You are on page 1of 74

BAB I

TEOREMA LIMIT
Teorema limit di bawah ini disusun untuk acuan :
I. Jika f (x) = c suatu konstanta, maka .
Jika dan maka ;
II , k sembarang konstanta

III

IV

V

VI



c f(x) lim
a x
=

kA x f k
a x
=

) ( . lim
Limit Bentuk Tak Tentu

Dalam mencari Turunan fungsi f (x) yang dapat di diferensiasi dengan
ketentuan bertahap.

Karena limit pembilang maupun penyebut dari pecahan adalah nol,
maka (a) biasa disebut tak tentu jenis 0/0.
Dengan cara sama, adalah biasa untuk menyebut tak tentu jenis
Symbol-simbol ini, 0/0, dan lain-lain
yang diperkenalkan kemudian tidak boleh dianggap secara harfiah,
mereka hanyalah nama-nama mudah untuk mudah untuk membedakan
jenis-jenis yang ada


Untuk limit bentuk tak tentu 0/0, dan berlaku ketentuan L
Hospital yaitu :

Jika limiat = 0/0, atau

Maka harga limitnya adalah :



Catatan :
Bentuk-bentuk bilangan tertentu = k, o






) (
) (
x G
x F
Lim
a x
=

, 0 ,
) ( '
) ( '
k
x G
x F
Lim
a x
0 ; 0 ; 0
0
; 0 0 ;
0
= =

= =
= =

= =
k
k
k
k
k
k
k
k
BAB II
DEFERENSIAL
2.1. Pendahuluan
Pertambahan
Pertambahan Ax suatu variabel x adalah perubahan dalam x bila x
membesar atau mengecil dari satu nilai x = x0 menjadi nilai lain x =
x1 pada jangkauannya. Di sini, Ax = x1 x0 dan dapat ditulis x1 = x0
+ Ax.
Bila variabel x diberi pertambahan Ax terhadap x = x0 (artinya, jika x
berubah dari x = x0 menjadi x = x0 + Ax) dan dengan demikian
sebuah fungsi y = f(x) diberi pertambahan Ay = f(x0 + Ax) f(x0) dari
y = f(x0), hasil bagi


disebut laju perubahan rata-rata dari fungsi selang antara x = x0 dan
x = x0 + Ax.

x dalam perubahan
y dalam perubahan
x
x


=
A
A
TURUNAN
Turunan (derivative) suatu fungsi y = f(x) terhadap x = x0 didefinisikan
sebagai:


Asal limitnya ada. Limit ini juga disebut laju perubahan sesaat (atau
mudahnya, laju perubahan), dari y terhadap x pada x = x0.
Dalam mencari turunan indeks 0 biasanya dihilangkan dan turunan y =
f(x) terhadap x diperoleh dari :


Turunan y = f(x) terhadap x dapat dinyatakan oleh salah satu simbol






=
dx
dy ( ) ( )
x
x f x x f
x
y
x x
A
A +
=
A
A
A A
0 0
0 0
lim lim

( ) ( ) x f
dx
d
x f y y D
dx
dy
y
dx
d
x
atau , ' , ' , , ,
2.2 Diferensiasi Fungsi Aljabar
Suatu fungsi dikatakan dapat dideferensiasi di x = x0 bila
fungsi itu mempunyai turunan di titik tersebut. Suatu fungsi
dikatakan dapat dideferensiasi pada suatu selang bila
fungsi itu dapat dideferensiasi di setiap titik pada selang
tersebut.
Fungsi-fungsi kalkulus dasar dapat dideferensiasi, kecuali
mungkin pada titik-titik tertentu yang terisolasi, pada selang
definisinya.








