You are on page 1of 29

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan terbesar masyarakat indonesia. Hal ini tercermin dari tingginya angka kejadian dan kunjungan penderita beberapa penyakit ke sarana pelayanan kesehatan seperti infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), TB Paru, penyakit diare, malaria, demam berdarah dengue (DBD), keracunan makanan, cacingan, serta ganggu kesehatan/ keracunan karena bahan kimia dan pestisida. Tingginya kejadiaan penyakit-penyakit berbasis lingkungan disebabkan oleh masih buruknya kondisi sanitasi dasar terutama air bersih dan jamban, meningkatnya pencemaran, kurang higenisnya pengelolaan makanan, rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat, serta buruknya penatalaksanaan bahan kimia dan pestisida dirumah tangga yang kurang memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Blum (1974) menyampaikan bahwa faktor lingkungan dan perilaku mempunyai

pengaruh terbesar terhadap status kesehatan, disamping faktor pelayanan kesehatan dan genetik. Untuk itu cara pencegahan dan pemberantasan penyakit-penyakit tersebut harus melalui upaya perbaikan lingkungan/ sanitasi dasar dan perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan paradikma sehat yang lebih menonjolkan aspek pencegahan dan promosi. Salah satu pendekatan yang menekankan pada upaya preventif dan promotif berupa perbaikan lingkungan dan perilaku adalah klinik sanitasi. Klinik sanitasi merupakan suatu wahana masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan untuk pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Klinik sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan puskesmas. Dengan demikian petugas sanitasi sebagai pengolah klinik sanitasi dituntut mempunyai pengetahuan dan ketrampilan dalam membantu menemukan masalah lingkungan dan

perilaku yang berkaitan dengan penyakit yang banyak diderita masyarakat sehingga diharapkan mereka dapat berperan dalam upaya memutuskan rantai penularan penyakit, dan dalam jangka panjang dapat mencegah serta memberantas penyakit-penyakit berbasis lingkungan. B. Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan mampu melaksanakan kegiatan klinik sanitasi di puskesmas. 2. Agar mahasiswa dapat mengetahui masalah-masalah lingkungan dan perilaku yang berkaitan dengan penyakit berbasis lingkungan. 3. Agar mahasiswa mampu memberikan saran atau pemecahan masalah kepada masyarakat mengenai penyakit yang berbasis lingkungan.

C. Manfaat Praktek

1. Dari kegiatan klinik sanitasi ini mahasiswa dapat mengaplikasikan program-program dari puskesmas dan juga diharapkan dapat lebih terarah dalam pelayanan klinik sanitasi. 2. Untuk mengetahui langkah-langkah penata laksanaan faktor lingkungan dan perilaku penyakit berbasis lingkungan. 3. Untuk mengetahui kegiatan klinik sanitasi dan mampu melaksanakan.

BAB II GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

A. Lokasi Puskesmas

Lokasi Puskesmas Imbi sangat strategis sehingga dengan mudah untuk dijangkau, baik dengan kendaraan roda dua maupun dengan jalan kaki karena letak dari Puskesmas Imbi tepat pada sebelah kiri/kanan jalan raya Dok VIII bawah. Luas pembangunan yang digunakan oleh Puskesmas Imbi adalah 80m2 yang terdiri dari dua lantai / tingkat. Pada lantai pertama ada beberapa ruangan yaitu Ruang Gizi, Ruang Kia/KB, Ruang Loket Askes dan Swasta, Ruang Imunisasi, Ruang Klinik Sanitasi, Ruang Promkes, Ruang UGD Sedangkan dilantai dua terdiri dari Ruang Laboratorium, Ruang Tata Usaha, Ruang Apotik, Polik Gigi, Ruang Dokter/Anamnesa, Ruang P2M.

B. Cakupan Penduduk Yang Dilayani Kondisi Wilayah Pelayanan :

Gambaran Umum Puskesmas IMBI Kelurahan Imbi termasuk dalam wilayah kerja Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura dengan luas wilayah 9,4 Km2 yang dikelilingi oleh pantai,bukit,daratan dan lembah Adapun batas wilayah Kelurahan Imbi sebagai berikut: 1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Angkasa 2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Mandala 3) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Trikora 4) Sebelah Barat berbatasan dengan kelurahan Tanjung Ria

