You are on page 1of 35

Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

PERNIKAHAN ADALAH IBADAH YANG


SAKRAL
OLEH : H MAS’OED ABIDIN

MUKADDIMAH

Pernikahan adalah ibadah yang sakral. Mempunyai risiko


hukum yang sangat memungkinkan terjadinya pengharaman
pada waktu yang tidak kita sadari.

Buya H. Masoed Abidin


Maka, harus diperhatikan dalam mengaplikasikan hadits
berikut,
"Empat hal yang dibolehkan jika keempat hal itu diucapkan,
yaitu : "Thalaq, memerdekakan (hamba sahaya), Nikah
dan Nadzar."
Seperti diriwayatkan dari Umar RA., bahwa Ali bin Abi Thalib
Karamallhu wajhahu, berkata; "Tidak ada gurauan dalam
keempat hal itu."
Yang dimaksud dengan gurauan di sini adalah bermain-main
dengan menyebut suatu ungkapan yang bukan pada
tempatnya, seperti seorang berkata, "Aku nikahkan kamu
dengan putriku", sementara ia sendiri tidak bermaksud

1 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

menikahkan putrinya itu, dengan lawan bicaranya yang laki-laki


tersebut.
Demikian Ali bin Abi Thalib RA berpendapat dalam riwayat
Umar dimaksud.
Hal yang terpenting dalam kehidupan di dunia ini adalah
kebahagiaan, sesuai dengan tujuan kehidupan manusia
"sebuah proses penyempurnaan".
Di akhirat tidak ada lagi penyempurnaan, seperti yang kita
alami di dunia ini.
Proses penyempurnaan hanya ada di dunia, dengan makna
bahwa di akhirat kita akan menerima sesuai dengan apa yang
diperbuat di dunia ini.
Maka, kehidupan di dunia ini seperti ungkapan, "Dunia
tempat beramal, dan akhirat adalah tempat menerima
ganjarannya", sesuai dengan apa yang kita usahakan di
dunia, kita renungkan hadits ini,

،ُ‫ وَالْجَارُ ا ْلصّالِح‬،ُ‫ وَالْمَسْكَنُ ا ْلوَاسِع‬،ُ‫ اَلْمَ ْرَأةُ الصّالِحَة‬:ِ‫ن السّعَا َدة‬ َ ِ‫أَرْبَعٌ م‬
،ُ‫ وَالْمَ ْرأَةُ السّوْء‬،ُ‫ الْجَا ُر الْسُوء‬:ِ‫ب الْحَنِيْ ُء ~ َوأَرْبَعٌ مِنَ الشّقَاء‬ ُ َ‫وَالْمَرْك‬
ٌ‫حبّان‬
ِ ‫ن‬ ْ ‫ رَوَاهُ َأ‬.ُ‫ وَالْمَسْكَنُ الضّ ّيق‬،ُ‫سوْء‬
ُ ْ‫ح َمدٌ وَ ِإب‬ ّ ْ‫ب ال‬
ُ َ‫وَالْمَرْك‬
"Empat hal yang merupakan kebahagiaan, yaitu:
perempuan shalehah, rumah yang luas, tetangga yang
baik, kendaraan yang nyaman. Empat hal yang
merupakan penderitaan, yaitu: tetangga yang jahat,
istri yang jahat, kendaraan yang buruk dan tempat
tinggal yang sempit." (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).

Dari hadist ini, didapati bahwa perempuan yang shalehah


adalah perempuan yang patuh pada ajaran agama, suami, dan
menjaga hati suaminya, pandai menjaga kehormatan dan
martabatnya dan keluarganya.

Rumah yang luas adalah tempat tinggal yang sarat dengan


nilai-nilai religius, saling amanah (mempercayai), terhindar dari
rona keduniaan, yang dapat melupakan perintah Allâh.

2 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

Dalam kehidupan di dunia ini, perlu ada keyakinan bahwa


hanya Allâh satu-satunya pembimbing keluarganya mereka
(QS. Al-Munâfiqûn/63: 9).

Keluarga sedemikian akan berkata, “rumahku adalah sorgaku”.


Maka menikah itu separoh dari agama, sebagaimana sabda
Rasul Allâh SAW,

.‫ رَوَاهُ ال َب ْيهَقِى‬. ‫ف الْبَاقِي‬


ِ ْ‫ل فِي اْلنّص‬
َ ‫قا‬
ِ ّ‫ن َفاْليَت‬
ُ ْ‫ف اْلدّي‬
ُ ْ‫اِذَا تَ َز ّوجَ اْلعَبْ ُد َفقَ ِداْستَعْ َملَ ِنص‬
“Apabila telah nikah seseorang, maka ia benar-benar
telah menyempurna-kan seruan agama. Maka hendaklah
ia takut kepada Allâh pada separoh yang tinggal” (HR.
Baihaqiy).

DORONGAN UNTUK MELANGSUNGKAN PERNIKAHAN

Mengenai pernikahan ini Rasul Allâh, Muhammad SAW (570-632


H) , memberi dorongan kepada para Pemuda yang telah
mampu, pesan itu diungkapkan dalam hadits berikut ini,

ُ‫ قَالَ َلنَارَسصُولُ الِ صَصلّى ال‬:َ‫عبْدِ الِ بْنِص مَسْصعُوْدٍ قَال‬ َ ‫عَنْص‬
َ‫ع مِ ْنكُم صُ ا ْلبَائَة‬َ ‫شبَاب صِ مَن صِ اس ْص َتطَا‬ ّ ‫ يَا مَعْشَرَ ال‬:َ‫عََليْه ِص وَس صَلّم‬
ْ‫فَ ْل َيتَزَوّج صْ َفِإنّه صُ َأغَضّ لِ ْلبَص صَ ِر وَأَحْص َصنُ لِ ْلفَرْج ِص وَمَن صْ لَم ص‬
َ ّ‫ َروَاهُ ُمتَفَق‬.ٌ‫ه وِجَاء‬
ِ‫عَليْه‬ ُ ‫صوْمِ فَِإنّهُ َل‬
ّ ‫يَسْ َتطِعْ َفعََليْ ِه بِال‬
"Rasul Allâh SAW bersabda : "Wahai para pemuda, siapa
saja di antara kamu sudah mampu (lahir dan bathin)
untuk berkeluarga, maka kawinlah. Sesungguhnya hal
yang demikian lebih memelihara pandangan mata,
memelihara kehormatan, dan siapa yang belum mampu
untuk berkeluarga, dianjurkan baginya untuk berpuasa,
karena hal itu akan menjadi pelindung dari segala
perbuatan memperturutkan syahwat." (HR. Mutafaqq
`alaihi).

Dan Allâh meridhai akan hal ini, serta memberikan statemen


yang patut diyakini yaitu;

3 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

“Kesulitan dalam pelaksanaan nikah, sebagaimana firman


Allâh: Yakinlah, jika kamu miskin Allâh akan memampukan
kamu dengan karunia (rezki-Nya), dan Allâh Maha luas
(pemberian-Nya).” (Bukhâriy, Jilid 3, Juz 7, halaman 8).

ُ‫ إِنْ ّيكُو ُنوْا ُفقَرَاءَ ُيغْ ِنهِم‬... :‫ لقوله تعالى‬,‫تزويج العسر‬


.ٌ‫الُ مِنْ فَضِْلهِ وال وَاسِعٌ عَِليْم‬

Dari kandungan hadits di atas, dapat disimpulkan ;


a) Dorongan bagi generasi muda yang telah mampu lahir
bathin untuk segera melangsungkan pernikahan dan
berkeluarga.
b) Pernikahan itu lebih mampu memelihara kehormatan diri.
c) Dorongan untuk melakukan puasa, sunat bagi pemuda yang
belum mampu kawin, untuk maksud membentengi diri dari
syahwat.

Dorongan ini muncul karena pentingnya melangsungkan


sebuah pernikahan yang akan melanggengkan kehidupan.

Bahkan, ketika manusia dalam keadaan berduka, berada dalam


kemiskinan bukanlah penghalang untuk melangsungkan
pernikahan, karena Allâh menjamin rizkinya.

“ Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian – yakni,


hendaklah laki-laki yang belum kawin atau perempuan-
perempuan yang tidak bersuami, dibantu agar mereka dapat
kawin --, di antara kamu, dan orang-orang yang layak
(berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki, dan
hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin
Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah
Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-
Nûr/24: 32).

Dengan demikian akan terjamin keseimbangan dalam


kehidupan, yaitu suami-isteri.

Dianjurkan memilih calon isteri/suami yang jauh dari hubungan


keluarga, seperti anjuran Umar bin Khaththab RA.,
4 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

"Aghribu wa lâ tadhawwu" (carilah yang jauh/asing dan jangan


kamu menjadi lemah).

Hal ini akan menjadi satu perekat tali persaudaraan muslim


semakin besar.

Bila sudah ada kemampuan, tetapi tidak mau melakukan


pernikahan, akan mengundang bahaya, sebagaimana
dipaparkan Rasul Allâh SAW,

ُ‫َأكْثَرُ مَا يُدْخِلُ النّاسَ النّارَ ا ْلفَمُ وَا ْلفَ ْرج‬


‫صحِ ْيحِ ِه‬
َ ‫ن فِى‬
ٌ ‫حبّا‬
ِ ُ‫رَوَا ُه الّترْ ُمذِىوَِإبْن‬
Yang paling banyak menjerumuskan manusia kedalam "
neraka adalah mulut dan kemaluannya." (HR. Al-Tirmidziy
.)dan dia berkata hadits ini shahih

Sabda Rasul Allâh SAW mengingatkan, "Ada tiga faktor yang


membinasakan manusia yaitu mengikuti hawa nafsu,
kikir yang melampaui batas dan mengagumi diri
sendiri." (HR. al-Tirmidziy).

