You are on page 1of 56

BAB I Pengertian, Dimensi, Fungsi, dan Peranan Kurikulum 1.1.

Pengertian Dan Dimensi Kurikulum Kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu currir (pelari) dan curere (tempat berpacu. Jadi arti kata curriculum adalah jarak yang harus ditempuh palari mulai start sampai finish untuk memperoleh penghargaan. Dalam arti pendidikan kurikulum menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus di tempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir untuk memperoleh suatu penghargaan berupa ijazah. Dari hal diatas berrti terkandung dua makna dalam kurikulum yaitu 1)adanya mata peljaran yang harus ditempuh oleh siswa 2) dan bertujuan memperoleh ijazah. Namun Pengertian diatas terbilang sempit, dibandingkan dengan pngertian kurikulum di Negara maju, maka akan ditemukan arti kurikulum yang lebih luas. Kurikulum itu tidak melulu terpaku pada mata pelajaran tapi mencakup semua pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami siswa dan mepengaruhi perkembangan pribadinya. Berikut adalah Pengertian Kurikulum menurut beberapa ahli : Nama Ahli John Dewey Tahun 1916 Pengertian Kurikulum education consist

primarily in transmission through communication, .As societies become more complex in

structure and resources, the need for formal or intentional teaching and learning increases Harry S. Broudy , B. 1963 modes of teaching or

Othanel Smith, and Joe R. Burnet

not, strictly speaking, a part of curriculum

[which] consist primarily of certain kinds of

content organized into categories of instructions. Peter F. Oliva 1982 Curriculum [is] the plan of program for all the

experience

which

learner encounters under the direction of the

school Nana Syaodih S 2005 Melihat dari tiga dimensi yaitu : sebagai system, sebagai rencana ilmu, sebagai

1.1.1. Pengertian kurikulum dihubungkan dengan dimensi ide Bahwa kurikulum adlah sekumpulan ide yang akan dijadikan pedoman dalam pengembangan kurikulum selanjutnya dan beberapa pendapat oleh para ahli diantaraanya Henry C Marrison, 1940, Donald E.Orlosky dll. 1.1.2. Pengertian kurikulum dihubungkan dengan dimensi rencana Kurikulum sebagai seperangkat rencana dan cara mengadministrasikan tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan tertentu dan beberapa pendapat oleh para ahli diantaraanya Hilda Taba, 1962, Daniel Tanner dan Laurer Tanner. 1.1.3. Pengertian kurikulum dihubungkan dengan dimensi aktifitas

Kurikulum dipandang sebagai aktifitas dari guru dan siswa dalam proses pembelajaran disekolah dan beberapa pendapat oleh para ahli diantarannya L. Thomas Hopkins, 1941, Harold Alberty, 1953 1.1.4. Pengertian kurikulum dihubungkan dengan dimensi hasil Memandang kuriklum sangat memeperhatikan hasil yang akan dicapai oleh siswa agar sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan menjadi tujuan dari kurikulum tersebut dan berikut pendapat dari beberapa ahli Unruh dan Unruh, 1984 dan Hilda Taba dll. 1.2. Fungsi Kurikulum

Funsi kurikulum bagi guru adalah pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran, bagi kepala sekolah sebagai pedoman melaksanakan supervesi, bagi orang tua sebagai pedoman utuk membimbing anaknya belajar di rumah, bagi masyarakat adlah sebagai pemberi bantuan proses pembelajaran di sekolah, bagi siswa sebagai pedoman belajar. Selain itu ada juga enam fungsi kurikulum. yaitu : 1.2.1. Fungsi Penyesuaian ( the adjustive or adaptive function ) Kurikulum harus mampu mengerahkan siswa agar memiliki sifat well adjustive yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik atau lingkungan social. 1.2.2. Funngsi Integrasi ( the integrating function Kurikulum harus mampu menghasilkan pribadi pribadi yang utuh. 1.2.3. Fungsi Diferensiasi ( the differentiating function ) Kurikulum harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa. 1.2.4. Fungsi Persiapan ( the propaeduetic function )

Kurikulum harus mampu mempersiapkan siswa untuk menerusskan ke jenjang pendidkan berikutnya. 1.2.5. Fungsi Pemilihan ( the selection function ) Kurikulum harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mememilih program belajar yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. 1.2.6. Fungsi Diagnostik ( the diagnostic fungtion ) Kurikulum mampu memebantu siswa mengarahkan dan memahami kekuatan ( potensi ) dan kelemahan yang dimiikinya.

1.3.

Peranan Kurikulum

1.3.1. Peranan Konservatif Kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana untuk mentransmisikan nilainilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada gnerasi muda, dalam hai ini siswa. 1.3.2. Peranan Kreatif Kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan pekembangan yang terjadi dan kebutuhan kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan mendatang.

1.3.3. Peranan Kritis dan Evaluatif Kurikulum digunakan untuk mewarisi nilai dan budaya yang ada di masyarakat dan harus sesuai dengan kondisi yang terjadi di masa sekarang.

BAB II Landasan Pengembangan Kurikulum

2.1.

Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikulum Landasan Filosofis dalam Pengembangan Kurikelum ialah pentingnya

rumusan yang didapatkan dari hasil berfikir secara mendalam, analisis, logis, dan sistematis ( filosofis ) dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan kurilikulum baik dalam bentuk kurikulum sebagai rencana (tertulis) terlebih kurikulum dalam bentuk pelaksanaan di sekolah. 2.1.1. Filsafat Pendidikan Filsafat pendidikan adalah penerapan dan pemikiran filosof untuk memecahkan masalah masalah pendidikan. 2.1.2. Filsafat dan Tujuan Pendidikan Tujuan Pendidikan Nasional di Indonesia tentu saja bersumber pada pandangan dan cara hidup manusia Indonesia, yakni pancasila, Berari yujuan pendidikan Indinesia adalah membawa peserta didik agar menjadi manusia yang berpancasila. Dari penjelasan diatas berarti tujuan pendidikan nasional adalah mencetak manusia yang beriman, bertaqwa, berilmu, dan beramal dalm kondisi yang serasi, selaras dan seimbang. Disininal pentingnya filsafat sebagai pandangan hidup manusia dalam hubungan dengan pendidikan dan pembelajaran. 2.1.3. Manfaat Filsafat Pendidikan Menentukan arah anak anak melalui pendidikan sekolah Mendapat gambaran yang jelas akan hasil yang akan dicapai Memeberi kesatuan yang bulat kepada segala usaha pendidikan.
5

Dapat menjadikan pendidik dapat menilai sampai mana usahanya Memberikan motivasi / dorongan bagi kegiatan kegiatan pendidkan

2.1.4. Kurikulum Dan Filsafat Pendidikan Pengembangan kurikulum walaupun pada tahap awal sangat diwarnai oleh filsafat dan ideology Negara, namun tidak berarti bahwa kurikulum bersifat statis, melainkan senantiasa memerlukan pengembangan, pembaharuan, dan

penyempurnaan disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan dan perkembangan zaman yang senantiasa cepat berubah. 2.2. Landasan Psikologi dalam Perkembngan Kurikulum

Ada dua cabang psikologi, yaitu psikologi belajar yang memberikan sumbangan terhadap perkembangan kurikulum terutama berkenanaan dengan bagaimana kurikulum itu diberikan kepada siswa dan bagaimana siswa harus

mempelajarinya, berarti berkenanaan dengan strategi pelaksanaan kurikulum. Psikologi perkembangan diperlukan untuk menentukan kurikulum yang diberikan kepada siswa baik tingkat kedalaman dan perluasan materi. 2.2.1. Perkembangan Peserta Didik dan Kurikulum Implikasi terhadap pengembangan kurikulum yaitu : Setiap anak diberi kesempatan untuk untuk berkembang sesuai bakat, minat, dan kebutuhannya Disamping disediakan pelajaran umum, juga disediakan pelajaran yang sesuai dengan minat Menyediakan kurikulum bersifat kejuruan juga bahan ajar yang bersifat akademik Kurikulum memuat tujuan tujuan yang mengandung pengetahuan, nili/sikap, dan keterampilan yang menggambarkan keseluruhan pribadi yang utuh lahir dan batinImplikasi lain dari pengetahuan tentang anak
6

terhadap proses pembelajaran ( actual curriculum ) dapat diuraikan sebagai berikut : a. Tujuan Pembelajaran yang dirumuskan secara operasional slalu berpusat kepada perubahan tingkah laku peserta didik. b. Bahan/materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan minat dan perhatian anak bahan tersebut mudah diterima oleh anak. c. Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan taraf perkembngan anak d. Media yang dipakai senantiasa menarik perhatian dan minat anak. e. System evaluasi berpadu dalam suatu kesatuan yang menyeluruh dan berkeinambungan dari suatu tahp ke tahap yang lainya dan dijalankan secara terus menerus. 2.3. Landasan Sosiologis dalam Pengembangan Kurikulum

Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insan menuju manusia yang berbudaya. 2.3.1. Kebudayaan dan Kurikulum Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita cita, sikap,

pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya. Kurikulum dalam setiap masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi

dari cara berfikir, berasa, bercita-cita atau kebiasaan-kebiasaan. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia

2.3.2. Masyarakat dan Kurikulum Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan mereka sendiri kedalam kelompok-kelompak berbeda. Pendidikan harus mengantisipasi

tuntutan hidup ini sehingga dapat mempersiapkan anak didik untuk hidup wajar sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat. 2.4. Kurikulum dan Pengembangan IPTEK Teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan ilmiah dan ilmu-ilmu lainnya untuk bisa memecahkan masalah-masalah praktis. Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri seperti: TV, Radio, Video,Komputer, dan peralatan lainnya. Perkembangan IPTEK, secara langsung akan menjadi isi pendidikan. Sedangkan secara tidak langsung memberikan tugas kepada pendidikan untuk membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB III KOMPONEN-KOMPONEN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Kurikulum adalah suatu sistem yang mempunyai beberapa komponen tertentu. Pada dasarnya sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen yang setiap komponen mempunyai keterkaitan yang tidak bisa dipisahkan,

keterkaitannya yaitu: komponen tujuan, isi kurikulum, metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. 3.1. Komponen Tujuan Mempunyai hubungan dengan hasil yang akan dicapai. Filsafat atau sitem yang dianut masyarakat indonesia adalah panca sila maka tujuan yang di harapkan tercapainya oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang pancasilais. Tujuan Pendidikan diklasifikasikan menjadi 4 yauitu : 3.1.1 Tujuan Pendidkan Nasional (TPN): Tujuan pendidikan nasiaonal adalah tujuan yang bersifat paling umum dan merupakan sasaran akhir yang harus dijaikan pedoman oleh setiap usaha pendidikan. Tujuan pendidikan nasional indonesia sudah jelas bersumber dari sistem nilai pancasila dirumuskan dalam undang-undang No. 20 tahun 2003, pasal 3, bahwa pendidikan pendidikan berungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartbat dalam rangka mencerdaskan khidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berahlak mulai, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanung jawab. 3.1.2 Tujuan Institusional (TI) Tujuan institusional adalah tujuan yasng harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. 3.1.3 Tujuan Kurikuler (TK) Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Dan tujuan kurikuler harus dapat

mendukung dan diarahkan untuk mencapai ujuan institusional. Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat di depinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap anak didik serelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.

3.1.4

Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP) Menurut bloom dalam bukunya taxonomy of edibational

objectives (1965) tujuan yang harus dirumuskan dapat digolongkan kedalam riga klasifikasi yaitu domai kognitif, afektif, dan fsikomotor. 3.1.4.1 Domain kognitif Domain Kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intlektual atau kemampuan berpikir seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahakan masalah. Domain kognitif terdiri dari 6 tingkatan yaitu 1. Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan mengingat dan kemampuan mengungkapkan kembali informasi yang sudah dipelajari (recall). 2. Pemahaman (conprehension) adalah kemampuan untuk memahami suatu subjek pembelajaran. 3. Penerapan ( aplication) adalah kemempuan untuk menggunakan konsep, prinsip, prosedur pada situasi tertentu. 4. Analisis dalah kemampuan menguaraikan atau memecah suatu bahan pelajaran kedalam bagian-bagian 5. atau unsur-unsur serta antar bagian bahan itu.

Sintetis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian

kedalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan tema,

10

rencana atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi yang tersedia. 6. Evaluasi adalah kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu dengan berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. 3.1.4.1 Domain afektif Domian Afektif adalah berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Menurut kratwolh dan kawan-kawan (1964) pada bukunya taxonomy of edibational objektif domain afektif memiliki tingkatan yaitu: 3.2 Komponen isi/materi pembelajaran Isi kurikurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu

menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau meteri pelajaran maupun aktivitas dan kegiatan siswa dan seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. 3.3 Komponen metode/strategi Isi Komponen strategi yaitu komponen yang memiliki peran yang sangat penting sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Dan Pada dasarnya Strategi meliputi rencana, metode dan prangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. 3.4 Komponen evaluasi Evaluasi adalah komponen yang terakhir melalui evalusi dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehinga dapat dijadikan bahan pertimbngan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian-bagian mana yang harus disempurnakan. Evaluasi sebagai alai untuk melihat keberhasilan pencapaian tujuan dapat dikelompokan kedalam dua jenis, yaitu tes dan non tes.

11

3.4.1

Tes Kreteria tes sebagai alat evaluasi sebagai alat ukur daslam proses svaluasi.

Tes harus memiliki dua kriteria yaitu kriteria validitas dan reliabilitas. 3.42. Non tes Adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkahlaku termasuk sikap, minat, dan motivasi. Dan ada beberapa jenis non tes sebagai alat evaluasi diantara: -. Observasi adalah teknik penelitian dengan cara mengamati tingkahlaku pada situasi tertentu Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang diwawancara dengan

yang diwawancarai Study kasus yaitu mempelajari keadaan secara terus menerus, dan

memperhatikan masa lalu atau pengalaman. -. Skala Penelitian yaitu salah satu alat penelitian dengan menggungakn skala yang telah disusun dari ujung negatif sampai ujung fositif.

12

BAB IV PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN LINGKUNGAN

1.1.

Pengertian prinsip pengembangan kurikulum

Prinsip adalah suatu hal yang sifatnya sangat penting dan mendasar dan menjadi suatu kepercayaan.Dalam bidang pendidikan, Prinsip pengembangan kurikulum menunjukan pengertian tentang berbagai hak yang harus di jadikan patokan dalam menentukan berbagai hak yang terkait dengan pengembangan kurikulum, terutama dalam fase perencanaan kurikulum (curriculum planning). 4.2 Macam-Macam Sumber Prinsip Pengembangan Kurikulum.

Ada empat sumber perinsip pengembangan kurikulum , yaitu : data empiris (empirical data), data eksperimen (eksperimen data), cerita/legenda yang hidup di masyarakat (folklore of curriculum), dan akal sehat (commonsense).

Data empiris dan data eksperimen adalah data yang dianggap data paling terpercaya dibandingkan legenda dan pertimbangan akal sehat. Namun demikian akal sehat dan cerita yang hidup di masyarakat tetap merupakan bahan yang harus diperhatikan dan berpengaruh. 4.3 Tipe-tipe Prinsip Pengembangan Kurikulum

Sesuai dengan sumber datanya, maka erinsip pengembangan kurikulum dapat dikelasifikasikan menjadi tiga tipe prinsip, yaitu : anggapan kebenaran utuh atau menyeluruh ( whol truth), anggapan kebenaran parsial (partial truth), dan anggapan kebenaran yang masih memerlukan pembuktian (hypothesis).

Anggapan kebenaran utuh adalah fakta, konsep dan prinsip yang diperoleh serta telah diuji dalam penelitian yang ketat dan berulang sehingga dapat di buat generalisasi dan bisa diberlakukan di tempat yang berbeda. Anggapan kebenaran parsial, yaitu suatu fakta, konsep dan prinsip yang sudah terbukti efektif dalam
13

berbagai banyak kasus tetapi sifatnya masih belum bisa di generalisasikan. Selanjutnya, anggapan kebenran yang masih memerlukan pembuktian atau hipotesis yaitu perinsif kerja yang sifatnya tentative. Prinsif ini muncul dari hasil delibrasi, judgement dan pemikiran akal sehat.

4.4.

Macam-macam Prinsip Pengembangan Kurikulum

Prinsip prinsip pengembangan kurikulum bisa di bedakan dalam dua katagori, yaitu: 4.4.1. Prinsip umum Biasanya digunakan hampir daslam setiap pengembangan kurikulum dimanapun itu. Disamping itu prinsip ini merujuk kepada prinsif yang harus diperhatikan untuk dimiliki oleh kurikulum sebagai totalitas dari komponenkomponen yang membangaunnya. Sukmadinata (2000:150-151) menjelaskan

bahwa terdapat lima prinsip umum pengembangan kurikulum, yaitu : prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis atau efisiensi, dan sfektivitas.

4.4.2. Prinsip khusus, Artinya prinsif yang hanya berlaku pada tempat tertentu dan situasi tertentu. prinsip khusus iini juga merujuk pada prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum itu sendiri, misalnya prinsip yang di gunakn untuk mengembangangkan komponen tujuan, prinsip untuk mengembangkan komponen isis kurikulum, prinsip untuk mengembangkan media dan alat bantu pembelajaran, serta prinsip yang berkaitan dengan komponen evaluasi. Dimana satu komponen dengan komponen lainya akan berbeda. 1. Prinsip Relevansi Prinsip relevansi artinya yaitu prinsip kesesuaian. Prinsip relevansi ini ada dua jenis yaitu :

14

relevansi eksternal dan relevansi internal.

