You are on page 1of 19

JUDUL PENELITIAN: PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE NHT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR EKONOMI

PADA SISWA KELAS XI MA NEGERI 1 JOMBANG A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam membangun dan menciptakan manusia Indonesia seutuhnya baik mental maupun spiritual. Dimana Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, membentuk kepribadian yang bermanfaat sehingga menjadikan manusia yang beriman kepada Tuhan serta berahlak mulia, selain itu pendidikan juga bertujuan untuk mendidik generasi bangsa agar memiliki ilmu pengetahuan dan menguasai tekhnologi yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa maupun negara. Di samping itu Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik Pentingnya pendidikan seperti diatas, maka managemen pembelajaran di sekolah harus ditingkatkan untuk menghasilkan mutu pendidikan yang tinggi. Pentingnya pendidikan bagi generasi bangsa akan menentukan kualitas kehidupan bangsa. Menurut catatan Human Development Report tahun 2003 versi UNDP, peringkat HDI(Human Development Index) atau kualitas sumber daya manusia Indonesia berada diurutan 112, Indonesia berada jauh di bawah Filipina (85), Thailand (74), Malaysia (58), Brunai Darussalam (31), Korea Selatan (30), dan Singapura (28). Organisasi yang lain juga menguatkan hal itu. Internasional Education Achievment (IEA) melaporkan bahwa kemampuan membaca SD Indonesia berada diurutan 38 dan 39 negara yang disurvei (Nurhadi dkk, 2004:1).

Fakta lain yang menunjukkan bahwa mutu pendidikan di negara kita belum memuaskan adalah hasil pengamatan dari Third Mathemathics and Science Study(TMSS). Lembaga yang mengukur hasil pendidikan di dunia, melaporkan bahwa kemampuan matematika siswa kita berada di urutan ke 34 dari 38 negara, sedangkan kemampuan IPA berada diurutan ke 32 dari 38 negara (Nurhadi dkk, 2004:1) Dari data diatas menunjukkan kenyataan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, sehingga cepat atau lambat keadaan yang demikian perlu diatasi. Oleh sebab itu harus selalu diupayakan adanya pembaharuan pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional, antara lain dengan melakukan peningkatan kualitas pendidikan nasional, antara lain dengan melakukan perubahan kurikulum, peningkatan kualitas pendidikan dan efektifitas metode pembelajaran. Pembaharuan yang dilakukan dengan cara mengganti kurikulum 1994 dengan kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan sekarang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diharapkan mampu merespon perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Kurikulum pendidikan harus komprehensif dan responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi (Nurhadi dkk,2004:2). Untuk mewujudkan kondisi yang mendukung terlaksananya KBK, adalah dengan peningkatan kualitas pembelajaran yang nanntinya akan meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah dengan cara melalui perbaikan proses pembelajaran. Seorang guru sebagai individu yang menduduki posisi strategis dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti berkembangnya konsep-konsep baru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, peran tenaga pendidik sangat penting untuk menemukan strategi dan metode pembelajaran yang lebih memberdayakan potensi serta mampu memotivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan unsur pendukung tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar. Melalui metode pembelajaran, seorang guru dapat merancang dan mengarahkan proses pembelajaran yang bermakna bagi siswa.

