You are on page 1of 1

Nama : Indraga MD Kelas : XI 2 IA

Assalamualaikum wr wb Pertama-tama marilah kita panjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat sehingga dapat berkumpul dalam acara yang berbahagia ini. Tak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurah limpah kepada Nabi kita Muhammad SAW. Hadirin terhormat hampir dalam semua agama selalu ada perbedaan dalam memaknai takdir, begitupun di dalam agama islam. Seperti apapun kita memaknainya yang terpenting adalah mempercayai adanya qadha dan takdir. Ada hadits yang mengatakan bahwa, janin usia 120 hari (4 bulan) saat ditiupkan ruh telah ditetapkan 4 hal oleh Allah SWT yaitu, rezeki, waktu kematian, amal perbuatan, dan nasibnya bahagia atau celaka. Dari sini banyak orang mengartikan bahwa semua yang kita terima bersifat permanent dan sudah ditetapkan sehingga malas berusaha dan terjerumus kepada pemahaman jabariyah dan fatalistik, lalu harus bagaimana cara mengartikannya??? Ada 3 hal yang memang tidak bisa ditolak yaitu umur, rizki, dan jodoh tetapi ketentuan Allah yang lainnya masih bisa di anulir sesuai dengan kapasitas kemampuan yang kita lakukan untuk merubahnya. Seperti firman Allah dalam surat arrad ayat 11 yang artinya. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang ada pada diri mereka Sebaiknya manusia tidak banyak memperdebatkan apa yang ditakdirkan oleh Allah tetapi kita harus berusaha sebisa mungkin untuk berbaik sangka kepada Allah, dan melakukan semua usaha dengan gigih sesuai rel kebenaran yang dituangkan di dalam Al Quran dan Hadits Nabi saw. Dapat kita ambil kesimpulan bahwa tidak ada yang lebih baik kecuali berfikir positif dan berusaha keras untuk menyambut kebaikan dan balasan yang telah di janjikan oleh Allah, karena janji Allah bersifat pasti. Persoalan takdir dan pemahaman seseorang tentangnya selalu berbading lurus dengan kemampuan dan latar belakang keilmuan yang dimilikinya, semakin tinggi keilmuan yang dimilikinya maka semakin tepat dalam memahami dan meyakininya. Saya ingin mencoba mengutif kata-kata Samuel Smiles seorang tokoh reformasi Skotlandia. Yang berbunyi seperti ini : Tanamlah gagasan, petiklah tindakan. Tanamlah tindakan, petiklah kebiasaan. Tanamlah kebiasaan, petiklah watak. Tanamlah watak, petiklah nasib. Dimulai dari gagasan yang diwujudkan dalam tindakan, kemudian tindakan yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan berkali-kali akan menjelma menjadi watak, dan watak inilah yang akhirnya mengantarkan kita kepada nasib. Jadi nasib kita, kita sendirilah yang menentukan. Nasib kita ada di tangan kita. Demikian yang dapat saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya. Wassalamualaikum wr wb

You might also like