Rumus-rumus Diferensiasi
Dalam rumus-rumus ini u, v dan w adalah fungsi-fungsi x
yang dapat dideferensiasi
Diferensiasi Fungsi Suatu Fungsi
Jika y = f(u) dan u = g(x), maka y = f{g(x)} adalah fungsi x. Jika y adalah
fungsi u yang dapat didiferensiasi dan jika u adalah fungsi yang dapat
didiferensiasi, maka y = f{g(x)} adalah fungsi x yang dapat
didiferensiasi. Dan turunan dy/dx dapat diperoleh lewat salah satu cara
di bawah ini :
Cara 1. Nyatakan y secara eksplisit dalam x dan diferensiasi
Contoh :
Jika y = u2 + 3 dan u = 2x + 1, maka y = (2x + 1)2 + 3 dan
dy/dx = 8x + 4
Cara 2. Diferensiasi tiap fungsi terhadap variabel bebas dan gunakan
rumus atau aturan rantai
Contoh :
Jika y = u2 + 3 dan u = 2x + 1, maka = 4u = 4(2x + 1) = 8x + 4


Turunan-turunan Lebih Tinggi
Misalkan y = f(x) adalah fungsi x yang dapat didiferensiasi, maka :

2.3 Diferensiasi Implisit
Fungsi-fungsi Implisit
Suatu persamaan f(x, y) = 0, pada jangkau terbatas dari
variabel-variabel tertentu, dikatakan mendefinisikan y
sebagai fungsi x secara implisit. Turunan y dapat diperoleh
dengan cara :
a.Jika mungkin, pecahkan y dan diferensiasi terhadap x (atau
jika mungkin rubah dari bentuk implisit menjadi bentuk
eksplisit). Untuk persamaan-persamaan yang sangat
sederhana, cara ini dapat diabaikan.
b. Dengan memikirkan y sebagai fungsi x, diferensiasi fungsi
yang diketahui terhadap x dan cari y dari hubungan yang
diperoleh. Proses diferensiasi ini dikenal sebagai
diferensiasi implisi
Contoh :
Cari y, bila diketahui xy + x 2y 1 = 0.
Cara a. Rubah dari bentuk implisit menjadi eksplisit.





Cara b. Masing-masing suku diferensiasikan ke-x







Turunan Tingkat Lebih Tinggi
Dapat diperoleh lewat salah satu cara :
a. Diferensiasi secara implisit turunan satu tingkat lebih rendah dan ganti
y dengan hubungan yang telah diperoleh terlebih dahulu.






b. Diferensiasi secara implisit persamaan yang diketahui sejumlah yang
diperlukan untuk mendapatkan turunan yang diminta dan eliminasi
semua turunan dengan tingkat lebih rendah. Cara ini dianjurkan hanya
bila turunan dengan tingkat lebih tinggi pada suatu titik ditanyakan.





Contoh 2:
Cari harga y dari kurva x2y + 3y 4 = 0 di titik ( 1, 1) dari kurva x2y +
3y 4 = 0.
Diferensiasi secara implisit terhadap x dua kali :
x2y + 2xy + 3y = 0 dan x2y + 2xy + 2xy + 2y + 3y = 0
Substitusikanlah x = 1, y = 1 pada hubungan pertama, maka y =
Substitusikanlah x = 1, y = 1, y= pada hubungan kedua, maka y= 0

2.4. Diferensiasi Fungsi Trigonometrik
Aturan-aturan Diferensiasi
Misalkan u adalah fungsi x yang dapat didiferensiasi:


2.5 Diferensiasi Fungsi Invers Trigonometrik
Misalkan u adalah fungsi x yang dapat didiferensiasi, maka :





Contoh :






2.6 Diferensiasi Fungsi Eksponensial dan Logaritmik
Jika u adalah fungsi x yang dapat didiferensiasi,




Contoh Soal :















2.7 Diferensiasi Fungsi Hiperbolik
Definisi Fungsi-fungsi Hiperbolik
Untuk u tiap bilangan riil, kecuali bila dikatakan :





Rumus-rumus Diferensiasi
Jika u adalah fungsi x yang dapat didiferensiasi





Contoh :







