You are on page 1of 10

Tugas Makalah Instrumentasi Medis Foto Rontgen Thorax

Nama NPM

: Arya Gamma Aditia : 0906529615

DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen matakuliah Instrumentasi Medis. Saya harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan mengenai pendidikan fisika medis di Indonesia. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Jakarta, 14 Mei 2012

Penulis

Daftar Isi
Kata pengantar Daftar isi Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang 2. Tujuan Penulisan Bab II Pembahasan 1. Definisi Foto Rontgen Thorax 2. Jenis Pemeriksaan 3. Tujuan dan Kasuskasus yang Memerlukan Pemeriksaan Foto Rontgen Thorax 4. Abnormalitas atau kelainan gambaran yang biasa terlihat dari CXR Bab III Penutup Kesimpulan Daftar Pustaka 1 2 3 3 3 4 4 6 7 8 9 9 9

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang Teknologi rontgen sudah digunakan lebih dari satu abad yang lalu ketika fisikawan terkemuka berkebangsaan Jerman, Conrad Roentgen, menemukan sinar yang tidak dikenalinya, yang kemudian diberi label sinar X. Sinar ini mampu menembus bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memotret bagian-bagian dalam tubuh. Pada prinsipnya sinar yang menembus tubuh ini perlu dipindahkan ke format film agar bisa dilihat hasilnya. Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi thorax, isi dan strukturstruktur di dekatnya. Foto thorax menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray. Dosis radiasi yang digunakan pada orang dewasa untuk membentuk radiografi adalah sekitar 0.06 mSv. Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-paru, jantung dan saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal jantung kongestif sering terdiagnosis oleh foto thorax. CXR sering digunakan untuk skrining penyakit paru yang terkait dengan pekerjaan di industri-industri seperti pertambangan dimana para pekerja terpapar oleh debu. 2. Tujuan Penulisan a. Masyarakat dapat mengetahui kegunaan alat rontgen thorax b. Masyarakat dapat mengetahui cara pemakaian alat rontgen thorax

BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi Foto Rontgen Thorax Teknologi rontgen sudah digunakan lebih dari satu abad yang lalu. Tepatnya sejak 8 November 1890 ketika fisikawan terkemuka berkebangsaan Jerman, Conrad Roentgen, menemukan sinar yang tidak dikenalinya, yang kemudian diberi label sinar X. Sinar ini mampu menembus bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memotret bagian-bagian dalam tubuh. Pada prinsipnya sinar yang menembus tubuh ini perlu dipindahkan ke format film agar bisa dilihat hasilnya. Seiring dengan kemajuan teknologi, kini foto rontgen juga sudah bisa diproses secara digital tanpa film. Sementara hasilnya bisa disimpan dalam bentuk CD atau bahkan dikirim ke berbagai belahan dunia menggunakan teknologi e-mail. Secara umum kegunaan Foto thorax/CXR adalah : untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler) untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax) untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB) untuk memeriksa keadaan jantung untuk memeriksa keadaan paru-paru Pada beberapa kondisi, CXR baik untuk skrining tetapi buruk untuk diagnosis. Pada saat adanya dugaan kelainan berdasarkan CXR, pemeriksaan imaging thorax tambahan dapat dilakukan untuk mendiagnosis kondisi secara pasti atau mendapatkan bukti-bukti yang mengarah pada diagnosis yang diperoleh dari CXR. Gambaran yang berbeda dari thorax dapat diperoleh dengan merubah orientasi relatif tubuh dan arah pancaran X-ray. Gambaran yang paling umum adalah posteroanterior (PA), anteroposterior (AP) dan lateral. 1. Posteroanterior (PA)

Pada PA, sumber X-ray diposisikan sehingga X-ray masuk melalui posterior (back) dari thorax dan keluar dari anterior (front) dimana X-ray tersebut terdeteksi. Untuk mendapatkan gambaran ini, individu berdiri menghadap permukaan datar yang merupakan detektor X-ray. Sumber radiasi diposisikan di belakang pasien pada jarak yang standard, dan pancaran X-ray ditransmisikan ke pasien. 2. Anteroposterior (AP)

Pada AP posisi sumber X-ray dan detector berkebalikan dengan PA. AP chest X-ray lebih sulit diinterpretasi dibandingkan dengan PA dan oleh karena itu digunakan pada situasi dimana sulit untuk pasien mendapatkan normal chest x-ray seperti pada pasien yang tidak bisa bangun dari tempat tidur. Pada situasi seperti ini, mobile X-ray digunakan untuk mendapatkan CXR berbaring (supine film). Sebagai hasilnya kebanyakan supine film adalah juga AP. 3. Lateral

Gambaran lateral didapatkan dengan cara yang sama dengan PA namun pada lateral pasien berdiri dengan kedua lengan naik dan sisi kiri dari thorax ditekan ke permukaan datar (flat).