2. Prinsip Fleksibilitas Prinsip fleksibilitas artinya bahwa kurikulum itu harus lentur tidak kaku, terutama dalam hal pelaksanaanya 3. Prinsip kontinuitas Prinsip kontinuitas artinya kurikulum itu dikembangkan secara

berkesinambungan. Berkesinambungan ini meliputi sinambung antar kelas maupun sinambung antar jenjang pendidikan. 4. Prinsip praktis atau efesien Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan aplikabilitasnya

dilapangan. Pengetahuan akan tempat ini akan membantu pengembang kurikulum untuk mendisain kurikulum untuk memenuhi prinsip praktis, memungkinkan untuk diterapkan. Salah satunya kriteria praktis itu adalah efesien, artinya tidak mahal alias murah.

15

BAB V MODEL PENGEMBANGAN DAN ORGANISASI KURIKULUM

5.1 Model-model Pengembangan Kurikulum Model pengembangan kurikulum adalah langkah sistematis dalam proses penyusunan kurikulum. Alternatif prosedur dalam rangka mendisain (designing), menerapkan (implementasion), dan mengevaluasi (evaluation) suatu

kurikulum.model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan program pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan, berdasarkan pada perkembangan teori dan praktik kurikulum. Dewasa ini telah banyak di kemukakan model-model pengembangan kurikulum, diantaranya : Model ralph tyler

Model pengembangan kurikulum yang di kemukakan tyler di ajukan berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan dan menurut tyler ada empat tahap yang haris di lakukan dalam pengmbangan kurikulum, yaitu : a. Menentukan tujuan pendidikan b. Menentukan proses pembelajaran c. Menentukan organisasi pengalaman belajar d. Menentukan evaluasi pembelajaran Model administratif

Pengembangan kurikulum ini disebut juga dengan istilah dari atas ke bawah (top down0 tau staf lini (line-staf procedure), artinya pengembangan kurikulum ini ide awal dan pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat

keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Model grass rooth

pengembangan kurikulum model ini kebalikan dari model administratif, yaitu model grass roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah. Dalam prosesnya pengembangan kurikulum ini harus diawali atau dimulai dari gagasan guru-guru sebagai pelaksana pendidikan disekolah.

16

Model demontrasi

Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (grass rooth). Yang semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya igunakan dalam sekala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan atau ketidak setujuan dari pihak-pihak tertentu. Model miller-seller

Model pengembangan miller seller merupakan pengembangan kurikulum kombinasi dari model transmisi (gange) dan model transakasi (tabas &robinson), dengan tahapan pengembangan, yaitu : 1) klasifikasi orientasi kurikulum, 2) pengembagan tujan 3) indentifikasi model pengajaran, dan 4) implementasi. Model taba (inverted model)

Model taba merupakan modifikasi dari model tyler. Modifikasi tersebur penekanan terutama pada pemusatan perhatian guru. Menurut taba guru merupakan paktor utama dlam usaha pengembangan kurikulum. Model beukhamp

Mennurut beaucham, peroses pengembangan kurikulum meliputi lima tahap, yaitu: 1) menentukan arena atau wilayah 2) menetapkan personalia 3)organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum, 4) implementasi kurikulum, dan 5) evaluasi.

5.2.

Organisasi Kurikulum Organisasi kurikulum merupakan pola susunan sajian isi kurikulum, yang

bertujuan untuk mempermudah siswa dalam mmpelajari bahan pelajaran serta mempermudah siswa dalam melakukan melakukan kegiatan belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Ada sejumlah perinsip yang harus di perhatikan sehubungan dengan organisasi kurikulum, yaitu : ruang lingkup tau cakupan (scope),

17

urutan bahan (squence), Prinsip kontinyuitas, Prinsip keseimbangan, dan Prinsip keterpaduan (integrated).

Secara umum terdapat dua bentuk organisasi kurikulum, yaitu : 5.2.1. Kurikulum berdasarkan mata pelajaran ( subject curriculum) Dalam bentuk kurikulum ini meliputi : Mata pelajaran yang terpisah-pisah ( sparated subject curriculum) Mata pelajaran gabungan (correlated curriculum) Kurikulum terpadu (integrated curriculum) Kurikulum inti (core curriculum) Social Fuinctions Dan Persisetent Situations

5.2.2.

Secara umum ada tiga kelompok situasi yang akan dihadapi manusia. Situasi-situasi mengenai perkembangan individu manusia Situasi-situasi untuk perkembangan partisipasi sosial Situasi-situasi untuk perkembangan kemampuan terhadap faktor-faktor ekonomi dan daya-daya lingkungan.

18

BAB VI KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

KTSP adalah singkatan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP berarti kurikulum operasional yang disusun, dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan yang sudah siap dan mampu mengembangkannya dengan memperhatikan Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36

6.1. a.

Tujuan KTSP Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah

dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama c. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai

6.2. a. b.

Landasan pengembangan KTSP Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan c. d. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan permendiknas no. 22 dan 23
19

6.3. a. b. c. d.

Karakteristik KTSP Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah dan Satuan Pendidikan Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua yang Tinggi Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional Tim-kerja yang Kompak dan Transparan

6.4.

Langkah-langkah penyusunan KTSP a. Penulisan cover kurikulum b. Merumuskan tujuan pendidikan menengah kejuruan c. Merumuskan visi dan misi d. Merumuskan tujuan e. Merumuskan tujuan kompetensi keahlian f. Menetapkan standar kompetensi g. Menyusun diagram pencapaian kompetensi h. Menyusun struktur kurikulum i. Menetapkan beban belajar j. Menetapkan kalender pendidikan

6.5

Ciri-ciri KTSP 1. KTSP memberi kebebasan program kepada pendidikan tiap-tiap sesuai sekolah dengan untuk kondisi

menyelenggarakan

lingkungan sekolah, kemampuan peserta didik, sumber daya yang tersedia dan kekhasan daerah. 2. Orang tua dan masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.

20

3. Guru harus mandiri dan kreatif dan guru diberi kebebasan untuk memanfaatkan berbagai metode pembelajaran.

21

BAB VII EVALUASI KURIKULUM 6.1. Tujuan Evaluasi Kurikulum Dalam arti luas evaluasi kurikulum dimaksudkan, untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dan berbagai kriteria. Diadakannya evaluasi di dalam proses pengembangan kurikulum dimaksudkan untuk keperluan: 6.1.1. Perbaikan Program

Peranan evaluasi lebih bersifar konstruktif, karena informasi hasil evaluasi dijadikan input bagi perbaikan yang diperlukan di dalam program kurikulum yang sedang dikembangkan. 6.1.2. Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak

Selama dan terutama pada akhir fase pengembangan kurikulum, Perlu adanya semacam pertanggungjawaban dari pihak pengembang kurikulum kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang dimaksud mencakup balk pihak yang mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum tersebut maupun pihak yang akan menjadi konsuumen dari kurikulum yang telah dikembangkan. Dengan kata lain pihak tersebut mencakup pemerintah, masyarakat, orang tua, petugas-petugas pendidikan, dan pihak-pihak lainnya yang ikut mensponsori kegiatan pengembangan kurikulum yang bersangkutan. 6.2. Beberapa Konsep/Model Evaluasi

6.2.1. Measurement Evaluasi pada dasarnya adalah pengukuran perilaku siswa untuk mengungkapkan perbedaan individual maupun kelompok. Hasil evaluasi digunakan terutama untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan pehdidikan dan perbandingan efektifitas antara dua atau lebih program/metode pendidikan. Jenis data yang dikumpulkan dalam evaluasi adalah data obyektif khususnya skor hasil tes. Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh pendekatan/cara-