Sabda Nabi Muhammad SAW, menyebutkan, "Rasa malu dan


iman itu sebenarnya berpadu menjadi satu, bilamana
lenyap salah satunya hilang pulalah yang lain." (Hadits
Qudsi)

Dari bebrapa pedoman ini, dapat disimpulkan bahwa agama


Islam sangat mengecam pola hidup yang lebih menyukai
membujang (celibat), yaitu hidup tanpa ada ikatan perkawinan
yang sah.

Islam juga melarang kalau keadaan tersebut terjadi dalam


kondisi ia mampu untuk nikah, kecuali ada alasan biologis,
seperti impoten .

Hidup membujangkan memberi peluang untuk berbuat serong,


jauh dari fitrah manusia yang sesungguhnya, mudah jatuh
kelobang zina.

Pantaslah Imam Ahmad mengatakan, "Aku tidak tahu ada dosa


yang lebih besar setelah membunuh jiwa daripada zina".

5 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

Selanjutnya manusia akan berjuang untuk menghalalkan Zina


seperti yang diprediksi oleh Rasul Allâh SAW berikut,
‫حرِيْر َوَالْخَ ْمرَ وَالْمَعَازِف‬
َ ْ‫حّلوْنَ ا ْلحِرَ وَال‬
ِ َ‫لَيَ ُكوْ َننّ فِى ُأمّتِى أَ ْقوَامٌ يَسْت‬
َ"Pasti akan ada dari umatku suatu kaum yang
(berusaha) menghalalkan zina, sutra, khamar (segala
yang dapat merusak akal), dan alat-alat musik !" (HR. Al-
Bukhâriy).

Dengan peringatan-peringatan Rasul Allâh SAW di atas, maka


beliau sekaligus membatasi pergaulan umatnya hal itu dapat
: kita ketahui pada hadits berikut

ْ‫سلِم‬
ْ ُ‫َروَاهُ ا ْلبُخَارِى َوم‬ ٍ‫حرَم‬
ْ َ‫ن رَجُلٌ بِا ْمرَأَ ٍة إِلّ مَعَ ِذيْ م‬
ّ َ‫ليَخْلُو‬
َ
"Janganlah sekali-kali (di antara kalian) berduaan
dengan perempuan, kecuali dengan mahramnya." (HR. Al-
Bukhâriy dan Muslim).

Dengan peringatan Nabi SAW ini, diantisipasi timbulnya


pelanggaran hukum yang diharamkan, dan sekaligus
merupakan perlindungan hak-hak setiap sendi kehidupan, baik
pribadi muslim maupun antar manusia dengan Sang Khaliq.

Rasul Allâh SAW sendiri lewat hadits-hadits beliau telah


menyatakan batasan-batasan tersebut sebagai syari`at
(ketentuan agama Islam).

POSISI KAUM PEREMPUAN

Islam sangat menghormati kedudukan perempuan, "Sorga


ditelapak kaki Ibu", artinya diterangkan oleh hadits lain, bahwa
"Keridhaan Allâh terletak pada keridhaan kedua orang tua
(ayah dan ayah).

Dalam masalah posisi perempuan ini, Nabi Muhammad SAW


seakan memberikan penghormatan kepada perempuan (ibu)
adalah tiga banding satu dengan kaum lelaki (ayah).

Selain itu, « perempuan adalah tiang negara, rusak perempuan


maka rusaklah negara », demikian ungkapan Rasul Allâh SAW.

6 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

Perempuan adalah ibu yang menjadi pendidik pertama dari


generasi yang dilahirkannya.

Sebagai perempuan selayaknya kembali kepada fitrah yang


telah digariskan penciptanya.

Kita patut mensyukuri, bahwa agama Islam telah


mengembalikan fitrah kaum perempuan dari rongrongan
kebiasaan jahiliyah dari kaum terdahulu, yang telah
mengingkari kehadiran kaum perempuan, dan menganggap
kedudukan perempuan sangat rendah.

Sejak awal kejadian Adam dan Hawa, iblis dan syaithan, selalu
berusaha menjerumuskan suami (kaum lelaki) atas rayuan
sang perempuan (isterinya), hal ini tercatat dalam sejarah
kehidupan manusia.

Di samping hal tersebut, memang sudah menjadi skenario sang


Pencipta, agar manusia dapat berkembang biak di atas bumi,
namun satu hal telah terbukti sampai saat ini, di satu sisi
bahwa kaum perempuan dapat berkemampuan menjadi
penakluk kaum pria, selain dari mereka juga dicipta untuk
memberikan ketenangan terhadap jiwa kaum pria (sang suami).

Inilah satu kenyataan, sampai sekarang, kaum perempuan


berkemampuan menghidupkan suana hidup yang indah dan
bahagia.

Ini terjadi, tentu harus dibimbing oleh nilai-nilai Islam yang


luhur.

Masalah yang timbul di zaman modern di era globalisasi ini,


karena didorong oleh paham kebebasan (liberalisme) dan
kebendaan (materialisme), bahkan karena mengedepankan
hak-hak yang mengutamakan kepentingan sendiri
(individualisme), telah berdampak memenjarakan kembali
kaum perempuan menjadi obyek pemuasan nafsu rendah, dari
manusia yang tidak beretika religi (tidak berakhlak agama),
menjadi mangsa dari porno aksi dan pornografi yang kemudian
dianggap perempuan adalah bagian dari kreativitas seni
semata.

7 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

Inilah sebuah bahaya yang lahir dari paham sekuler, di mana


tidak lagi memikirkan kesejahteraan hidup, melainkan hanya
memikirkan nilai jual yang kadang kala sangat merusak moral.

Maka sadar kembali kepada tuntunan Islam, berarti tidak


berpaling dari kodrat sebagai kaum perempuan, yang
mempunyai kelebihan dan kekurangan sesuai kehendak
Pencipta, dengan memelajari Al-Qur’ân dan Sunnah, sebagai
dinasehatkan oleh umm al-Mukminîn. jadilah isteri shalehah,
inilah yang disenangi Rasul Allâh lewat sabdanya,

‫ت قُرّةُ عَيْنِى فِي الصّلَة‬


ْ ‫ث الطّ ّيبُ وَالنّسَاءُ َوجُ ِعَل‬
ٌ ‫ل‬
َ َ‫حُ ّببَ ِإلَيّ مِنْ دُنْيَاكُمْ ث‬
“Ada tiga hal yang sangat aku senangi di dunia ini,
yaitu: Wangi-wangian, Isteri shalehah, dan ketenangan
saat shalat.”(Imam Nawawi, 2005, hal. 75).
ِ

Kalau isteri kaya dalam hal harta benda, jika istri itu memiliki
keikhlasan dengan senang hati menaruhkan hartanya kepada
suaminya atas dasar kasih sayang, dan suami yang tadinya
dalam keadaan miskin dan dengan amanah memelihara
amanah dari istrinya, maka keduanya pasti akan mendapat dua
pahala, satu pahala ibadah dan satu pahala sedekah, karena
harta isteri merupakan hak isteri.

Shahabat Rasul Allâh SAW, yakni Umar bin al-Khatthab RA, juga
pernah berkata,

ُ‫س نَ َفرٍ أَنّهُ ْم اَ ْهلُ الْجَنّ ِة الْ َفقِيْ ُر صَاحِب‬


ِ ‫علَى خَ ْم‬
َ ُ‫ب لَشَ ِهدْت‬ ِ ْ‫ل اْدّعَا ُء الْغَي‬
َ ْ‫لَو‬
‫ل وَالْمَرْئَةُ الرّاضِى عَنْهَا َزوْجُهَاوَالْمُ َتصَدّقَ ُة بِمَهْرِهَاعَلَى َزوْجِهَا‬ ِ ‫اْلعِيَا‬
.ِ‫وَالْرّاضِى عَنْهُ اَ َبوَاهُ وَالْتّائِبُ مِنْ الذّنْب‬
“Sekiranya tidak takut dituduh mengetahui yang ghaib,
tentulah aku mau bersaksi bahwa kelima golongan
manusia ini adalah termasuk ahli surga, yaitu: a. Orang
fakir yang menanggung nafkah keluarganya; b.
perempuan yang suaminya ridha kepadanya; c. Isteri
yang menshadaqahkan mahar/ maskawinnya kepada
suaminya; d. Anak yang kedua orang tuanya ridha
kepada dirinya; dan e. Orang yang bertobat dari
kesalahannya.”

8 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

Demikian agama Islam mengajarkan umatnya, untuk selalu


bersikap ridha dan syukur atas apa yang telah ditakdirkan oleh
Allâh kepada mereka.

Dengan sikap ini pula dapat merasakan betapa indahnya


kehidupan berkeluarga, dengan nikmat besar “rumahku adalah
surgaku”.

Konsep-konsep demikianlah yang seharusnya dimunculkan oleh


kaum perempuan pada masa ini, saling membutuhkan, dan
memberi kemudahan dalam berbagai persoalan hidup yang
dihadapi.

Saling menjaga keutuhan rumah tangga.

KAUM PEREMPUAN PENDIDIK GENERASI DENGAN


AKHLAK MULIA

Perempuan muslim mesti memiliki SAHSIYAH sebagai pendidik


generasi dimulai dari rumah tangganya.

Tidak diragukan lagi bahwa kaum perempuan (ibu) adalah


murabbi yang punya kepribadian baik, serta uswah hidup yang
terpuji.

Dengan modal akhlak ini, kaum perempuan (ibu) akan mampu


melukiskan kesan positif dalam diri anak yang dilahirkan dari
rahimnya.