Puskesmas Imbi terletak di kelurahan Imbi,Distrik Jayapura Utara Kota Jayapura. Wilayah kerja Puskesmas Imbi terdiri dari 9 Rukun warga (RW) dan 37 Rukun Tetangga (RT). Jumlah penduduk Kelurahan IMBI Jumlah Kelurahan Jumlah RW / RT Jumlah KK Jumlah Posyandu Jumlah PAUD Jumlah SD Jumlah SMP Jumlah SMA Jumlah Kader Posyandu Jumlah Gereja : 14 835 jiwa : 1 Kelurahan : 9 RW / 35 RT : 3231 : 11 Posyandu :4 : 4 : 1 : 1 : 48 :4

1. Unit-unit kerja yang ada di Puskesmas Puskesmas Imbi mempunyai 6 unit kerja yang terdiri atas : a. Unit P2M yang menangani : TB

b. Unit peningkatan kesehatan/keluarga yang menangani : KB KIA Gizi UKK

c. Unit pemulihan kesehatan/rujukan yang menangani : BP. Umum BP. Gigi

d. Unit PKL/PKM yang menangani : PKM

Kesling

e. Unit penunjang yang menangani : Farmasi Laboratorium

f. Unit pelaksana yang menangani : Kesehatan Mata Kesehatan Jiwa Keshatan Usila

2. Ketenagaan Adapun data pegawai di Puskesmas Imbi pada tahun 2010 berdasarkan Tingkat Pendidikan dapat di lihat pada tabel di bawah ini : Tabel. 1 Data Pegawai Puskesmas Imbi Tahun 2010 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Tingkat Pendidikan Dokter Umum Perawat Gigi SKM D3 Keperawatan APK / D3 KESLING D3 Gizi Bidan S.Farm.Apt SMA S. Kep S2 SPK Jumlah 2 orang 1 orang 3 orang 7 1 1 5 1 1 1 1 1 Ket

13. 14.

Laboratorium S1 kesling Jumlah

4 1 30

C. Manajemen Kerja Puskesmas Puskesmas adalah satu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat di samping memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu dalam bentuk kegiatan pokok kepada masyarakat diwilayah kerjanya. Adapun Pelayanan kesehatan menyeluruh yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi : a. Pengobatan ( Kuratif ) b. Pencegahan ( Preventif ) c. Peningkatan ( Promotif ) d. Pemulihan ( Rehabilitatif )

Pelayanan Terpadu / Terintegrasi meliputi : a. Kegiatan Pokok dilaksanakan bersama dibawah satu koordinasi dan satu pimpinan tim kerja. b. Rencana kegiatan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta evaluasi kegiatan dilakukan bersama di bawah satu administrasi dan satu pimpinan. Secara keorganissian Puskesmas Imbi dipimpin oleh seorang kepala Puskesmas dan bagian Tata Usaha serta unit kerja yang terdiri dari 6 unit.

D. Tugas dan Fungsi Masing-masing Unit di Puskesmas 1. Kepala Puskesmas Imbi ( pimpinan). Pimpinan puskesmas adalah kepala puskesmas yang memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Memimpin, mengawasi dan mengkoordinasi kegiatan puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan stukturar dan fungsional. b. Menetapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik di dalam lingkungan puskesmas maupun diluar puskesmas sesuai dengan tugas masingmasing. 2. Pembantu pimpinan. Pembantu pempinan terdiri dari tata usaha dan bendahara ( bendahara operasional, bendahara rutin, bendahara JPKMM dan bendahara BOK ) a. Tata usaha. Tugas pokok tata usaha, yaitu: 1) Membuat agenda surat masuk dan keluar 2) Mebantu/mengetik surat-surat dinas ( SKK, absensi bulanan, aktif kerja, dll ) 3) Mengetik surat keluar 4) Membuat ekspedisi surat keluar 5) Mengarsipkan hasil kegiatan program puskesmas b. Bendahara Tugas dari bendahara adalah mengurus masalah keuangan. Di puskesmas Imbi terdapat empat bendahara yaitu: bendahara operasional, bendahara rutin, bendahara JPKMM, dan bendahara BOK.