2.8 Diferensiasi Fungsi Bentuk Parametrik
Persamaan Parametrik
Jika koordinat (x, y) suatu titik P pada suatu kurva diberikan sebagai
fungsi-fungsi x = f(u), y = g(u) dari variabel ketiga atau parameter u,
persamaan x = f(u), y = g(u) dinamakan persamaan parametrik kurva
tersebut.
Contoh :
a). x = cos u, y = 4 sin2u adalah persamaan-persamaan parametrik,
dengan parameter u, dari parabola 4x2 + y = 4,karena 4x2 + y = 4
cos2u + 4 sin2u = 4
b). x = t, y = 4 t2 adalah pernyataan parametrik lain, dengan
parameter t, dari kurva yang sama.





Jika x = f(u), y = g(u), maka :








2.9 Turunan Parsial
Turunan parsial misalkan z = f(x, y) adalah fungsi variabel bebas x dan
y. Karena x dan y bebas, (i) dapat dimungkinkan x yang berubah-ubah,
sementara y dianggap tetap, (ii) dapat dimungkinkan y berubah-ubah
sementara x dianggap tetap, (iii) dapat dibolehkan x dan y keduanya
berubah bersama-sama. Pada dua keadaan pertama, z merupakan
fungsi variabel tunggal dan dapat diturunkan menurut aturan-aturan
yang biasa.
Jika x berubah sedangkan y dianggap tetap, z adalah fungsi x dan
turunannya ke x.



Jika y berubah sedangkan x dianggap tetap, z adalah fungsi y dan
turunannya ke y.




2.10 Turunan Parsial
Misal z = f(x, y) adalah fungsi variabel bebas x dan y. karena x dan y
bebas, (i) dapat dimungkinkan x yang berubah-ubah, sementara y
dianggap tetap, (ii) dapat dimungkinkan y berubah-ubah, sementara x
dianggap tetap, (iii) dapat dibolehkan x dan y keduanya berubah
bersama-sama. Pada dua keadaan pertama, z merupakan fungsi
variabel tunggal dan dapat diturunkan menurut aturan-aturan yang
biasa.
Jika x berubah sedangkan y dianggap tetap, z adalah fungsi x dan
turunannya ke-x.


Disebut turunan (pertama) parsial dari x = f(x, y) ke x.
Jika y berubah sedangkan x dianggap tetap, maka z adalah fungsi y
dan turunannya ke-y.


Turunan Parsial Tingkat Tinggi
Turunan parsial dari z = f(x, y) dapat diturunkan parsial lagi ke x
dan ke y, menghasilkan turunan parsial kedua






2.11. Diferensial Total dan Turunan Total
Diferensial Total
Diferensial dx dan dy untuk fungsi y = f(x) dari satu ariable bebas x
didefinisikan sebagai berikut :


Fungsi dua ariable bebas x dan y, z = f(x, y), dan didefinisikan dx
= Ax dan dy = Ay. Bila x berubah, sedangkan y tetap, z
merupakan fungsi x saja dan diferensial parsial z terhadap x
didefinisikan sebagai dxz = fx(x, y) dx = . Dengan cara sama,
diferensial parsial z terhadap y didefinisikan oleh dyz = fy(x, y)
dy = . Diferensial total dz didefinisikan sebagai jumlah
diferensial parsialnya, yaitu :


Untuk fungsi w = F(x, y, z, , t) diferensial total dw didefinisikan
sebagai :





Aturan Rantai untuk Fungsi Bersusun
Jika z = f(x, y) suatu fungsi kontinu dari ariable-variabel x, y, dengan
turunan parsialnya cz/cx dan cz/cy, kontinu dan jika x dan y merupakan
fungsi ariable t yang didefensiabel x = g(t), y = h(t), maka z adalah
fungsi t dan dz/dt, disebut turunan total z ke t, dinyatakan oleh :


2.12. Turunan Parsial Fungsi Implisit
1. Jika f(x, y) kontinu pada daerah yang memuat titik (x0, y0) sehingga
, Jika , kontinu di seluruh daerah ini,
dan jika di (x0, y0), maka terdapatlah sekitar (x0, y0)
di mana f(x, y) = 0 dapat diselesaikan untuk y sebagai fungsi diferensial
yang kontinu