22

cara berikut: Menempatkan 'kedudukan' setiap siswa dalam kelompoknya melalui pengembangan norma kelompok dalam evaluasi hasil belajar. Membandingkan hasil belajar antara dua atau lebih kelompok yang menggunakan program/ metode pengajaran yang berbeda-beda, melalui analisis secara kuantitatif. Teknik evaluasi yang digunakan terutama tes yang disusun dalam bentuk obyektif, yang terus dikembangkan untuk menghasilkan alat evaluasi yang reliabel dan valid. 6.2.2. Congruence Evaluasi pada
, dasarnya

merupakan pemeriksaan kesesuaian atau

congruence antara tujuan pendidikan dan hasil belajar yang dicapai. Obyek evaluasi. dititik beratkan pada hasil belajar dalam bentuk kognitif, psikootorik maupun nilai dan sikap. Jenis data yang dikumpulkan adalah data obyektif khususnya skor hasil tes. Dalam kegiatan evaluasi, cenderung ditempuh pendekatan/cara-cara berikut: - Menggunakan prosedur pre-and post-assessment dengan menempuh langkah-langkah pokok sebagai berikut: penegasan tujuan,pengembangan alat evaluasi, dan penggunaan hasil evaluasi. - Analisis hasil evaluasi dilakukan secara bagian demi bagian. - Teknik evaluasi mencakup tes dan teknik-teknik evaluasi lainnya yang cocok untuk menilai berbagai jenis perilaku yang terkandung dalam tujuan. - Kurang menyetujui diadakannya evaluasi perbandingan antara dua atau lebih program. 6.2.3. Illumination Evaluasi pada dasarnya merupakan studi mengenai: pelaksanaan program, pengaruh faktor lingkungan, kebaikan-kebaikan dan kelemahan progam serta pengaruh program terhadap perkembangan hasil belajar. Dalam kegiatan evaluasi,cenderung ditempuh pendekatan/cara-cara berikut: menggunakan prosedur yang disebut progressive focussing dengan langkah-langkah pokok: orientasi, pengamatan yang lebih terarah, analisis
23

sebab-akibat. Bersifat kualitatif-terbuka, dan flesksibel-eklektif. Teknik evaluasi mencakup observasi, wawancara, angket, analisis dokumen dan bila perlu mencakup pula tes. 6.3. Educational System Evaluation Evaluasi pada dasarnya adalah perbandingan antara performance setiap dimensi program dan kriteria, yang akan berakhir dengan suatu deskripsi dan judgment. Hasil evaluasi diperlukan untuk penyempurnaan program dan penyimpulan hasil program secara keseluruhan. Obyek. 6.4. Model yang Disarankan Ketepatan suatu model tak dapat dilepaskan dari tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan evaluasi yang kita adakan.berkenaan dengan model mana yang akan disarankan, dikemukakan hal sebagai berikut: Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang kurikulum yang

sedang dikembangkan, model educational system evaluation, tampaknya merupakan model yang paling tepat. Kelemahan masingmasing model yang lain dapat ditanggulangi oleh model yang keempat ini. Terlepas dari kenyataan tersebut, untuk mencapai tujuan evaluasi yang

bersifat khusus, ketiga model yang lain pun masih dapat memberikan sumbangan: a. Untuk keperluan seleksi dan klasifikasi siswa serta membandingkan efektivitas kurikulum yang baru dengan kurikulum yang ada, model measuretnent tepat untuk digunakan. b. Untuk mengkaji efektivitas pembelajaran yang telah dilakukan dan untuk menetapkan tingkat penguasaan siswa terhadap tujuantujuan pembelajaran, model congruence tergolong ampuh untuk digunakan. c. Akhirnya, bila kita ingin memperoleh gambaran yang lebih mendalam tentang proses pelaksanaan kurikulum beserta faktorfaktor yang mempengaruhinya, model illumination sangat membantu

24

BAB VIII KONSEP DASAR PEMBELAJARAN 7.1. Hakikat Belajar Pada hakekatnya belajar, adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepadatujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. 7.2. Landasan Konsep Pembelajaran

7.2.1. Filsafat Proses belajar pada dasarnya melibatkan upaya yang hakiki dalam Tentuk dan menyempurnakan kepribadian manusia dengan berbagai tuntutan dalam kehidupannya.Secara filosofis belajar berani mengingatkan kembali pada manusia mengenai makna hidup yang bisa dilalui melalui proses meniru, memahami, mengamati, marasakan, mengkaji, melakukan, dan meyakini akan segala sesuatu kebenaran sehingga semuanya

memberikan kemudahan dalam mencapai segala yang dicita-citakan manusia. 7.2.2. Psikologis Perilaku manusia bisa berubah karena belajar, akan tetapi apakah manusia itu memahami perilakunya sendiri, atau menyadari dia harus berperilaku seperti apa jika berada, atau dihadapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Maka perilaku yang masih dicari inilah dapat dikaitkan dengan kajian dari ilmu psikologi. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang akhirnya mempelajari produk dari gejala kejiwaaan ini dalam bentuk perilaku-perilaku yang nampak dan sangat dibutuhkan dalam proses belajar. 7.2.3. Sosiologis

25

Manusia adalah mahluk individu dan sosial, maka melalui belajar individu bisa mempelajari lawan bersosialisasi, teman hidup bersama dan akhirnya melalui belajar manusia mampu membangun masayarakat sampai dengan negara dan bangsa. 7.2.4. Komunikasi Pendidikan dan komunikasi ibarat setali tiga uang, yang satu memberikan pemaknaan terhadap yang lainnya. Dalam prakteknya proses belajar atau pembelajaran akan menghasilkan suatu kondisi di mana individu dalam hal ini siswa dan guru, siswa dengan siswa atau interaksi yang kompleks sekalipun pasti akan ditemukan suatu proses komunikasi.

7.3.

Proses Pembelajaran Proses pembelajaran yang telah diencanakan dengan balk akan

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.selain menerapkan proses pembelajar telah ditata dengan balk, juga harus selalu meminta feed back dan melakukan kajian untuk terus membenah proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat melalui tatap muka didalam ruang kelas dan dapat melalui media elektronik sesuai dengan pengaturan di dalam SAP. Proses pembelajaran melalui internet mendorong mahasiswa lebih aktif dalam pembelajaran karena harus berkomunikas lecara maya dengan para dosen, dan mahasiswa lain di samping, Mengembara didalam dunia pengetahuan lain. 7.4. Perkembangan Konsep..pasar Pembelajaran

Pembelajaran (Instruction)) merupakan akumulasi dari konser engajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya subjek,didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagi suatu sistem. sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponenkomponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus

26

dipersiapkan. 7.4.1. Persiapan (Preparation) Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti sama sekali. Namun karena terlalu bersemangat untuk mendapat materi, tahap ini sering diabaikan, sehingga mengganggu pembelajaran yang baik. Persiapan pembelajaran itu seperti

mempersiapkan tanah untuk ditanami benih. Jika dilakukan dengan benar, niscaya menciptakan kondisi yang bal k unt uk pert um buhan yan g sehat 7.4.2. Penyampaian (Presentation) Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk memepertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang mengawali prises belajar secara positif dan menarik. Presentasi berartiberarti pertemuan, dimana fasilitator dapat memimpin, tetapi peserta belajar yang menjalani pertemuan itu. Pembelajaran berasal dari keterlibatan aktif dan penuh seorang peserta belajar dengan pelajaran, dan bukan dari mendengarkan presentasi guru atau dosen saja. Belajar adalah menciptakan pengetahuan, bukan menelan informasi, maka presentasi dilakukan semata-mata untuk mengawali proses belajar dan bukan untuk dijadikan fokus utama. 7.4.3. Latihan (Practice) Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap 70% atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap inilah

pembelajaran yang sebenarnya berlangsung. Bagaimanapun, apa yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajaran yang menciptakan pembelajaran dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan, dan dilakukan ,truktur atau pendidik. 7.4.4. Penampilan Hasil (Performance)

27

Belajar

adalah

proses

m e n gu b a h

p e n ga l a m a n

menjadi

pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Nilai setiap program belajar terungkap hanya dalam tahap ini. Namun banyak yang mengabaikan tahap ini. Padahal ini sangat penting disadari bahwa tahap ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan proses belajar. Tujuan tahap penampilan hand ini adalah untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan berhasil diterapkan. 7.5. Hasil Belajar dari Pembelajaran

Secara keseluruhan pemahaman terhadap konsep dasar pembelajaran tidak akan sempurna jika berhenti pada definisi atau proses. Berikut uraian dari kaitan antara hasil pembelajaran yang sangat diharapkan sekali oleh semua masyarakat Delajar khususnya peserta didik,. 7.5.1. Hasil Belajar Bloom (1956) mengemukakan tiga ranah hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, Blomm menyebutkan 6 tingkatan yaitu "1) Pengetahuan; 2) Pemahaman; 3) Pengertian; 4) Aplikasi: S) Analisa; 6) Sintesa, dan 7) Evaluasi". Secara umum, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktorfaktor yang berada diluar diri pelajar, Yang tergolong faktor internal ialah: a. Faktor fisiologis atau jasmani individu balk bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh dan sebagainya. b. Faktor psikologis balk yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang rneliputi: a) Faktor intelektual terdiri atas : Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat.

28

Faktor aktual yaitu kecakapan nyata dan prestasi

b) Faktor nonintelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebisaaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri,emosional, dan sebagainya. c. Faktor kematangan baik fisik maupun psikis, yang tergolong faktor eksternal ialah: a) Faktor sosial yang terdiri atas: Faktor lingkungan keluarga Faktor lingkungan sekolah Faktor lingkungan masyarakat Faktor kelompok

b) Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan teknologi, kesenian dan sebagainya. c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim dan sebagainya. d) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan. 7.5.2. Motivasi Menuju H asil Proses Pembelajaran Pengaruh motivasi di sini adalah motivasi balk intern maupun ekstern terhadap hasil belajar yang dimaksud, menurut Hilgard, motif merupakan tenaga penggerak yang mempengaruhi kesiapan untuk memulai melakukan rangkaian kegiatan dalam suatu prilaku. Menurut jenisnya, motif dibedakan menjadi motif primer dan sekunder, yang dikutif oleh Syamsudin (1990), yang dikutif oleh Subhana, membedakan motif sebagai berikut: 1) Motif primer (primary motive) atau motif dasar (basic motive) menunjukan kepada motif yang tidak dipelajari (unlearned motive) yang sering juga digunakan istilah dorongan (drive).