3. Unit P2M Unit P2M mepunyai tugas antara lain: 1. Meberikan pelayanan pemeriksaan penderita kusta 2. Memberikan pelayanan untuk penderita TB paru melalui anamnese, timbang BB dan pemeriksaan BTA. 3. Meberikan pengobatan untuk penderita TB paru katagori I, II, dan III. 4. Memberikan pengobatan penyakit kusta. 5. Meberikan penyuluhan terhadap penderita kusta dan TB paru. 6. Konseling pada pasien yang di curigai mempunyai perilaku beresiko terkena HIV. 4. Unit peningkatan kesehatan/keluarga yang menangani :

1. KB. Uraian tugas pada bagian KB: a. Memberikan palayanan KB suntik, PIL, kondom dan IUD. b. Memberikan penyuluhan (konseling) c. Melakukan pencatatan dan pelaporan. 2. KIA. Uraian tugas pada bagian KIA (kesehatan ibu dan anak) antara lain: a. Memberikan pelayanan pemeriksaan kehamilan. b. Memberikan pelayanan imunisasi pada bayi dan ibu hamil. c. Melakukan penyuluhan terhadap ibu dan anak yang datang berkunjung. 3. Gizi. Uraian tugas polik gizi antara lain: a. Melyani penimbangan bayi dan balita serta orang dewasa. b. Melayani pemberian fitamin A, PMT, dan pengisian KMS. c. Melakukan penilaian status Gizi bayi, balita dan orang dewasa. d. Melakukan pemantauan konsumsi Gizi. e. Memberikan penyuluhan perorangan/kelompok untuk orang tua bayi dan balita dengan gizi kurang dan gizi buruk. f. Melayani konsultasi Gizi untuk pasien Umum. g. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

5. Unit pemulihan kesehatan/rujukan yang menangani : 1. BP. Umum Uraian tugas pada bagian anamnesa antara lain: a. Memeriksa dan memberikan resep pada pasien. b. Memberikan sensus harian penyakit. c. Membuat laporan mingguan (LB 1). d. Membuat laporan bulanan. e. Surveilans penyakit berbasis puskesmas. 2. BP. Gigi Uraian tugas pada bagian polik gigi antara lain:

a. Memberikan pelayanan seperti pencabutan, penambalan, pembersihan karang gigi, dan perawatan Gigi. b. Menerima konsultasi dari pasien. c. Membuat laporan.

3. Unit Penyehatan Lingkungan 1. Kesling. Uraian tugas bagian kesehatan lingkungan/klinik sanitasi antara lain: a. Pendataan dan pengawasan TTU dan TPM. b. Pendataan dan pengawasan rumah. c. Inspeksi sanitasi air bersih. d. Memberikan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan. e. Konseling terhadap pasien dan klien. f. Melakuakan kunjungan rumah terhadap pasien dan klien. g. Membuat pencatatan dan pelaporan.

2. Unit penunjang yang menangani : 1. Farmasi (apotik) Uraian tugas apoti antara lain: a. Menerima resep dan pemberian obat untuk pasien. b. Membuat permintaan obat ke gudang farmasi. c. Pencatatan obat-obat narkotik dan non psikotropik. d. Membuat rekap resep per hari atau per bulan. e. Membuat pencatatan dan pelaporan.

2. Laboratorium. Uraian tugas pada bagian Laboratorium yaitu meberikan pelayanan pemeriksaan DDR, HB, pemeriksaan BTA, dan pemeriksaan VCT.

BAB III PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN PRAKTEK

A. Unit Kesehatan Lingkungan / Kegiatan Klinik Sanitasi

1.

Pemetaan TTU dan TP Pestisida Di Puskesmas Imbi belum ada pemetaan TTU dan TP Pestisida.

2.

Pelaksanaan Kegiatan a. Perencanaan Untuk perencanaan pelaksanaan kegiatan unit kesehatan lingkungan di Puskesmas Imbi sudah di susun dalam rencana kegiatan (POA) dalam setahun pada saat Rapat Kerja tahunan di Dinas Kesehatan Kota pada awal tahun. Pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan yaitu meliputi : Pendataan dan pengawasan TTU dan TPM Pendataan dan pengawasan rumah Inspeksi sanitasi air bersih Memberikan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan. Membuat laporan triwulan dan laporan tahunan tentang kesehatan lingkungan/klinik sanitasi.

b. Pendanaan Pendanaan pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan berasal dari dana operasional puskesmas, berdasarkan rencana kegiatan (POA) yang telah disusun dalam setahun.

c. Organisasi kerja / Prosedur kerja. Kegiatan kesehatan lingkungan/klinik sanitasi dilaksanakan bersama dibawah satu koordinasi dan satu pimpinan tim kerja.