Alat teknologi modern walau bagaimanapun canggihnya, tidak


akan dapat mengambil alih peranan ibu sebagai pendidik anak
(generasi) yang dilahirkannya.

Faktor manusia tetap diperlukan dalam proses pembentukan


dan pematangan sikap pribadi generasi demi generasi dalam
menanamkan laku perangai -- sahsiah – pada si anak.

Tegasnya sahsiah mencerminkan watak, sifat fisik, kognitif,


emosi, sosial dan rohani seseorang

Ciri Utama dari sahsiah (‫ )شخصية‬bermakna pribadi atau


personality, yang menggambarkan sifat individu yang

9 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

merangkum padanya gaya hidup, kepercayaan, harapan, nilai,


motif, pemikiran, perasaan, budi pekerti, persepsi, tabiat, sikap
dan watak seseorang.

Banyak kajian telah dibuat tentang sifat-sifat yang perlu ada


pada seorang ibu atau bapak yang berperan sebagai murabbi
atau pendidik yang akan menghasilkan kesan mendalam pada
proses pembentukan watak anak dan generasi, sesuai dengan
yang mereka sampaikan.

Dari beberapa penilitian terdapat senarai panjang yang


menerangkan sikap yang diinginkan, dan seharusnya dimiliki
para orang tua, yang akan berperan menjadi murabbi (pendidik
dan pelindung) terhadap generasi yang di bawah tanggung
jawab mereka.

Di antara yang sangat utama, adalah :

Berkelakuan baik (penyayang dan penyabar), mampu


menguraikan masalah dengan jelas, berdisiplin, mampu
menarik perhatian anak (generasi), artinya jadi panutan.

Amanah dan menunaikan janji, mempunyai sahsiah yang


dihormati, mempunyai arahan yang jelas dan spesifik,
berkemauan yang kuat, berbakat pemimpin yang tinggi, artinya
memberikan contoh dalam akhlak dan ibadah.

Mempunyai pengetahuan yang luas, tidak menyimpang dari


tajuk pendidikan watak yang akan dibentuk, memiliki suara
yang baik, merangkul dan mendidik, mengenal titik kuat dan
lemah dari anak (generasi).

Pandai memberi nasihat, simpati terhadap kelemahan anak


(generasi), pandai memilih kata-kata, tanggap dengan suasana
anak (generasi) di rumah, artinya menjadikan rumah menjadi
benteng pembentukan watak generasi.

Mengujudkan sikap kerjasama dan bersemangat riadah dan


kedisiplinan
Karena beratnya tanggung jawab tersebut, maka sifat dan ciri
dari orang tua muslim dan muslimah hendaklah merangkum :

A. Sifat Ruhaniah dan Akidah


1. Keimanan yang kental kepada Allah yang Maha
10 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

Sempurna
2. Keyakinan terhadap hari akhirat, hari berbangkit dan hari
pembalasan
3. Kepercayaan kepada seluruh para Rasul dan asas arkan
al iman.

B. Sifat-Sifat Akhlak
1. Benar dan jujur
2. Menepati janji dan Amanah
3. Ikhlas dalam perkataan dan perbuatan
4. Merendah diri – tawadhu’ --
5. Sabar, tabah dan cekatan
6. Lapang dada – hilm --, Pemaaf dan toleransi
7. Menyayangi, bersikap pemurah, zuhud dan berani
bertindak.

C. Sifat Mental, Kejiwaan dan Jasmani

1. Sikap Mental, cerdas, mengasuh turunannya, luas


pengetahuan, sehat watak, fasih, bijak dan cakap, dan penuh
kasih sayang.

2. Sifat Kejiwaan, tenang, optimis dalam hidup, penuh


harap kepada Allah , tenang jiwa, percaya diri, lemah lembut,
berfikiran luas dan menyesuaikan diri dengan masyarakat
dan lingkungan.

3. Sifat Fisik, mencakup sehat tubuh dan berusaha selalu


menarik, bersih, rapi (kemas) dan menyejukkan.

Orang tua (ibu bapa) muslim adalah pendidik generasi


(murabbi) yang mempunyai sahsiah yang baik dengan
mengamalkan etika Islam dengan personaliti terpuji, yang
sangat bergantung kepada sikap mental dalam menyikapi
tantangan hidup.

Secara teori human behavior tampak bahwa sikap mental


manusia dipengaruhi oleh, atau dibentuk oleh, nilai luhur
agama, ideologi, pengalaman sejarah, tradisi di lingkungannya,
situasi, keinginan dan norma. Inilah yang akan memunculkan
perilaku seseorang baik tingkah individu maupun sosial.

11 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

Berdasarkan hal di atas untuk menimbulkan perilaku yang


luhur, individu maupun sosial maka mesti menjaga nilai-nilai
luhur berdasarkan nilai-nilai luhur agama dan sosial-budaya.

Para Nabi dan Rasul yang telah diutus kepada manusia


bertugas memberikan tuntunan akhlak dalam setiap prilaku
kehidupan. Rujukan dari tuntunan akhlak dimaksud adalah
wahyu Allah, yang hanya terdapat pada Kitabsuci Samawi.

Tuntunan dimaksud tidak hanya sebatas teori, tetapi dalam


bentuk prilaku dalam semua tingkat pelaksanaan hubungan
kehidupan, dalam bentuk prilaku, contoh dan uswah.

Firman Allah menyebutkan, “Sesungguhnya telah ada bagi


kamu pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik
(uswah hasanah), yaitu bagi orang yang mengharap[kan
rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah” (QS.33, al Ahzab : 21).

Rasulullah SAW menyebutkan satu tugas risalahnya sebagai


“Hanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia” (al Hadist).

Kita dapat menyimak ada 20 Watak Terpuji menurut ajaran


Rasulullah SAW, di antaranya adalah, 1. Berilmu (‘alim), 2. Adil,
3. Cakap (fathanah), 4. Berani (shiddiq), 5. Berbudi pekerti
halus/luhur, 6. Dermawan (Pemurah), 7. Pemaaf, 8. Waspada
(hati-hati), 9. Teguh janji dan Selalu mencari kebenaran, 10.
Menjaga rahasia (amanah), 11. Selalu bersungguh sungguh
(mujahadah), 12. Bijaksana (hikmah dan berpikir cepat), 13.
Rendah hati (Tawadhu'), 14. Tidak iri (tidak hasad), 15. Sabar,
16. Pandai berterima kasih (syakiriin), 17. Mampu
mengendalikan keingi¬nan hawa nafsu (istiqamah), 18.
Diplomatis, taktis, dan tidak mudah terpengaruh oleh desas
desus dan fitnah, 19. Mampu mengatur dan memperhatikan
kelilingnya dengan cara menasehati dan mengkri¬tik secara
terarah (tabligh), 20. Tidak mengangkat orang yang kufur dan
durhaka sebagai pemimpin.

Pentingnya akhlak di ungkapkan penyatir sebagai berikut,


“innama umamul akhlaqu maa baqiyat, wa inhumu dzahabat
akhlaquhum dzahabuu”, dapat diartikan, “tegak rumah karena

12 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

sendi, sendi hancur rumah binasa. Tegaknya bangsa karena


berbudi, budi hancur luluhlah bangsa”.

Masyarakat Minangkabau yang memiliki falsafah hidup “adat


basabdi syarak, syarak basasndi kitabullah”, banyak
menampilkan pepatah tentang akhlak ini.

Antara lain bisa disebutkan, “Nan kuriak kundi, nan sirah sago,
nan baiak budi, nan indah baso” , atau “Bahaso manunjuakkan
banso” artinya bahasa menunjukkan bangsa, yakni baik buruk
perangai (akhlak) menunjukkan tinggi rendahnya asal
keturunan (bangsa).

Akhlak Budi Pekerti, tidak dapat dilupakan selamanya, dan


senantiasa disebut-sebut, walaupun sipelakunya sudah tiada,
“Utang ameh buliah dibaia, utang budi dibao mati”.

TUNTUNAN UNTUK MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH

A. SEBELUM NIKAH

Sebelum melangsungkan akad pernikahan maka hendaklah


seorang perempuan memperhatikan calon suaminya atau laki-
laki memperhatikan calon isterinya.

Ulama telah memberikan kriteria perempuan yang baik dan


begitu juga dengan laki-laki.

Menurut Subki Junaedi, kriteria isteri yang baik itu menurut


Rasul Allâh SAW menggaris bawahi dengan sabdanya;

ُ‫اَ ْلمَ ْرءُعَلَىِ ديْنِ خَِليْلِهِ فَ ْل َي ْنظُرُأَحَ ُدكُمْ مَنْ يُخَالِل‬


“Seseorang perempuan akan mengikuti pendirian
sahabat karibnya, karena itu hendaknya seseorang itu
memperhatikan, siapa yang harus dikawininya”..

Ungkapan itu disambut dengan sebuah sya`ir, “Kawini


perempuan yang kecil lalu kupenuhi, kendaraan yang
lebih kusukai adalah yang belum dikendarai. Banyak biji

13 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

permata yang berlubang, lalu diuntai, tetapi ada juga


yang belum berlubang.

Diteruskan, “Sungguh kendaraan yang dikendarai tidak akan


lezat, sebelum diikat dan diatur tali penambat. Permata bagi
pemiliknya belum berarti, sehingga diuntai dengan rapi dan
dilubangi.