2. Jika F(x, y, z) kontinu pada daerah yang memuat titik (x0, y0, z0)
sehingga F(x0, y0, z0) = 0, jika kontinu di seluruh daerah itu,
dan jika pada (x0, y0, z0), maka terdapatlah sekitar (x0, y0, z0) dimana
F(x, y, z) = 0 dapat diselesaikan untuk z sebagai fungsi diferensial yang
kontinu dari x dan y :




2.13. Garis Singgung dan Normal
Jika Fungsi f(x) mempunyai turunan terbatas f(x
0
) di x = x0, kurva y =
f(x) mempunyai garis singgung di P
0
(x
0
, y
0
) yang tangen arahnya
adalah : m = tanu=f(x
0
)
Dan persamaan garis singgung adalah : y y
0
= m(x-x
0
)
Jika m = 0, kurva mempunyai persamaan garis singgung horisontal
dengan persamaan y y
0
di P
0
.
Normal suatu kurva pada salah satu titiknya adalah garis yang lewat
titik tersebut dan tegak lurus garis singgung di titik tersebut. Persamaan
normal di P
0
(x
0
, y
0
) adalah :


Jika garis singgung horisontal maka garis normalnya x = x0.
Jika garis singgung vertikal maka garis normalnya y = y0.



Panjang Garis Singgung, Normal, Subgaris Singgung dan Subnormal
Panjang garis singgung suatu kurva di salah satu titiknya
didefinisikan sebagai panjang bagian garis singgung di antara titik
singgungnya dan sumbu-x. Panjang proyeksi segmen ini pada sumbu-x
disebut panjang subgaris singgung.
Panjang normal didefinisikan sebagai panjang bagian normal antara
titik singgung, garis singgung dan sumbu-x. Panjang proyeksi segmen
ini pada sumbu-x disebut panjang subnormal.
Pada gambar disamping :
Panjang subgaris singgung = TS = y0/m
Panjang subnormal = SN = my0.
Panjang garis singgung
Panjang normal
2.14 Harga Maksimum dan Harga Minimum
Fungsi Naik dan Fungsi Turun. Suatu fungsi f(x) dikatakan naik di x =
x0, jika
1. untuk h positif dan cukup kecil berlaku f(x0 h)< f(x0)< f(x0 + h) 0
Fungsi y = f(x) di katakan turun di x = x0, jika
untuk h positif dan cukup kecil berlaku f(x0 h) > f(x0) > f(x0 + h)
< 0
Fungsi y = f(x) dikatakan stasioner di x = x0, jika = 0
Harga-harga x yang memenuhi sehingga fungsi f(x) stasioner disebut
harga kritis fungsi tersebut.
Jika y = f(x) dapat dideferensialkan pada selang a < x < b dan jika f(x)
mempunyai harga max/min relatif di x = x0, dimana a < x0 < b maka
f(x) = 0.
Untuk mencari harga max/min relatif dari fungsi f(x) dapat dilakukan
dengan :
Pengujian turunan pertama meliputi :
1. Pecahkan f(x
0
)=0 untuk mendapat harga kritis
2. Gambar harga kritis pada garis bilangan, dengan demikian terbentuk
sejumlah selang
3. Tentukan f(x) tanda pada tiap selang
4. Misalkan x bertambah setelah tiap harga kritis x = x0; maka
f(x) mempunyai harga maksimum (=f(x)) jika f(x) berubah dari +ke
f(x) mempunyai harga minimum (=f(x)) jika f(x) berubah dari ke +
f(x) tidak mempunyai harga maksimum ataupun minimum di x = x0 jika
f(x) tidak mengalami perubahan tanda.