Prosedur kerja klinik sanitasi secara umum meliputi standar prosedur operasional didalam gedung (puskesmas) dan diluar gedung (lapangan). 1. Dalam gedung puskesmas Semua pasien yang mendaftar di loket pendaftaran, setelah mendapat kartu status kemudian diperiksa oleh petugas medis/para medis puskesmas, apabila ditemukan penderita penyakit yang berhubungan erat dengan faktor lingkungan maka pasien tersebut dirujuk ke klinik sanitasi. Diruang klinik sanitasi petugas mewawancarai pasien yang menderita penyakit yang berbasis lingkungan, petugas mencatat keterangan pasien serta memberikan konseling dan data yang diperlukan ditulis dalam kartu status kesehatan lingkungan, petugas juga membuat janji dengan pasien untuk melakukan kunjungan rumah guna melihat langsung faktor resiko penyakit yang dialami pasien tersebut. Kegiatan lain di dalam gedung adalah petugas membahas segala permasalahan kesehatan lingkungan, cara pemecahan masalah, hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan klinik sanitasi di dalam lokakarya mini puskesmas yang melibatkan seluruh penaggung jawab kegiatan dan dilaksanakan satu bulan sekali, dengan demikian diharapkan dapat dilakukan penanganann klinik sanitasi secara integratif dan komprehensif.

2. Kegiatan klinik sanitasi di luar gedung puskesmas Kegiatan luar gedung ini adalah kunjungan rumah atau lokasi sebagai rencana tindak lanjut kunjungan pasien atau kline ke klinik sanitasi di puskesmas. Kunjungan rumah ini untuk mempertajam sasaran karena pada saat kunjungan petugas telah memiliki data pasti adanya sarana lingkungan bermasalah yang perlu diperiksa dan faktor-faktor perilaku yang berperan besar dalam proses terjadinya masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan. Dalam kunjungan rumah, petugas klinik sanitasi bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektor, apabila dibutuhkan suatu perbaikan atau pembangunan sarana sanitasi dasar dengan biaya besar, seperti

pembangunan sistem perpipaan untuk air bersih yang kurang terjangkau oleh masyarakat setempat maka petugas dapat bekerja sama dengan lintas sektor, perlu diingat bantuan yang diberikan berupa stimulan masyarakat harus dimotivasi untuk suadaya sehingga menjadi sarana sanitasi dasar yang lengkap. d. Pelaporan dan Evaluasi. Untuk kegiatan klinik sanitasi di puskesmas imbi, pelaporan dilakukan setiap triwulan dan tahunan. Sedangkan evaluasi mengenai kegiatan program

kesehatan lingkungan di puskesmas imbi dilakukan setiap bulan pada saat pertemuan mini lokakarya, dan ada juga evaluasi tahunan dari dinas kesehatan Kota.

3.

Program Klinik Sanitasi Terhadap Pasien dan Clien Pelaksanaan kegiatan program klinik sanitasi di puskesmas imbi yaitu melayani semua pasien yang dirujuk oleh dokter ke klinik sanitasi karena menderita penyakit yang berbasis lingkungan, namun tidak semua pasien yang menderita penyakit yang berhubungan dengan lingkungan akan dirujuk oleh dokter ke klinik sanitasi namun ada beberapa kriteria yang harus di lihat, antara lain : pasien yang berkunjung ke puskesmas/ kembali lagi dengan diagnosa yang sama (karena belum sembuh), di dalam satu rumah ada beberapa orang yang menderita penyakit yang sama dan juga apabila ada peningkatan kasus yang diduga berpotensi memicu terjadinya KLB. Klien adalah masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas atau yang menemui petugas klinik sanitasi bukan sebagai penderita penyakit berbasis lingkungan melainkan hanya untuk berkonsultasi tentang masalah yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan. Untuk klien yang datang ke puskesmas harus melalui loket pendaftaran dan langsung menuju ke klinik sanitasi untuk melakukan konsultasi dengan petugas klinik sanitasi.

4.

Pelaksanaan Kegiatan Dalam Gedung dan Luar Gedung a. Kegiatan klinik sanitasi di dalam gedung Kegiatan klinik sanitasi yang dilakukan di puskesmas imbi yaitu dengan mewawancarai pasien maupun klien. Untuk pasien diwawancarai oleh petugas klinik sanitasi maupun mahasiswa tentang penyakit yang diderita dan kemudian dikaitkan dengan lingkungan, lalu dicatat dalam kartu status kesehatan lingkungan (L1). Selanjutnya petugas dan mahsiswa melakukan konseling tentang penyakit yang diderita oleh pasien. Apabila perlu petugas dan mahasiswa melakukan kesepakatan / pejanjian untuk kunjungan rumah dan mencatat waktu pelaksanaan kunjungan rumah. a. Kegiatan klinik sanitasi di luar gedung Selain melakukan kegiatan di dalam gedung Puskesmas, petugas klinik sanitasi maupun mahasiswa praktek di Puskesmas imbi juga melakukan kegiatan di luar gedung, yaitu kunjungan ke rumah pasien. Kegiatan ini dilakukan sebagai observasi lapangan guna melihat kondisi lingkungan rumah/tempat tinggal pasien yang sebelumnya dirujuk ke klinik sanitasi. Hasil observasi ini dapat memperkuat dugaan penyakit yang diderita oleh pasien akibat lingkungan yang tidak sehat.