MESTI DIPERHATIKAN SEBELUM MELANGSUNGKAN PERNIKAHAN

1. KRITERIA MEMILIH PASANGAN HIDUP PEREMPUAN:

a) SHALEH BERAGAMA ISLAM DAN BERAMAL (QS. Al-Nisâ’/4: 34)

Rasul Allâh SAW bersabda, “Perempuan dinikahi karena


empat faktor: Pertama, karena harta; Kedua, karena
kecantikan; Ketiga, kedudukan; dan Keempat,
karena agamanya. Maka hendaklah engkau pilih
yang taat beragama, engkau pasti bahagia.” (HR.
Bukhâriy dan Muslim).

b) BERASAL DARI KETURUNAN YANG BAIK-BAIK


Rasul Allâh SAW bersabda, “Jauhilah oleh kamu sicantik
yang beracun!, lalu sahabat bertanya: “Wahai Rasul Allâh,
siapakah perempuan yang beracun itu? jawab Rasul
Allâh,”Perempuan yang cantik tapi berada dalam
lingkungan yang jahat.” (HR. Dâr al-Quthniy).

c) MASIH PERAWAN
Diriwayatkan dari Jabir, Rasul Allâh SAW bersabda,
“Sesungguhnya Rasul Allâh telah berkata kepadanya, kata
Beliau: “Hai Jabir, apakah engkau kawin dengan perawan
atau dengan janda?” Jawab Jabir: “Saya kawin dengan
janda”.

Kata beliau: “Alangkah baiknya jika engkau kawin


dengan perawan. Engkau dapat menjadi hiburan

14 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

baginya dan diapun menjadi hiburan bagimu.” (HR.


Jama’ah).

d) CARILAH PEREMPUAN YANG SEHAT ATAU TIDAK MANDUL


Rasul Allâh SAW bersabda, “Dari Mu’qil bin Yasar, katanya
telah datang seorang laki-laki kepada Nabi SAW. Kata laki-
laki itu, “Saya telah mendapat seorang perempuan yang
bangsawan dan cantik tapi hanya dia tidak beranak
(mandul). Baikkah saya kawin dengan dia ?”.

Jawab Nabi SAW, “Jangan”, kemudian laki-laki itu datang


untuk kedua kalinya dan Nabi tetap melarangnya.

Kemudian pada kali ketiga laki-laki itu datang lagi. Nabi


bersabda: “Kawinlah dengan yang dikasihi dan
berkembang menghasilkan keturunan (subur)”. (HR.
Abu Dâud dan Al-Nasâ’i).

2. KRITERIA MEMILIH LAKI-LAKI YANG BAIK UNTUK CALON


SUAMI :

1) Laki-laki yang beragama Islam dan shaleh (QS. Al-


Nûr/24: 3 dan 26).
2) Mempunyai kemampuan untuk membiayai kehidupan
Rumah Tangga (sesuai dengan hadits Mutafaqq `alaihi –
“yâ ma`syar al-syabâb”).
3) Cerdas dan Sehat (layak untuk berumah tangga, baik
jasmani dan rohani). dan
4) Cakap Hukum (Baligh).

B. SESUDAH AKAD NIKAH


Setelah akad nikah dilaksanakan, suami isteri mempunyai hak
dan kewajiban masing-masing, untuk mencapai tujuan
perkawinan, yaitu membentuk keluarga bahagia dan kekal
dalam aturan syari’at Islam.

15 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

Semua orang berkeinginan untuk hidup bahagia, kekal dan


langgeng, tapi sering tersua rumah tangga menjadi rumah
tanggal dan penjara di rumah tinggal.

Rumahku adalah syorgaku seringkali hanya dalam mimpi


belaka.

Perlu ada berapa resep untuk mewujudkan keluarga sakinah


dan bahagia , yaitu:

1. Saling Mengerti antara Suami-isteri


Seorang suami atau isteri harus tahu latar belakang pribadi
masing-masing. Karena pengetahuan terhadap latar
belakang pribadi masing-masing adalah sebagai dasar
untuk menjalin komunikasi masing-masing. Dan dari sinilah
seorang suami atau isteri tidak akan memaksakan egonya.

Banyak keluarga hancur, disebabkan oleh sifat egoisme. Ini


artinya seorang suami tetap bertahan dengan keinginannya
dan begitu pula isteri. Seorang suami atau isteri hendaklah
mengetahui hal-hal sebagai berikut :

a) Perjalanan hidup masing-masing,


b) Adat istiadat daerah masing-masing (jika suami isteri
berbeda suku dan atau daerah),
c) Kebiasaan masing-masing,
d) Selera, kesukaan atau hobi,
e) Pendidikan,
f) Karakter/sikap pribadi secara proporsional (baik dari
masing-masing, maupun dari orang-orang terdekatnya,
seperti orang tua, teman ataupun saudaranya, dan
yang relevan dengan ketentuan yang dibenarkan
syari`at.

2. Saling Menerima
Suami isteri harus saling menerima satu sama lain. Suami
isteri itu ibarat satu tubuh dua nyawa. Tidak salah kiranya
suami suka warna merah, si isteri suka warna putih, tidak
perlu ada penolakan.

16 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

Dengan keredhaan dan saling pengertian, jika warna merah


dicampur dengan warna putih, maka akan terlihat
keindahannya.

3. Saling Menghargai
Seorang suami atau isteri hendaklah saling menghargai:
a. Perkataan dan perasaan masing-masing
b. Bakat dan keinginan masing-masing
c. Menghargai keluarga masing-masing
Sikap saling menghargai adalah sebuah jembatan menuju
terkaitnya perasaan suami-isteri.

4. Saling Memercayai
Jika suami isteri saling mempercayai, maka kemerdekaan
dan kemajuan meningkat, serta hal ini merupakan amanah
Allâh.

5. Saling Menyintai
Suami isteri saling mencintai akan memunculkan beberapa
hal :
a. Lemah lembut dalam bicara
b. Akan selalu menunjukkan perhatian
c. Selalu bijaksana dalam pergaulan
d. Tidak mudah tersinggung
e. Batin masing-masing akan selalu tenteram

Dari uraian di atas dipahami bahwa tumbuhan yang dirawat


dan diperhatikan akan tumbuh dengan subur, pasti tidak sama
dengan tumbuhan yang tidak diperhatikan sama sekali.

Artinya suami atau isteri harus selalu merawat dan memupuk


lima saling di atas akan mencapai keluarga bahagia dan kekal
beradasarkan Syari’at Islam.

Tidak ada kata yang lebih indah, serta lebih benar, mengenai
hubungan antara suami-isteri, kecuali yang telah disebutkan,
"Mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun
adalah pakaian bagi mereka." (QS. Al-Baqarah/2: 187).

17 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

Resep yang disampaikan Nabi, yang diriwayatkan oleh Abd


Allâh bin Mas'ûd: "Wahai generasi muda, siapa saja
diantara kalian telah mampu serta berkeinginan
menikah, maka nikahlah. Karena sesungguhnya
pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata
dan memelihara kemaluan. Dan siapa saja diantara
kalian belum mampu, maka hendaklah berpuasa, karena
puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan
gejolak nafsu."(HR. Bukhâriy, Muslim, Ibnu Majah, dan
Tirmidziy).

Jangan suka mojok atau berduaan ditempat yang sepi, karena


yang ketiga adalah syaitan.

Seperti sabda Nabi, "Janganlah seorang laki-laki dan


perempuan berkhalwat (berduaan di tempat sepi),
sebab syetan menemaninya, janganlah salah seorang
dari kalian berkhalwat dengan perempuan, kecuali
disertai dengan mahramnya." (HR. Bukhâriy dan Muslim).

Dan untuk para muslimah jangan lupa untuk menutup auratnya


agar tidak merangsang para lelaki.
“ Katakanlah kepada perempuan yang beriman: "Hendaklah
mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan
janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang (biasa) nampak dari padanya, dan hendaklah
mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada
suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami
mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera
suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka,
atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-
putera saudara perempuan mereka, atau perempuan-
perempuan sesama Islam, atau budak- budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak
mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat
perempuan, dan janganlah mereka memukulkan kakinya
(menghentakkan kaki dengan berlenggang lenggok),
agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
(QS. Al-Nûr/24: 31).

18 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

Dan Nabi SAW bersabda, "Hendaklah kita benar-benar


memejamkan mata dan memelihara kemaluan, atau
benar-benar Allâh akan menutup rapat matamu."(HR.
Thabraniy).

Jodoh adalah Qadha’ (ketentuan) Allâh, di mana manusia tidak


punya andil menentukan, manusia hanya dapat berusaha
mencari jodoh yang baik menurut Islam.

Untuk itu perlu diperhatikan sungguh-sungguh watak dan ciri-


ciri dari pasangan hidup yang sewajarnya akan menjadi
pendamping (suami-isteri).

Tercantum dalam Al Qur'ân: "Laki-laki yang berzina tidak


mengawini kecuali dengan perempuan yang berzina,
atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang
berzina tidak dikawini kecuali oleh laki-laki yang berzina
atau laki-laki yang musyrik, dan yang demikian itu
diharamkan atas orang mukmin. (QS. Al-Nûr/24: 3).

ATURAN BERHUBUNGAN SUAMI ISTRI MENURUT ETIKA ISLAM

A. SEBELUM MELAKUKAN HUBUNGAN SEKS (COITUS)


Pengantin atau suami isteri sebelum melakukan hubungan
biologis (coitus) penganten atau suami-isteri mesti
melaksanakan hal-hal berikut ini:

1) Wajib memberikan mahar terlebih dulu (bagi pengantin


baru) jika maharnya di utang, harus dibayarkan
maharnya dulu, sabda Rasul Allâh, SAW: Ibnu Abbas
meriwayatkan bahwa Nabi SAW, melarang Ali
menggauli Fatimah sampai ia memberikan sesuatu
(mahar) kepadanya. Lalu jawab Ali: “Saya tidak punya
apa-apa.” Maka sabda Rasul Allâh, “Dimana baju besi
‘Hutamiyahmu? Lalu berikanlah barang itu kepadanya.
(HR. Abu Dâud, Al-Nasâ’iy dan Hakim)

19 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

2) Membersihkan badan (mandi) dari hadas dan najis serta


hal-hal berbau tak sedap.