29

2) Motif skunder (secondary motives) menunjukan kepada motif yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman, dan dipelajari (conditioning and reinforcement). Kedalam golongan ini termasuk:
o o

Takut yang dipelajari (learning fears). Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, conformitas, afiliasi, persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya).

o o o

Motif-motif objektif dan interest(eksplorasi, manipulasi, minat). Maksud (purposes) dan aspirasi. Motif berprestasi (achievement motive).

30

BAB IX Komponen-Komponen Pembelajaran Komponen-komponen dalam pembelajaran yaitu: tujuan, materi/bahan ajar, metode dan media, evaluasi, anak didik/siswa dan pendidik/guru. Masingmasing komponen saling berinteraksi yaitu saling berhubungan secara aktif dan saling mempengaruhi. Misalnya dalam menentukan bahan pembelajaran merujuk pada tujuan yang telah ditentukan. 8.1. Tujuan Pembelajaran

8.1.2. Hirarki Tujuan Tujuan pembelajaran ini merupakan tujuan antara dalam upaya mencapai tujuan-tujuan lain yang lebih tinggi tingkatannya, yakni tujuan pendidikan dan pembangunan nasional agar membangun manusia (peserta didik) yang sesuai dengan yang dicita-citakan. Secara rinci hirarki tujuan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: a. Tujuan Pendidikan Nasional Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional (Indonesia) adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehtahan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. b. Tujuan Institusional Tujuan institusional merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh setiap sekolah atau lembaga pendidikan. Setiap sekolah atau lembaga pendidikan memiliki tujuannya masing-masing. Tujuan ini sifatnya lebih konkrit dan dapat dilihat dalam kurikulum setiap lembaga pendidikan.

31

c. Tujuan Kurikuler Tujuan kurikuler adalah tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bidang studi. Tujuan ini bisa dilihat dari GBPP ( Garis-garis Besar Program Pengajaran) setiap bidang studi. d. Tujuan Instruksional/Pembelajaran Tujuan Instruksional adalah tujuan yang ingin dicapai dari setiap kegiatan instruksional atau pembelajaran. Tujuan ini dibagi menjadi dua bagian yakni: Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus

8.2.

Bahan Pembelajaran Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah isi dari

kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/sub topik dan rinciannya. Secara umum isi kurikulum dapat dipilah menjadi tiga unsur utama yaitu logika(pengetahuan tentang benar-salah), etika(pengetahuan tentang baik-buruk) berupa muatan nilai moral, dan estetika(pengetahuan tentang indahjelek) berupa muatan niali seni. Bila dirinci lebih lanjut, isi kurikulum atau bahan pembelajaran dapat dikategorikan menjadi 6 jenis, yaitu: fakta, konsep/teori, prinsip, proses dan nilai serta keterampilan. 8.3. Strategi dan Metode Pembelajaran Strategi belajar mengajar yang digunakan dipengaruhi oleh tujuan pengajaran itu sendiri. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentuka strategi pembelajaran, yakni: 8.3.1. Faktor Tujuan

32

Tujuan merupakan faktor yang paling pokok, sebab semua faktor yang ada didalam situasi yang ada didalam situasi pembelajaran, termasuk strategi pembelajaran, diarahkan dan diupayakan semata-mata untuk mencapai tujuan. Tujuan pembelajaran menggambarkan tingkah laku yang harus dimiliki siswa setelah proses belajar mengajar selesai dilaksanakan. 8.3.2. Faktor Materi Karakteristik ilmu atau materi pelajaran membawa implikasi terhadap penggunaan cara dan teknik di dalam proses belajar mengajar. Secara teoritis didalam ilmu atau mata pelajaran terdapat beberapa sifat materi, yaitu fakta, konsep, prinsip, masalah, prosedur(keterampilan), dan sikap(nilai). 8.3.3. Faktor Siswa Siswa sebagai pihak yang berkepentingan didalam proses belajar mengajar, sebab tujuan yang harus dicapai semata-mata untuk mengubah perilaku siswa itu sendiri. Metode dan teknik yang digunakan dalam proses belajar mengajar dengan jumlah siswa puluhan orang akan berbeda dengan jumlah siswa beberapa orang saja. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan bahwa: Siswa sebagai keseluruhan. Siswa sebagai pribadi tersendiri. Tingkat perkembangan siswa akan mempengaruhi proses pembelajaran. Faktor Waktu Faktor waktu dapat dibagi dua, yaitu yang menyangkut jumlah waktu dan kondisi waktu. Hal yang menyangkut jumlah waktu ialah berapa puluh menit atau berapa jam pelajaran waktu yang tersedia untuk proses belajar mengajar itu. Sedangkan yang menyangkut kondisi waktu ialah kapan pelajaran itu dilaksanakan. Hal tersebut akan mempengaruhi terhadap proses belajar mengajar yang terjadi.

33

8.3.4. Faktor Guru Faktor guru adalah salah satu faktor penentu, pertimbangan semua faktor diatas akan sangat bergantung kepada kreativitas guru. Dedikasi dan kemampuan gurulah yang pada akhirnya mempengaruhi pelaksanaan proses pembelajaran. 8.4. Beberapa Strategi Pembelajaran dan Metode Mengajar

8.4.1. Strategi Ekspositoril Klasikal Dalam strategi pembelajaran ekspositori, klasikal guru lebih banyak menjelaskan pesan yang sebelumnya telah diolah sendiri, sementara siswa lebih banyak menerima pesan yang telah jadi. Strategi ini biasanya: a. b. c. d. Jumlah siswa cukup banyak. Sumber pengajaran jumlahnya sangat terbatas Media lain tidak ada kecuali buku sumber dan guru Waktu yang tersedia sangat sedikit

8.4.2. Strategi Heuristik Terdapat dua sub strategi belajar mengajar pada strategi heuristic yaitu discovery dan inquiry. Proses diskoperi terjadi apabila siswa terlibat dalam menggunakan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip. Inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya daripada discovery. Jadi inkuiri adalah perluasan proses diskoperi yang digunakan dengan cara yang lebih terbuka. 8.4.3. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah salah satu metode mengajar yang mempunyai peranan meningkatkan kadar berfikir siswa. Metode tanya jawab digunakan antara lain untuk (1) mendiagnosa perkembangan siswa, (2) menentukan tingkat kemampuan kognitif siswa, (3) menetapkan studi tambahan, dan (4) memperkaya materi pelajaran. 8.5. Kriteria Penggunaan Strategi Pembelajaran dan Metode Mengajar
34

a.

Memiliki tingkat relevansi epistimologis yang tinggi, artinya proses belajar yang dilakukan peserta didik relevan dengan hakikat ilmu yang sedang dipelajari peserta didik.

b. Memiliki tingkat relevansi sosiologis, dalam hal ini ilmu dipandang sebagai alat berfikir. c. Memiliki tingkat relevansi sosiologis, kriteria ini dilihat dari segi kesempatan peserta didik menghayati nilai-nilai sosial. 8.6. Media Pembelajaran

8.6.1. Media Visual Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan indera penglihatan. Media ini bisa berupa gambar atau bergerak (motion pictures). 8.6.2. Media Audio Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif(hanya dapat didegar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar.

8.6.3. Media Audio-visual Media ini merupakan kombinasi audio dan visual. Media ini adalah media yang paling lengkap dan optimal penyajian bahan ajar kepada para siswa. 8.6.4. Kelompok Media Penyaji Donald T. Tosti dan John R. Ball mengelompokkan media menjadi 7, yaitu: kelompok 1: grafis, bahan cetak dan gambar diam, kelompok 2: media proyeksi diam, kelompok 3: media audio,
35

kelompok 4: media audio, kelompok 5: media film, (60 kelompok 6: media televisi, dan (7) kelompok 7: multimedia.