Selama ini metode yang digunakan disekolah adalah metode ceramah. Metode ceramah hanya menekankan peran guru yang lebih dominan dibandingkan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini siswa kurang dilibatkan secara aktif, sehingga proses belajar yang bermakna belum dirasakan oleh siswa dan dapat memotivasi dean mempengaruhi hasil belajar. Pembelajaran kooperatif, adalah salah satu metode pembelajaran yang bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan bekerjasama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemauan membantu teman, sehingga pembelajaran yang bermakna mampu dirasakan oleh siswa sehingga hasil yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu kompetensi dasar yang dipelajari oleh siswa kelas X di SMA/MA adalah memahami konsumsi dan investasi. Kompetensi dasar ini tercakup dalam materi konsumsi, tabungan, dan investasi. Adapun indikator yang harus dikuasai siswa dalam kompetensi dasar ini (a) mendeskripsikan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan, (b) mendeskripsikan kurva permintaan investasi. MA Negeri 1 Jombang merupakan salah satu MA Negeri yang ada di Kabupaten Jombang. MA ni terletak di jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 2 Jombang. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis pada tanggal 6 februari 2009 terhadap pembelajaran ekonomi di MA Negeri 1 Jombang, guru bidang studi ekonomi mengatakan bahwa pembelajaran yang sering dilakukan adalah dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok yang didasarkan tempat duduknya, hanya terlihat beberapa siswa yang mengerjakan tugas dan aktif melakukan tanya jawab, kurangnya antusias siswa untuk belajar siswa lebih cenderung menerima apa saja yang disampaikan oleh guru, diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan maupun pendapat, sehingga hasil belajar yang diharapkan tidak maksimal. Dari hasil observasi diatas peneliti ingin menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode NHT, karena metode ini belum pernah diterapkan sebelumnya di MA Negeri 1 Jombang, terutama dalam mata pelajaran ekonomi. Dalam hal ini penerapan pembelajaran dengan metode NHT siswa diharapdapat saling bekerjasama dengan baik, sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar agar mendapatkan nilai yang baik. Berdasarkan masalah diatas, penulis berusaha menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang dapat

meningkatkan keaktifan dan meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengadakan penelitian yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode NHT dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X di MA Negeri 1 Jombang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Jombang? b. Jombang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah. 1. Untuk mengetahui apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi belajar ekonomi siswa kelas X-C MA Negeri 1 Jombang. 2. Untuk mengetahui apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif model Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa kelas X-C MA Negeri 1 Jombang. D. Manfaat Penelitian 1. Guru mata pelajaran ekonomi Penelitian ini bermanfaat bagi guru mata pelajaran ekonomi, yaitu sebagai variasi dalam strategi pembelajaran. Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Head Together (NHT), guru dapat menumbuhkan keaktifan siswa, sehingga siswa dapat belajar lebih efektif dan tujuan belajar secara optimal dapat tercapai. Apakah penerapan pembelajaran dengan metode Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa kelas X-C MA Negeri 1 Apakah penerapan pembelajaran dengan metode Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi belajar ekonomi siswa kelas X-C MA Negeri 1

2.

Siswa Diharapkan dalam penelitian ini, siswa dapat terdorong untuk menumbuhkan

aktifitas dalam belajar, serta meningkatkan hasil belajar. Selain itu dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar bertanggungjawab, belajar dan saling membelajarkan. 3. Sekolah Hasil yang diperoleh dari penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perbaikan kualitas pembelajaran pada khususnya, dan kualitas pendidikan pada umumnya di MA negeri 1 Jombang. 4. Peneliti Melalui keterlibatan langsus dalam proses pembelajaran, peneliti dapat memahami peranan guru, mengembangkan kemampuan untuk menemukan dan memecahkan masalah yang ada di lapangan. E. Asumsi Dasar Penelitian Seperti yang terdapat dalam buku PPKI (2000:13), asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Asumsi merupakan anggapan dasar yang diyakini kebenarannya atau dianggap benar tanpa harus dibuktikan terlebih dahulu agar dapat mengembangkan rancangan penelitian. Adapun asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. 2. berbeda. 3. 4. Siswa mengerjakan sendiri tugas yang diberikan. Situasi dan kondisi fisiologi dan psikologi siswa Metode pembelajaran sehingga salah satu komponen Kemampuan akademik masing-masing siswa pembelajaran yang mempengaruhi hasil belajar.

pada saat proses belajar mengajar adalah normal.

F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka ruang lingkup dan keterbatasan dalam penelitian ini adalah. 1. dalam penelitian ini hanya terbatas pada metode NHT. 2. adalah siswa kelas X-C MA Negeri 1 Jombang. 3. bahasan konsumsi, tabungan dan investasi. 4. 5. NHT. G. Definisi Operasional 1. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda untuk mencapai tujuan belajar. 2. Metode NHT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa 3. motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Indikator motivasi belajar meliputi keaktifan, keantusiasan dan keceriaan. Hasil belajar siswa pada Hal-hal yang diamati adalah penelitian ini dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. proses belajar dan persepsi siswa selama pembelajaran dengan menggunakan metode Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2008-2009 pada mata pelajaran ekonomi dengan pokok Subyek dalam penelitian ini Pembelajaran kooperatif

4.

hasil belajar adalah tingkat

keberhasilan yang telah dicapai oleh individu siswa dalam situasi belajar yang menunjukkan tingkat penguasaan kemampuan baik aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Pengukuran prestasi belajar siswa ini melalui suatu tes.

