You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Kehidupan Hewan tanah sangat tergantung pada habitatnya, karena
keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah
sangat ditentukan keadaan daerah itu. Dengan perkataan lain keberadaan dan
kepadatan suatu populasi suatu jenis hewan tanah di suatu daerah sangat
tergantung dari faktor lingkungan,yaitu lingkungan abiotik dan lingkungan
biotik.
Faktor lingkungan abiotik secara besarnya dapat dibagi atas faktor fisika
dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas dan
tekstur tanah. Faktor kimia antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik
tanah dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor lingkungan abiotik sangat
menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang terdapat di suatu habitat.
Faktor lingkungan biotik bagi hewan tanah adalah organisme lain yang
juga terdapat di habitatnya seperti mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan
golongan hewan lainya. Pada komunitas itu jenis-jenis organisme itu saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya. Interaksi itu bisa berupa predasi,
parasitisme, kompetisi dan penyakit.
Dalam studi ekologi hewan tanah, pengukuran factor lingkungan abiotik
penting dilakukan karena besarnya pengaruh faktor abiotik itu terhadap
keberadaan dan kepadatan populasi kelompok hewan ini. Dengan
dilakukannya pengukuran faktor lingkungan abiotik, maka akan dapat
diketahui faktor yang besar pengaruhnya terhadap keberadaan dan
kepadatan populasi hewan yang di teliti. Pada studi tentang cacing tanah,
misalnya pengukuran pH tanah dapat memberikan gambaran penyebaran
suatu jenis cacing tanah. Cacing tanah yang tidak toleran terhadap asam,
misalnya, tidak akan ditemui atau sangat rendah kepadatan populasinya pada
tanah yang asam. Selain itu pengukuran faktor lingkungan abiotik pada
tampat dimana jenis hewan tanah kepadatannya akan sangat menolong
dalam perencanaan pembudidayaannya.
Tidak pula dapat dipungkiri, bahwa dalam mempelajari ekologi hewan
tanah perlu diketahui metode-metode pengambilan contoh di lapangan
karena hewan itu relatif kecil dan tercampur dengan tanah. Analisis statistik
pun perlu diketahui agar didapat kesimpulan yang sahih dari penelitian yang
dilakukan.
Salah satu yang cukup sulit dalam mempelajari ekologi hewan tanah
adalah masalah pengenalan jenis. Pada tanah hidup hampir semua golongan
hewan mulai dari protozoa sampai mamalia. Seseorang yang mempelajari
ekologi hewan tanah minimal dapat mengenal kelompok (genera atau famili,
minimal ordo) dari hewan tanah yang dipelajari. Untuk studi tetentu
haruslah dapat diidentifikasi sampai tingkat jenis (spesies) dari hewan tanah
yang diteliti.

1.2. Tujuan :
Untuk mengetahui keanekaragaman jenis fauna tanah yang tertangkap
dengan menggunakan Pitfall Trap.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hewan tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di
permukaan tanah maupun yang hidup di dalam tanah. Tanah itu sendiri adalah
suatatu bentangan alam yang tersusun dari bahan-bahan mineral yang merupakan
hasil proses pelapukan batu-batuan dan bahan organic yang terdiri dari organisme
tanah dan hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan lainnya. Jelaslah bahwa
hewan tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah. Dengan denikian,
kehidupan hewan tanah sangatdi tentukan oleh faktor fisika-kimia tanah, karena
itu dalam mempelajari ekologi hewan tanah faktor fisika-kimia tanah selalu
diukur.
Pengukuran faktor fisika-kimia tanah dapat di lakukan langsung di lapangan
dan ada pula yang hanya dapat diukur di laboraturium. Untuk pengukuran faktor
fisika-kimia tanah di laboraturium maka di lakukan pengambilan contoh tanah dan
dibawa ke laboraturium.
Dilapangan hewan tanah juga dapat dikumpulkan dengan cara memasang
perangkap jebak (pit fall-trap). Pengumpulan hewan permukaan tanah dengan
memasang perangkap jebak juga tergolong pada pengumpulan hewan tanah secara
dinamik.
Perangkap jebak sangat sederhana, yang mana hanya berupa bejana yang
ditanam di tanah. Agar air hujan tidak masuk ke dalam perangkap maka
perangkap diberi atap dan agar air yang mengalir di permukaan tanah tidak masuk
ke dalam perangkap maka perangkap dipasang pada tanah yang datar dan agak
sedikit tinggi. Jarak antar perangkap sebaliknya minimal 5 m.
Pada perangkap tanpa umpan, hewan tanah yang berkeliaran di permukaan
tanah akan jatuh terjebak, yaitu hewan tanah yang kebetulan menuju ke perangkap
itu, sedangkan perangkap dengan umpan, hewan yang terperangkap adalah hewan
yang tertarik oleh bau umpan yang diletakkan di dalam perangkap, hewan yang
jatuh dalam perangkap akan terawat oleh formalin atau zat kimia lainnya yang
diletakkan dalam perangkap tersebut.