8.6.5. Media Objek dan Media Interaktif a. Media Objek Media objek merupakan media tiga dimensi yang menyampaikan informasi tidak dalam bentuk penyajian, melainkan melalui cirri fisiknya sendiri, seperti ukurannya, bentukny, dan lain-lain. b. Media Interaktif Karakteristik terpenting kelompok media ini adalah bahwa siswa tidak hanya memperhatikan media atau objek saja, tetapi dituntut untuk berinteraksi selama mengikuti pembelajaran. 8.7. Evaluasi Pembelajaran

8.7.1. Pengertian Evaluasi dan Pengukuran Ada 3 hal yang penting dalam evaluasi pembelajara yaitu: evaluasi, pengukuran dan tes. Gronlund mengemukakan evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Pengukuran adalah suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka mengenai cirri-ciri khusus yang dimiliki oleh siswa. Sedangkan tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel perilaku. Evaluasi lebih bersifat komprehensif yang didalamnya meliputi pengukuran. Sedangkan tes adalah bentuk dari pengukuran. 8.7.2. Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran

36

Unsur pokok dalam evaluasi pembelajaran adalah objek yang akan dievaluasi, kriteria sebagai pembanding dan keputusan. Sedangkan persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam evaluasi pembelajaran ialah validitas, reliabilitas, dan obyektivitas. 8.7.3. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran Tujuan evaluasi poembelajaran adalah meliputi : (a) untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar, (b) untuk memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar mengajar, (d) untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa, dan (e) untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya. Adapun fungsi utama evaluasi dalam pembelajaran yaitu: (a) fungsi formatif, (b) fungsi sumatif, (c) fungsi diagnostik, dan (d) fungsi seleksi dan penempatan. 8.7.4. Prinsip-prinsip Umum Evaluasi dalam Pembelajaran Prinsip-prinsip dalam pembelajaran sangat diperlukan sebagai panduan dalam prosedur pengembangan evaluasi. Ada enam prinsip penilaian, yaitu tes hasil belajar hendaknya: (1) Mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) Mengukur sampel yang representatif dari hasi belajar dan bahan-bahan yang tercakup dalam pengajaran, (3) Mencakup jenis-jenis pertanyaan/soal yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan, (4) Direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya sesuai dengan yang akan digunakan secara khusus, (5) Dibuat dengan realibilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara hati-hati, dan (6) Dipakai untuk memperbaiki hasil belajar. Dari segi lain, prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran meliputi prinsip keterpaduan, cara belajar siswa aktif, kontinuitas, koherensi, keseluruhan, pedagogis, diskriminalitas dan akuntabilitas.

37

BAB X PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN

Pengetahuan

tentang

teori

dan

prinsip-prinsip

pembelajaran

dapat

memberikan kemudahan bagi guru dalam memilih tindakan pada saat proses pembelajaran berlangsung.

9.1.

Prinsip Perhatian dan Motivasi Perhatian berfungsi sebagai modal awal yang harus dikembangkan secara

optimal untuk memperoleh proses dan hasil yang maksimal. Perhatian adalah memusatkan pikiran dan perasaan emosional secara fisik dan psikis terhadap sesuatu yang menjadi pusat perhatian.

9.2.

Prinsip Keaktifan Belajar pada hakikatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan

kegiatan secara sadar untuk mengubah suatu perilaku, terjadi kegiatan merespon terhadap setiap pembelajaran. Seseorang yang belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain, belajar hanya akan mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Dalam proses pembelajaran siswa harus aktif belajar dan peran guru hanyalah membimbing dan mengarahkan.

9.3.

Prinsip Keterlibatan Langsung atau Berpengalaman Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas. Pendekatan pembelajaran

yang mampu melibatkan siswa secara langsung akan menghasilkan pembelajaran lebih efektif sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.

9.4.

Prinsip Pengulangan Teori yang dapat dijadikan sebagai petunjuk pentingnya prinsip pengulangan

dalam belajar, antara lain bisa dicermati dari dalil-dalil belajar yang dikemukakan oleh Edward L. Thorndike (1974:1949). Kesimpulan penelitiannya telah

38

memunculkan tiga dalil belajar, yaitu Law of Effect, Law of Exercise, and Law of Readiness.

9.5.

Prinsip Tantangan Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang harus dicapai.

Unuk

mencapai

tujuan

tersebut

siswa

dihadapkan

kepada

sejumlah

hambatan/tantangan,yaitu mempelajari materi/bahan belajar. Bila dilihat dari segi penggunaan metode pembelajaran, seperti metode eksperiman, inkuir, diskoveri, pemecahan masalah, diskusi dan sejenisnya. Begitu pula penguatan yang diberikan terhadap setiap hasil belajar siswa,apakah penguatan positif maupun negative akan menantang siswa dan dapat menimbulkan motif belajar untuk memperoleh ganjaran atau menghindari dari hukuman yang tidak diharapkan.

9.6.

Prinsip Balikan dan Penguatan Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan. Siswa akan

belajarlebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui pengamatan melalui metode-metode pembelajaran yang menantang, seperti Tanya jawab,diskusi, eksperimen, metode penemuan dan yang sejenisnya akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan bersemangat.

9.7.

Prinsip Perbedaan Individual Proses belajar yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain

baik secara fisik maupun psikis,untuk itu dalam proses pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.

39

BAB XI PENDEKATAN DAN MODEL PEMBELAJARAN 10.1. Pola pembelajaran Barry Moris (1963;11) mengklaifikasikan 4 pola pembelajaran yang digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut : a. Pola pembelajaran tradisional 1
Tujuan
Penetapan isi dan Metode Dan metode

Guru

Siswa

b.

Pola pembelajaran tradisonal 2


Penetapan isi dan Metode Pola pembelajaran guru dan media Dan metode Penetapan isi dan Metode Pola pembelajaran bermedia Dan metode Tujuan Penetapan isi dan Metode Dan metode Tujuan Tujuan Guru dengan Media Guru Siswa Media meMedia Media Siswa Siswa

c.

d.

Pola- pola pembelajaran di atas memberikan gambaran bahwa seiring dengan pesatnya perkembangan media pembelajaran, baik software, maupun hardware, akan membawa perubahan bergesernya peranan guru sebagai penyampai pesan. Guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai media dan sumber belajar, baik itu dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran, televisi pembelajaran, media komputer atau yang sering kita kenal dengan pembelajaran berbasis komputer baik model drill, tutorial, simulasi maupun instructional games. Peran guru tidak hanya sebagai pengajar.

10.2. Model model pembelajaran


40

10.2.1. Pengertian model pembelajaran Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Joyce dan Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atu pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. 10.2.2. Ciri-ciri model pembelajaran Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertenu 2) Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu 3) Dapat ijadikan pedoman untuk perbaikan KBM dikelas 4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan : (1) urutan langkahlangkah pembelajaran, (2) adanya prinsip-prinsip reaksi, (3) system social, (4) system pendukung. 5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. 6) Membuat persiapan mengajar dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

10.2.3. Model pembelajaran a. Model interaksi social Model interaksi social menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat. Pokok pandangan Gestalt adalah obyek atau pristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluuhan yangterorganisirkan. Makna suatu objek/peristiwa adalah terletak pada keseluruhan bentuk dan bukan bagianbagiannya. Aplikasi teori Gestalt dalam pembelajaran adalah : Pengalaman insight/tilikan Pembelajaran yang bermakna.Content yang dipelajari siswa hendaknya memiliki

41

b. Model pemrosesan informasi Model ini berdasarkan teori belajar kognitif dan berorientasi pada kmampuan memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Asumsinya adalah pembelajaran merupakan factor yang sangat pnting dalam perkembangan. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kmudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia terdiri dari : (1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap dan (5) kecakapan motorik. Delapan fase proses pembelajaran menurut Robert M. Gagne : Motivasi,fase awal memulai pembeljaran dengan adanya dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalm mencapai tujuan tertentu. Pemahaman,individu menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran. Pemerolehan, individu memberikan makna/mempersepsi segala informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpan dalam memori siswa. Penahanan, menahaan informasi/hasil belajar agar dapat digunakan untuk jangka panjang . Ingatan kembali,mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan,bila ada rangsangan. Gneralisasi,menggunakabn hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu. Perlakuan,perwujudan pembelajaran. Umpan balik,individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah dilakukannya. perubahan perilaku individu sebagai hasil

c. Model personal Model ini bertitik tolak dari teoi humanistic,yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu. Pertahian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini juga

42

berorientasi pada individu dan perkembangan keakuan. Tokoh humanistic adalah Abraham Maslow, R.Rogers.C.Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini,guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas kondusif,agar siswa merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya,baik emosional maupun intelektual.

d. Model modifiki tingkah laku Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik,bertujuan

mengembangkan system yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk TL dengan cara memanipulasi penguatan.

d. Model desain pembelajaran Model desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen pembelajaran.

