You are on page 1of 12

1

ASPEK PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG PADA


RUKUN IMAN PADA KEHIDUPAN AKHIRAT

(Tafsir QS. Qaaf Ayat 19-23 dan QS. Al Ala ayat 14-17)











Disusun Oleh :
Nama : Munawaroh






STIT AL MARHALAH AL ULYA
BEKASI
Tahun Periode 2011/2012
2

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan
salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, Keluarga, sahabat dan seluruh
umatnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas perkelompok mata kuliah TAFSIR
TARBAWI yang berjudul ASPEK PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG PADA
RUKUN IMAN PADA KEHIDUPAN AKHIRAT (Tafsir QS. Qaaf Ayat 19-23 dan QS. Al
Ala ayat 14-17) oleh dosen pembimbing Nur Laily Fauziyah, S.Pd.I, MA.
Dalam makalah ini penulis telah berusaha mengumpulkan berbagai referensi
dari kitab, buku, Al Quran serta internet yang mendukung dalam penyusunan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
mahasiswa/i STIT AL-MARHALAH AL-ULYA semester III.
Penulis mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan.
Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis agar dalam penyusunan
makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Penulis mengucapkan terimakasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.

Bekasi, Oktober 2011


Penyusun


3

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................... i
Daftar Isi ........................................... ii
Bab I Pendahuluan ................................ 1
Bab II Pembahasan ........................... 2
Aspek pendidikan yang terkandung pada rukun iman pada kehidupan akhirat
A. Tafsir QS. Qaaf Ayat 19-23 .............................................................. 2
B. QS. Al Ala ayat 14-17 ..................................................................... 6
Bab III Penutup ........................................................................ 8
Daftar Pustaka


BAB I
PENDAHULUAN

Percaya kepada adanya kehidupan akhirat termasuk rukun iman yang kelima. Di
dalam al-Quran banyak dijumpai ayat-ayat yang menjelaskan bahwa di samping
kehidupan di dunia ini ada pula kehidupan di akhirat, dan sering pula disandingkan
setelah beriman kepada Allah. Misalnya surat al-Baqarah ayat 177 menyebutkan bahwa
di antara ciri orang yang benar-benar bertakwa adalah mereka yang beriman kepada
Allah dan kepada hari akhir. Disebutkannya beriman kepada Hari Akhir sesudah
beriman kepada Allah menunjukkan bahwa beriman kepada adanya kehidupan di
akhirat merupakan hal yang amat penting. Hal tersebut berisi pesan bahwa,seorang yang
beriman kepada Allah dalam arti yang sesungguhnya atau berpura-pura beriman, hanya
4

dapat dilihat hasilnya di akhirat nanti. Demikian pula seseorang yang melakukan amal
ibadah dalam konteks iman kepada Allah akan dapat dilihat hasilnya di akhirat nanti.
Sejalan dengan itu, dalam berbagai literatur dijumpai adanya keimanan yang
bertingkat-tingkat. Yaitu ada yang imannya kuat (benar-benar berirnan antara hati,
ucapan dan perbuatannya), dan adapula yang imannya hanya sekedar dihati tidak
berpengaruh ke dalam perilaku. Demikian pula keimanan terhadap han akhir,
seharusnya memiliki dampak yang positif tidak hanya di akhirat nanti, tetapi juga di
dunia ini, mengingat ajaran dasar Islam mengajarkan, agar manusia berusaha meraih
kebahagiaan hidup di dunia dan di ikhirat. Keimanan yang demikian berarti
mengharuskan adanya keimanan pada hari akhir yang kuat pula. Untuk mencapai
tingkatan keimanan yang demikian itu, maka masalah keimanan termasuk salah satu
bidang kajian dalam pendidikan, mulai dari tingkat dasar sampai dengan tingkat
perguruan tinggi.
Berkenaan dengan itu, akan dikaji nilai-nilai pendidikan yang terkandung di
dalam QS. Qaaf ayat 19-23 dan Al Alaa ayat 14-17, serta bagaimana upaya-upaya
mendidik keimanan tersebut.





