You are on page 1of 3

BELAJAR AKUNTANSI

Oleh: Harry Andrian Simbolon, SE., M.Ak., QIA Bagi orang awam, mungkin akuntansi dipahami sekedar debet dan kredit saja. Debet ada di kiri dan kredit ada di kanan, jika debet tidak sama dengan kredit berarti pencatatannya tidak tepat. Aset (disisi kiri/debet) harus sama dengan hutang ditambah ekuitas (disisi kanan/kredit). Itulah yang disebut dengan persamaan akuntansi. Persamaan itu berarti bahwa aset diperoleh dari hutang dan atau dari ekuitas pemilik. Pengertian akuntansi sebenarnya jauh lebih luas dari sekedar debet dan kredit saja. Akuntansi merupakan sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan (Warren dkk, 2005). Segala transaksi yang terjadi akibat kejadian ekonomi baik itu kecil atau besar dicatat dalam suatu jurnal akuntansi berdasarkan akun yang sesuai untuknya, akun-akun itu kemudian dikelompokkan dan dilaporkan dalam format standar menjadi laporan keuangan. Laporan keuangan inilah yang kemudian menjadi ringkasan performa perusahaan. Itulah mengapa dikatakan bahwa akuntansi adalah bahasa bisnis, karena kemampuannnya yang dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan (ekonomi) berupa posisi keuangan yang tertuang dalam jumlah kekayaan, utang dan ekuitas satu bisnis dan hasil usahanya pada suatu waktu atau periode tertentu. Dengan informasi ini pembaca laporan keuangan tidak lagi perlu mengunjungi suatu perusahaan atau melakukan interview untuk mengetahui keadaan keuangannya, hasil usahanya maupun memprediksi masa depan perusahaan tersebut. Siklus Akuntansi Siklus akuntansi adalah proses pengolahan data sejak terjadinya transaksi, kemudian transaksi ini memiliki bukti yang sah sebagai dasar terjadinya transaksi kemudian berdasarkan data atau bukti ini maka diinput ke proses pengolahan data sehingga menghasilkan output berupa informasi laporan keuangan pada suatu periode. Proses pertama adalah terjadinya transaksi. Yang dimaksud dengan transaksi adalah suatu kejadian yang mengubah posisi keuangan (kekayaan, utang, dan ekuitas) dan hasil usaha perusahaan. Kedua, mencatat transaki tersebut kedalam buku harian jurnal. Pencatatan akuntansi dilakukan berdasarkan penggolongan akunnya, mana yang dikelompokkan sebagai yang mempengaruhi perkiraan debet dan mana yang akan mempengaruhi perkiraan sebelah kredit, sehingga buku harian dan jurnal digabungkan dalam satu buku yang disebut jurnal. Ketiga, Buku Besar. Buku besar sering juga disebut perkiraan, akun, item, pos, dan lain-lain. Buku ini adalah merupakan tempat menampung seluruh transaksi yang telah diklasifikasikan melalui jurnal. Jadi seluruh jurnal dimasukkan ke dalam buku besar dengan cara memindahkan jurnal (posting) ke buku besar tadi. Keempat, Untuk memudahkan menyusun laporan keuangan dipakai neraca lajur. Neraca lajur mempunyai beberapa lajur yang masingmasing dapat dipakai yaitu ada yang 8 lajur, 10 lajur atau 12 lajur berisi masing-masing 2 lajur, yaitu neraca percobaan/saldo, penyesuasian, lajur neraca saldo yang disesuaikan, lajur rugi laba, lajur laba ditahan, dan lajur neraca.

Terakhir, membuat laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan sarana mengkomunikasikan informasi keuangan utama kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Laporan ini menampilkan sejarah perusahan yang dikuantifikasikan dalam nilai moneter. Laporan keungan terdiri dari (1) laporan posisi keuangan, (2) laporan laba rugi, (3) laporan arus kas, (4) laporan perubahn ekuitas dan (5) catatan atas laporan keuangan atau pengungkapan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Akuntansi adalah Bahasa Bisnis Dibalik angka akuntansi yang dihasilkan sebenarnya terkandung maksud tertentu. Misal suatu perusahaan meraih laba bersih sebesar Rp 10 miliar, angka itu memiliki arti keuntungan perusahaan terjadi akibat pendapatan lebih besar dari biaya-biaya yang terjadi sebesar Rp 10 miliar, bisa juga berarti akibat melonjakknya pendapatan dan menurunnya biaya-biaya yang terjadi, akibat angka tesebut maka perusahaan berkewajiban membayar pajak penghasilan kepada pemerintah sesuai aturan yang berlaku dan membayar dividen kepada pemegang saham. Akuntansi dapat menjadi bahasa pengantar bila digunakan dalam transaksi bisnis. Misalnya dalam pengajuan kredit, sebelum memutuskan memberi pinjaman, bank akan melihat kemampuan mengembalikan hutang (solvabilitas) dari angka yang tersaji di laporan keuangan, contoh lainnya adalah inventory, dalam melakukan penjualan, perusahan harus mempertimbangkan sejauh mana inventory cukup untuk mendukung program penjualan perusahaan, haruskah perusahaan memesan lagi atau menghapus persediaan usang. Karyawanpun menggunakan bahasa ini manakala bonus yang ia terima ternyata berfluktuasi bergantung pada laba yang dihasilkan perusahaan, dan masih banyak contoh lainnya. Karena ia merupakan alat komunikasi, oleh karena itu akuntansi harus diatur agar pihak-pihak yang menggunakan bahasa tersebut paham dengan angka yang disajikannya. Badan regulatory tersebut di Indonesia adalah Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yang mengeluarkan produknya berupa Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Para akuntan harus mencatat, menyajikan dan mengungkapkan transaski bisnsinya berdasarkan SAK tersebut. Jika tidak ada standar yang mengatur maka para akuntan dapat saja memanipulasi angka tersebut berdasarkan kemauan dan kepentingannya saja. Dari Tukang Catat Menjadi Analis Karena kompleksitas transaksi bisnis yang terjadi, para akuntan perusahaan dituntut untuk lebih cermat dalam melakukan pencatatan agar laporan yang dihasilkan juga tepat. Oleh karena itu akuntan dituntut tidak sekedar mencatat, tetapi juga melakukan analisa mengapa angka tersebut muncul, perbandingannya dengan periode sebelumnya, dampak masa depan akibat angka tersebut, dan lain sebagainya. Kemampuan menerjemahkan angka dan mengambil keputusan berdasarkan angka akuntansi tersebut akan menjadi nilai lebih yang dimilki para praktisi keuangan. Bahkan sekarang ini manager-manager non keuangan semakin diarahkan untuk menguasasi aspek keuangan. Lihat saja hampir disemua sekolah bisnis ternama telah membuka kelas financial management for non finance manager karena para professional bisnis menyadari bahwa keahlian teknik dan operasional yang dimilikinya kurang berarti jika tidak dilengkapi pemahaman keuangan perusahaan. Karena kemampuan analis keuangannya tersebut, maka tak jarang pula sekarang ini para praktisi keuangan tampil sebagai top management di banyak perusahaan.

Sumber : http://akuntansibisnis.wordpress.com/2011/04/04/belajar-akuntansi-yuk/

You might also like