Beberapa model pengembangan pembelajaran antaralain : Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional), Model Jerold E.Kep, Gerlach dan Ely, Glasser, Bella Banathy, Rogers dan model model pembelajaran yang lainnya. 1) Model PPSI Model PPSI ini dilatarbelakangi oleh hal-hal di bawah ini : Berkembngnya paradigm pendidikan sebagai suatu system maka

pembelajaran menggunakan system. Pendidik/guru masih menggunakan paradigm transfer of knowledge belum pada pembelajaran yang professional Tuntutan kurikulum 1975 yang berorientasi pada

tujuan,relevansi,efisiensi,efektivitas,dan kontinuitas. Konsep dari PPSI ini adalah bahwa system instruksional yang menggunakkan pendekatan system,yaitu satu kesatuan yang terorganisasi,yang terdiri atas sejuumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan fungsi PPSI adalah untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemik

43

dan sistemasis,untuk

dijadikan sebagai

pedoman bagi

pendidik dalam

melaksanakan proses belajar mengajar. Langkah-langkan daripengembangan model PPSI ini adalah sebagai berikut : Merumuskan tujuan Pengembangan alat evaluasi Kegiatan belajar mengajar Pengembangan program KBM Pelaksanaan

2) Model Glasser Model glasser adalah model yang paling sederhana ia menggambarkan suatu desain atau pengembangan pembelajaran ke dalam empat komponen yaitu : 3) Model Gerlach dan Elly 4) Model Jerold E. Kemp 5) Model pembelajaran kontekstual Pembelajaran disekolah tidak hanya difokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja,akan tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa senantiasa terkait dengan permasalahanpermasalahan actual yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikian inti dari pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topic pembelajaran dengan kehiupan nyata. Contoh : sumber belajar,media dan lain sebagainya,yang memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan dengan pengalaman hidup nyata. Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pendekatan kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa untuk mencari,mengolah dan menemukan

44

pengalaman belajar yang lebih bersifat kongkrit melalui pelibatan aktivitas belajar mencoba melakukan dan mengalami sendiri. CTL sebagai suatu pendekatan dalam implementasinya tentu saja memerlukan desain/perencanaan pembelajaran yang mencerminkan konsep pada prinsip CTL. Pendekatan CTL sebagai suatu pndekatan pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari,mengolah dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat kongkrit melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba,melakukan dan mengalami sendiri.Pembelajaran

kontekstual ini memiliki 7 tahapan pokok yang harus dikembangkan oleh guru,yaitu : a. Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berfikir dalam pendekatan CTL,yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia,sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. b. Menemukan Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan CTL,melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan

keterlampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta,tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. c. Bertanya Unsur lain yang menjadi karakteristik utama CTL adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya.Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu

bermula dari bertanya. Pengembangan bertanya produktivitas pembelajaran akan lebih tinggi,karena dengan bertanya maka: 1) dapat menggali informasi,baik administrasi maupun akademik, 2) mengecek pemahaman siswa, 3) membangkitkan respon siswa, 4) mengetahui sejauh mana keingin tahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang diketahui siswa, 6) memfokuskan perhatian siswa, 7) membangkitkan lebih

45

banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8)menyegarkan kembali pengetahuan yang dimiliki siswa. d. Masyarakat belajar Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. e. Pemodelan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya permasalahan hidup yang dihadapi,tuntutan siswa yang semakin berkembang dan beraneka ragam, telah berdampak pada kemampuan guru yang memiliki kemampuan lengkap, dan ini yang sulit dipenuhi. f. Refleksi Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain refleksi adalah berfikir ke belakang tentang apaapa yang sudah dilakukan dimasa lalu,siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi,siswa diberi kesempatan untuk mencerna,menimbang, membandingkan,menghayati dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri. g. Penilaian sebenarnya Tahap terakhir dari pendekatan CTL adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui penerapan CTL. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atu petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar antara format program pembelajaran konvensional seperti yang biasa dilakukan oleh guru-guu selama ini. Adapu yang membedakannya,terletak pada penekanannya, dimana pada model konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai, sementara program pembelajaran CTL lebih menekankan pada scenario pembelajarannya,yaitu kegiatan tahap demi tahap yang dilakukan oleh guru dan

46

siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu program pembelajaran kontekstual hendaknya : 1) Nyatakan kegitan utama pembelajarannya,yaitu ssebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar,materi pokok dan indicator pencapaian hasil belajar. 2) Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajarannya. 3) Uraikan secara terperinci media dansumber pembelajaran yang akan dipergunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan. 4) Rumuskan scenarialam melakukan tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam melakukan proses pemelajarannya. 5) Rumuskan dan lakukan system penilaian dengan memfokuskan pada kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh siswa baik pada saat

berlangsungnya maupun setelah siswa tersebut selesai belajar.

47

BAB 12 INOVASI KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN

12.1. 12.1.1.

Unsur dan ciri inovasi pembelajaran Inovasi pendidikan

Inovasi pendidikan pada dasarnya merupakan suatu perubahan ataupun pemikiran cemerlang di bidang pendidikan yang bercirikan hal baru ataupun berupa praktik-praktik pendidikan tertentu ataupun berupa produk dari suatu hasil olah piker dan olah teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan pendidikan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan pendidikan ataupun proses pendidikan tertentu yang terjadi di masyarakat

12.1.2.

Difusi inovasi pendidikan

Secara umum, difusi inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut melalui proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara anggota sistem sosial dalam masyarakat. Dalam konteks difusi inovasi pendidikan, saluran komunikasi yang digunakan merupakan alur suatu proses penyebarluasan gagasan pendidikan tersebut. Komunikasi adalah suatu proses dimana partisipan melakukan tukar menukar informasi satu sama lain,sehingga menghasilkan saling pengertian. Suatu inovasi tak mungkin bisa disebarluaskan manakala tak ada saluran komunikasi yang tepat untuk disampaikan kepaa masyarakat. Oleh sebab itu,komponen saluran komunikasi merupakan medium untuk menyebarluaskan gagasan ide agar bisa diadopsi oleh masyarakat sebagai adopter. Dalam kadar tertentu, ada kesan seolah ada persamaan antara pembaharuan dengan perubahan. Namun tak semua perubahan bisa dikatakan pembaharuan atau inovasi. Perubahan itu diawali dengan adanya suatu ide, gagasan ataupun praktik untuk memperbaiki suatu kadaan atau untuk memecahkan masalah yang ada,

48

kemudian melalui berbagai usaha dan penelitian, dihasilkanlah suatu produk atau hasil baru yang berbeda dengan keadaan sebelumnya. Inovasi dalam pendidikan bidang pendidikan dilakukan sebagai upaya sengaja untuk memperbaiki suatu keadaan atau kondisi tertentu dalam bidang pendidikan, baik dalm bentuk ide, praktik ataupun produk baru untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

12.1.3.

Ciri inovasi pendidikan

Difusi inovasi pendidikan sering diartikan sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi pendidikan tersebut melalui proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakkan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara anggota system social masyarakat. Dalam kaitannya dengan proses difusi inovasi itu, Rogers(1983) mengemukakan ada empat cirri penting yang mempengaruhi difusi inovasi,termasuk inovasi pendidikan,yaitu : esensi inovasi itu sendiri, saluran komunikasi, waktu dan proses penerimaan, system sosial. Esensi inovasi itu sendiri

12.1.3.1.

Inovasi termasuk inovasi pendidikan adalah suatu ide, gagasan,praktik atau obyek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi. Teknologi adalah suatu desai aksi kgiatan yang ditempuh guna mengurangi ketidakpastian dalam hubungan sebab akibat dari hasil yang ingin dicapai. 12.1.3.2. Saluran komunikasi

Komunikasi suatu proses dimana partisipan berbagi informasi untuk mencapai pengertian satu sama lain. Komunikasi linier atau sering juga disebut sebagai komunikasi satu arah atau one way communication. Salah satu cirri komunikasi ini adalah adanya penyediaan yang dilakukan pengiriman pesan dan interpretasi oleh penerima, serta antisipasi kemungkinan adanya gangguan dalam proses komunikasi yang berlangsung.

49

a. Komunikasi homofil Komuniksa homofil adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh dua individu atau kelompok yang dikategorikan memiliki kesamaan satu sama lain. b. Komunikasi hetrofil Jenis komunikasi lainnya, disebut komuniksai heterofil,yaitu proses komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih,dimana pengirim pesan dan penerima pesan, memiliki latar belakang yang berbeda, baik dilihat dari social budaya,pendidikan agama,atau karakteristik social lainnya. 12.1.3.3. Faktor waktu dan proses pengambilan keputusan

Proses keputusan inovasi pada hakekatnya adalah suatu proses yang dilalui individu atau kelompok,mulai dari pertama kali adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi,penetapan keputusan untuk menerima atau menolak,implementasi inovasi dan konfirmasi atau keputusan inovasi yang dipilihya. a. Tahap pengetahuan Membuka diri terhadap adanya suatu inovasi serta ingin megetahui bagaimananfungsi dan peran inovasi tersebut member konstribusi perbaikan di masa mendatang. b. Tahap bujukan Berlangsung manakala individu atau kelompok, mulai membentk sikap menyenangi atau bahkan tidak menyenangi terhadap inovasi. c. Tahap pengambilan keputusan Seseorang atau keompok melakukan aktifitas yang mengarahkan kepada keptusan untuk,menerima atau menolak inovasi tersebut. d. Tahap implementasi Berlangsung ketika seseorang atau kelompok menerapkan atau

menggunakan inovasi

50

itu dalam kegiatan rganisasinya. e. Tahap konfirmasi Seseorang atau kelompok mencari penguatan terhadap keputusan inovasi yang dilakukannya. 12.1.3.4. System social

Sistem sosial merupakan berbagai unit yang saling berhubungan satu sama lain dalam tatanan masyarakat,dalam mencapai tujuan yang diharapkan. a. Struktur social Komponen yang saling berhubungan satu sama lain, sangat mempengaruhi proses Struktur sosial pada dasarnya merupakan penyusunan yang terpola dari berbagai unit dalam suatu sistem. b. Norma sosial dan difusi Norma merupakan hal penting dalam proses difusi inovasi. Lebih jauh dalam kaitannya dengan sistem sosial, norma yang dianut oleh masyarakat dapat dipandang sebagai pengikat dan pengukuh pola perilaku masyarakat yang bersangkutan sesuai dengan kaidah sistem sosial yang berlaku.