5

BAB II
PEMBAHASAN
Aspek Pendidikan Agama Tergandung Pada Rukun Iman Pada Kehidupan
Akhirat
A. Tafsir QS. Qaaf Ayat 19-23
O) *.- ^}4uOO- 1gOO-
;47.~E}4 7E4O'Ec gOE^-
--O4^) W ElgO 4` =e47
+OuLg` Og4` ^_ ECg+^4 O)
jOOO- _ ElgO NO4C
gOgN4O^- ^g ;47.~E}4 O7
^4^ E_EE` -j*.Ec /1jgE+4
^g ;- =e47 O) l-^EN ;}g)`
-EOE- 4L^4= El44N E47.CgN
ENO=4l 4O4O^- /Cg4 ^gg
4~4 +ONLC@O~ -EOE- 4` OO4.
N1g-4N ^g@

Artinya :
Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu
selalu lari daripadanya (19), dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari
terlaksananya ancaman
1
(20), dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan Dia
seorang Malaikat penggiring dan seorang Malaikat penyaksi (21),
Sesungguhnya kamu berada dalam Keadaan lalai dari (hal) ini, Maka Kami
singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, Maka penglihatanmu
pada hari itu Amat tajam. (22), dan yang menyertai Dia berkata : " Inilah
(catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku" (23)(Q.S. Qaaf, 50 :19-23)

Asbabun nuzul surah Qaaf

Surat Qaaf terdiri atas 45 ayat, termasuk golongan surat-surat makiyyah
diturunkan sesudah surat Al Mursalaat (surat ke 77).
Dinamai QAAF karena surat ini dimulai dengan huruf hijaiyyah
Qaaf.
....


6




Munasabah surat Qaaf dengan surat sebelum dan sesudahnya

Surat Al Hujuraat (sebelumnya) lebih banyak menguraikan soal-soal duniawi
sedangkan surat Qaaf lebih banyak menguraikan tentang ukhrawi.
Pada akhir surat Al Hujarat disebutkan keadaan iman orang badui yang sebenarnya
blom beriman. Hal tersebut dapat membawa meraka kepada bertambahnya
keimanan mereka atau sebaliknya mengingkari kenabian dan hari kebangkitan.
Sedang pada awal surat Qaaf disebutkan beberapa sifat orang kafir yang
mengingkari kenabian dan hari berbangkit.
Pada surat Qaaf disebutkan hal-hal mengenai hari berbangkit, pembalasan,
syurga dan neraka, sedangkan surat Adz Dzaariyaat (sesudahnya) dimulai dengan
menerangkan bahwa semua itu adalah benar dan pembalasan pada hari kiamat itu
benar akan terlaksana.
Pada surat Qaaf disebutkan secara sepintas lalu pembinasaan umat-umat dahulu
yang mendustakan rasul-rasul sedang pada surat Adz Dzaariyaat diterangkan
keadaan mereka dengan agak terperinci.

Tafsir Surat Qaaf ayat 19-23 mengenai Aspek pendidikan yang
terkandung pada rukun iman pada kehidupan akhirat

Di dalam Tafsir al-Maraghi, jilid IX, halaman 158, ayat-ayat tersebut
dikelompokkan bersamaan dalam ayat 16, 17 dan 18 surat Qaaf yang
menginformasikan bahwa Tuhan mengetahui sesuatu yang tergetar dan tergores
dalam hati manusia, dan Tuhan secara rohaniah lebih dekat dengan manusia
daripada urat lehernya. Pada ayat tersebut juga dijelaskan bahwa setiap amal
perbuatan manusia senantiasa dicatat dua malaikat yang berada di sebelah kanan,
dan di sebelah kiri. Segala gerik gerik dan ucapan manusia selalu diawasi oleh
kedua malaikat tersebut.
Dan pengelompokan tersebut dapat diketahui bahwa ayat 19 hingga 23 surat
Qaaf tersebut berhubungan dengan pembicaraan di sekitar niat, ucapan dan amal
penbuatan manusia yang selalu dipantau oleh Allah melalul malaikat-Nya. Hasil
pemantauan tersebut selanjutnya dapat diketahui secara obyektif di akhirat nanti.
Bagi orang yang amal perhuatannya baik semasa hidup di dunia, tentu saja akan
menghadapi sakarat al-maut dengan tenang. Sedangkan bagi orang yang amal
1.
Nama lain hari kiamat

7

perhuatannya buruk semasa hidup di dunia, tentu saja akan menghadapi sakarat al-
maut dengan tegang.