H. KAJIAN PUSTAKA 1. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan merupakan proses yang mendorong adanya interaksi dan aktivitas belajar. Oleh karena itu proses belajar sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Menurut Nasution (1995:35) belajar adalah suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek atau pribadi seseorang. Winkel (2004:59) mengemukakan bahwa bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam linngkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Menurut rusyan dkk (1989:7) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:13) belajar mempunyai arti: (1) berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, (2) berlatih, (3) berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses untuk melakukan suatu perubahan yang diperoleh dari praktik, latihan atau pengalaman yang mendukung tercapainya perubahan tingkah laku. Guru berperan relatif besar dalam aktivitas pembelajaran di sekolah. Terkait dengan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) didasarkan pada pembelajaran kontekstual yang berorientasi pada peran aktif siswa, dimana guru berperan sebagai fasilitator yang memiliki tanggung jawab untuk memotivasi siswa. Selain itu guru juga harus mengarahkan siswa menjadi pembelajar mandiri.

Pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta berlaku di manapun dan kapanpun ( Wikipedia : 2007 ).

2.

Pembelajaran Kooperatif Konsep pembelajaran kooperatif (cooperative learning) bukanlah suatu konsep

baru, melainkan telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Pada awal abad pertama, seorang filosofi berpendapat bahwa agar seseorang belajar harus memiliki pasangan. Menurut Johnson dan Johnson (dalam Ismail, 2002: 12) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama, yakni kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi menjadi kelompokkelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan, dalam hal ini sebagaian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa yakni mempelajari materi pelajaran dan berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas). Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran koopertif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan efektif Menurut Nurhadi dkk (2004:61) ada beberapa unsur pembelajaran kooperatif yaitu: 1. Saling ketergantungan positif Ketergantungan positif diartikan sebagai hubungan yang saling menguntungkan. Saling ketergantungan positif menuntut adanya interaksi promotif yang memungkinkan sesame siswa saling memberikan motivasi untuk meraih hasil belajar yang optimal. 2. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok untuk dapat saling bertatap muka, sehingga memudahkan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan sesama teman. 3. Akuntabilitas individual Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa yang anggota kelompok memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, dan tiap anggotaharus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompoknya. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan anggota kelompok secara individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. 4. Keterampilan dalam menjalin hubungan antar pribadi Dalam pembelajaran kooperatif siswa diajarkan untuk menjalin hubungan antar teman. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar teman tidak hanya memperoleh teguran dari guru, tetapi juga dari sesama siswa. Menurut Johnson dan Johnson (dalam Nurhadi dkk, 2004:63), pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa unggulan antara lain: 1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, 2. Meningkatkan sikap tenggang rasa, 3. Meningkatkan keyakinan terhadap ide atau gagasan sendiri, 4. Meningkatkan rasa percaya ke sesama manusia, dan 5. Mengembangkan kesadaran bertanggung jawab dan saling menjaga perasaan. 3. Macam-Macam Metode Pembelajaran Ada beberapa macam model pembelajaran yang dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif. Menurut Nurhadi dkk (2004:64) ada beberapa model pembelajaran kooperatif diantaranya sebagai berikut. 1. STAD (Student Teams Achievement Divisions) Pembelajaran kooperatif model STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawannya di Univesitas John Hopkins. Metode STAD