12.2. Adopsi dan pelaksanaan inovasi pendidikan Ciri-ciri inovasi,termasuk inovasi dalam pendidikan terdiri dari empat hal utama,yaitu: a. Memiliki kekhasan/khusus,artinya suatu inovasi akan memiliki ciri yang khas dalam arti ide,program,tatanan,system termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan. b. Memiliki cirri atau unsure kebaruan,dalam arti suatu inoasi harus memiliki karakteristik sebagai buah karya dan buah piker yang memiliki kadar orisinalitas dan kebaruan. c. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana.

51

d. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan,yaitu bahwa program inovasi yang dilakukan harus memiliki apa yang ingin dicapai,termasuk arah dan strategi yang bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut dicapai dari system inovasi yang dilakukan. Sedangkan dalam proses difusi inovasi ada komponen komunikasi,yang lebih merupakan medium atau saluran bagaimana suatu proses difusi inovasi dilaksanakan dengan menggunakan saluran komunikasi tertentu.

12.2.1. Adopsi inovasi Ada beberapa tahapan proses keputusan inovasi,yaitu: tahap pengetahuan,yaitu apabila individu/kelompok membuka diri terhadap adanya suatu inovasi, tahap bujukan,yaitu manakala indiviu atau kelompok mulai membentuk sikap menyenangi atau bahkan tidak menyenangi terhadap inovasi, tahap pengamnbilan keputusan,yaitu tahap dimana sesorang/kelompok melakukan aktifitas yang mengarahpada keputusan untuk menerima atau menolak inovasi, tahap implementasi, yaitu ketika seseorang atau kelompok menerapkan atau menggunakkan inovasi itu, tahap konfirmasi, yaitu tahap dimana seseorang atau kelompok mencari penguatan terhadap keputusan inovasi yang dilakukannya. Organisasi atau tatanan kemasyarakatan yang baik dan stabil akan mengadopsi suatu inovasi dengan mempertimbangkan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Memiliki tujuan yang jelas Memiliki pembagian tugas yang dideskripsikan secara jelas Memiliki kejelasan struktur otoritas atau kewenangan

52

Memiliki peraturan dasar dan peraturan umum Memiliki pola hubungan informasi yang teruji

12.2.2. Peran agen perubahan Dalam sistem sosial, salah satu komponen penting adalah Pemimpin pendapat dan agen perubahan. Pemimpin pendapat adalah suatu tingkat dimana seorang individu dapat mempengaruhi individu yang lainnya atau mengatur perilaku individu lainnya secara tidak formal kearah kondisi yang diharapkan, sesuai dengan norma yang berlaku. Sedangkan agen perubahan merupakan individu yang bisa mempengaruhi pengambilan inovasi klien ke arah yang diharapkan para agen peubahan.

12.2.3. Percepatan adopsi inovasi Derajat adopsi tersebut sangat bergantung pada karakteristik atau ciri dari inovasi itu sendiri. Karakteristik inovasi, yang sangat mempengaruhi derajat adopsi tersebut akan sangat bergantung pada : Adanya keuntungan relatif, artinya sampai sejauhmana uatu inovasi yang diperkenalkan memberi manfaat dan keuntungan bagi perorangan atau masyarakat yang akan mengadopsinya. Memiliki kekompakan dan kesepahaman, artinya sampai sejauh mana inovasi bisa sejalan dan kompak dengan sistem nilai yang ada,ataupun sejalan dengan pengalaman masa lalu masyarakat yang akan

mengadopsinya Memiliki derajat kompleksitas, artinya sampai sejauh mana derajat kompleksitas, kesukaran dan kerumitan suatu produk inovasi dirasakan oleh masyarakat. Dapat dicobakan, artinya sampai sejauhmana suatu inovasi dapat diujicobakan keandalan dana manfaatnya. Dapat diamati, yaitu sampai sejauh mana suatu hasil inovasi dapat diamati.

12.2.4. Penemuan kembali

53

Reinvention adalah penemuan kembali, setelah melalui proses modifikasi. Dalam bidang pendidikan, proses penemuan kembali ini lazim dilakukan dalam inovasi pendidikan yang dilaksanakan. Ragam inovasi dan perubahan pendidikan telah dilakukan pada kurun waktu tersebut. Berbagai strategi dan implementasi perubahan pendidikan telah dilakukan. Malah dalam kadar tertentu jadi isu polemic,manifulasi, dan teknologis, serta menjadi isu prestige based di balik kesuksesan dari perubahan pendidikan tersebut.

12.3. Kontribusi inovasi pendidikan Proses adopsi inovasi akan dipengaruhi oleh sistem internal organisasi kemasyarakatan yang bersangkutan. Dalam adopsi inovasi,paling tidak ada lima kategori perbedaan individu atau kelompok yang harus

diperhatikan.kelima kelompok tersebut adalah sebagai berikut : a) Para pembaharu atau pioneer/perintis b) Para adopter awal c) Para kelompok mayoritas awal d) Kelompok mayoritas akhir e) Adopter akhir Dalam konteks pendidikan,ikhtiar pembaharuan dalam bidang pendidikan terus menerus digulirkan, baik di Negara-negara maju maupun negara yang masih berkembang. Pada umumnya pembaharuan pendidikan tersebut mempunya kecenderungan mengemban misi untuk memecahkan

permasalahan dihadapi. khususnya dalam bidang pendidikan. Saat ini ada suatu kecenderungan,bahwa inovasi yang berlangsung lebih terfokus pada substansi isi dari perubahan di bidang pendidikan tersebut, ketimbang proses perubahannya itu sendiri. Sedangkan pada tahapan yang dilakukan dalam mengadopsi inovasi,termasuk dalam inovasi pendidikan, ada empat tahapan yang bisa dipetimbangkan,yaitu : Design Awareness-interest Evaluation

54

Trial

Sedangkan pada sisi yang lain, target sistem ataupun sistem lain dalam penyebarluasan inovasi, dikenal dua ciri struktur sosial,yaitu :Existing structure dan New structure Terdapat suatu hal yang sangat universal,bahwa inovasi termasuk inovasi dan perubahan pendidikan, terangsang karena ada persoalan atau karena ada keingina untuk memperbaiki keadaan. Ishak Abdullhak (2000) membagi sifat perubahan dalam inovasi ke dalam enam kelompok yaitu : Penggantian Perubahan Penambahan Penyusunan kembali Penghapusan Penguatan Proses adopsi inovasi bisa juga terhambat oleh berbagai faktor. Ada tiga hambatan utama,yang berpotensi timbul dalam setiap adopsi inovasi. a. Mental block barriers ,yaitu hambatan yang lebih disebabkan oleh sikap mental seperti:Salah persepsi atau asumsi,Cenderung berfikir negatif,Dihantui oleh kecemasan dan kegagalan,Tidak mau mengambil resiko terlalu dalam,Malas,Saat ini berada pada daerah nyaman dan aman,Cenderung resisten/menolak terhadap setiap perubahan. Hambatan yang sifatnya culture block.hal ini lebih dilatar belakangi oleh :Adat yang sudah mengakar dan mentradisi,Taat terhadap tradisi setempat,Ada perasaan berdosa bila merubah tatali karuhun dan sebagainya. Hambatan social block,yaitu hambatan inovasi sebagai akibat dari faktor sosial dan pranata masyarakat sekitar. Hal ini antara lain :Perbedaan suku dan agama atu ras,Perbedaan social ekonomi,Nasionalisme yang

sempit,Arogansi primordial,Fanatisme daerah yang kurang terkontrol.

55

DAFTAR PUSTAKA

Susilana, Rudi (2006), Kurikulum dan Pembelajaran. Ed. 2 Cet 2. Bandung: Jurusan Kutekpen FIP UPI

Ruhimat Toto, (2009), Kurikulum dan Pembelajaran. Ed. 3 Cet 4. Bandung: Jurusan Kutekpen FIP UPI

56

You might also like