You are on page 1of 9

KATA PENGANTAR Kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat

dan hiodayahnya kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kimia ini yang berjudul Pencemaran Zat Aditif yang telah kami rangkum sedemikian rupa untuk memudahkan cara pembelajaran kimia pada poko bahasan pencemaran zat aditif tersebut. Sebelumnya kami mohon maaf apabila pada tugas kimia ini ada tulisan yang tidak berkenan dan dapat kekurangan-kekurangan pada tugas kimia ini karena kami sadar bahwa manusia tidak akan luput dari kesalahan. Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepda para pembaca dan tidak lupa temanteman yang berperan serta dalam pembuatan tugas kimia ini dan guru kimia yang telah membimbing kami.

Penulis

PENGERTIAN
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud tertentu. Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses pengolahan. Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang makin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan. Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek samping misalnya: gatal-gatal, dan kanker.

MACAM-MACAM ZAT ADITIF


Zat Pewarna Adalah bahan yang dapat memberi warna pada makanan, sehingga makanan tersebut lebih menarik. Contoh pewarna alami: Contoh pewarna sintetik: a. Anato (orange) b. Karamel (cokelat hitam) c. Beta karoten (kuning) d. Klorofil (hijau) a. Biru berlian (biru) b. Coklat HT (coklat) c. Eritrosit (merah) d. Hijau FCF (hijau)

Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa Zat aditif ini dapat memberikan, menambah, mempertegas rasa dan aroma makanan. 1. Penyedap rasa dan aroma (flavour) Penyedap rasa dan aroma yang banyak digunakan berasal dari golongan ester. Contoh: Isoamil asetat (rasa pisang), isoamil valerat (rasa apel), butil butirat (rasa nanas), isobutil propionat (rasa rum) 2. Penguat rasa (flavour echancer) Bahan penguat rasa atau penyedap makanan yang paling banyak digunakan adalah MSG (Monosodium Glutamate) yang sehari-hari dikenak dengan nama vetsin. 3. Zat pemanis buatan Bahan ini tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi, contohnya sakarin (kemanisannya 500x gula), dulsin (kemanisannya 250x gula), dan natrium siklamat (kemanisannya 50x gula) dan serbitol. 4. Pengawet Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Contoh bahan pengawet dan penggunaannya: a. Asam benzoat, natrium benzoat dan kalium benzoat, untuk minuman ringan, kecap, acar ketimun dalam botol dan caos. b. Natrium nitrat (NaNo3), untuk daging olahan dan keju. c. Natrium nitrit (Na No2), untuk daging olahan, daging awetan dan kornet kalangan. d. Asam propionate, untuk roti dan sediaan keju olahan. 5. Anti oksidan Zat aditif ini dapat mencegah atau menghambat oksidasi. Contoh: a. Asam askorbat (bentukan garam kalium, natrium, dan kalium), digunakan pada daging olahan, kaldu, dan buah kalangan. b. Butil hidroksianisol (BHA), digunakan untuk lemak dan minyak makanan

c. Butil hidroksitoluen (BHT), digunakan untuk lemak, minyak makan, margarin dan mentega. 6. Pengemulsi, pemantap, dan pengental Zat aditif ini dapat membantu pembentukan atau pemantapan sistem dispersi yang homogen pada makanan. Contoh: agar-agar, gelatin, dan gom arab 7. Pemutih dan pematang tepung Zat aditif ini dapat mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga dapat memperbaiki mutu pemanggangan. Contoh: Asam askorbat, aseton peroksida, dan kalium bromat 8. Pengatur keasaman Zat aditif ini dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman makanan. Contoh: asam asetat, aluminium amonium sulfat, amonium bikarbonat, asam klorida, asam laktat, asam sitrat, asam tentrat, dan natrium bikarbonat 9. Anti kempal Zat aditif ini dapat mencegah pengempalan makanan yang berupa serbuk. Contoh: aluminium silikat (susu bubuk), dan kalsium aluminium silikat (garam meja) 10. Pengeras Zat aditif ini dapat memperkeras atau mencegah melunaknya makanan. Contoh: aluminium amonium sulfat (pada acar ketimun botol), dan kalium glukonat (pada buah kalangan) 11. Sekuestran Adalah bahan yang mengikat ion logam yang ada dalam makanan. Contoh: asam fosfat (pada lemak dan minyak makan), kalium sitrat (dalam es krim), kalsium dinatrium EDTA dan dinatrium EDTA 12. Penambah gizi Zat aditif yang ditambahkan adalah asam amino, mineral, atau vitamin untuk memperbaiki gizi makanan. Contohnya: Asam askorbat, feri fosfat, vitamin A, dan vitamin D.