5.

Hambatan dan Permasalahan Pada pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi di puskesmas imbi yang merupakan hambatan yaitu masalah dana, tenaga yang merangkap dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pelayanan klinik sanitasi. Selain itu juga masalah manajemen puskesmas yang kurang diperhatikan oleh petugas, seperti pada bagian anamnesa tidak merujuk pasien yang memang perlu penanganan dari klinik sanitasi.

B. Unit Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit 1. Program kerja Prioritas Program kerja yang di prioritaskan pada unit pencegahan dan

pemberantasan penyakit di puskesmas imbi yaitu dengan meberikan pelayanan pemeriksaan penderita kusta, Memberikan pelayanan untuk penderita TB paru melalui anamnese, pemeriksaan BTA dan Konseling pada pasien yang di curigai mempunyai perilaku beresiko terkena HIV.

2.

Pelasksanaan Kegiatan Pelaksanan kegiatan Unit pencegahan dan pemberantasan penyakit di puskesmas Imbi di laksanakan di dalam gedung dan luar gedung. Diantaranya di dalam gedung yaitu pencarian penderita dengan melakukan pemeriksaan BTA, pemeriksaan Kusta dan konseling pada pasien yang dicurigai mempunyai perilaku terkena HIV. Kegiatan pemberantasan penyakit di luar gedung yaitu dengan kunjungan rumah pada pasien yang BTA positif. kunjungan rumah atau lokasi sebagai rencana tindak lanjut kunjungan pasien atau kline ke klinik sanitasi di puskesmas.

3.

Hambatan Dan Permasalahan Hambatan dan permasalahan yang di temui dari puskesmas Imbi adalah masalah biaya pada pelaksanaan kunjung rumah.

C. Unit Penyuluhan Kesehatan Masyarakat 1. Program Kerja praktek Paraktek mahasiswa di puskesmas Imbi tidak melakukan penyuluhan Kesehatan Masyarakat dikarenakan tidak adanya arahan dari petugas puskesmas kepada mahasiswa praktek.

D. Sistem Informasi Kesehatan 1. Jenis / Format Laporan Jenis dan format laporan di Puskesmas Imbi terlampir. 2. Pelaksanaan Pencatatan Pelaksanaan pencatatan Sistem Informasi Kesehatan di puskesmas Imbi adalah pasien datang mendaftar di loket kemudian di arahkan sesuai dengan kebutuhan pasien, misalnya ke KIA, Polik Umum(pemeriksaan), Polik Gigi, dan lain-lain. Setelah itu dilakukan pencatatan dalam buku register, hasil pencatan tersebut akan direkap, baik harian, mingguan maupun bulanan untuk dijadikan laporan.

3.

Pelaporan Pelaporan di Puskesmas Imbi di laporkan secara manual, yaitu dari setiap Unit atau bidang yang ada di peskesmas merekap hasil kegiatan dalam sebulan dan dilaporkan ke bagian SP2TP, dan kemudian SP2TP mengumpulkan semua laporan dari masing-masing Unit setelah itu laporan tersebut dikirim ke Dinas Kesehatan Kota paling lambat tanggal 10.

4.

Hambatan dan Permasalahan Hambatan dan permasalahan yang ditemui di puskesmas Imbi adalah pelaporannya secara manual, tidak menggunakan sistem Online sehingga

pelaporannya sering tidak tepat waktu.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Penyakit-Penyakit Berbasis Lingkungan Selama pelaksanaann praktek klinik sanitasi di Puskesmas Imbi, diperoleh pasien sebanyak 31 (tiga puluh delapan) orang yang menderita penyakit berbasis lingkungan yang dirujuk ke ruang klinik sanitasi. Tabel Distribusi Jenis Penyakit Yang Diderita Oleh Pasien Jenis Penyakit Ispa Diare Malaria Jumlah (Sumber : Data Primer, 2011) Dari tabel diatas dapat digambarkan bahwa penyakit berbasis lingkungan yang ditemukan paling banyak selama praktek Klinik Sanitasi di Puskesmas Imbi adalah Malaria sebanyak 11 pasien dengan presentase sebesar 36%, ISPA 15 pasien dengan persentrase 48%, Diare 5 pasien dengan persentase 16%. Tabel Distribusi Jenis Penyakit Yang Diderita Oleh Pasien Golongan Umur Jumlah Persentase (%) Jumlah 15 5 11 31 Persentase (%) 48 16 36 100

