainan organic pada masa menopause g. Dengan rangsangan estrogen terus-menerus tanpa selingan progesterone memberikan peluang terjadinya keadaan patologis organ tujuan estrogen dalam bentuk perdarahan disfungsional semakin meningkat, terjadi perubahan alat genetalia menjadi tumor jinak, mioma uteri, polip endometrial, dan polip servikal, karsinoma korpus uteri, keganasan payudara.

E. MANAJEMEN KEBIDANAN PADA LIMAKTERIUM DAN MENOPAUSE Bagaimana bidan menghadapi masalah klimaterium di tengah masyarakat. Seperti dikemukakan bahwa hanya sekitar 25 % wanita mengeluh karena terjadi penurunan estrogen tubuh dan memerlukan tambahan hormon sebagai substitusi. Pemberian substitusi hormon tanpa diikuti pengawasan ketat adalah berbahaya, karenanya bidan dapat mengambil langkah untuk melakukan anjuran pada wanita dengan keluhan menopause dapat memeriksakan diri ke dokter puskesmas. Bidan berkonsultasi dengan dokter puskesmas atau dokter ahli. Setelah pengobatan, bidan dapat meneruskan pengawasan.

Pencegahan Terhadap Sindrom Klimakterium: 1. Pengaturan makanan ( rendah lemak / kolesterol, cukup vitamin A, C, D, E dan cukup serat ).
7

2. Mengkonsumsi makanan yang mengandung fitoestrogen, seperti :

a. Isoflavon, terdapat pada kacang-kacangan, b. Lignan; terdapat pada padi, sereal dan sayur-sayuran, c. Caumestran ; terdapat pada daun semanggi. Mengkonsumsi makanan dengan kadar gula rendah dan tidak berlebihan. 3. Tambahan Asupan Kalsium 1000-15000 mg / hari dan vitamin D.
4. Kontrol rutin 1 tahun sekali ( Pap Smear ).

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN GSR DENGAN SINDROM KLIMAKTERIK

S/ : - Ny. x dengan usia 49 tahun Cepat lelah dan susah tidur Jantung serasa berdebar-debar Keinginan untuk melakukan hubungan suami istri menurun Saat melakukan hubungan seksual, ibu sulit mencapai orgasme Sering merasakan sakit kepala Haid ibu menjadi tidak teratur Sering mengalami gangguan buang air besar

O/ : - Nampak kulit ibu kering dan keriput A/ : Nampak bintik hitam pada kulit Kadar FSH meningkat GSR dengan Sindrom Klimakterik

Analisa dan Interpretasi Data


-

Gangguan vegetative biasanya berupa rasa panas dengan keluarnya keringat malam,

dan perasaan jantung berdebar-debar. Dalam masa pascamenopause, dan seterusnya dalam senium, terjadi atrofi alat-alat genital. Ovarium menjadi kecil dan dari seberat 10-12 gram pada wanita dalam masa reproduksi menjadi 4 gram pada wanita berumur 60 tahun. (Ilmu Kandungan, hal 129)
-

Diagnosis sindrom klimakterik dapat ditegakkan berdasarkan usia penderita dan

keluhan-keluhan yang timbul. Diagnosis pasti didasarkan pada peningkatan kadar FSH serum. (Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan, hal 66)
-

Gangguan neurovegetatif yang disebut juga gangguan vasomotorik dapat muncul

sebagai gejolak panas, keringat banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, desing dalam telinga, tekanan darah yang goyah, berdebar-debar, susah bernafas, jari-jari atrofi dan gangguan usus. (Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan, hal 66)
-

Gangguan psikis muncul dalam bentuk mudah tersinggung, depresi, kelelahan,

semangat berkurang, dan susah tidur. (Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan, hal 66)
9

P/ : 1. Memberitahukan pada ibu hasil pemeriksaan 2. Menganjurkan pada ibu untuk melakukan balneoterapi (pengaturan diet) 3. Menganjurkan pada ibu untuk memeriksakan diri kepada dr. ahli 4. Menganjurkan atau mengawasi pemberian substitusi hormonal sesuai dengan anjuran dokter.

10

You might also like