3) Setelah bersih, hendaklah berwudhu’, yang termasuk


padanya membersihkan mulut, hidung, tangan, muka
dan lainnya anggota wudhu’.

4) Pakailah cahaya remang-remang atau gelap, karena


dalam suasana demikian akan meningkatkan
konsentrasi, sehingga segala kekurangan jasmaniah
dapat diatasi.

5) Berdo’a kepada Allâh (semoga Allâh melimpahkan


nikmat-Nya), seperti do’a diajarkan

‫عبّا سٍ يَ ْبلُ غُ بِ هِ النّبِيّ قَالَ َلوْ أَنّكُ مْ ِإذَا آتَى أَهَْل ُه‬
َ ِ‫عَ نِ ا بْ ن‬
‫ اَللّهُمّ جَنّبْنَا الشّيْطَا نَ َوجَنّ بِ الشّيْطَا نَ مَا‬،ِ‫سمِ ال‬ ْ ِ‫ ب‬: َ‫قَال‬
.ُ‫ضىَ بَيْنَ ُهمَا َولَد ٌَلمْ َيضُ ُره‬ِ ‫ فَ ُق‬،‫رَزَ ْقتَنَا‬
"Dari Ibnu Abbas r.a. ia menyampaikan apa yang
diterima dari Nabi SAW. Beliau bersabda,
"Andaikata seseorang di antara kamu semua
mendatangi (menggauli) isterinya, ucapkanlah,
"Bismi Allâhi, Allâhumma Jannibnâ Syaithânâ
wajannibi al-syaithânâ mâ razaqtanâ." (dengan
nama Allâh. Ya Allâh, hindarilah kami dari syetan
dan jagalah apa yang engkau rizkikan kepada
kami dari syetan." Maka apabila ditakdirkan
bahwa mereka berdua akan mempunyai anak,
syetan tidak akan pernah bisa
membahayakannya.” (HR. Bukhâriy dalam Kitab
Shahihnya pada Kitab Wudhuk Hadits ke-141).

6) Dilakukan dalam kondisi yang sehat dan menyenangkan


bagi kedua pasangan. Dalam keadaan begini insyâ Allâh
20 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

akan sama menikmati dan dilakukan dalam keadaan


siap fisik dan psychis kedua pasangan.

Sabda Rasul Allâh SAW: “Siapa pun diantara kamu,


janganlah menyamai isterinya seperti seekor hewan
bersenggama, tapi hendaklah ia dahului dengan
perentaraan. Selanjutnya, ada yang bertanya: Apakah
perantaraan itu ? Rasul Allâh SAW bersabda, "yaitu
ciuman dan ucapan-ucapan romantis”. (HR. Bukhâriy
dan Muslim).

7) Mulailah coitus dengan awal lembut dan harmonis


tanpa paksaan. Lakukan jima' pada sepertiga malam
(pukul 10 keatas), atau pada tiga waktu yang nyaman
yaitu, sebelum shalat subuh, tengah hari, dan sesudah
shalat isya’, sebagaimana disebut dalam wahyu ;
" Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-
budak (lelaki dan perempuan) yang kamu miliki, dan
orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta
izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu:
sebelum sembahyang subuh, ketika kamu
menanggalkan pakaian (luar) mu di tengah hari dan
sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga `aurat bagi
kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas
mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani
kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada
sebahagian (yang lain). Demikianlah Allâh menjelaskan
ayat-ayat bagi kamu. Dan Allâh Maha Mengetahui lagi
Maha Bijaksana". (QS. Al-Nûr/24: 58).

8) Setelah melakukan hubungan intim, hendaknya


membaca do`a,

َ
‫سبًا‬ ُ َ ‫جعَل‬
َ َ‫ه ن‬ َ َ‫شًرا ف‬ َ ْ ‫ن ال‬
َ َ ‫ما ِء ب‬ َ ‫م‬ ِ َ‫خلَق‬ َ ْ‫مد ُ للهِ ال ّذِي‬ ْ ‫ح‬َ ْ ‫اَل‬
‫ك قَدِيًْرا‬َ ُّ ‫ن َرب‬
َ ‫صهًْرا وَكَا‬ِ َ‫و‬

21 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

“Segala puji bagi Allâh yang telah menjadikan


manusia dari air (mani), lalu menjadikan
pertalian darah, dan hubungan perkawinan. Dan
Allâh adalah Maha Berkuasa”..

9) Apabila ingin memulai yang kedua atau seterusnya


lebih afdhallah melakukan wudhu’, sekurang-kurangnya
membasuh faraj dengan bersih.

B. SESUDAH MELAKUKAN HUBUNGAN SEKS


Suami-isteri yang baru saja melakukan hubungan seksual
(coitus) dalam fiqh thaharah disebut dengan junub
(berjunub), maka ia wajib mandi (QS. Al-Mâidah/5: 6).

Ada beberapa macam yang menyebabkan seseorang wajib


mandi dalam fiqh Islam sebagai ijtihad al-thathbiqy
(penerapan hukum):

1) Karena melakukan hubungan seksual (coitus/jima’).

2) Keluarnya mani (sperma), (bermimpi, senggama,


sengaja atau tidak sengaja). Rasul Allâh SAW bersabda,
"Apabila air (sperma) itu terpancar keras, maka
mandilah." (HR. Abu Dâud).

Kalau tidak keluar mani, maka Rasul Allâh SAW.


menerangkan, dalam hadits berikut,

ُ‫ج‬
‫ل‬ ُ ّ‫س ْولَ الِ ِإذَا جَامَعَ الر‬ ُ ‫ يَا َر‬:َ‫عَنْ ُأ َبىّ ابْنِ كَعْبٍ أَنّهُ قَال‬
ُ‫سلُ مَا مَسّ ا ْلمَرَْأةَ مِ ْنهَ ُثمّ يَ َت َوضّاء‬ ِ َ‫ قَالَ "يَ ْغت‬.ْ‫الْ َمرَْأةَ فََلمْ يُ ْن ِزل‬
‫حوَطُ َوذَاكَ اْلخِ ُر َوإِنّمَا‬ ْ ‫سلَ َا‬ َ َ‫ ا ْلغ‬:ِ‫ قَالَ أَ ُبوْ عَ ْبدِ ال‬."‫صلّى‬ َ ‫وَ ُي‬
290 -ٌ‫ح ِديْث‬ َ –ِ‫ ِكتَابٌ ا ْل ُغسْل‬/ِ‫ححِه‬
ِ‫ص‬ّ ‫ رَوَا ُه ا ْل ُبخَارِى فِى ا ْل ِكتَابِ ا ْل‬.ْ‫هم‬
ِ ْ‫ختِلَفِي‬
ْ ِ‫َبيْنَا ِل‬
22 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

"Dari Ubai bin Ka`ab bahwasanya ia berkata :


"Wahai Rasul Allâh, apabila ia seorang laki-laki
menyetubuhi isterinya, tetapi tidak mengeluarkan
mani, apakah yang diwajibkan olehnya? Beliau
bersabda, ”Hendaknya dia mencuci bagian-bagian
yang berhubungan dengan kemaluan perempuan,
berwudhu’ dan lalu shalat”. Abu `Abd Allâh
berkata, “mandi adalah lebih berhati-hati dan
merupakan peraturan hukum yang terakhir. Namun
mengetahui tidak wajibnya mandi kamu uraikan
juga untuk menerangkan adanya perselisihan
pendapat antara orang `alim.” (HR. Bukhâriy dalam
Kitab Shahihnya/Kitab Mandi, hadits ke-290)

3) Berhenti Haid dan Nifas


Rasul Allâh SAW, "Dari Fatimah binti Abi Hubaisy, Rasul
Allâh SAW bersabda, “Apabila haidmu datang maka
tinggalkanlah shalat dan apabila haid tersebut telah
selesai maka mandilah kemudian shalat.”

4) Karena Meninggal Dunia.


Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi SAW bersabda,
“Mandikanlah olehmu dengan air dan bidara …. (HR.
Mutafaqq ‘alaih)

C. HUBUNGAN SEKS YANG DILARANG ISLAM


Banyak buku-buku Islam mengenai Rumah Tangga,
Kebahagiaan Rumah Tangga yang membahas masalah
senggama, dalam Bâb al-Jima', ada beberapa yang mesti
dihindari dan dapat menjauh dari etika religi menurut agama
Islam. Hal yang melanggar adab Jima` dalam Islam, antara
lain ;

1) Berbugil (kecuali dalam selimut).


2) Oral sex.
3) Bersetubuh lewat dubur.