(Sumber : Data Primer, 2011)

Dari tabel diatas dapat terlihat dengan jelas bahwa sebagian besar penyakit berbasis lingkungan yang ditemui selama pelaksanaan praktek klinik sanitasi di Puskesmas Imbi, pasien dengan golongan umur < 10 tahun sebanyak 14 orang dengan persentase 37% dan yang terendah adalah pasien dengan golongan umur 11-20 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 11% 1. Kasus Malaria a. Data kasus malaria No Tanggal Kasus Nama JK Umur Alamat

b. Penatalaksanaan Malaria

1) Etiologi Malaria adalah sejenis penyakit menular yang dapat menginfeksi manusia sekitar 350-500 juta orang terinfeksi dan lebih dari 1 juta kematian setiap tahun, terutama pada daerah tropis. Malaria disebabkan oleh parasit dari kelompok Protozoa yaitu Plasmodium sp. Dan vektor yang menularkan malaria yaitu nyamuk Anopheles sp. 2) Gejala penyakit Gejala dari malaria yaitu demam, menggigil, arthragia (sakit persendian), muntah-muntah, anemia, dan kejang. Komplikasi malaria termasuk koma dan kematian bila tidak terawat. 3) Cara penularan a) Nyamuk malaria menggigit dan menghisap daah orang yang saki malaria, b) Parasit dalam tubuh manusia masuk ke dalam tubuh nyamuk, c) Parasit tersebut berkembang biak di dalam tubuh nyamuk dan menjadi matang dalam waktu 10-14 hari, d) Setelah parasit matang, jika nyamuk menggigit manusia sehat maka parasit malaria masuk kedalam tubuh manusia sehat, e) Setelah parasit masuk ke dalam tubuh manusia maka 9-30 hari akan berinkubasi di dalam hati manusia, f) Orang yang sehat tersebut akan menjadi sakit malaria. 4) Pencegahan penyakit a) Membasmi tempat peindukan nyamuk dengan cara: Menyebarkan ikan pemakan jentik, seperti ikan kepala timah, mujair, saluang dan nila di rawa-rawa pantai ataupun di kolam, Membersihkan semak belukar di sekita rumah, Menimbun atau mengalirkan air yang tergenang, Membersihkan tambak, empang dan saluran irigasi dari tumbuhan air (lumut, ganggang dan rerumputan), Menngunakan kelambu, Memasang kawat kasa/trap kedap nyamuk, Memakai baju tertutup yang tidak memungkinkan digigit nymuk.

b) Menghindari gigitan nyamuk pada malam hari dengan cara: Memasang kasa nyamuk pada jendela, Memakai kelambu berinsektisida waktu tidur malam hari, Menggunakan obat nyamuk bakar atau obat nyamuk oles sebelum tidur, Menyemprot ruangan dengan obat anti nyamuk, Jangan begadang pada malam hari Menutup seluruh badan bila diluar rumah pada malam hari, Pengasapan/unggun

c) Membasmi tempat pelindungan/peristirahatan nyamuk dengan cara: Membuka jendela rumah pada pagi hari sampai sore agar sinar matahari masuk kedalam rumah, Tidak menggantung pakaian di tempat gelap.

d) Pengobatan Pengobatan malaria tergantung kepada jenis parasit dan resistensi parasit terhadap klorokuin. Untuk suatu serangan malaria falcifarum akut dengan parasit yang resisten terhadap klorokuin, bisa diberikan kuinin atau kuinidin secara intravena. Pada malaria lainnya jarang terjadi resisten terhadap klorokuin, karena itu biasanya diberikan klorokuin dan primakuin. Prinsip penanganan malaria secara umum adalah bila tanpa komplikasi diberikan peroral artesunat kombinasi dengan amodiakuin (artesdiakuin) atau coartem atau duo-cotexsin, sedangkan malaria dengan komplikasi diberikan artesunat 2,4 mg/kgbb pada jam ke 0 - 12 - 24 72 dan seterusnya sampai pasien bisa diterapi secara oral atau digunakan artemeter 3,2 mg/kgbb dilanjutkan dengan 1,6 mg/kgbb. e) Saran bagi pasien 1. Lingkungan rumah/ventilasi kurang baik a. Memasang kawat kasa pada ventilasi atau lubang penghawaan, b. Jauhkan kandang ternak dari rumah, c. Buka jendela dan pasang genting kaca agar terang dan tidak lembab. 2. Lingkungan sekitar rumah tidak terawat