2. Jenis Pemeriksaan a. Fluoroskopi Fluoroskopi adalah cara pemeriksaan yang mempergunakan sifat tembus sinar Roentgen dan suatu tabir yang bersifat fluo resensi bila terkena sinar tersebut. Fluoroskopi terutama diperlukan untuk menyelidiki pergerakan suatu organ/sistem tubuh seperti dinamika alat-alat peredaran darah, misalnya jantung dan pembuluh darah besar; serta pernapasan berupa pergerakan diafragma dan aerasi paru-paru. Karena pada fluoroskopi, baik penderita maupun pemeriksa mungkin terpapar sinar Roentgen sehingga dapat menyebabkan bahaya radiasi, maka perlu diperhatikan beberapa petunjuk agar bahaya sinar dibatasi pada tingkat minimum yang masih praktis. Output alat Roentgen harus diukur secara berkala dan tidak boleh melebihi 10 Rad per menit disebelah atas meja pemeriksaan. b. Roentgenografi Roentgenografi adalah pembuatan foto Roentgen toraks, yang biasanya dibuat dengan arah postero-anterior (PA) dan lateral bila perlu. Agar distorsi dan magnifikasi yang diperoleh menjadi sekecil mungkin, maka jarak antara tabung dan film harus 1.80 meter dan foto dibuat sewaktu penderita sedang bernapas dalam (inspirasi). c. Bronkografi Bronkografi ialah pemeriksaan percabangan bronkus, biasanya dilakukan baik dengan fluoroskopi maupun roentgenografi, dengan cara mengisi saluran bronkial dengan suatu bahan kontras yang bersifat opaque (menghasilkan bayangan putih pada foto). Bahan kontras tersebut biasanya mengandung jodium (lipiodol, dionosil, dan sebagainya). Indikasi pemeriksaan ini misalnya pada bronkiektasis untuk meneliti letak, luas, dan sifat bagian-bagian bronkus yang melebar; dan pada tumor-tumor yang terletak dalam lumen bronkus (space occupying lesions), yang mungkin mempersempit bahkan menyumbat sama sekali bronkus bersangkutan. Tetapi dengan adanya computed tomography (CTScan), yang dapat memperlihatkan baik bronkiektasis maupun tumor dengan lebih jelas, maka bronkografi yang memerlukan persiapan-persiapan tertentu dan teknik pemeriksaan yang serba sulit, mulai dianggap usang dan ditinggalkan. d. Tomografi Istilah lain untuk tomografi'ialah : planigrafi, laminagrafi, atau stratigrafi. Dengan istilah ini dimaksudkan pemeriksaan terhadap 1 lapisan jaringan dengan mengaburkan lapisan-lapisan lain di atas dan di bawahnya. Hal ini dapat dilakukan dengan menghubungkan tabung Roentgen dan kaset yang berisi film dan pada saat foto dibuat, kedua bagian ini digerakkan dalam jurusan yang saling bertentangan. Dengan cara ini, maka semua bangunan pada hasil foto menjadi kabur, kecuali lapisan yang tepat berada di persimpangan arus sinar lapisan yang hendak diselidiki.
6