: ‫سلّ َم‬
َ َ‫علَيْ ِه و‬
َ ُ‫صلّى ال‬
َ ‫ل‬
ِ ‫لا‬
ُ ‫ن اَبِى هُ َريْرَ َة قال رَسُ ْو‬
ْ َ‫ع‬

23 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

‫رَوَا ُه َابُ ْودَا ُودْ َو ال ّنسَاءِى‬ ~ ‫مَ ْل ُعوْنٌ مَنْ َاتَى إِ ْمرََأةً مِنْ دُ ُبوْرِهَا‬
"Dari Abu Hurairah radhiy Allâhu `anhu, Rasul
Allâh SAW bersabda, "Terkutuklah siapa saja
yang menggauli isterinya melalui duburnya". (HR.
Abu Dâud dan al-Nasâ'iy)

4) Menyakiti/berlaku kasar terhadap pasangan (QS. Al-


Nisâ’/4 : 14).
5) Bersetubuh waktu perempuan haid, seperti firman Allâh
berikut;

‫سأَلُو َنكَ عَنِ ا ْلمَحِيضِ ُقلْ ُهوََأذًى فَاعْتَ ِزلُوا ال ّنسَاءَ فِي‬ ْ ‫وَ َي‬
َ‫طهُرْنَ َفِإذَا تَطَهّرْن‬
ْ َ‫الْ َمحِيْضِ وَلَ تَ ْقرَبُوهُنّ حَتّى ي‬
ّ‫حب‬
ِ ُ‫َفأْتُوهُنّ مِنْ حَيْثُ أَمَ َر ُكمُ الُ إِنّ الَ يُحِبّ الّتوّابِ ْينَ وَي‬
222 :2/ِ‫ سُ ْورَ ُة ا ْلبَ َقرَة‬.َ‫هرِيْن‬
ّ َ‫الْ ُمتَط‬
"Mereka bertanya kepadamu tentang haidh.
Katakanlah: "Haidh itu adalah kotoran". Oleh
sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari
perempuan di waktu haidh; dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci.
Apabila mereka telah suci, maka campurilah
mereka itu di tempat yang diperintahkan Allâh
kepadamu. Sesungguhnya Allâh menyukai orang-
orang yang taubat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri." (QS. Al-Baqarah/2: 222)

Imam Al-Ghazali16 dalam Ihya’ `Ulumuddin-nya mengulas


lengkap masalah ini berdasarkan Al-Qur’ân, Hadis dan
Ijtihadnya. Bahkan beliau menyebutkan misalnya dimana saja
dari bagian tubuh perempuan itu yang sensitif dan yang sangat
sensitif. Seperti pada daerah bibir dan payudara. Masing-
masing perempuan berbeda daerah sensitifnya. Oleh karena itu
perlu komunikasi intim.

E. TATA CARA MANDI WAJIB

24 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

1) Berniat dalam hati, tidak perlu dilafazkan.


Contoh Niat, "Bismillâhi al-Rahmâni al-Rahîm, sengaja aku
mandi wajib (membersihkan hadas dan najis) karena Allâh
subhânahu wata`âlâ.
2) Membasuh Seluruh Anggota Badan.
Pada saat membasuh anggota badan, ada beberapa hal
yang disunatkan:
a. Mulailah dengan mencuci kedua tangan tiga kali.
b. Kemudian membasuh kemaluan.
c. Lalu berwudhu’ secara sempurna, seperti halnya
wudhu’ untuk shalat. Mulai dari sebelah kanan.
d. Kemudian menuangkan air ke atas kepala sebanyak
tiga kali sambil menyelang-menyelangi rambut agar
air sampai membasahi urat-uratnya. (ini khusus
membasahi kepala saja atau sama dengan seseorang
membersihkan rambutnya pakai shampo).
e. Lalu mengalirkan air keseluruh badan dengan
memulai sebelah kanan lalu sebelah kiri tanpa
mengabaikan kedua ketiak, bagian dalam telinga,
pusar dan jari-jari kaki serta menggosok anggota
tubuh yang dapat digosok. Mengalirkan air sedikitnya
tiga kali. Selesai.
f. Khusus untuk perempuan yang berambut panjang
tidak diwajibkan menguraikan rambutnya seperti
laki-laki:
Sabda Rasul Allâh SAW, “Bahwa seseorang
perempuan bertanya kepada Rasul Allâh SAW:
“Jalinan rambutku amat ketat, haruskah diuraikan jika
hendak mandi janabah? ”Rasul Allâh SAW menjawab:
“Cukuplah bila engkau menuangkan ke atasnya air
tiga kali, kemudian engkau timbakan ke seluruh
tubuhmu. Dengan demikian engkau telah suci.” (HR.
Ahmad, Muslim, dan Tirmidziy).

25 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

Semua aturan ini berdasarkan pemahaman prinsip-prinsip


ajaran Islam, yang mengandung hikmah dan kebaikan untuk
semua manusia, terutama sekali bagi umat islam, untuk
menjaga kepuasan bagi sesama pasangan berdasarkan tujuan
awal dari pernikahan yaitu ibadah kepada Allâh, serta untuk
menjaga kelestarian keturunan, disamping suatu wadah
penyaluran hasrat sex yang dimiliki manusia kepada lawan
jenis secara sehat dan bermartabat lagi terhormat.

Ingat ketika Allâh mengajarkan kita lewat firman-Nya selalu


dipanggil dengan ungkapan kasih sayang, ini mengisyaratkan
bahwa Allâh senantiasa sayang pada hamba-Nya, berdasarkan
sifat-Nya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Jadi
janganlah sekali-kali menentang ajaran Allâh dengan berdalih
tidak mungkin atau tidak berlaku lagi. Bertakwalah kepada
Allâh dan ta`atlah.

Adapun hal-hal yang tidak termasuk di dalam tulisan ini


merupakan ketidak mampuan dan kekhilafan penulis, atas
semua ini penulis berharap semua yang tertulis dalam buku ini
dapat dimaklumi dan memberikan masukan-masukan, baik
secara syari`at maupun secara hukum positif yang berlaku
diluar kemampuan penulis sendiri, yang pada hakekatnya
maksud dari syari`at adalah hak Allâh secara mutlak, manusia
hanya dapat mengkaji, memahami dan mengamalkannya
berdasarkan kemampuan intelektual masing-masing yang
dianugerahkan-Nya.

Malahan Yusuf Qaradhawi pernah berfatwa bahwa, seorang


muslimah boleh jadi atris. Dengan syarat tetap berpakaian
muslimah, kameranmennya tidak boleh terlalu lama
mengarahkan kameranya kepada atris tersebut, tidak
menonjolkan karakter atris tersebut, sehingga terkesan tidak
etis. Ini dalam koridor Ijtihad.

Setelah pembahasan ini penulis akan mencoba uraikan


masalah seputar sisi lain dari perempuan yang mungkin perlu
kita renungkan kembali apa dan bagaimana seharusnya

26 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

perempuan bersikap dan inovasi-inovasi yang dilakukan untuk


mengaplikasikan syari`at tanpa melanggar kodratnya yang
telah dianugerahkan Allâh kepada kaum perempuan.

Sebenarnya masih banyak solusi-solusi yang pantas diikuti dan


dicermati oleh kaum perempuan sebagai mitra kaum laki-laki
untuk menyonsong hidup dan kehidupan di dunia ini
sebagaimana layaknya makhluk yang beradab dan berbudaya
terutama sekali budaya Islam.

Islam menawarkan solusi-solusi agar kaum perempuan tidak


terhina justru memuliakannya, sebagaimana akan penulis
paparkan pada bahasan-bahasan berikut ini.

Dalam berbagai literatur penulis temukan banyak fatwa-fatwa


ulama tentang perempuan, berkisar antara profesi dan status
perempuan sebagai mitra laki-laki dalam urusan mu`amalah,
namun dalam masalah ibadah, perempuan mendapat tempat
tersendiri.

Contoh, perempuan yang haid tidak diwajibkan melakukan


shalat. Sampai ia suci, dari haid atau bahkan dalam keadaan
nifas juga termasuk dalam kategori ini.

Contoh lain, seperti sang isteri ingin puasa sunat dalam


keadaan yang sama ia harus menuhi hasrat seksual suaminya,
pada saat itu bagi perempuan atau sang isteri tidak ada pilihan
lain, harus memenuhi hasrat suaminya tersebut.

Dan itupun menjadi ibadah melebihi puasanya yang akan


dilakukan.

Demikian Islam menghormati kaum laki-laki dan menghargai


perempuan dengan pahala yang seharusnya berada dalam
keinginan yang tidak terbayangkan.

Dan banyak lagi peluang-peluang terhormat lainnya terkadang


diabaikan atau bahkan meremehkannya.

27 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

Berbagai kasus terjadi dalam pemahaman masyarakat.

Dengan memperturutkan egonya ingin beribadah kepada Allâh,


namun mereka melupakan kewajibannya kepada orang yang
paling dekat dengannya, bahkan telah disinyalir oleh Nabi shall
Allâhu `alaihi wa sallan, “kalaulah tidak dilarang makhluk
menyembah makhluk, maka akan aku perintahkan isteri
menyembah pada suaminya.”

Begitu berharganya penghormatan yang diberikan kepada sang


suami.

Dengan demikian pantaslah kiranya seorang suami


bertanggungjawab terhadap perlindungan dan kasih sayang
tercurah dengan tulus kepada suaminya.

Di mata sang isteri hanya suaminya menjadi sanjungannya


lebih dari segala-galanya setelah Allâh.

Beberapa fenomena perempuan dengan melirik sisi lain dari


perempuan itu sendiri.

C. KENAPA SITI KHADIJAH SANGAT DICINTAI RASUL


ALLÂH ?.
Siti Khadijah adalah isteri pertama nabi Muhammad SAW, dan
beliau tidak menikah lagi sampai Siti Khadijah meninggal dunia,
demikianlah hubungan kasih sayang di antara beliau dan
isterinya.