menekankan beberapa ciri yaitu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil atau tim untuk berlatih dan menyelesaikan permasalahan, anggota dalam tim tersebut heterogen. Siswa bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong bekerja sama untuk menguasai bahan ajar. Tes tetap diadakan untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap materi yang diajarkan, demikian juga dengan penilaiannya tetap diserahkan pada rata-rata skor tes. 2. Jigsaw Melalui metode jigsaw kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil atau tim dengan karakteristik yang heterogen dan bahan akademik disajikan kepada siswa. Tiap siswa bertanggungjawab untuk mempelajari satu bagian dan selanjutnya kelompok pakar. Selanjutnya para siswa dari kelompok pakar kembali ke kelompok semula.untuk menjelaskannya. Penilaian tetap diserahkan pada rata-rata skor tes kelompok. 3. GI (Group Investigation) Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil, para siswa dan guru menggunakan langkah-langkah yaitu: (1) seleksi topik, (2) merencanakan kerja sama, (3) implementasi, (4) analisis, (5) sintesis, (6) penyajian hasil akhir, dan (7) evaluasi. 4. Metode Struktural Metode Struktural dikembangkan oleh Spencer Kagan dan kawankawannya. Meskipun mempunyai kesamaan dengan metode lainnya, metode struktural menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa. Metode ini terdiri atas dua metode yaitu Think Pair Share dan Numbered Head Together. a. Think Pair Share (TPS)

10

Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawannya dari Universitas Maryland yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS adalah suatu diskusi kooperatif yang memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberikan siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Langkah-langkah dalam model Think Pair Share diantaranya berpikir, berpasangan dan berbagi. b. Numbered Head Together Metode ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Adapun langkah-langkah metode ini adalah penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama, pemberian jawaban. 4. Metode NHT Metode dipandang sebagai komponen pembelajaran yang merupakan alat, yang harus dipilih dan dipergunakan guru dalam menyampaikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan (Suryosubroto, 2002:157). Para pendidik juga harus selalu berusaha memilih metode pembelajaran yang tepat untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran. Selain itu, penggunaan metode yang variatif dan inovatif sangat diharapkan untuk lebih memotivasi siswa dalam belajar. Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan pembelajaran disekolah (Djamarah dkk, 2002:83). Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan guru dalam memfasilitasi suatu proses pembelajaran adalah metode NHT (Numbered Head Together). Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk menekankan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam (Ibrahim,

11

2000:28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Menurut Nurhadi (2006:67) langkah-langkah dalam pembelajaran NHT adalah. 1. Penomoran (Numbering) :Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3-5 orang dan memberi nomor hingga tiap siswa dalam tim memiliki nomor yang berbeda. 2. Pengajuan pertanyaan (Questioning) :Guru membagikan lembar soal yangberisi pertanyaan yang akan digunakan untuk bahan diskusi kepada siswa. 3. Berpikir bersama (Head together) :Siswa dalam kelompok berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut. 4. Pemberian jawaban (Answering) :Guru menyebut satu nomor dan para siswa tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. 5. Motivasi Belajar Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Hal ini berarti bahwa motivasi belajar muncul karena terdorong oleh adanya tujuan. Menurut Susanto (1999:28), motivasi belajar dapat ditandai dengan 6 macam tingkah laku atau dimensi, yaitu sebagai berikut. 1. Perhatian. Motivasi belajar siswa tinggi jika mereka memusatkan perhatian pada kegiatan belajar lebih besar daripada tingkah laku yang bukan kegiatan belajar. 2. Waktu belajar. Siwa memiliki motivasi belajar tinggi jika siswa menghabiskan waktu yang cukup untuk kegiatan belajar. 3. Usaha. Siswa memiliki motivasi belajar tinggi jika mereka bekerja secara intensif, mengeluarkan banyak energi dan kemampuan untuk menyelesaikannya.

12

4. Irama perasaan. Siswa memiliki motivasi belajar jika siswa merasa gembira, mempunyai keyakinan dri dan tegar pada situasi yang ada. 5. Eksistensi. Motivasi belajar dapat dimulai dengan melakukan kegiatan belajar pada jam jam bebas belajar atau istirahat. 6. Penampilan. Motivasi belajar ditunjukkan dengan diselesaikannya tugas belajar. Menurut Sardirman (1990:88-89) motivasi belajar dapat digolongkan menjadi 2 macam. Kedua motivasi belajar tersebut akan dijelaskan berikut ini. 1. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motif motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan golongan dari dalam diri dan secara mutlak berkait dengan aktivitas belajarnya. Dengan demikian berarti bahwa setiap siswa memiliki keinginan dasar dan potensi yang berasal dari dalam dirinya sendirinya untuk belajar. 2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi estrinsik adalah motif motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Beberapa cara yang sering digunakan guru untuk merangsang minat siswa dalam belajar yang merupakan dorongan ekstrinsik. Diantaranya adalah memberikan penghargaan dan celaan, persaingan atau kompetisi, hadiah dan hukuman, serta pemberitahuan tentang kemajuan belajar siswa. Motivasi ekstrinsik juga penting dalam kegiatan belajar mengajar sebab kemungkinan besar keadaan siswa dinamis, berubah ubah dan juga mungkin komponen komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa. Pada umumnya motivasi intrinsik lebih kuat dan lebih baik daripada motivasi ekstrinsik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa yang termotivasi secara intrinsik aktivitasnya lebih baik dalam belajar daripada siswa yang termotivasi secara ekstrinsik.