Cara pemeriksaan ini berguna sekali untuk lebih mempertegas persangkaan akan adanya suatu kavitas pada foto biasa, misalnya pada tuberkulosis. Pada penyelidikan karsinoma bronkogen, cara pemeriksaan ini dapat dipergunakan untuk melihat adanya penyumbatan pada bron kus terutama bronkus yang besar seperti pada daerah hilus. Tomografi juga berguna sekali untuk mengetahui apakah ada sarang perkapuran dalam tumor-tumor kecil di parenkima paru-paru dan dalam penyelidikan lebih lanjut terhadap abses paru. e. Angiokardiografi Angiokardiografi adalah pemeriksaan untuk melihat ruang-ruang jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar dengan sinar Roentgen (fluoroskopi atau roentgenografi), dengan menggunakan suatu bahan kontras radioopak, misalnya Hypaque 50 %, dimasukkan ke dalam salah satu ruang jantung melalui kateter secara intravena. Angiokardiografi ternyata sangat berguna dalam pemeriksaan penyakitpenyakit jantung dan pembuluh darah besar, baik bawaan mau pun yang diperoleh, serta dalam pemeriksaan penyakit paru menahun. Cara pemeriksaan ini misalnya sangat diperlukan pada penyakit Tetralogi Fallot, koarktasi aorta, dan pada diagnostik diferensial aneurisma aortae. f. Pneumografi Retroperitoneal Pneumografi retroperitoneal dipergunakan untuk memeriksa mediastinum, setelah diisi dengan udara yang dimasukkan secara re troperitoneal melalui suntikan ke dalam spatium presacrale, kira-kira 12 jam sebelum foto Roentgen dibuat. Cara pemeriksaan ini dianggap usang setelah adanya CTScan yang dapat memperlihatkan rongga intra dan retroperitoneal de ngan sempurna tanpa mempergunakan persiapan-persiapan dan alat-alat pemeriksaan khusus. g. Foto Fluorografi Untuk menghemat ongkos, pemeriksaan toraks dapat dilakukan dengan membuat foto biasa pada bayangan di tabir Roentgen pada film-film kecil. 3. Tujuan dan Kasus kasus yang Memerlukan Pemeriksaan Foto Rontgen Thorax Foto Roentgen thorak dapat digunakan untuk mendeteksi kelainan dini pada paruparu sebelum timbul gejala-gejala klinis, sehingga pemeriksaan secara rutin pada orangorang yang tidak mempunyai keluhan apa-apa (mass-chest-survey) sudah menjadi prosedur yang lazim dalam pemeriksaan kesehatan masyarakat secara massal, seperti yang dilakukan pada para mahasiswa, murid sekolah, anggota alat negara, pegawai perusahaan, serta para karyawan lainnya. Misalnya suatu sarang tuberkulosis yang hanya sekecil 2 mm diameternya, mungkin telah dapat dilihat pada foto Roentgen, sedangkan pemeriksaan fisik klinis tentu tidak akan berhasil menemukan sarang sekecil ini.

Pemeriksaan foto rongen thorak perlu di lakukan pada klien yang mengalami kasus TBC, Tumor Hidung, Cardiomegali dengan udem pulmo,Efusi Pleura, Abses Paru, Pleuro Pneumania, Sirosis hepatis, Kanker Paru, Gagal Jantung, Bronkhitis, dan Tumor Paru. 4. Abnormalitas atau kelainan gambaran yang biasa terlihat dari CXR 1. Nodule (daerah buram yang khas pada paru) Biasanya disebabkan oleh neoplasma benign/malignan, granuloma (tuberculosis), infeksi (pneumoniae), vascular infarct, varix, wegeners granulomatosis, rheumatoid arthritis. Kecepatan pertumbuhan, kalsifikasi, bentuk dan tempat nodul bisa membantu dalam diagnosis. Nodul juga dapat multiple. 2. Kavitas Yaitu struktur lubang berdinding di dalam paru. Biasanya disebabkan oleh kanker, emboli paru, infeksi Staphyllococcus. aureus, tuberculosis, Klebsiella pneumoniae, bakteri anaerob dan jamur, dan wegeners granulomatosis. 3. Abnormalitas pleura. Pleural adalah cairan yang berada diantara paru dan dinding thorax. Efusi pleura dapat terjadi pada kanker, sarcoid, connective tissue diseases dan lymphangioleiomyomatosis. Walaupun CXR ini merupakan metode yang murah dan relatif aman namun ada beberapa kondisi thorax yang serius yang mungkin memberikan hasil CXR normal misalnya pada pasien infark miokard akut yang dapat memberikan gambaran CXR yang normal.

BAB III PENUTUP


Kesimpulan Teknologi rontgen sudah digunakan lebih dari satu abad yang lalu. Tepatnya sejak 8 November 1890 ketika fisikawan terkemuka berkebangsaan Jerman, Conrad Roentgen, menemukan sinar yang tidak dikenalinya, yang kemudian diberi label sinar X. Sinar ini mampu menembus bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memotret bagian-bagian dalam tubuh. Tujuan pemeriksan foto toraks adalah untuk menilai adanya kelainan jantung, misalnya : kelainan letak jantung, pembesaran atrium atau ventrikel, pelebaran dan penyempitan aorta. Menilai kelainan paru, misalnya edema paru, emfisema paru, tuberkulosis paru. Menilai adanya perubahan pada struktur ekstrakardiak. Gangguan pada dinding toraks, Fraktur iga, Fraktur sternum, Gangguan rongga pleura, Pneumotoraks, Hematotoraks, Efusi pleura, Gangguan pada diafragma, Paralisis saraf frenikus. Selain itu juga untuk menilai letak alat-alat yang dimasukkan ke dalam organ di rongga toraks misalnya: EET, CVP, NGT dll.

Daftar Pustaka
Latief, Abdul. 2009. RADIOLOGY Of NORMAL THORAX & ABDOMEN. Jakarta http://prodia.co.id/pemeriksaan-penunjang/radiologi-foto-thorax, 1 Mei 2012, pk 20.45 http://marizal-co-ass.blogspot.com/2010/08/macam-macam-posisi-foto-thorax.html, 1 Mei 2012, pk 20.45

You might also like