Al-Maraghi Iebih lanjut mengatakan bahwa ayat yang bebunyi:
;47.~E}4 7E4O'Ec gOE^-
--O4^)
maksudnya bahwa sakarat al-maut yang pada umumnya manusia berusaha keras
menghindarinya kini datang juga, tanpa dapat dihindari, dihalangi, dan tanpa
dipungkiri. Hal yang demikian sejalan dengan pendapat Ibn Katsir yang
mengatakan bahwa maksud ayat tersebut adalah bahwa dengan ayat tersebut
Allah mengingatkan kepada manusia bahwa sakarat al-maut itu akan datang
dengan pasti, sehingga tidak ada keraguan dan kebimbangan sedikitpun. Dalam
sebuah riwayat yang sahih disebutkan bahwa ketika maut datang menjemput
Rasulullah SAW, ia mengusap keringat dari wajahnya, dan berkata; subhanallah
inna lil mauti lasakaratun = Mahasuci Allah, sesungguhnya sakarat al-maut itu
ada pada Setiap orang yang akan meninggal.
Secara kebahasaan sakarat adalah jamak dan kata sakarah artinya mabuk. Kita
bisa melihat orang mabuk dan gejala-gejalanya seperti kepala pusing, perut mual,
mata berkunang-kunang, pikiran dan ucapan kacau tak terarah, keringat mengucur,
badan lemas dan sebagainya. Jika satu mabuk saja demikian adanya, maka
bagaimana dengan mabuk yang berlipat ganda bagaimana dihimpun dalam kata
sakarat. Sedangkan kata maut adalah lawan dari kata al-hayat , yang berarti mati
sebagai lawan dan kata hidup. Yaitu mati dan kehidupan gerak fisik sebagaimana
di dunia ini dan berpindah menjadi kehidupan yang bersifat spiritual.
Selanjutnya ayat yang berbunyi
ECg+^4 O) jOOO- _ ElgO NO4C
gOgN4O^-
maksudnya adalah bahwa pada saat sangkakala ditiupkan pada tiupan yang
pertama, maka itulah masa yang keadaannya amat dahsyat (al-Zaman al-Adziem
al-Ahwal), yaitu saat di mana Allah menjanjikan balasan siksa bagi orang-orang
yang ingkar kepada Allah SWT
Kemudian ayat yang berbunyi
;47.~E}4 O7 ^4^ E_EE`
-j*.Ec /1jgE+4
maksudnya adalah bahwa pada saat itu setiap manusia datang menghadap
Tuhannya dengan disertai malaikat yang menggiring (Saiq), dan malaikat yang
menjadi saksi (Syahid). Malaikat ini memberikan kesaksian terhadap amal
perbuatan yang dilakukan manusia selama masa hidupnya di dunia, yang
8