ZAT ADITIF MAKANAN


Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah menggunakan zat aditif makanan dalam kehidupannya sehari-hari. Secara ilmiah, zat aditif makanan di definisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Disini zat aditif makanan sudah termasuk : pewarna, penyedap, pengawet, pemantap, antioksidan, pengemulsi, pengumpal, pemucat, pengental, dan anti gumpal. Istilah zat aditif sendiri mulai familiar di tengah masyarakat Indonesia setelah merebak kasus penggunaan formalin pada beberapa produk olahan pangan, tahu, ikan dan daging yang terjadi pada beberapa bulan belakangan. Formalin sendiri digunakan sebagai zat pengawet agar produk olahan tersebut tidak lekas busuk/terjauh dari mikroorganisme. Penyalahgunaan formalin ini membuka kacamata masyarakat untuk bersifat proaktif dalam memilah-milah mana zat aditif yang dapat dikonsumsi dan mana yang berbahaya. Secara umum, zat aditif makanan dapat dibagi menjadi dua yaitu : (a) aditif sengaja, yaitu aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, seperti untuk meningkatkan nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan lain sebagainya. Dan kedua, (b) aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan. Bila dilihat dari sumbernya, zat aditif dapat berasal dari sumber alamiah seperti lesitin, asam sitrat, dan lain-lain, dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia, maupun sifat metabolismenya seperti karoten, asam askorbat, dan lain-lain. Pada umumnya bahan sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah. Walaupun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogen yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia.

BEBERAPA CONTOH ZAT ADITIF


Zat aditif makanan telah dimanfaatkan dalam berbagai proses pengolahan makanan, berikut adalah beberapa contoh zat aditif : Zat aditif Contoh Daun pandan (hijau), kunyit (kuning), buah coklat (coklat), wortel (orange) Sunsetyellow FCF (orange), Carmoisine Tartrazine (kuning), dll Terlalu banyak mengkonsumsi Pengawet Natrium benzoat, Natrium Nitrat, Asam zat pengawet akan mengurangi Sitrat, Asam Sorbat, Formalin Pala, Penyedap merica, cabai, laos, kunyit, daya tahan tubuh terhadap penyakit ketumbar Mono-natrium (ajinomoto/sasa), Penyedap alami Keterangan Pewarna alami

Pewarna

(Merah), Brilliant Blue FCF (biru), Pewarna sintesis

glutamat/vetsin asam cuka, Penyedap sintesis butil

Antioksidan Pemutih Pemanis bukan gula Pengatur keasaman Anti Gumpal

benzaldehida, amil asetat, dll Butil hidroksi anisol (BHA),

hidroksi toluena (BHT), tokoferol Hidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium hipoklorit Sakarin, Dulsin, Siklamat Aluminium

Mencegah Ketengikan Baik dikonsumsi penderita

diabetes, Khusus siklamat bersifat

karsinogen amonium/kalium/natrium Menjadi lebih asam, lebih basa, kalsium atau menetralkan makanan silikat, Ditambahkan ke dalam pangan

sulfat, asam laktat Aluminium silikat,

magnesium karbonat, magnesium oksida dalam bentuk bubuk

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Chitato Chitos Piattos French Fries Potato Chips Potato Steak Happy Tos Balls Taro Jet Zet

Makanan Ringan Makanan Ringan Makanan Ringan Makanan Ringan Makanan Ringan Makanan Ringan Makanan Ringan Makanan Ringan Makanan Ringan Makanan Ringan Makanan Ringan Makanan Ringan Makanan Ringan Makanan Siap Saji Makanan Siap Saji Makanan Siap Saji Makanan Siap Saji Makanan Siap Saji Makanan Siap Saji Makanan Siap Saji Makanan Siap Saji Makanan Siap Saji Makanan Siap Saji Makanan Siap Saji Makanan Siap Saji Makanan Siap Saji Bumbu dalam Botol Bumbu dalam Botol Bumbu dalam Botol Bumbu dalam Botol Bumbu dalam Botol Bumbu dalam Botol Bumbu dalam Botol Bumbu dalam Botol Bumbu dalam Botol Bumbu dalam Botol Bumbu dalam Botol Bumbu dalam Botol Bumbu dalam Botol Bumbu dalam Botol Bumbu dalam Botol Bumbu dalam Botol