atap

tanah bejana

Gambar 1 perangkap jebak

Perangkap jebak pada prinsipnya ada dua macam, yaitu perangkap jebak tanpa
umpan penarik, dan perangkap dengan umpan.
Kelompok hewan tanah sangat banyak dan beranekaragam, mulai dari
protozoa, Nematoda, anaelida, mollusca, arthropoda hingga vertebrata.
Hewan tanah dapat pula di kelompokkan atas dasar ukuran tubuhnya,
kehadirannya di tanah, habitat yang dipilihnya, dan kegiatan makannya.
Berdasarkan ukuran tubuhnya hewan-hewan tersebut dikelompokkan atas
mikrofauna, mesofauna, dan makrofauna. Ukuran mikrofauna berkisar antara 20
mikron sampai dengan 200 mikron, mesofauna antara 200 mikron sampai dengan
1 cm, dan makrofauna > 1 cm ukurannya. Berdasarkan kehadirannya, hewan
tanah dibagi atas kelompok transien, temporer, penodik, dan permanen.
Berdasarkan habitatnya hewan tanah ada yang digolongkan sebagai epigon,
hemiedafon, dan eudafon. Hewan epigon hidup pada lapisan tumbuh-tumbuhan di
permukaan tanah, hemiedafon hidup pada lapisan organik tanah, dan eudafon
hidup pada tanah lapisan mineral. Berdasarkan kegiatan makannya hewan tanah
itu ada yang bersifat herbivora, dapravora, fungivora dan predator.
Penelitian mengenai hewan tanah di Indonesia masih sedikit sekali. Penelitian
tentang hewan tanah yang pertama-tama di Indonesia dilakukan pada tahun 1925
oleh Damenerman. Dari hasil penelitian itu ternyata hewan permukaan tanah yang
paling tinggi kepadatan populasinya adalah Hymenopetra yaitu famili Formiadae,
dan diikuti oleh Coleaptura, Oniscoidea, Myriapoda, dan Arachnida. Dari hasil
penelitian Adianto di Jawa Barat dan Suharjono di Kalimantan, ternyata hewan
yang tertinggi kepadatan populasinya di lantai hutan adalah Collembata,
kemudian diikuti oleh Arachnida, Coleoptera, Hymenoptera, dan kelompok
lainnya. Hewan dalam tanah yang tertinggi kepadatan populasinya dari penelitian
Adianto adalah Acarina, Collembata, Hymenoptera, Symphyia, Diplura, dan
Psocoptera.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1.1 Alat-alat
- Gelas aqua 4 buah
- Cangkul/parang
- Botol film 4 buah
- Cawan kaca
- Penjepit / pinset

3.1.2 Bahan-bahan
- Formalin 4%
- Alkohol 70%
- Air Sabun
- Softdrink (Fanta)

3.2 Prosedur percobaan


Percobaan ini dilakukan di sekitar kampus. Perangkap jebak / pitfall trap
yang digunakan berupa gelas plastik / gelas aqua.Gelas tersebut ditanam
dengan permukaan atas gelas rata dengan permukaan tanah. Pada percobaan
ini digunakan 4 umpan yaitu larutan formalin, air sabun, soft drink (fanta) dan
alcohol. Perangkap di pasang selama 3 hari. Jarak antara masing- masing
dalah 1 meter.
Setelah 3 hari, perangkap tersebut diamati dan mungkin ada beberapa
spesies tertentu yang tertangkap dan terjebak. Sampel fauna tanah yang
diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam botol sampel. Selanjutnya dibawa
ke laboraturium untuk diidentifikasi. Selanjutnya dihitung jumlah individu
atau spesies setiap kelompok takson (kelas, ordo, famili).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


NO. TAKSA UMPAN
Formalin Alkohol Softdrink Air Sabun
1 Blattidae - - 1 -
2 Formisidae - - 4 7
3 Gastropoda - 25 2 3
4 Orthoptera - - 1 2