Karena hal tersebut menjadi skenario yang bijak menurut


kehendak Allâh, dan sesuai dengan firman-Nya,

َ‫جعَل‬َ َ‫َومِنْ آيَاتِهِ أَنْ خََلقَ لَكُ ْم مِنْ أَنْ ُفسِكُمْ َأزْوَاجًاِل َتسْكُنُوْااَِليْهَاو‬
َ‫بَيْ َنكُمْ مَوَدّةً َورَحْمَةً إِنّ ِفيْ ذَاِلكَ ل يَاتٍ لّ َقوْمٍ يَتَفَ ّكرُوْن‬
(21 :30/ِ‫)سُ ْورَ ُة الرّ ْوم‬

28 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia


menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir.”. (QS. Al-Rûm/30: 21)

Khadijah binti Khuwailid, memandang Nabi SAW adalah


orang yang sangat cerdas, jujur, seakan-akan Khadijah telah
mendapatkan barangnya yang hilang, dikarenakan selama
beliau berdagang tidak pernah dilihatnya. Atas keterangan
pembantunya Maisarah, beliau menjadi tertarik pada Nabi SAW.
Akad nikah dilaksanakan, dihadiri oleh Bani Hasyim dan para
Pemuka Bani Mudhar, maskawinnya dua puluh ekor onta.
Khadijah adalah orang yang pertama dinikahi Nabi SAW, beliau
tak pernah nikah sampai Khadijah meninggal dunia.
Semua putera-puteri beliau, selain Ibrahim yang dilahirkan dari
Maria Al-Qibthiyah, dilahirkan dari Khadijah. Yang pertama
adalah Al-Qasim dan dengan nama ini beliau dijuluki (Abu al-
Qasim), kemudian Zainab, Quqayyah, Umm Kultsum, Fathimah
dan Abdullah. Semua putra beliau meninggal dunia selagi kecil.
Sedangkan semua puteri beliau sempat menemui Islam serta
ikut hijrah. Hanya saja mereka semua meninggal dunia selagi
beliau masih hidup, kecuali Fathimah.
Dia meninggal dunia enam bulan setelah Rasul Allâh SAW
wafat.
Tercatat dalam sejarah, bahwa Siti Khadijah binti Khuwailid
adalah isteri Nabi yang sangat ia cintai dan menduduki tempat
yang khusus di dalam lubuk hati Rasul Allâh SAW, selalu
diceritakan dan disebut-sebut oleh beliau kepada isteri-
isterinya yang lain.
Pernah satu kali Siti Aisyah berkata kepada Nabi Muhammad
kira-kira, “Apakah yang harus diingat-ingat lagi kepada
perempuan tua itu …!”,

29 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

Merah padam muka Rasul Allâh pada waktu itu menahan


marahnya terhadap Siti `Aisyah.
Karena sangat cinta Nabi SAW. Apabila Muhammad kebetulan
memotong kambing, maka Nabi selalu menyuruh supaya
sebagian dari daging kambing itu diberikan kepada orang-
orang yang sebaya dengannya/teman-teman akrab Siti
Khadijah, yang mengembalikan ingatan beliau kepada isteri
yang terkesan di lubuk hatinya itu.
Begitulah cintanya Nabi Muhammad kepada Siti Khadijah yang
perlu dikaji bagi kaum ibu khususnya sehingga bagi kaum
bapak ia akan berkata, “Rumahku adalah syorgaku”.
Kenapa Nabi sangat cinta kepada Siti Khadijah, ini pernah
dikemukakan Nabi dengan kata-kata, “Sesunguhnya demi
Allâh! Tuhan tidak menggantikan bagiku isteri yang lebih baik
dari pada Khadijah. Dia beriman bersama-samaku di waktu
manusia yang lain masih engkar. Dia membenarkan aku dikala
manusia yang lain mendustakan, ia melapangkan aku dengan
mengorbankan harta bendanya di waktu manusia yang lain
tidak mau memberi. Tuhan mengaruniakan kepada kami anak-
anak yang tidak kunikmati dari isteri-isteri yang lain”.
Dari ungkapan Nabi di atas, dikatakan ada empat sebab Siti
Khadijah sehingga Nabi SAW sangat cinta kepadanya, yaitu:

1. Khadijah tetap beriman kepada Nabi, dikala manusia yang


lain masih engkar, dengan tulus dan ikhlas.
Suatu hal yang memberi kesan pada diri Nabi disaat orang tak
mau beriman kepadanya lalu muncul seorang yang tanpa ragu
siap untuk beriman. Pada saat itu sangat terangkat jiwanya,
Khadijah beriman kepada Muhammad bukan karena faktor
kekayaan tapi berdasarkan kejujuran yang muncul dari diri Nabi
Muhammad SAW.
Iman adalah suatu keyakinan yang melekat dalam hati
dinyatakan dengan lisan, diamalkan dengan panca indera.

30 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

Kalau kita kaitkan iman ini dengan keyakinan seorang isteri


kepada suaminya adalah suatu prinsip dasar dan keyakinannya
bahwa suaminya sangat mencintainya.
Kepercayaan seorang isteri kepada suaminya itu harus
dipelihara dan ditunjukkan dalam ucapan, tindakan, namun
demikian kepercayaan yang berlebih-lebihan tidak baik pula.
Misalnya suami terlambat pulang, tidak ditanya atau tidak
pulang semalaman tidak ada pertanyaan apapun dan tentu
akan menimbulkan efek lain misalnya suami merasa tidak
diperhatikan. Siti Khadijah adalah orang yang sangat bijak
dalam hal ini.

2. Khadijah selalu membenarkan apasaja yang disampaikan


suaminya. Khadijah adalah orang yang ta’at kepada suaminya.
Dalam hal ini timbul pertanyaan, ialah kalau yang dikatakan itu
benar bagaimana kalau yang salah.
Kalau suami berkata yang salah, perkataan itu dengarkan dulu
sampai dia selesai bicara, hendaknya isteri menyanggah atau
meluruskan dengan intonasi keperempuanannya dan
mengemukakan bukti-bukti yang memungkinkan.
Kalau ia tak mau memahami, tentu dituntut kesabaran si isteri,
kan orang bijak pernah berkata, "menghadapi suami sama
halnya dengan anak TK yang sudah besar".
Inilah yang selalu dipelihara oleh Siti Khadijah dalam
keluarganya.
3. Khadijah adalah isteri yang mau berkorban untuk
kepentingan suaminya.
Siti Khadijah adalah seorang isteri yang mau mengorbankan
hartanya untuk kepentingan suaminya.
Ia sangat merasakan miliknya adalah milik suaminya, cita-cita
suaminya adalah cita-citanya, ke bukit sama mendaki ke lurah
sama menurun. Tidak jalan sendiri-sendiri.

31 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

4. Memperoleh keturunan dari Khadijah, anak-anak beliau tidak


satupun yang mengingkari beliau, sama-sama beriman kepada
Nabi SAW.
Itulah empat keistimewaan Khadijah yang menjadi sebab
kenapa Nabi sangat cinta kepadanya, yang patut ditauladani
oleh para ibu atau isteri-isteri orang yang beriman dan shaleh.
Karena tauladan yang paling baik bagi kaum perempuan itu
adalah umm al-mukminîn yakni para isteri Nabi Muhammad
SAW.
Semoga dengan pembahasan yang singkat ini dapat
bermanfaat, bagi semua umat islam, khusus bagi penulis
sendiri menajadi amal yang shaleh. Amien. Wa Allâhu A`lam bi
al-Shawâb.

‫ وَ اصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا‬،‫صمَةُ أَ ْمرِنَا‬ ْ ‫ع‬ِ َ‫صلِحْ لَنَا دِيْنَنَا اّلذِي ُهو‬
ْ ‫اللّ ُهمّ ا‬
ِ‫ وَ اجْ َعل‬،‫صلِحْ لَنَا آخِرَ ِتنَا الّتيِ ِإلَيْهَا َمعَادُنَا‬
ْ ‫ وَ ا‬،‫الّتيِ فِيْهَا َمعَاشِنَا‬
ّ‫ وَاجْ َعلِ ال َموْتَ رَاحَةً لَنَا ِمنْ ُكل‬،ٍ‫اْلحَيَاةَ ِزيَا َدةً َلنَا فيِ ُكلّ خَيْر‬
،ٍ‫شَر‬
َ‫سأَُلكَ اْلعَ ْفوَ وَ العَافِ َيةَ فيِ دِيْنِنَا وَ دُنْيَاناَ وَ أَ ْهلِيْنَا و‬
ْ َ‫اللّ ُهمّ إِنّا ن‬
،‫أَ ْموَالِنَا‬
ِ ْ‫ وَ احْفَظْنَا مِنْ بَـي‬،‫ وَ آ ِمنَ َر ْوعَاتـنَا‬،‫عوْرَاتـنَا‬
‫ن‬ َ ْ‫اللّ ُهمّ اسْ ُتر‬
َ‫ و‬،‫عنْ شـمَائِِلنَا وَ مِنْ َفوْ ِقنَا‬ َ َ‫عنْ أَيـمَانِنَا و‬ َ َ‫ و‬،‫أَ ْيدِ ْينَا مِنْ خَلْفِنَا‬
َ‫ و‬،‫ اللّ ُهمّ َأكْرِ ْمنَا وَل ُتِهنّا‬،‫حتِنَا‬
ْ َ‫ظمِ ِتكَ َأنْ نُ ْغتَالَ ِمنْ ت‬
َ َ‫نـ ُع ْوذُ بِع‬
،‫علَيْنَا‬
َ ْ‫ وَ آثِرْنَا وَلَ تُـؤْثِر‬،‫ َو ِزدْنَا وَلَ تَنْ ُقصْنَا‬،‫عطِنَا َولَ َتحْرِ ْمنَا‬ ْ‫ا‬
.‫عنّا وَا ْرضِنَا‬ َ ِ‫وَارْض‬
ِ‫خوَا ِننَا اّلذِيْنَ سَبَ ُقوْنَا ِباْلِيــمَانِ وَلَ تَجْ َعلْ في‬ْ‫ل‬ِ َِ‫رَبّنَا اغْ ِفرْلَنَا و‬
.ٌ‫قُُلوْ ِبنَا غِلّ ِلّلذِيْنَ آمَ ُنوْا رَبّنَا إِ ّنكَ َر ُءوْفٌ رَحِ ْيم‬