mencakup perbuatan yang baik atau yang huruk. Ibn Katsir mengemukakan,
bahwa di kalangan para ulama terdapat perbedaan pendapat di sekitar bagaimana
cara kedua malaikat tersebut melakukan pencatatan terhadap perbuatan manusia
tersebut. Yaitu apakah malaikat mencatat setiap kali manusia mengatakan suatu
perkataan, sebagaimana dikemukakan oleh al-Hasan dan Qatadah, atau apakah ia
mencatat pada segi pahala dan dosa yang terdapat pada ucapan manusia tersebut,
sebagaimana yang demikian itu dikemukakan oleh Ibn Abbas.
Adapun ayat
4~4 +ONLC@O~ -EOE- 4` OO4.
N1g-4N
menginformasikan bahwa adanya malaikat yang mencatat amal perbuatan
manusia, kematian yang akan menjemputnya, dan kehidupan akhirit yang akan
dilakoninya sering dilupakan. Hal-hal yang dilupakan semi hidup di dunia ini,
pada saat itu tampak jelas terlihat dan disaksikan oleh mata kepalanya sendiri, dan
kelupaan tersebut kini sudah tersingkap. Di hari akhirat nanti tidak ada lagi hal-hal
yang dapat dilupakan. Hal ini disebabkan karena sifat lupa itu merupakan watak
dari jasmani atau fisik. Sedangkan kehidupan di akhirat nanti, bukan lagi
kehidupan yang bersifat fisik, melainkan rohani, dan rohani ini tidak terkena sifat
lupa.
Lebih Lanjut Sayyid Quthub mengatakan bahwa surat ini adalah surat yang
menggetarkan. Banyak informasi tentang peristiwa besar yang terjadi di dalamnya,
peristiwa tentang kehancuran dunia, suara dan getaran yang pengaruhnya
menggetarkan jiwa manusia.
Dibacakannya surat tersebut pada Shalat Idul Fitri dan Shalat Jumat, tampaknya
belum begitu populer atau belum banyak dilakukan oleh sebagian besar para
ulama atau kalangan agamawan muslim. Yang lebih banyak dibacakan pada
Shalat Idul Fitri dan Shalat Jumat adalah surat al-Ala, yaitu surat yang ke
delapan puluh tujuh. Hal ini dapat dimengerti, karena pada surat al-Ala tersebut
juga terdapat informasi tentang kcadaan orang di akhirat nanti. Khusus pada ayat
14 sampai dengan ayat 17 surat al-Alaa dikemukakan bahwa orang yang akan
berbahagia di akhirat nanti adalah orang yang datang menghadap Allah dalam
keadaan jiwa yang bersih dari dosa. Pada bagian selanjutnya akan dijelaskan tafsir
pada surat Al Alaa ayat 14-19.





9




B. Tafsir QS. Al-Alaa (Yang Paling Tinggi) ayat 14-17

O) *.- ^}4uOO-
1gOO-
;~ EEU^ }4` _O+.4O> ^j
4OEO4 =c- gO)4O _O->=
^) 4 4pNOgu> E_O41E^-
4Ou^O- ^g 7E4O=E-4
OOE= -O4 ^_
Artinya :
Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman),
(14) dan Dia ingat nama Tuhannya, lalu Dia sembahyang. (15) tetapi kamu
(orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. (16) sedang kehidupan akhirat
adalah lebih baik dan lebih kekal. (17) (Q.S Al Alaa ayat 14-17)

Asbabun nuzul surah Al Alaa

Surat Al Alaa terdiri atas 19 ayat, termasuk golongan surat-surat
makiyyah diturunkan sesudah surat At Takwiir (surat ke 81).
Dinamai Al Alaa karena diambil dari kata Al Alaa yang terdapat
pada ayat pertama berarti Yang Paling Tinggi.
....


Munasabah surat Al Alaa dengan surat sebelum dan sesudahnya

Surat AthThaariq (sebelumnya) diterangkan tentang penciptaan manusia dan
diisyaratkan pula penciptaan tumbuhan-tumbuhan, sedang pada surat Al Alaa
diterangkan bahwa Allah menciptakan alam dengan sempurna dan dengan ukuran-
ukuran tertentu.
Pada surat Al Alaa diterangkan secara umum tentang orang yang beriman,
orang yang kafir, syurga dan neraka. Kemudian dalam surat Al Ghaasyiyah
dikemukakan kembali dengan cara yang lebih luas.



