You are on page 1of 4

Defri afrianto K3 UIN Syarif Hidayatullah defri.k3@gmail.com A.

. HYDRANT Persyaratan teknis dan persyaratan pemasangan hidran kebakaran menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 02/KPTS/1985 meliputi: 1. Pipa pemancar harus sudah terpasang pada slang kebakaran 2. Hidran gedung yang menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) harus dilengkapi dengan kopling pengeluaran yang berdiameter 2,5 inci ( 6,25 cm ), dengan bentuk dan ukuran yang sama dengan kopling dari unit pemadam kebakaran, dan ditempatkan pada tempat yang mudah dicapai oleh unit pemadam kebakaran. 3. Hidran halaman, harus disambung dengan pipa induk dengan ukuran diameternya minimum 6 inci ( 15 cm ) mampu mengalirkan air 250 gallon/menit atau 1.125 liter/menit untuk setiap kopling. Penempatan hidran halaman tersebut harus mudah dicapai oleh mobil unit kebakaran. 4. Hidran halaman yang mempunyai 2 kopling pengeluaran harus menggunakan katup pembuka yang diameter minimum 4 inci ( 10 cm ), dan yang mempunyai 3 kopling pengeluaran harus menggunakan pembuka berdiameter 6 inci ( 15 cm ). 5. Kotak hidran gedung harus mudah dibuka, dilihat, dijangkau dan tidak terhalang oleh benda lain. 6. Jarak antar hidran maksimum 200 m. 7. Kapasitas masing-masing hidran minimum 1.000 liter/menit 8. Tekanan di mulut hidran minimum 2 kg/cm2 9. Sumber persediaan air untuk hidran kebakaran harus diperhitungkan minimum untuk pemakaian selama 30 menit. 10. Pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat.

11. Slang kebakaran dengan diameter maksimum 1 inci harus terbuat dari bahan yang tahan panas, panjang maksimum slang harus 30 m. 12. Harus disediakan kopling penyambung yang sama dengan kopling dari Unit Pemadam Kebakaran. 13. Semua peralatan hidran kebakaran harus di cat merah.

Persyaratan teknis dan persyaratan pemasangan hidran kebakaran menurut Ketentuan PERDA No.3 tahun 1992 dan KEPMEN PU No.10 Tahun 2000, meliputi: 1. Minimal debit air 380 liter/menit 2. Diameter selang maksimal 1,5 inci (3,75 cm) 3. Pipa pemancar harus sudah terpasang pada selang kebakaran 4. Menggunakan pipa tegak 6 inci (15 cm) 5. Letak kotak hidran dalam gedung mudah di capai. 6. Panjang selang maksimal 30 m 7. Kopling pengeluaran berdiameter 2,5 inci. 8. Selang dalam keadaan baik (tidak membelit)

B. DETECTOR Persyaratan teknis dan persyaratan pemasangan detector kebakaran

menurut keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 02/KPTS/1985 adalah: 1. Untuk sistem yang menggunakan detector panas, elemen peka panasnya harus dipasang pada posisi antara 15 mm hingga 100 mm di bawah permukaan langit-langit. 2. Pada satu kelompok sistem ini, tidak boleh dipasang lebih dari 40 buah. 3. Untuk setiap ruangan dengan luas 46 m2 dengan tinggi langit-langit 3 m, dipasang satu buah detector panas. 4. Jarak antar detector tidak lebih dari 7 mm untuk ruang efektif, sedangkan untuk ruang sirkulasi tidak lebih dari 10 m.

5. Jarak detector dengan dinding pembatas paling jauh 3 m pada ruang efektif dan 6 m pada ruang sirkulasi. 6. Jarak detector panas dengan dinding, minimum 30 cm. 7. Pada tiap ketinggian yang berbeda, dipasang satu buah detector panas untuk setiap luas lantai 92 m2. 8. Di puncak lekukan atap pada ruangan tersembunyi, dipasang sebuah detector panas untuk setiap jarak memanjang 9 m. 9. Pemasangan detector asap mengikuti persyaratan sebagai berikut : a. Pada setiap luas lantai 92 m2 harus dipasang sebuah detector asap. b. Jarak antar detector asap maksimum 12 m di dalam ruangan efektif, dan 18 m di dalam ruang sirkulasi. c. Jarak titik detector yang terdekat ke dinding atau dinding pemisah, 6 m, dalam ruang efektif, dan 12 m, dalam ruang sirkulasi. d. Setiap kelompok sistem harus dibatasi maksimum 20 buah detector asap yang dapat melindungi ruangan 2000 m2 luas lantai. 10. Pemasangan detector nyala api mengikuti persyaratan sebagai berikut : a. Untuk setiap kelompok sistem harus dibatasi maksimum 20 buah detector nyala api yang dapat melindungi ruangan. b. Untuk yang dipasang di luar ruangan (udara terbuka), maka detector harus terbuat dari bahan yang tahan karat, tahan pengaruh angin dan getaran. c. Untuk pemasangan pada daerah yang sering mengalami sambaran petir, harus dilindungi sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan alarm palsu.

C. SPRINKLER Menurut keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 02/KPTS/1985 dalam Pemakaian dan Penempatan Sprinkler diantaranya: 1. Untuk bangunan kelas A mulai dari lantai 4 (empat) ke atas atau ketinggian 14 m pertama harus memakai sprinkler.

2. Untuk bangunan kelas B mulai dari lantai 8 (delapan) ke atas atau ketinggian 40 m ke atas harus memakai sprinkler. 3. Dalam hal unit Pemadam Kebakaran setempat belum memiliki tangga pemadaman setinggi 40 m, maka ketentuan mulai dipakainya instalasi sprinkler harus disesuaikan dengan tinggi tangga maksimum unit pemadam kebakaran yang dimiliki daerah tersebut. Pedoman teknis pelaksanaan pemasangan dan penempatan sprinkler otomatis harus mengikuti Pedoman Penanggulangan Bahaya Kebakaran dengan Sprinkler Otomatis yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Menurut PERDA NO.3 Tahun 1992 Dan KEPMEN PU

NO.10/KPTS/2000 Persyaratan Teknis dan Persyaratan Pemasangan Sprinkler Kebakaran diantaranya: 1. Jarak maksimal antar sprinkler untuk bangunan bahaya kebakaran sedang 4-5 meter. 2. Terdapat sambungan kembar dinas kebakaran dengan ukuran 2,5 inci. 3. Bentuk kopling pada sambungan sama dengan dinas pemadam kebakaran 4. Sumber daya sprinkler minimal berasal dari 2 sumber. 5. Kapasitas tangki / reservoir untuk bangunan bahaya sedang 12 m3. 6. Kapasitas aliran pompa 375 liter/menit

You might also like