Pengujian turunan kedua meliputi :
1. Pecahkan f(x
0
)=0 untuk mendapat harga kritis
2. Untuk harga kritis x = x0 :
f(x) mempunyai harga maksimum (=f(x)) jika f(x) < 0
f(x) mempunyai harga maksimum (=f(x)) jika f(x) > 0
Dalam keadaan terakhir, metode turunan pertama harus digunakan.

BAB III
INTEGRAL
3.1. Rumus-rumus Integrasi Dasar
Sejumlah rumus-rumus di bawah segera timbul dari
rumus-rumus diferensiasi standar dalam bab-bab
sebelum ini.




3.2. Integrasi Bagian
Jika u dan v adalah fungsi x yang dapat didiferensiasi
d(uv) = u dv + v du
u dv = d(uv) v du
(i)
(i) Untuk menggunakan (i) dalam menghitung suatu integrasi yang
dinyatakan, integral yang diberikan harus dipisahkan menjadi dua
bagian, satu bagian adalah u dan bagian lain, bersama dengan dx,
adalah dv. (Untuk alasan ini, integrasi dengan menggunakan (i) disebut
integrasi bagian). Dua aturan umum dapat ditulis :
(a) Bagian yang dipilih sebagai dv harus dapat segera diintegrasi
(b) tidak boleh lebih sulit daripada .
} }
= du v uv dv u
3.3. Integral Trigonometrik
Hubungan-hubungan berikut digunakan untuk mencari integral
trigonometrik
1. sin
3
x + cos
+2
x = 1
2. 1 + tan2 x = sec
2
x
3. 1 + cot2 x = csc
2
x
4. sin
2
x = (1 cos 2x)
5. cos
2
x = (1 + cos 2x)
6. sin x cos x = sin 2x
7. sin x cos y = [sin (x y) + sin (x + y)]
8. sin x sin y = [cos (x y) cos (x + y)]
9. cos x cos y = [cos (x y) + cos (x + y)]
10. 1 cos x = 2 sin
2
x
11. 1 + cos x = 2 cos
2
x
12. 1 + sin x = 1 + cos ( x x)
3.4. Substitusi Trigonometrik
Suatu Integran, yang terdiri dari salah satu bentuk
dan tetapi bukan faktor irrasional lain, dapat diubah ke
dalam bentuk lain yang menyangkut fungsi trigonometrik peubah baru
sebagai berikut :







2 2 2 2 2 2
, u b a u b a +
2 2 2
a u b
3.5. Integrasi dengan Pecahan Parsial
Sebuah polinomial dalam x adalah fungsi dalam bentuk a
0
x
n
+ a
1

x
n 1
+ + a
n 1
x + a
n
, di mana semua a adalah konstanta, a
0
= 0,
dan n adalah bilangan bulat positif termasuk nol.
Jika dua polinomial dengan derajat sama adalah sama untuk semua
nilai peubah, koefisien peubah dengan pangkat sama dalam kedua
polinomial tersebut adalah sama.
Tiap polinomial dengan koefisien riil dapat dinyatakan (paling sedikit,
secara teoretis) sebagai hasil kali faktor linear riil dengan bentuk ax + b
dan faktor kuadratik riil yang tak dapat direduksi dengan bentuk ax2 +
bx + c
Sebuah Fungsi
F(x) = , di mana f(x) dan g(x) adalah polinomial, disebut pecahan
rasional.
Jika derajat f(x) lebih kecil dari derajat g(x), F(x) disebut baik ;bila tidak,
F(x) disebut tidak baik
( )
( ) x g
x f
Faktor linier berbeda
Untuk tiap faktor linear ax + b yang muncul sekali dalam penyebut suatu
pecahan rasional yang baik, terdapat sebuah pecahan parsial tunggal
berbentuk , di mana A adalah konstanta yang harus ditentukan.

Faktor linear berulang
Untuk tiap faktor linear ax + b yang muncul n kali dalam penyebut suatu
pecahan rasional yang baik, terdapat suatu penjumlahan n buah pecahan
parsial berbentuk , di mana semua A adalah


konstanta-konstanta yang harus ditentukan.