4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan mengenai sampling fauna tanah dengan
menggunakan perangkap dengan alat dan bahan yang sangat sederhana. Tahap
pertama yang dilakukan adalah membuat jebakan dengan cara menggali 4
lubang yang diberi jarak 1 meter. Hal ini dilakukan agar keempat gelas aqua
yang telah berisi larutan yang telah disediakan. Permukaan gelas aqua harus
sejajar dengan permukaan tanah. Tahap yang kedua yaitu menutup permukaan
gelas aqua dengan alat pelindung yang berbentuk persegi empat dan tipis. Hal
ini dilakukan agar air hujan tidak masuk ke dalam botol aqua tersebut. Setelah
itu dibiarkan selama 3 hari, kemudian diambil perangkap untuk diidentifikasi
jenis spesies yang didapat di dalamnya, lalu dibawa ke laboratorium.
Pada umpan formalin tidak ada satu pun spesies fauna tanah yang terjebak.
Faktor-faktor yang menyebabkan adalah peletakan perangkap kurang rata
dengan permukaan tanah, formalinnya bercampur dengan air hujan karena
penutup yang dibuat agar air hujan tidak masuk kurang kuat menahan air
hujan sehingga terjatuh.
Pada umpan alkohol hanya ada spesies yang terjebak yaitu kelompok
gastrapoda sebanyak 25 ekor. Pada umpan softdrink ada 4 spesies yang
terjebak yaitu dari kelompok Blattidae, Formisidae, Gastropoda dan
Orthoptera. Blattidae sebanyak 1 ekor, Formisidae sebanyak 4 ekor,
Gastropoda sebanyak 2 ekor dan Orthoptera sebanyak 1 ekor. Pada umpan air
sabun / deterjen ada 3 spesies yang terjebak yaitu kelompok Formisidae,
Gastropoda dan Orthoptera. Formisidae sebanyak 7 ekor, Gastropoda
sebanyak 3 ekor dan Orthoptera sebanyak 2 ekor.
Pada umpan softdrink terdapat spesies fauna tanah yang terbanyak,
sedangkan pada umpan formalin tidak ada sama sekali.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi hean-hewan tanah tersebut
diantaranya adalah faktor fisika dan kimia lingkungan tempat hidupnya.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Pada umpan softdrink paling banyak spesies yang terjebak / terperangkap.
Jadi softdrink merupakan umpan yang paling disukai oleh fauna tanah.
2. Pada umpan formalin tidak ada sama sekali spesies fauna tanah.

5.2 Saran
- Bahan yang akan dipraktikumkan seharusnya disediakan oleh lab.
DAFTAR PUSTAKA

Adianto. 1983. Biologi Pertanian. Alumni Bandung : Bandung.

Muhammad, N. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara : Jakarta.

Syarif, S.E. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buawa : Jakarta.


Lampiran

n Formalin = 0

n Alkohol = 25

Gastropoda  Pi = ni

= 25

25

= 1

H’ = - Σ Pi log Pi

= - 1 log 1

= 0

Softdrink = 8

Blattidae  Pi = ni

= 1

= 0,125

H’ = - Σ Pi log Pi

= - 0,125 log 0,125


= 0,113

Formisidae  Pi = ni

= 4

= 0,5

H’ = - Σ Pi log Pi

= - 0,5 log 0,5

= 0,151

Gastropoda  Pi = ni

= 2

= 0,25

H’ = - Σ Pi log Pi

= - 0,25 log 0,25

= 0,151

Orthoptera  Pi = ni

= 1
8

= 0,125

H’ = - Σ Pi log Pi

= - 0,125 log 0,125

= 0,113

n Air sabun

Formisidae  Pi = ni

= 7

12

= 0,583

H’ = - Σ Pi log Pi

= - 0,583 log 0,383

= 0,137

Gastropoda  Pi = ni

= 3

12

= 0,25

H’ = - Σ Pi log Pi

= - 0,25 log 0,25


= 0,151

Orthopera  Pi = ni

= 2

= 0,167

H’ = - Σ Pi log Pi

= - 0,167 log 0,167

= 0,130

Tabel jenis taksa yang berhasil terperangkap di dalam pitfall trap yang dibiarkan

terpasang selama 3 hari

NO. TAKSA UMPAN


Formalin Alkohol Softdrink Air Sabun
1 Blattidae - - 1 -
2 Formisidae - - 4 7
3 Gastropoda - 25 2 3
4 Orthoptera - - 1 2

You might also like