32 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

DAFTAR BACAAN bagi yang ingin lebih mendalami dapat


dipakai sebagai RUJUKAN, antara lain sebagai berikut ;
1. Abu Al-Su`ud Badr, Abdullah, Tafsir Umm Al-Mu`minîn `Aisyah r.ha,
(Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2000), Cet. I, penerjemah: Gazi
Saloom dan Ahmad Syaikhu.
2. Ahmad Jaiz, Hartono, Aliran-aliran dan Paham Sesat di Indonesia, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2006), Cet. XII.
3. Al-Bukhâriy, Abu `Abd Allâh Muhammad Ibn Ismâ`îl, al-Jâmi` al-Shâhîh al-
Mukhtashar min Umûr Rasûl Allâh `alaihi wa Sallam wa Sunanih wa
Ayyânih, (Bairut : Dâr al-Fikr, [t. th]).
4. Al-Ghazali, Ringkasan Ihya `Ulumuddin, (Jakarta: Pustaka Amani, 1995),
Cet. I, Penerjemah: Zaid Husein Al Hamidi.
5. Al-Ghazali, Ihya’ `Ulumuddin, penerjemah: Ahmad Rofi` Usmani,
(Bandung: Pustaka, 2005), Cet. I, Jilid 4.
6. Al-Hikmah & DITBINBAPERA Islam, Mimbar Hukum; jurnal dua bulanan:
aktualisasi Hukum Islam, (Jakarta: PT. Internusa, 1995), No. 21 tahun VI.
7. Ali Akbar, Merawat Cinta Kasih, (Jakarta: Pustaka Antara, 1995), Cet. XX.
8. Aliyah, Samir, Sistem Pemerintahan, Peradilan, dan Adat dalam Islam,
penerjemah: H. Asmuni Solihan Zamkhsyari, Lc., (Jakarta: Khalifah, 2004),
Cet. I
9. Al-Khurasyi, Sulaiman bin Shalih, Pemikiran Yusuf Al-Qaradhawi dalam
Timbangan, penerjemah: Abdul Ghoffar, E.M. (Bandung: Pustaka Imam Al-
Syafi`i, 2003), Cet. I.
10.Al-Maqdisy, Al-Imam al-Syaikh Ahmad bin `Abdu al-Rahmân bin Qudamah,
Minhâj al-Qashidîn: Jalan Orang-Orang Yang Mendapat Petunjuk, (Jakarta:
Pustaka al-Kautsâr, 1997), Cet. I, Penerjemah: Kathur Suhardi, judul asli,
“Mukhtasâr Minhâj al-Qashidin”.
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Terjemahan Tafsir al-Maraghi Juz II,
(Semarang: CV Toha Putra, 1993), Cet. II, Penerjemah: K. Anshori Umar
Sitanggal, dkk.
11.Al-Mubarakfuriy, Syaikh Shafiyy al-Rahman, Sirah Nabawiy, (Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 1997), Cet. I, Penerjemah: Kathur Suhardi.
12.Al-Qaradhawi, Yusuf, Fatawa Qardhawi, Permasalahan, Pemecahan dan
Hikmah, (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), Cet. II.
13.Al-Qaradhawi, Yusuf, Distorsi Sejara Islam, penerjemah: Arif Munandar
Riswanto, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), Cet.I.
14.Aminuddin dan Slamet Abidin, Fiqh Munakahat 1, (Bandung: Pustaka Setia,
1999), Cet. I.
Ash-Shiddieqy, Hasbi, Fiqh Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan Hikmah,
Cet. VIII, (Jakarta, 1994), Cet. VIII.
15.Bahreisy, Salim, Al-Hikam; Pendekatan `Abdi pada Khaliqnya, (Surabaya:
Balai Pustaka, 1984), Cet. V.
16.Bismar Siregar, Islam dan Hukum, (Jakarta: PT. Pustakakarya Grafikatama,
1990), Cet. I.
17.Boyke Dian Nugraha, DSOG, Surat-surat Pembaca tentang: Problema Seks
dan Organ Intim, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), Cet. IV.
18.Bukhari. M, Hubungan Seks Menurut Islam, (Bumi Aksara: Jakarta, 2001),
Cet. I.
Dahlan, H. M. D, Khuthbah Jum`at dan `Idain dari Kampus, (Bandung: CV
Diponegoro, 1996), Cet. I.
19.Daud Ali, Muhammad, Hukum Islam; Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Hukum di Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), Cet. Ke-11.

33 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

20.Didin Hafiduddin, Tafsir al-Hijri Surat al-Nisâ’, (Ciputat: Logos, 2000), Cet. I.
21.Djamaan Nuh, Fiqh Munakahat, (Semarang: Dina Utama, 1993), Cet. I.
22.Hamka, Lembaga Hidup, (Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 2001), Cet. 12.
23.Handono, Irena, dkk, Islam Dihujat; Menjawab Buku Islamic Invasion,
(Kudus: Bima Rodheta, 2004), Cet. IV.
24.Hasan, Ayyub, Etika Islam: Menuju Kehidupan yang Hakiki, (Bandung:
Triganda Karya, 1994), alih bahasa: Tarmana Ahmad Qasim, dkk.
25.Husein Bahreisj, Shahih Bukhari-Muslim, (Surabaya: CV Karya Utama).
26.Junaedi, Subki, Pedoman Mencari dan Memilih Jodoh, Cet. I, (Bandung:
Sinar Baru, 1992).
27.Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi Terhadap
Perundang-undangan
28.Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia, (Jakarta:
Leiden, 2002).
29.Mahmud, Abdul Halim, Menyingkap Rahasia Ibadat, (Jakarta: Alayidrus,
1988), Cet. I.
Mizan Ansori, Penawar Kegundahan Hati, (Bandung: Husaini, 1987), Cet. I
di terjemahkan dari karya (`Abd al-Majid `Ali al-`Adawy, al-Tufah al-
Mardhiyah fi al-Akhbari al-Qudsiyyah wa al-Ahadits al-Nabawiyyah;Mesir:
Musthafa al-Bâbi al-Halabi, 1950 M/1369 H), Cet. II.
30.Nasir, Salihun, Tinjauan Akhlaq, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1991), Cet. I.
31.Nazar Nizar, Fiqh Munakahat (diktat), (Padang: IAIN, 1989), Cet. I.
32.Nawawi, Nashaihul `Ibad, penerjemah: Fuat Kauma, (Bandung: Irsyad
Baitus Salam, 2005), Cet. Ke-10.
33.Panji Masyarakat No. 619, 29 Zulhijjah-8 Muharram, 1410, 1-10 Agustus
1989.
34.Panji Masyarakat, No. 08 tahun I. 09 Mei 1997.
35.Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), Cet. I, Vol.
2.
36.Rahman, Abdur, Tindak Pidana dalam Syari`at Islam, penerjemah: Wadi
Msturi dan Basri Iba Asghary, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), Cet. I.
37.Rahman Ritonga, Fiqh Ibadah, (Jakarta: GayaMedia Pratama), Cet. I.
38.Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: CV. Sinar Baru, 1987), Cet. 20.
39.Republika, Terbitan Rabu, 2 Maret 2005.
40.Rofiq, Ahmad, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
1998), Cet. III.
41.SAHID, No. 10/Tahun III/Februari 1991.
42.Sahli, Mahfudli, Amaliah Surgawi ; terjemahan al-Targhîb wa al-Tarhib,,
(Jakarta: Pustaka Amani, 1981).
43.Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah V, (Bandung: PT. Al-Ma`arif, 1997), Cet. XI,
Penerjemahkan oleh: Mahyuddin Syaf.
44.Sayyid Sabiq, fiqh Sunnah IX, (Bandung: al-Ma’arif, 1994), Cet. XIII, Jilid 1,
Penerjemahkan oleh: Mahyuddin Syaf.
45.Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Bandung: PT. al-Ma’arif), Cet. I, Penerjemah:
Muhammad Thalib.
46.Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta: Kalam Mulia, 1991), Cet. II, Jil. 14.
47.Staf Redaksi PT Pustaka Litera AntarNusa, Nasehat-nasehat Al-Qur’ân,
(Bogor: PT Pustaka Litera AntarNusa, 1989), Cet. I.
48.Takariawan, Cahyadi, Izinkan Aku Meminangmu, (Solo: Era InterMedia,
2004), Cet. I.
49.Thaha, Fauzy Sa`ied, Ghulam Ahmad Penyeleweng Terbesar, (Jakarta:
Disampaikan pada seminar Nasional di Masjid Istiqlal, Agustus 2002).
50.Thalib, Muhammad, Nasehat Untuk Pengantin, (Bandung: Irsyad Baitus
Salam, 2001), Cet. I.

34 H Mas’oed Abidin
Pernikahan adalah Ibadah Sakral, Peliharala dan jagalah dengan sepenuh hati

51.Umar As Seewed, Muhammad, Janganlah Mendekati Zina, (Sukabumi:


Yayasan Al-Imam)
52.Usman, Ali. dkk, Hadits Qudsi, (Bandung: CV Diponegoro, 1997), Cet. XXII.
53.Usman, Suparman, Hukum Islam; Asas-asas dan Pengantar Studi Hukum
Islam dalam Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002),
Cet. II.
54.Ya`qub, Hamzah, Etika Islam, (Bandung: CV Diponegoro, 1996), Cet. VII.

35 H Mas’oed Abidin

You might also like