a. Sering membersihakn rumput/semak-semak disekitar rumah dan tepi selokan, b. Genangan air dialirkan atau ditimbun, c. Memelihara tambak ikan dan membersihkan lumut, d. Menebar ikan pemakan jentik. 3. Perilaku tidak sehat a. Melipat dan menurunkan kain/baju yang bergantungan, b. Tidur dengan kelambu, c. Pada malam hari berada di dalam rumah.

2. Kasus ISPA a. Data kasus ISPA

b. Penatalaksanaan ISPA No Tanggal Kasus Nama Jenis Kelamin Umur Alamat

1) Etiologi ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-anak, baik di Negara Berkembang maupun di

Negara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu masuk ke rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Penyebab terjadinya penyakit ISPA adalah virus, bakteri dan jamur.

2) Gejala Penyakit Gejala penyakit ISPA adalah badan pegal-pegal (Myalgia), beringus ( rhinorhea), batuk, sakit kepala dan sakit pada tenggorokan.

3) Cara Penularan ISPA Dapat ditularkan melalui udara ( aerogen ) yaitu kontak langsung dengan mulut penderita dan tidak langsung melalui udara yang terkontaminasi dengan bakteri karena penderita batuk.

4) Pencegahan Penyakit a. Menjaga sirkulasi udara bersih dalam rumah dengan membuka jendela ( ventilasi cukup) b. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya c. Hindari polusi udara dalam rumah, seperti ; asap dapur dan asap rokok d. Hindari jumlah hunian dalam 1 kamar tidur tidak boleh lebih dari 3 orang e. Menyemen lantai rumah (plester)

5) Pengobatan Pengobatan pada penyakit ISPA biasanya dengan pemberian Antibiotik, walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh Virus yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat obatan terapeiutik, pemberian Antibiotik dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat obatan symptomatic, selain itu dengan pemberian antibiotik dapat

mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bakterial. Pemberian, pemilihan antibiotik ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi kuman atau bakterial dikemudian hari. Namun pada penyakit ISPA yang sudah berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yang telah menjadi hijau, pemberian antibiotik merupakan keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada bakteri yang terlibat.

6) Saran bagi pasien a) Tingkat hunian rumah padat Satu kamar tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih dari 8 km2/jiwa Lantai rumah disemen

b) Ventilasi rumah/dapur tidak memenuhi syarat Memperbaiki lubang penghawaan/ventilasi Selalu membuka pintu / jendela terutama pada pagi hari Menambah ventilasi buatan

c) Perilaku 3. Diare a. Data kasus penyakit diare No Tanggal Kasus Nama JK Umur Alamat Tidak membawa anak atau bayi saat memasak di dapur Menutup mulut bila batuk Membuang ludah atau riak pada tempatnya Tidak gunakan obat anti nyamuk bakar Tidur sementara terpisah dari anggota keluarga lainnya.

b. Penatalaksanaan Penyakit Diare 1) Etiologi Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam golongan 6 besar, tetapi yang sering ditemukan di lapangam ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi, alergi dan keracunan. Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi pemicu terjadinya diare. Berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu: a. Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit. b. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu. c. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak, Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll. d. Keracunan makanan 2) Gejala penyakit Diare Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:

Muntah Badan lesu atau lemah Panas Tidak nafsu makan Darah dan lendir dalam kotoran Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh

infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejal-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi. Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak. Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan
ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok.

Tanda-tanda dehidrasi atau masalah lainnya Buang air besar cair sering terjadi Muntah berulang-ulang Sangat haus Makan atau minum sedikit Demam Tinja Berdarah Anak tidak membaik dalam tiga hari.

3) Cara penularan Cara penularan penyakit diare antara lain : Infeksi oleh agen penyebab terjadi bila makan makanan / air minum yang terkontaminasi tinja / muntahan penderita diare. Penularan langsung juga dapat terjadi bila tangan tercemar dipergunakan untuk menyuap makanan. Air sungai yang tercemar bakteri E.coli dan digunakan untuk mencuci makanan, peralatan dapur, sikat gigi, dan lain-lain.