TBHQ,MSG, CaCO3, DG, DI, pewarna, NaB DG, DI, CaCO3, FF, TBHQ, pewarna, NaB, MSG KCl, AAS, pewarna, NaB, MSG NaB, pewarna, Si, FF, AS, MSG NB, FF, pewarna, AS, MSG DG, DI, CaCO3, FF, TBHQ, MSG KB, SB, pewarna, NaB, FF, MSG TBHQ, MSG, CaCO3, DG, DI, pewarna, NaB, Si NB, FF, AS, CaCO3, KB, NaB, DG, DI, MSG TBHQ, MSG, CaCO3, DG, NaB, pewarna, AS KB, SB, MSG, NaB, FF, TBHQ, pewarna, KCO3, NB DG, DI, KCO3, FF, TBHQ, TBHQ, MSG MSG, KB, SB, NaB, FF, pewarna, NB, Aas Fe, PK, P, pewarna, AF, MSG, KB, SB, Aas, NB MSg, NaK, NaB, KCO3, G, pewarna, KB Tk, AR, MSG, pewarna, NB, NaB, KB, CaB MSG, NB, KB, CaB, TBHQ, Fe, PK, AF MSG, NB, MNG, MH, pewarna, AF, Fe TF, MSG, NB, MNG, P, PK MSG, Ng, NB, MNG, AF, AR NaK, KCO3, Po, G, pewarna, Fe, Af, MSG P, PK, Ng, MSG, AF, NB, MNG, Po pewarna, PK, F, Hp, Ps P, TBHQ, PK, MSG, MNG, NB MSG,MNG, P, NB, PK, AF MSG,MNG, P, NB, PK, AF, TF Al, Ast, AS,MSG,Sk,AB,Ph SB,MSG,Sk,AB,Bt SB,NB,MSG,Sk,Bt Pt,SB,MSG,Sk SB,Bd,MSG,Sk,Krt, NB NB,Ast,SB,MSG,pewarna Aa,Ca,La,SB,MSG,pewarna,NB Tkl,MSG,SB,pewarna,NB MSG,pewarna,P,Ast,NB,SB NB,pewarna,MSG,Sk,AS,P,KB,Bd MSG,NB,Ca,Sk,pewarna pewarna,MSG,Sk,Ca,NB,Ks Sk,pewarna,NB,P KB,CaB,NB,Sk,pewarna,P,MSG Sk,pewarna,P,NB,MSG KB,CaB,NB,MSG,P NB,MSG,P,Sk

10 Double Dekker 11

12 Twisko 13 Mie Remes ABC 14 Indomie Goreng

15 Selera Rakyat 16 Sedap 17 ABC 18 Sarimie 19 Gaga 20 Mi Duo 21 Salam Mie 22 POP Mie 23 CUP Noodles 24 Mie Gelas 25 Mie Soun 26 Al-Ham Mie 27 28 29 30 31 32 33 Sambal Asam Manis Kokita Sambal Terasi Kokita Sambal Bajak Kokita Sambal Kecap Kokita Sambal Tauco Kokita Sambal Balado Kokita Sambal Bangkok Kokita

34 Sambal Indofood 35 Sambal Sasa 36 Saus Tomat Lombok

37 Saus Raja Rasa 38 Saus Tiram 39 Kecap Sate 40 Kecap Indofood 42 Kecap Bango 43 Kecap Piring Lombok

41 Kecap Cap Dorang Bumbu dalam Botol

PENUTUP
Sebagaimana telah diuraikan diatas, bahwasanya telah dilakukan survei tentang tingkat pengetahuan masyarakat desa di Lampung Timur mengenai zat aditif. Dari hasil observasi yang penulis lakukan (diluar kesimpulan riset secara umum), diketahui bahwa tingkat pengetahuan masyarakat mengenai zat aditif sangat rendah sekali, walaupun terdapat kesadaran yang mumpuni dari masyarakat untuk menggunakan dosis zat aditif secukupnya. Tetapi kabar gembiranya adalah terdapat kecenderungan dari masyarakat

desa (walaupun didominasi dengan latar pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD)) untuk tidak masa bodoh terhadap informasi-informasi mengenai zat aditif. Kabar ini merupakan peluang bagi para kimiawan untuk melakukan penyuluhan lebih intensif mengenai zat aditif kepada masyarakat di daerahnya masing-masing. Bentuk-bentuk penyuluhan yang tepat guna dalam penyebarluasan informasi zat aditif ini dapatlah disesuaikan dengan sosio-kultural masyarakat setempat dan kemampuan dari team penyuluh. Sosio-kultural yang dimaksud disini adalah dengan mempertimbangkan latar pendidikan masyarakat, kehidupan sosial masyarakatnya, dan latar belakang dari pekerjaan penduduk. Diharapkan masyarakat akan dapat lebih cerdas dalam penggunaan dosis atau takaran dari penggunaan zat aditif dan dapat mengetahui zat-zat aditif mana saja yang dapat dikonsumsi dan zat mana saja yang berbahaya bagi manusia.

You might also like