13

6.

Proses dan Hasil Belajar Proses belajar merupakan hal yang dialami oleh siswa, yaitu respon terhadap segala

kegiatan pembelajaran yang diprogramkan oleh guru, untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik (Dimyati dan Mudjiono, 1994:18). Dapat disimpulakan bahwa proses belajar adalah suatu aktifitas dan tindakan siswa dalam belajar guna meningkatkan kemampuannya baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dapat dilihat dari perubahan sikap dan perilaku. Dalam proses pembelajaran diperlukan adanya pertimbangan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar. Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar disebut kondisi belajar. Dalam kondisi belajar ada dua yaitu internal dan eksternal. Kondisi internal berasal dari diri siswa, yaitu keadaan mental yang membuat siswa melakukan aktivitas belajar. Sedangkan kondisi eksternal yaitu kondisi dari luar siswa, yang dapat menimbulkan dorongan belajar atau rangsangan terjadinya proses beloajar pada diri siswa. Tujuan akhir dari proses adalah hasil. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2004:3) Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hal itu mencerminkan kemapuan peserta didik dalam pencapaian pengalaman belajar dan pencapaian suatu kompetensi dasar. Dapat disimpulkan bahwa bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh dari pengalaman belajar dan latihan yang diikuti selama pembelajaran yang berupa keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hal tersebut sesuai dengan toksonomi Bloom (dalam arikunto, 2000:117) bahwa ada tiga ranah dalam pencapaian hasil belajar yaitu kognitif( (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan).

I. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunkan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif oleh bodgan dan taylor (dalam Moleong, 2004:4) didefinisikan 14

sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa tulisan dan lisan dari orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif memiliki beberapa karakteristik yang membedakan dengan penelitian jenis yang lain. Menurut Moloeng (2004:8-13) ada beberapa karakteristik dalam penelitian kualitatif yaitu: a. Latar Alamiah Dalam penelitian ini, peneliti mengamati secara langsung proses pembelajaran di kelas yang berjalan sebagaimana mestinya. Data dan informasi yang diperoleh berasal dari pengamatan langsung terhadap konteks lingkungan yang bersifat alamiah. b. Manusia sebagai Instrument Dalam penelitian ini penulis dan dengan bantuan orang lain bertindak sebagai pengumpul data. Penulis dan rekan dalam hal ini bertindak sebagai pengumpul data yang bertindak sebagai pengamat aktivitas pembelajaran kooperatif metode NHT di dalam kelas. Peneliti sendiri bertindak sebagai gurudan mengarahkan siswa dalam belajar, dan membantu siswa jika ada permasalahan atau kesulitan selama proes pembelajaran. c. Metode Kualitatif Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan wawancara dan penelaahan dokumen. Ketiga metode tersebut digunakan secara bersama-sama. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan fokus pengamatan d. Analisis data secara induktif Penulis mendapatkan data hasil penelitian secara bertahap, yaitu selam melakukan pengamatan dan penelitian yang dilakukan di kelas secara terus-menerus. Adapun analisis yang dilakukan didasarkan pada data yang dikumpulkan dan dikelompok-kelompokkan. e. Deskriptif Data yang dikumpulkan berupa kata-kata yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Data tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan catatan lapangan, data juga diperoleh dari foto-foto selama proses pembelajaran. f. Lebih mementingkan proses daripada hasil Penelitian lebih fokus pada proses daripada hasil, hal ini disebabkan karena hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas diamati dalam proses. Agar proses pembelajaran mendapatkan hasil yang maksimal, diperlukan pengamatan