Faktor kuadratik berbeda
Untuk tiap faktor kuadratik yang tak dapat direduksi ax2 + bx + c yang
muncul sekali dalam penyebut pecahan rasional yang baik, terdapat
pecahan parsial tunggal berbentuk , di mana A dan B adalah

konstanta-konstanta yang harus ditentukan.


b ax
A
+
( ) ( )
n
n
b ax
A
b ax
A
b ax
A
+
+ +
+
+
+
...
2
2 1
c bx ax
B Ax
+ +
+
2
Faktor kuadratik berulang
Untuk tiap faktor kuadratik yang tak dapat direduksi ax2 + bx + c yang
muncul n kali dalam penyebut suatu pecahan rasional yang baik,
terdapat suatu penjumlahan dari n pecahan parsial tunggal berbentuk

di mana A dan B adalah konstanta yang harus ditentukan

3.6. Macam-macam Substitusi
Bila integran adalah rasional kecuali untuk bentuk akar:

( ) ( )
n
n n
c bx ax
B x A
c bx ax
B x A
c bx ax
B x A
+ +
+
+ +
+ +
+
+
+ +
+
2
2
2
2 2
2
1 1
...
Substitusi u = 2 arc tan z akan menggantikan tiap fungsi rasional dari
sin u dan cos u dengan fungsi rasional z, karena

3.7. Pemakaian Integral Tak Tentu
Suatu Pesamaan s = f (t), di mana s adalah jarak suatu benda pada saat t
terhadap suatu titik tetap pada lintasannya (garis lurus), dengan lengkap
mendefinisikan gerakan benda. Kecepatan dan percepatan pada saat t
diberikan oleh :


Sebaliknya bila kecepatan (percepatan) pada saat t diketahui, bersama
dengan posisi (posisi dan kecepatan) pada suatu saat yang diketahui,
biasanya pada t = 0, persamaan gerakan dapat diperoleh.

3.8. Integral Tertentu
Definisi :
Simbol dibaca integral tertentu dari f(x), terhdap x, dari x = a sampai x = b.
Fungsi f(x) disebut integran, sedang a dan b masing-masing disebut batas
bawah dan batas atas (batas-batas) integrasi.
Definisi :
Simbol dibaca integral tertentu dari f(x), terhdap x, dari x = a sampai x = b.
Fungsi f(x) disebut integran, sedang a dan b masing-masing disebut batas
bawah dan batas atas (batas-batas) integrasi.

3.9. LUAS BIDANG DENGAN INTEGRASI
Jika f(x) kontinu dan tidak negatif dalam selang x b integral
tertentu
=

Limit jumlah ini, (x) dx, bila jumlah pita menuju tak terhingga seperti
dijelaskan adalah luas bagian bidang yang digambarkan di atas,
atau secara singkat, luas dibawah kurva dari x = a hingga x = b






Dengan cara yang sama, bila x = g(y) adalah kontinu dan tidak
negatif dalam selang c y d, maka integral tertentu dari definisi
adalah luas yang dibatasi kurva x = g(x), sumbu y dan absis y = c
serta y = d

=
+
A
n
k
k k
n
x x f
1
) ( lim
Langkah-langkah yang perlu untuk membentuk integral tertentu
yang menghasilkan luas yang diminta adalah:

Buat suatu gambar yang menunjukkan (a) luas yang dicari (b)
wakil pita, dan (c) persegi panjang yang didekati. Sebagai
suatu kebijaksanaan, akan ditujukan wakil sub selang yang
lebarnya Ax (atau Ay) dan titik x
k
(atau y
k
) pada sub selang ini
sebagai titik tengah.

Tulis luas persegi penjang yang didekati dan jumlahnya untuk
n buah persegi panjang.

Misalkan jumlah persegi panjang menuju tak terhingga dan
gunakan Teorema Dasar pada bab sebelum ini
3.10. VOLUME BENDA PUTAR
Benda Putar dibentuk dengan memutar suatu bidang datar sekeliling
sebuah garis, disebut sumbu putar pada bidang datar. Volume benda
putar dapat ditemukan melalui salah satu cara di bawah ini.

