You are on page 1of 4

Judul Jurnal : Boiler Berbahan Bakar Sampah

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan , pengangkutan , pemrosesan , pendaurulangan , atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam yang bisa melibatkan zat padat , cair , gas , atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat. Artikel ini membahas mengenaipenanganan samoah untuk kemudian dibakar untuk pembangkitan uap agar diperoleh nilai finansial. Produk uap bisa digunakan untuk proses produksi dan untuk mengembangkan energi sekaligus mengurangi wolume sampah dan masalah-masalah karena penumpukan sampah karena setiap tahunnya volume sampah meningkat. Menurut jenisnya, sampah dibagi menjadi 2 jenis yaitu sampah organik dan sampah nonorganik. Semua jenis sampah tersebut dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap karena kandungan air yang tinggi. Hal ini akan mengurangi efisiensi pembakaran di dalam ruang bakar dan mengurangi kalor yang digunakan untuk yang digunakan untuk menghasilkan uap (steem). Selain itu, keberadaan abu dalam sampah akan memungkinkan terbentuknya lelehan abu (slag) yang akan bereaksi dengan zat lain dan mengeras bila tidak ditangani secara memadai. Lelehan abu yang menempel di pipa pipa perpindahan panas akan menurunkan efisiensi perpindahan panas. Jadi abu harus sesegera mungkin dikeluarkan dari ruang

pembakaran(Singer, 1981; Stultz and Kitto,1992). Dalam pengolahannya, ada beberapa peralatan penting untuk membangkitkan uap bahan bakar sampah diantaranya : alat penyiapan bahan bakar dan alat pengering, ruang bakar tempat terjadinya proses pembakaran sampah, alat perpindahan panas, steam drum, alat pengendali gas buang, alat penyiapan air umpan boiler penampung abu serta peralatan kontrol kinerja boiler secara keseluruhan. Eksperimen dilakukan dengan penyulingan dalam bejana dan tekanan tertentu secara batch selama 12 jam atau lebih. Bahan bakar yang digunaka adalah minyak tanah dengan rata-rata 25 liter per jam untuk penyulingan 2 ton bahan baku akar wangi. Empat jam pertama merupakan proses pemanasan awal pembentukan steam dengan tekanan yang diinginkan

sehingga dapat digunakan sebagai media untuk penguapan zat zat yang mudah menguap (volatile matter). Setelah proses kondensasi, kondenstat ditampung dalam suatu penampung yang dilengkapi dengan pipa kapiler yang berfungsi untuk memisahkan air dan minyak akar wangi. Setelah itu,dilakukan proses pemurnian dengan cara penyulingan untuk memisahkan sisa air. Terakhir dilakukan penurunan tekanan sampai tekanan atmosferik melalui pembuangan uap proses secara by pass dan akar wangi yang telah dilakukan penyulingan dianggap sebagai limbah. Salah satu inovasi teknologi yang bertujuan untuk memanfaatkan limbah padat penyulingan menjadi bahan bakar yang bermanfaat. Dalam hal ini, poin utama yang harus diperhatikan adalah rancangan sistem pembakaran yang memungkinkan limbah tersebut bisa terbakar secara stabil, tidak menghasilkan bau, serta penanganan abu yang memadai sehingga aman terhadap lingkungan. Pemakaian boiler berbahan bakar sampah memiliki beberapa keuntungan, yaitu : 1. Dapat mereduksi sebagian besar volume sampah secara tepat 2. Panas yang dihasilkan dimanfaatkan sumber energi untuk penguapan 3. Tidak memerlukan lahan yang luas dan polusi partikulat dapat diminimalisir dengan penggunaan alat pengendali partikulat Namun ada kerugian yang ditimbulkan bila menggunakan boiler berbahan sampah, diantaranya : 1. Gas buang dari proses pembakaran berpotensi mencemari lingkungan yang disebabkan oleh timbulnya gas beracun seperti dioksin(Sumaiku, 2006) 2. Menghasilkan gas SO2 yang termasuk dalam kategori gas polutan 3. Gas buang mengandung gas CO2 , yaitu gas yang diindikasikan sebagai penyebab pemanasan global (Hazan, 2005) 4. Sampah yang diumpankan ke ruang bakar tidak boleh berasal dari sampah yang dikategorikan B3, karena sampah B3 memerlukan penanganan sendiri sesuai dengan Peraturan Oemerintah nomor 12 tahun 1995 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1994 tentang pengolahan bahan bakar berbahaya dan beracun

DAFTAR PUSTAKA Anam Ahsonul, 2008, Boiler Berbahan Bakar Sampah, Balai Besar Teknologi Energi BPPT, PUSPITEK.

TUGAS MANAJEMEN LIMBAH

Disusun Oleh :

ADELINA ROSSANTI KE-3C 3.22.09.2.01

JURUSAN TEKNIK MESIN PROGRAM STUDI KONVERSI ENERGI POLITEKNIK NEGERI SEMARANG 2012

You might also like