4) Pencegahan penyakit Diare umumnya ditularkan melaui 4 F, yaitu Food, Feces, Fly dan Finger. Oleh karena itu upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai penularan tersebut. Beberapa upaya yang mudah diterapkan adalah:
Penyiapan makanan yang higienis Penyediaan air minum yang bersih Kebersihan perorangan Cuci tangan sebelum makan Pemberian ASI eksklusif Buang air besar pada tempatnya (WC, toilet) Tempat buang sampah yang memadai Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan Lingkungan hidup yang sehat

5) Saran bagi pasien a. Masalah penyediaan air tidak memenuhi syarat b. Gunakan air dari sumber terlindung Pelihara dan tutup sarana air agar terhindar dari pencemaran

Masalah pembuangan kotoran yang tidak saniter Buang air besar di jamban Buang tinja bayi di jamban Bila belum punya jamban, anjurkan untuk membangun sendiri atau berkelompok dengan tetangga.

c.

Masalah periaku tidak higienes Cuci tangan sebelum makan atau siapkan makanan Cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar Minum air yang sudah dimasak Tutup makanan dengan tudung saji Cuci alat makan dengan air bersih Jangan makan jajanan yang kurang bersih Bila yang diare bayi, cuci botol dan alat makan bayi dengan air panas/mendidih

B. Keberadaan Klinik Sanitasi Klinik sanitasi merupakan suatu wahana masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan untuk pemberantasan penyakit dengan bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Klinik sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, tetapi sebagai bagian integral dari kegiatan puskesmas. Dengan demikian petugas sanitasi sebagai pengelola klinik sanitasi dituntut mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam membantu menemukan masalah lingkungan dan perilaku yang berkaitan dengan penyakit yang banyak diderita masyarakat sehingga diharapkan mereka dapat berperan dalam upaya memutuskan rantai penularan penyakit, dan dalam jangka panjang dapat mencegah serta memberantas penyakit-penyakit, berbasis lingkungan.

Hambatan-hambatan pelaksanaan klinik sanitasi di Puskesmas Imbi adalah kurangnya koordinasi antara petugas di Polik Umum. Terkadang banyaknya pasien mengakibatkan petugas di Polik Umum lupa untuk merujuk pasien berbasis lingkungan ke kliknik sanitasi. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang keberadaan kinik sanitasi mengakibatkan belum ada klien yang mendatangi klinik sanitasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Prosedur kerja klinik sanitasi pada puskesmas Imbi secara umum meliputi standar prosedur operasional di dalam gedung (puskesmas) dan di luar gedung (lapangan). Penanganann klinik sanitasi di dalam gedung puskesmas dilakukan secara integratif dan komprehensif. Penanganan klinik sanitasi di luar gedung puskesmas adalah kunjungan rumah atau lokasi. Pada pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi di puskesmas Imbi yang merupakan hambatan yaitu masalah dana, tenaga yang merangkap dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pelayanan klinik sanitasi

B. SARAN Melihat permasalahan yang terjadi di atas, maka saran yang di berikan adalah sebagai berikut : a. Bagi orang tua dan anggota keluarga pasien : Menjaga kebersihan rumah sangatlah penting seperti membersihkan halaman yang ada disekitar, menguras tempat-tempat penampungan air. Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air. Pot-pot bunga yang ada di halaman rumah lebih sering untuk di bersihkan, agar tidak menjadi tempat berkembang biaknya jentik. Ventilasi diberi kasa nyamuk agar nyamuk tidak dapat masuk. Menggunakan pelindung diri (anti nyamuk) atau kelambu

b. Bagi Puskesmas Imbi Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya dalam kegiatan Klinik Sanitasi baik pelayanan dalam gedung maupun luar gedung.

Mengadakan penyuluhan kesehatan langsung kepada masyarakat tentang penyakit berbasis lingkungan, agar masyarakat mampu mandiri menjaga kesehatannya baik untuk diri sendiri, keluarga maupun lingkungan sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

DEPERTEMEN KESEHATAN RI direktorat jenddral peberantasan penyakit menulr dan penyehatan lingkungan 2003. Standar prosedur operasonal klinik sanitasi terbitan kllinik sanitasi Seri IV Depertemen kesehatan RI jakarta 2004 Panduan Konseling Bagi petugas Klinik Sanitasi Di Puskesmas

You might also like