15

secara terus-menerus selam proses pembelajaran berlangsung dengan adanya perubahan siklus. Menurut Wiriaatmadja (2007:11) Karakteristik penelitian kualitatif yaitu sebagai berikut. 1. Penelitian kualitatif berlangsung dalam latar alamiah, tempat kejadian dan perilaku berlangsung. 2. Data yang dihasilkan berupa deskriptif, dalam bentuk katakata. 3. Proses sama pentingnya dengan produk, perhatian peneliti diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya kejadian. 4.Objektivitas dijunjung tinggi. 5.Fokus diarahkan kepada persepsi dan pengalaman partisipan. 6.Peneliti sebagai pengamat dan pengumpul data. 7. Memunculkan desain, peneliti mencoba merekontruksikan penafsiran dan pemahaman dengan sumber data manusia . Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Metode NHT dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X di MA Negeri 1 Jombang , menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan salah satu alternatif tindakan yang dilakukan dalam konteks kelas dan bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajarn di kelas, yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Menurut Arikunto (2006:3) PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Sedangkan menurut Suhardjono (2006:7) PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru bekerjasama dengan peneliti (atau dilakukan oleh guru sendiri yang juga bertindak sebagai peneliti) di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran. Dari

16

dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran. B. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti dilapangan mutlak diperlukan. Hal ini dikarenakan peran peneliti adalah sebagai pengajar, pengumpul data, pengamat, pengolah data dan juga bertindak sebagai pelapor hasil penelitian. Seperti yang dikemukakan Moloeng (2004:121) bahwa manusia sebagai instrument berperan sebagai (1) perencana tindakan, (2) pengumpul data, (3) penganalisis data dan (4) pelapor hasil penelitian. C. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di MA Negeri 1 Jombang kelas X pada semester genap tahun ajaran 2008/2009. Sekolah ini terletak di jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 2 Jombang. Ada beberapa alasan mengapa peneliti memilih MA Negeri 1 Jombang menjadi tempat penelitian (1) guru ekonomi belum pernah menerapkan pembelajaran kooperatif khususnya metode NHT, (2) belum pernah ada penelitian mengenai peningkatan motivasi dan hasil belajar ekonomi melelui pembelajaran kooperatif dengan metode NHT di MA Negeri 1 Jombang. D. Sumber Data Sumber data adalah subyek darimana data itu diperoleh. Menurut Lofland dan Lofland (dalam moleong 2004:157)sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumentasi dan lainlain. Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta didik, guru mata pelajaran ekonomi dan dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini adalah: (1) motivasi peserta didik, (2) hasil belajar peserta didik. E. Instrumen Penelitian 1. Tes Tulis

17

Tes tulis dilaksanakan pada setiap awal dan akhir pembelajaran. Tes tulis bertujuan untuk mengukur kecapaian hasil belajar yang diperoleh siswa sebelum dan sesudah pemberian tindakan. Tes tulis diberikan kepada siswa dalam bentuk soal pilihan ganda atau uraian. 2. Rubrik Penilaian Rubrik penilaian berisi aspek-aspek yang akan dinilai dalam aspek afektif dan psikomotorik siswa. Rubrik penilaian digunakan selama tindakan berlangsung. 3. Lembar Observasi Lembar observasi dilaksanakan pada setiap atau selama proses pembelajaran berlangsung, dalam hal ini menggunakan lembar observasi yang berisi indicator kegiatan dengan tahapan-tahapan Numbered Head Together (NHT). Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui keberhasilan tindakan penelitian. 4. Catatan Lapangan Catatan lapangan digunakan untuk mencatat semua aktivitas yang muncul selama proses pembelajaran yang tidak dapat tercatat melalui lembar observasi sehingga pada tahap refleksi dapat ditentukan tindakan perbaikan untuk pelaksanaan tindakan berikutnya. 5. Angket Angket diberikan kepada siswa pada akhir pembelajaran atau tindakan yang dilakukan. Angket diberikan untuk mengetahui bagaimana penilaian siswa terhadap pembelajaran yang diberikan selama tindakan. 6. Pedoman Wawancara Pedoman wawancara digunakan pada saat kegiatan observasi awal dan setelah pelaksanaan tindakan. Pedoman wawancara berisi tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai proses kegiatan belajar mengajar.

18

19

You might also like