Metode Cakram
Langkah-langkahnya :
Buatlah sketsa daerah yang dimaksud, suatu pita wakil tegak lurus
sumbu putar dan persegi panjang yang didekati pita itu seperti telah
disebutkan pada bab terdahulu.
Tulislah volume dari cakram (tabung) yang terbentuk, jika persegi
panjang yang didekati itu diputar dan hitung jumlah volume n buah
persegi panjang yang didekati.
Andaikan banyaknya persegi yang didekati, menuju tak terhingga
dan gunakan teorema dasar (Foundamental Theorem).

Metode Rumah Siput
Langkah-langkahnya :
Buatlah sketsa daerah yang dimaksud, suatu pita wakil sejajar
sumbu putar dan persegi panjang.
Tulislah Volume (= keliling rata-rata x tinggi x tebal) rumah
siput yang terbentuk tabung yang terjadi apabila persegi
panjang yang didekati itu diputar sekeliling sumbu putar dan
hitung jumlah volume n buah persegi panjang yang didekati.
Andaikan benyaknya persegi panjang yang didekati, menuju
tak terhingga dan gunakan teorema dasar.

3.11. Titik Berat
Momen (Pertama) M
L
suatu lulusan bidang, terhadap suatu garis L
ialah hasil kali luas dengan jarak langsung titik berat ke garis itu.
Momen luasan gabungan terhadap suatu garis merupakan jumlah
momen masingmasing luasan terhadap garis itu.
Momen suatu luasan bidang terhadap sumbu koordinat didapatkan
sebagai berikut:
Gambarlah daerah yang dimaksud, tunjukkan pita wakil dan persegi
panjang yang didekati.
Bentuklah hasil kali luas persegi panjang dan jarak titik berat dari
sumbu koordinat, dan jumlahkan untuk semua persegi panjang.
Andaikan banyaknya persegi panjang menuju tak terhingga dan
gunakan teorema Dasar. (Lihat Soal 2).
Untuk suatu luasan bidang A yang mempunyai titik berat
(dan momen-momenya Mx dan My terhadap sumbu x dan sumbu
y,
A = M
y
dan A = M
x


Momen (Pertama) Suatu Benda yang bervolume V, termasuk
oleh perputaran suatu daerah sekeliling sumbu koordinat,
terhadap bidang yang melalui titikasal dan tegak lurus pada
sumbu itu, didapatkan sebagai berikut:
Gambarlah daerahnya, tunjukan pita wakil dan persegi
panjang yang didekati
Bentuklah hasil kali, volume, cakram atau rumah siput, yang
terbentuk oleh perputaran persegi penjang sekeliling sumbu
koordinat dan jarak titik berat persegi penjang dari bidang itu,
dan jumlahkan untuk semua persegi panjang.
Andaikan banyaknya persegi panjang menuju tak terhingga
gunakan teorema Dasar.
Jika daerah diputar sekeliling sumbu x, titik berat (
(terletak pada sumbu putar. Jika Myz ialah momen benda
terhadap bidang yang melalui asal dan tergak lurus sumbu
x.

0 = y dan Myz, = x V
Dengan cara yang sama. Jika daerah diputar sekeliling
sumbu y, titik berat ( terletak pada sumbu putar. Jika M
xz

ialah momen benda terhadap bidang yang melalui titik asal
dan tegak lurus sumbu y.


Teorema Papus yang pertama. Jika suatu daerah diputar
sekeliling sumbu putar dan tidak memotong daerahnya,
Volume benda yang terjadi sama dengan hasil kali luas
daerah itu dengan panjang lintasan titik berat daerah itu.