10



Tafsir Surat Qaaf ayat 19-23 mengenai Aspek pendidikan yang
terkandung pada rukun iman pada kehidupan akhirat
Di dalam Tafsir al-Maraghi dijelaskan sebagai berikut aflaha artinya beruntung
dan selamat dan siksaan di akhirat; tadzakka antinya bersih dari kotoran dosa yang
disebabkan menentang kebenaran dan keras hati. Wadzakara asna rabbih artinya
menyebutkan sifat-sifat Allah dalam hati, seperti tentang keagungan dan kehebatan-
Nya. Sedangkan fa shalla artinya merendahkan dan menundukkan dirinya terhadap
segala perintah Allah.
Jiwa yang bersih sebagaimana disebutkan pada ayat tersebut dapat dilakukan
dengan keimanan kepada Allah serta menolak kemusyrikan, serta membenarkan
terhadap segala yang dibawa oleh Rasulullah SAW disertai amal salih. Sedangkan
menyebut nama Allah lalu mengerjakan shalat, maksudnya adalah menghadirkan sifat-
sifat keagungan dan kesempurnaan Allah didalam hati sanubari, kemudian patuh dan
tunduk terhadap keagungan dan kehebatanNya. Seseorang yang menyebut nama
Tuhan-nya dan mengagungkannya didalam hati, serta takut dari ancamannya kemudian
jiwanya penuh dengan rasa takut adalah termasuk orang yang imannya kokoh.
Selanjutnya orang yang selalu benar terhadap apa yang dilakukannya, niscaya akan
mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupap dunia, Hal yang demikian sejalan
dengan pendapat akal yang sehat dan petunjuk syara.
Diketahui bahwa kehidupan akhirat bersifat kekal dan kenikmatannya tidak akan
pernah sirna, tidak ada kekurangan dan cacat, sedangkan kehidupan duniawi akan sirna,
terkena oleh kerusakan. Barangsiapa yang lebih mendahulukan kehidupan duniawi, dan
mencintai perhiasan duniawi, berarti orang tersebut tidak membenarkan adanya
kehidupan akhirat, atau keimanan orang tersebut tidak dapat melewati ucapannya, dan
tidak sampai pada hatinya. Dengan demikian, balasan pahala sebagaimana dijanjikan
bagi orang-orang yang beriman tidak sampai kepada orang tersebut. Karena itu
demikian pentingnya mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan akhirat,
maka Allah SWT mengingatkan dalam ayat berikut pada pemakalah selanjutnya.

11

BAB III
KESIMPULAN
Dengan uraian beberapa ayat Al-Quran tentang iman kepada kehidupan akhirat
di atas dapat memberikan perenungan bahwa kehidupan akhirat adalah suatu hal yang
akan kita jelang sebagai suatu bentuk ke-Maha kuasa dan Maha adilnya Allah terhadap
setiap perbuatan dan amal baik buruk manusia selama kehidupannya di Dunia fana yang
akan dievaluasi dan dinilaihasilnya di kehidupan akhirat kelak.
Anak yang beriman, sehat jasmani maupun ruhani serta terpelajar selalu menjadi
harapan setiap keluarga muslim. Karena itu, setiap orang tua bertanggungjawab atas
kesejahteraan dan pendidikan anak-anaknya, terlebih pendidikan agama. Mereka akan
dimintai pertanggungjawabannya di yaumul hisab.
Anak memerlukan pendidikan, baik umum maupun agama. Namun sayang,
masih banyak orang tua yang melupakan atau kurang memperhatikan pendidikan agama
anak-anaknya. Padahal agama yang menuntun kehidupan manusia agar selalu dalam
kebenaran dan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.
Maka dari itu menanamkan keimanan kepada Allah dan iman kepada hari akhir
semenjak anak-anak akan menjadikan mereka mempunyai bekal dalam menghadapi
hidup.
Anak yang mendapatkan pendidikan tentang keimanan kepada Allah dan hari
akhir akan selalu bersandar pada ketentuan Allah. Ia akan menjalankan kewajiban-
kewajiban yang telah Allah berikan dan akan selalu menjauhi apa yang di larang oleh
Allah.

12

DAFTAR PUSTAKA

Al Quran dan Terjemahnya EDISI LUX Jakarta, 5 Desember 1984
Surin Bachtiar, 1991, Adz-dzikraa terjemah dan tafsir Al Quran juz 16-20, Angkasa
Bandung, bandung, 1991.
Surin Bachtiar, 1991, Adz-dzikraa terjemah dan tafsir Al Quran juz 26-30, Angkasa
Bandung, bandung, 1991.
http://ku-li-ah.blogspot.com/2011/10/tafsir-quran-semester-ii.html
http://www.scribd.com/doc/56524542/Aspek-Pendidikan
http://kuliahsyariah.wordpress.com/2010/06/30/pengaruh-iman-kepada-allah-dan-hari-
akhir-bagi-pendidikan-anak/
Tafsir ayat-ayat pendidikan karangan Abuddin Nata hal 113-120

You might also like