0 = x dan Myz, = y V
Jari-jari Girasi. Bilangan positif R dalam persamaan l
L
= AR
2

untuk suatu luasan bidang A, dan l
L
= VR
2
untuk benda putar,
disebut jari-jari girasi dari luas atau volume itu terhadap garis
L.
Teorema Garis Sejajar, Momen inersia suatu luas, pajang
busur, atau volume terhadap setiap sumbu sama dengan
momen inersia terhadap garis yang sejajar sumbu, melalaui
titik berat ditambah hasil kali luas, panjang busur, atau volume
dengan kuadrat jarak kedua garis sejajar itu.

3.12. Momen Inersia
Momen inersia I
L
suatu luasan bidang A terhadap garis L pada bidangnya
didapatkan sebagai berikut:
Buatlah sketsa daerahnya, tunjukkan pita wakil sejajar dengan garis dan
persegi panjang yang didekati.
Bentuklah hasil luas persegi panjang dan kuadrat jarak titik beratnya dari
garis dan jumlahkan untuk semua persegi panjang.
Andaikan banyaknya persegi panjang menuju tak terhingga dan gunakan
teorema Dasar.
Momen interasia I
L
benda yang bervolume V, terbentuk oleh perputaran
suatu daerah sekeliling garis L pada bidangya, terhadap garis tu (sumbu
putar benda) didapatkan sebagai berikut:
Buatlah sketsa yang menunjukkan pita wakil sejajar sumbu putar dan persegi
panjang yang didekati.
Bentuklah hasil kali volume, yang terbentuk oleh perputaran persegi panjang
sekeliling sumbu putar (rumah siput) dan kuadat jarak titik berat persegi
panjang dari sumbu putar, dan jumlahkan untuk semua persegi panjang.
Andaikan banyaknya persegi panjang menuju tak terhingga dan gunakan
teorema Dasar.

BAB IV
PERSAMAAN DIFERENSIAL
Cara-cara penyelesaian persamaan Diferensial orde satu :
Metode 1: Dengan integrasi secara langsung
Jika persamaan dapat disusun dalam bentuk , maka
persamaan tersebut dapat diselesaikan dengan integrasi
sederhana.
Contoh :
Maka
Yaitu
Konstanta harus disertakan. Di sini muncul suatu konstanta
sembarang yang akan selalu kita peroleh apabila kita
menyelesaikan suatu persamaan diferensial orde-pertama.



( ) x f
dx
dy
=
5 6 3
2
+ = x x
dx
dy
( )
}
+ + = + = C x x x dx x x y 5 3 5 6 3
2 3 2
C x x x y + + = 5 3
2 3
Metode 2: Dengan pemisahan variabel
Jika persamaan yang diberikan berbentuk ,
variabel y di sisi kanan menyebabkan persamaan
tersebut tidak dapat diselesaikan dengan integrasi
langsung. Sehingga kita harus menggunakan
metode lain untuk menyelesaikan.
Contoh :
Kita dapat menulisnya kembali sebagai Sekarang
integrasikan kedua sisi terhadap x :

( ) y x f
dx
dy
, =
1
2
+
=
y
x
dx
dy
( ) x
dx
dy
y 2 1 = +
Metode 3: Persamaan homogen dengan
substitusi y = vx
Berikut adalah sebuah persamaan :
Ini nampaknya cukup sederhana, tetapi kita tahu
bahwa kita tidak dapat menyatakan sisi kanan
dalam bentuk faktor-x dan faktor-y, jadi kita tidak
dapat menyelesaikannya dengan metode
pemisahan variabel.
Dalam kasus ini kita menggunakan substitusi y =
vx, di mana v adalah fungsi dari x. Sehingga y = vx.
Diferensiasikan terhadap x (dengan menggunakan
aturan hasilkali).
x
y x
dx
dy
2
3 +
=










BAB V
TRANSFORMASI LAPLACE
Definisi transformasi laplace






Beberapa Sifat Penting Transformasi Laplace








Metode untuk mendapatkan transformasi Laplace

Transformasi Laplace Invers




Sifat-sifat Transformasi Laplace Invers

You might also like